BAB I
PENDAHULUAN
1.1 TUJUAN
Mahasiswa mampu menentukan bobot jenis dan rapat jenis dari beberapa zat.
1.2 LATAR BELAKANG
Keadaan bahan secara keseluruhan secara mudah dapat dibagi menjadi zat padat dan fluida. Zat padat cenderung tegar dan mempertahankan bentuknya, sementara fluida tidak memoertahankan bentuknya tetapi mengalir. Fluida meliputi cairan, yang mengalir dibawah pengaruh graviktasi sampai menempati daerah terendah yang mungkin dari penampungnya dan gas yang mengembang mengisi penampungnya tanpa peduli bentuknya. Perbedaan antara zat cair dan padat tidak tajam. Walaupun es dianggap sebagai zat padat, aliran sungai es sangat dikenal. Demikian pula kaca, dan bahkan batu dibawah tekanan yang besar, cenderung mengalir sedikit untuk periode waktu yang panjang.
Rapat jenis (specific gravity) adalah perbandingan antara bobot jenis suatu zat pada suhu tertentu (biasanya dinyatakan sebagai 25/25,25/4,4/4). Untuk bidang farmasi biasanya 25/25.
Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat padat, dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena mudah didapat dan mudah dimurnikan. Penentuan bobot jenis selain dengan piknometer, neraca westphalt, dan aerometer adalah dengan neraca hidrostatik, neraca reimen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
karakteristik bahan yang penting yang digunakan untuk pengujian identitas dan kemurnian dari bahan obat dan bahan pembantu, terutama dari cairan dan zat-zat bersifat seperti malam. (Rudolf, Voigt, 1994).
Bobot jenis dinyatakan dalam desimal dengan beberapa angka di belakang koma sebanyak akurasi yang diperlukan pada penentuannya. Pada umumnya, dua angka di belakang koma sudah mencukupi. Bobot jenis dapat dihitung, atau untuk senyawa khusus dapat ditemukan dalam United States Pharmacopeia (USP) atau buku acuan lain. (Ansel, 2006)
Penentuan bobot jenis selain piknometer, neraca Westphalt, dan aerometer adalah neraca Hidrostatik, neraca Reimenn, untuk menentukan mengetahui berat jenis zat cair; neraca Ephin, untuk mengukur zat cair; neraca Qeimann, untuk mengukur zat cair saja (karena telah memiliki benda padat yang tak bisa diganti dengan zat padat (Raharjo, 2008)
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, penetapan bobot jenis digunakan hanya untuk cairan, dan kecuali dinyatakan lain, didasarkan pada perbandingan bobot zat di udara pada suhu 250 terhadap bobot air dengan volume
dan suhu yang sama. Bila suhu ditetapkan dalam monografi, bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang ditetapkan terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila pada suhu 250C zat berbentuk padat,
Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat padat, dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena mudah didapat dan mudah dimurnikan. (Howard, Ansel., 1989)
Pengujian bobot jenis dilakukan untuk menentukan 3 macam bobot jenis yaitu : a. Bobot jenis sejati
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk rongga yang terbuka dan tertutup.
b. Bobot jenis nyata
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk pori/lubang terbuka, tetapi termasuk pori yang tertutup.
c. Bobot jenis efektif
Massa partikel dibagi volume partikel termasuk pori yang tebuka dan tertutup. (Lachman, L., 1994)
Seperti titik lebur, titik didih atau indeks bias (bilangan bias). Kerapatan relatif merupakan besaran spesifik zat. Besaran ini dapat digunakan untuk pemeriksaan konsentrasi dan kemurnian senyawa aktif, senyawa bantu dan sediaan farmasi. (Voigt, R., 1994)
suatu zat berbobot 30 g, maka “volume air yang setara” (25 mL) berbobot 25 g dan bobot jenis zat ini dapat dihitung sebagai (Ansel, 2006)
Dan berikut adalah rumus perhitungan bobot jenis :
BJ =
bobot pikno berisicairanvolume piknometer−bobot piknokosongKerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada temperatur tertentu. Sifat ini merupakan salah satu sifat fisika yang paling sederhana dan sekaligus merupakan salah satu sifat fisika yang paling definitif, dengan demikian dapat digunakan untuk menentukan kemurnian suatu zat (Martin, 1993).
Untuk mudahnya, bisa didefinisikan tiga tipe kerapatan, yaitu :
a. Kerapatan sebenarnya dari bahan itu sendiri, tidak termasuk rongga-rongga dan pori-pori di dalam partikel yang lebih besar dari dimensi molekuler atau dimensi atomis dalam kisi-kisi kristal.
b. Kerapatan granul, seperti ditentukan oleh perpindahan tempat dari air raksa, yang tidak mempenetrasi pada tekanan biasa ke dalam pori-pori yang lebih kecil sekitar 10 mili micron.
c. Kerapatan bulk, seperti ditentukan dari volume bulk dan berat suatu serbuk kering dalam sebuah gelas ukur.
dengan pemindahan cairan di mana padatan tersebut tidak larut ditemukan dalam buku-buku farmasi umum. Jika bahan berpori seperti halnya kebanyakan serbuk-serbuk, kerapatan sebenarnya dapat ditentukan dengan menggunakan densitometer helium. (Alfred, Martin., 1993)
Kerapatan granul bisa ditentukan dengan suatu metode yang serupa dengan metode pemindahan cairan. Digunakan air raksa, karena air raksa mengisi ruang-ruang kosong tetapi tidak berpenetrasi ke dalam pori-pori dalam dari partikel. Kerapatan bulk didefinisikan sebagai massa dari suatu serbuk dibagi dengan volume bulk (Alfred, Martin., 1993)
Hubungan antara massa dan volume tidak hanya menunjukan ukuran dan bobot molekul suatu komponen, tetapi juga gaya-gaya yang mempengaruhi sifat karakteristik “pemadatan” (“Packing Characteristic”). Dalam sistem matriks kerapatan diukur dengan gram/milimeter (untuk cairan) atau gram/cm2 (Martin,
1993). Kerapatan dan berat jenis. Ahli farmasi sering kali mempergunakan besaran pengukuran ini apabila mengadakan perubahan antara massa dan volume. Kerapatan adalah turunan besaran karena menyangkut satuan massa dan volume. Batasannya adalah massa per satuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu, dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik (gram/cm3) (Martin,
1993).
Dan berikut adalah rumus dari kerapatan/rapat jenis :
Metode penentuan untuk cairan :
1. Metode Piknometer. Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah untuk menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian metode piknometer akan bertambah hingga mencapai keoptimuman tertentu dengan bertambahnya volume piknometer. Keoptimuman ini terletak pada sekitar isