• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA KELARUTAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA KELARUTAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

PERCOBAAN 3 : KELARUTAN

Disusun oleh,

Kelompok 5

Ashry Nurrachmah 31113007

Ina Lisnawati 31113021

Irfan Maulana 31113023

Novia Hergiani 31113035

Tia Sulistiani 31113049

PROGRAM STUDI S1 FARMASI STIKes BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA 2015

 

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelarutan suatu senyawa dalam zat pelarut tergantung sifat fisik dan kimia dari zat terlarut tersebut. Salah satu sifat fisika yang dapat kita amati setiap saat adalah peristiwa larutnya suatu zat padat dalam pelarut air. Konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu disebut sebagai kelarutan.

Larutan merupakan suatu campuran homogen antara 2 zat dari molekul, atom ataupun ion dimana zat yang dimaksud disini adalah zat padat, minyak larut dalam air. Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut di dalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu.

Kelarutan mempunyai peranan yang sangat penting dalam dunia farmasi karena suatu obat baru dapat diabsorbsi setelah zat aktifnya terlarut dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha mempertinggi efek farmakologi dari sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya. Selain itu dapat membantu para ahli farmasi dalam membantunya memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, dapat membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetis dan lebih jauh lagi dapat bertindak sebagai standar uji kemurnian, pengetahuan yang lebih mendetail mengenai kelarutan dan sifat-sifat yang berhubungan dengan itu juga memberikan informasi mengenai struktur obat dan gaya antarmolekul obat. Kelarutan dari suatu senyawa bergantung pada sifat kimia dan fisika zat terlarut dan pelarut, juga bergantung pada factor temperatur, tekanan, pH dan untuk jumlah yang lebih kecil bergantung pada hal terbaginya zat terlarut. Dalam percobaan ini akan dilakukan uji kelarutan asam benzoat dan asam borat dalam pelarut air.

B. Tujuan

Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk :

1. Menentukan kelarutan Asam Benzoat dan Asam Borat suatu zat secara kuantitatif

2. Menentukan kelarutan asam benzoat dan asam borat dalam pelarut air pada suhu kamar, 450 C, dan 600 C.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar Terori

Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu larutan jenuh pada suatu suhu tertentu. Larutan sebagai campuran homogen bahan yang berlainan. Untuk dibedakan antara larutan dari gas, cairan dan bahan padat dalam cairan. Disamping itu terdapat larutan dalam keadaan padat (misalnya gelas, pembentukan kristal campuran) (Voight, 1994).

Kelarutan dalam Farmakope Indonesia, diartikan dengan kelarutan pada suhu 200C

(FI III) atau 250C (FI IV) dinyatakan dalam satu bagian bobot zatpadat atau 1 bagian volume

zat cair dalam bagian volume tertentu pelarut, kecuali dinyatakan lain.

Perubahan kelarutan dengan tekanan tak mempunyai arti penting yang praktis dalam analisis anorganik kualitatif, karena semua pekerjaan dilakukan dalam bejana terbuka pada tekanan atmosfer, perubahan yang sedikit daritekanan atmosfer tak mempunyai pengaruh yang berarti atas kelarutan. Terlebih penting adalah perubahan kelarutan dengan suhu (Svehla, 1979).

Suhu merupakan faktor yang penting dalam menentukan kelarutan suatu obat dan dalam mempersiapkan larutannya. Kebanyakan bahan kimia menyerap panas bila dilarutkan dan dikatakan mempunyai panas larutan negative, yang menyebabkan meningkatnya kelarutan dengan menaikkan suhu. Segolongan kecil bahan kimia mempunyai panas larutan positif dan menunjukkan berkurangnya kelarutan dengan suatu kenaikan suhu. Disamping suhu, faktor-faktor lain juga mempengaruhi kelarutan. Ini meliputi bermacam-macam bahan kimia dan sifat-sifat fisika lainnya dari zat terlarut dan pelarut, faktor tekanan, keasaman atau kebasaan dari larutan, keadaan bagian dari zat terlarut, dan pengadukan secara fisik yang dilakukan terhadap larutan selama berlangsungnya proses melarut. Kelarutan suatu zat kimia murni pada suhu dan tekanan tertentu adalah tetap; tetapi, laju larutnya yaitu kecepatan zat itu melarut, tergantung pada ukuran partikel dari zat dan tingkat pengadukan. Makin halus bubuk makin luas permukaan kontak dengan pelarut, makin cepat proses melarut. Juga makin kuat pengadukan, makin banyak pelarut yang tidak jenuh bersentuhan dengan obat, makin cepat terbentuknya larutan (Ansel, 1989).

Kelarutan suatu senyawa dinyatakan dalam gr/lt. Besarnya kelarutan suatu senyawa adalah jumlah maksimal senyawa bersangkutan yang larut dalam sejumlah pelarut tertentu pada suatu suhu tertentu dan merupakan larutan jenuh yang ada dalam kesetimbangan dengan bentuk padatnya (Roth, 1988).

membuat larutan jenuh, disebutkan dua contoh sediaan resmi larutan jenuh dalam air, yaitu larutan Topical Kalsium HIdroksida, USP (Calcium Hydroxide Topical Solution, USP), dan larutan oral Kalium Iodida, USP (Potassium Iodida Oral Solution, USP). Larutan yang pertama dibuat dengan mencampur kalisihidroksida dalam jumlah yang tepat dengan air murni, mengandung hanya 140 mg zat terlarut yang larut per 100 ml. Lrutan pada suhu 250

C, sedangkan larutan yang berikutnya mengandung kira-kira 100 g zat terlarut per 100 ml larutan, lebih dari 700 kali sebanyak zat terlarut yang terdapat dalam larutan topikal kalsium hidroksida (Ansel, 1989).

Larutan Jenuh adalah suatu larutan di mana zat terlarut berada dalam kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut). Larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi di bawah konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna pada temperatur tertentu. Suatu larutan lewat jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak daripada yang seharusnya ada pada temperatur tertentu, terdapat juga zat terlarut yang tidak larut. Keadaan lewat jenuh mungkin terjadi apabila inti kecil zat terlarut yang dibutuhkan untuk pembentukan kristal permulaan adalah lebih mudah larut daripada kristal besar sehingga menyebabkan sulitnya inti terbentuk (Martin, 1990).

Dalam istilah fisika kimia, larutan dipersiapkan dari campuran yang mana saja dari tiga keadaaan zat yaitu padat, cair, dan gas. Dalam istilah farmasi, larutan yang didefinisikan sebagai sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air yang karena bahannya, cara peracikan atau penggunaannya dalam golongan produk lainnya. Sesungguhnya banyak produk farmasi melarut prinsip kimia fisika merupakan campuran homogen dari zat terlarut yang dilarutkan dalam pelarut, menurut prinsip farmasi digolongkan ke dalam jenis produk lain (Ansel, 1989).

Metode sederhana untuk menentukan kelarutan sebagian besar senyawa atau bahan campuran adalah mengocok dengan lama zat bubuk halus dengan zat terlarut pada temperatur yang diperlukan hingga tercapai keseimbangan. Larutan itu kemudian disaring dan untuk menentukan bahan yang melarutkan dengan metode yang cocok seperti metode fisika dan kimia atau dengan menggunakan sifat fisika, larutan sebagai indeks bias.

Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh poaritas dari pelarut, yaitu oleh dipol momennya. Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionik dan zat polar lainnya. Sesuai dengan itu, air bercampur dengan alkohol dalam segala perbandingan dan melarutkan gula dan senyawa polihidroksi yang lain (Martin, 2008).

dan tidak dapat membentuk jembatan hidrogen dengan nonelektrolit. Oleh karena itu zat terlarut ionik dan polar tidak larut atau hanya dapat larut sedikit dalam pelarut nonpolar (Martin, 2008).

Pelarut semipolar seperti keton dan alkohol dapat menginduksi suatu derajat polaritas tertentu dalam molekul pelarut nonpolar, sehingga menjadi dapat larut dalam alkohol, contohnya benzena yang mudah dapat dipolarisasikan. Kenyataanya, senyawa semipolar dapat bertindak sebagai pelarut perantara yang dapat menyebabkan bercampurnya cairan polar dan nonpolar. Sesuai dengan itu, aseton menaikkan kelarutan eter di dalam air (Martin, 2008).

B. Monografi Bahan

1. Asam benzoat (Ditjen POM, FI III : 49)

O

-O

benzoat

Nama resmi : Acidum benzoicum

Nama lain : Asam benzoate

RM/BM : C7H6O2 / 122

Pemerian : Hablur halus dan ringan, tidak berwarna, tidak berbau.

Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 350 bagian air, dalam lebih kurang 3 bagian etanol (95%) P, dalam 8 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : Antiseptikum ekstern, antijamur

Kegunaan : Sebagai sampel

2. Asam borat (Ditjen POM, FI III : 49)

B OH

OH HO

borat

Nama resmi : Acidum boricum

Nama lain : Asam borat

Pemerian : Hablur, serbuk hablur putih atau sisik mengkilap, tidak berwarna, kasar, tidak berbau, rasa agak asam dan pahit kemudian manis.

Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air , dalam 3 bagian air mendidih , dalam 16

bagian etanol (95 %) P dan dalam 5 bagian gliserol P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : Antiseptikum ekstern

Kegunaan : Sebagai sampel

3. Air suling (Ditjen POM, FI III : 96)

H O H

water

Nama resmi : Aqua destilata

Nama lain : Air suling

RM / BM : H2O / 18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pelarut

C. Prinsip Percobaan

Penentuan kelarutan dari zat padat yaitu asam borat dan asam benzoat pada suhu kamar,

suhu 45o C dan 60o C dengan cara melarutkan, menyaring, mengeringkan dan menimbang

residu zat yang tidak larut.

BAB III METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum kelarutan ini berlangsung pada hari Senin tanggal 16 Februari 2015 di Laboratorium Farmakologi Farmasi STIKes BTH Tasikmlaya.

B. Alat dan Bahan

a. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Baskom, Gelas ukur 100 ml dan 50 ml, Batang pengaduk, Oven, Botol semprot, Pipet tetes, Cawan porselin, Corong kaca, Termometer, Erlenmeyer, Timbangan analitik dan Gelas kimia 100 ml

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Asam benzoat, Asam borat, Aquadest, Kertas saring, Kertas timbang, Lap kasar, Tissue

C. Prosedur Kerja

Kelarutan Asam Benzoat

Kelarutan Asam Borat

Timbang Asam Benzoat sebanyak 0,5 g sebanyak 3 kali Siapkan Alat dan

Bahan

Suhu 600C

Suhu 450C

Suhu kamar

Asam benzoat

150 ml air

Asam benzoat 150 ml air

Asam benzoat 150 ml air

Aduk selama 30 detik

Aduk selama 5 menit Aduk selama

5 menit

HITUNG KELARUTANNYA !

!! Setelah kering,

timbang residunya

Keringkan dalam oven pada suhu 100oC selama

30 menit

Timbang Asam Borat sebanyak 2 g sebanyak 3 kali

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Hasil Pengamatan

N

o Sampel Suhu Berat Sampel (g) Berat Residu (g)

1. Asam Benzoat Suhu kamar

0,5 gram 0,21 gram

0,5 gram 0,22 gram

0,5 gram 0,28 gram

2. Asam Benzoat 45oC

0,5 gram 0,07 gram

0,5 gram 0,11 gram

0,5 gram 0,08 gram

3. Asam Benzoat 60oC

0,5 gram 0,05 gram

0,5 gram 0,06 gram

0,5 gram 0,10 gram

Suhu 600C

Suhu 450C

Suhu kamar

Asam borat

25 ml air Asam borat Asam borat

Aduk selama 30 detik

25 ml air 25 ml air Aduk selama 5 menit Aduk selama

5 menit

Setelah kering, timbang residunya

HITUNG KELARUTANNYA !

!!

Keringkan dalam oven pada suhu 100oC selama

N

o Sampel Suhu Berat Sampel (g) Berat Residu (g)

1. Asam Borat Suhu kamar

2 gram 0,02 gram

2 gram 0,03 gram

2 gram 0,05 gram

2. Asam Borat 45oC

2 gram 0,00 gram

2 gram 0,01 gram

2 gram 0,00 gram

3. Asam Borat 60oC

2 gram 0,00 gram

2 gram 0,00 gram

2 gram 0,00 gram

Perhitungan :

a. Gram zat terlarut

X = Berat sampel – berat residu a) Asam Benzoat

 Suhu kamar : X1 = 0,5 gram - 0,21 gram = 0,29 g = 290 mg

X2 = 0,5 gram - 0,22 gram = 0,28 g = 280 mg

X3 = 0,5 gram - 0,28 gram = 0,22 g = 220 mg

 Suhu 45oC : X

1 = 0,5 gram - 0,07 gram = 0,43 g = 430 mg

X2 = 0,5 gram - 0,11 gram = 0,39 g = 390 mg

X3 = 0,5 gram - 0,08 gram = 0,42 g = 420 mg

 Suhu 60oC : X

1 = 0,5 gram - 0,05 gram = 0,45 g = 450 mg

X2 = 0,5 gram - 0,06 gram = 0,44 g = 440 mg

X3 = 0,5 gram - 0,10 gram = 0,40 g = 400 mg

b) Asam Borat

 Suhu kamar : X1 = 2 gram - 0,02 gram = 1,98 g = 1980 mg

X2 = 2 gram - 0,03 gram = 1,97 g = 1970 mg

X3 = 2 gram - 0,05 gram = 1,95 g = 1950 mg

 Suhu 45oC : X

1 = 2 gram - 0,00 gram = 2,00 g = 2000 mg

X2 = 2 gram - 0,01 gram = 1,99 g = 1990 mg

X3 = 2 gram - 0,00 gram = 2,00 g = 2000 mg

 Suhu 60oC : X

1 = 2 gram - 0,00 gram = 2,00 g = 2000 mg

X2 = 2 gram - 0,00 gram = 2,00 g = 2000 mg

X3 = 2 gram - 0,00 gram = 2,00 g = 2000 mg

b. Kelarutan

X= jumlah zat terlarut

jumlah pelarut

 Asam Benzoat

 Suhu kamar : X1 = 290

X2 = 280150 = 1,86 mg/ml

X3 = 220150 = 1,467 mg/ml

Rata-rata (X) = 1,75 mg/ml

 Suhu 45oC : X

1 = 430

150 = 2,86 mg/ml

X2 = 390

150 = 2,6 mg/ml

X3 = 4200150 = 2,8 mg/ml

Rata-rata (X) = 2,75 mg/ml

 Suhu 60oC : X

1 = 450

150 = 3 mg/ml

X2 =

440

150 = 2,93 mg/ml

X3 =

4000

150 = 2,66 mg/ml

Rata-rata (X)= 2,863 mg/ml

 Asam Borat

 Suhu kamar : X1 = 1980

25 = 79,2 mg/ml

X2 =

1970

25 = 78,8 mg/ml

X3 = 1950

25 = 78 mg/ml

Rata-rata X = 78,6 mg/ml

 Suhu 45oC : X

1 = 2000

25 = 80 mg/ml

X2 = 199025 = 79,6 mg/ml

X3 =

2000

25 = 80 mg/ml

Rata-rata (X) = 79,86 mg/ml

 Suhu 60oC : X

1 = 2000

25 = 80 mg/ml

X3 = 200025 = 80 mg/ml

Rata-rata (X) = 80 mg/ml c. Kurva

- Kelarutan Asam Benzoat

25 30 35 40 45 50 55 60 65

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

f(x) = 0.04x + 0.89 R² = 0.85

Kelarutan Asam Benzoat

suhu Linear (suhu) suhu K el ar ut an

- Kelarutan Asam Borat

25 30 35 40 45 50 55 60 65

77.5 78 78.5 79 79.5 80 80.5

f(x) = 0.04x + 77.52 R² = 0.85

Kelarutan Asam Borat 

kelarutan

Linear (kelarutan )

Suhu K el ar ut an B. Pembahasan

Kelarutan dalam besaran kuantitatif didefinisikan sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, sedangkan secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekuler homogen. Menurut U.S. Pharmacopeia dan National Formulary definisi kelarutan obat adalah jumlah ml pelarut di mana akan larut 1 gram zat terlarut.

partikel zat maka akan mempercepat kelarutan zat, dan dengan adanya garam akan mengurangi kelarutan zat.

Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan antara lain oleh temperatur, luas permukaan, jenis pelarut, serta bentuk dan ukuran partikel. Pada percobaan ini akan ditentukan kelarutan asam benzoat dan asam borat dalam pelarut air pada suhu kamar, 45ºC dan 60ºC. Asam borat ditimbang 2 gram yang dilarutkan dalam 25 ml akuades dan asam benzoat ditimbang 0,5 gram yang kemudian dilarutkan dalam 50 ml air. Pada suhu 45ºC, aquades terlebih dahulu dipanaskan sampai mencapai suhu 45ºC yang diukur menggunakan termometer, kemudian sampel dimasukkan ke dalamnya sambil diaduk selama 5 menit. Sama seperti perlakuan pada suhu 45ºC, pada suhu 60ºC aquades terlebih dahulu dipanaskan sampai mencapai suhu 45ºC yang diukur menggunakan termometer, kemudian sampel dimasukkan ke dalamnya sambil diaduk selama 5 menit. Gelas yang berisi larutan asam tersebut baik pada suhu kamar, suhu 45ºC dan suhu 60ºC, sampel disaring dengan corong dan kertas saring. Kertas saring tersebut dilipat dan diletakkan dia atas cawan uap, lalu dikeringkan dalam oven selama 30 menit pada suhu 100ºC. Dikeringkan pada suhu ini dikarenakan air menguap pada suhu 100ºC. Kemudian larutan didinginkan selama 3 menit lalu ditimbang residu yang terdapat pada kertas saring dan residu tersebut dianggap sebagai residu zat yang tidak larut. Tujuan dari pengadukan yaitu untuk mempercepat difusi antar partikel sehingga mempercepat kelarutan.

Dalam percobaan ini alasan zat dilarutkan yaitu untuk melihat tingkat kelarutan asam borat dan asam benzoat dalam pelarut air. Kertas saring sebelumnya dipanaskan dalam oven pada suhu 100ºC dengan tujuan agar kandungan air yang terdapat di dalam kertas saring hilang sehingga tidak mempengaruhi hasil akhir pengamatan. Diperoleh berat kertas saring yang konstan. Setelah itu pada proses penyaringan bertujuan untuk menyaring zat yang tidak terlarut dalam pelarut yang digunakan. Sedangkan pengeringan dilakukan untuk mengubah endapan menjadi bentuk yang susunannya tetap sebelum ditimbang dan menghilangkan kandungan air dalam endapan di kertas saring sehingga diperoleh zat yang lebih murni bukan berat dari pelarut yang melekat pada kertas saring.

Dari hasil percobaan yang dilakukan, maka diperoleh data untuk kelarutan asam benzoat pada suhu kamar adalah 1,75 mg/mL, pada suhu 45ºC adalah 2,75 mg/mL dan pada suhu 60ºC 2,863 mg/mL. Sedangkan kelarutan asam borat pada suhu kamar adalah 78,6 mg/mL, pada suhu 45ºC adalah 79,86 mg/mL dan pada suhu 60ºC adalah 80 mg/mL.

Berdasarkan hasil percobaan untuk asam borat sesuai dengan literatur yang ada, di mana asam borat lebih mudah larut dalam pelarut air dibandingkan asam benzoat dan semakin tinggi suhu semakin tinggi kelarutan asam borat dan asam benzoat. Secara umum zat yang dipanaskan akan mempercepat reaksi karena adanya perenggangan ikatan senyawa-senyawa tersebut sehingga mudah bereaksi dengan senyawa-senyawa lain.

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu pelarutnya maka semakin tinggi pula kelarutan asam borat dan asam benzoate dalam pelarut air. Hal ini sesuai dengan teori yaitu semakin tinggi temperature maka kelarutan suatu zat semakin besar.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleah maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Kelarutan dari sampel:

- Asam Benzoat

Pada suhu kamar = 1,75 mg/ml

Pada suhu 45C = 2,75 mg/ml

Pada suhu 60C = 2,863 mg/ml

- Asam Borat

Pada suhu kamar = 78,6 mg/ml

Pada suhu 45C = 79,86 mg/ml

Pada suhu 60C = 80 mg/ml

2. Asam borat lebih besar kelarutannya

daripada asam benzoat.

3. Semakin tinggi temperatur maka semakin

tinggi kelarutan suatu zat.

B. Saran

Sebaiknya dalam parktikum ini kita juga menggunakan pelarut lain agar dapat dibandingkankelarutannya.

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howart C . 1989 . Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi . Jakarta : Universitas

Indonesia.

Ditjen POM . 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan RI,.

Anief, M . 2003 . Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik . Yogyakarta : UGM-Press.

R. Voight . 1994 . Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi Kelima . Yogyakarta : Gadjah

Mada University Press.

Roth, Hermann, J . 1988 . Analisis Farmasi . Yogyakarta : UGM-Press

Ansel C. Howard.1989 . Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : Universitas Indonesia

Press.

Martin, Alfred . 1990 . Farmasi Fisika Edisi I . Jakarta : Universitas Indonesia Press.

LAMPIRAN

(Pemanasan Larutan) (Pengadukan Larutan)

 

 

 

Referensi

Dokumen terkait

Dalam bidang farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau cairan digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan senyawa cair, digunakan pula untuk

Berat jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat dibanding dengan volume zat pada suhu tertentu (biasanya pada suhu 25ºC), sedangkan rapat jenis

Pada metode ini digunakan untuk menentukan tegangan suatu zat cair yang tidak bercampur, sedangkan prinsipnya yaitu pada pipa kapiler dimasukkan kedalam suatu zat

 Dketahui bahwa penambahan zat terlarut pada suatu pelarut murni akanmenyebabkan turunnya suhu titik beku dari pelarut murni tersebut ( Larutan akanmemiliki titik beku lebih rendah

Untuk pelarut heksana semua zat terlarut tidak dapat larut, karena dari ke empat zat terlart hampir semuanya senyawa ionik dan kovalen polar yang akan mudah larut dalam pelarut

dibawah titik beku pelarut murni yang semula yaitu dibawah 0°C, zat terlarut akan berpengaruh pada penurunan titik beku larutan karena pada suatu pelarut murni, zat

Solvent atau pelarut merupakan senyawa dalam jumlah yang lebih besar sedangkan senyawa dalam jumlah yang lebih sedikit disebut solute atau zat

Dari semua identifikasi pupuk yang dilakukan baik dari identifikasi pupuk secara kimia,fisik dan bentuk,serta pupuk berdasarkan senyawa,kelarutan,hidroskopisitas,grade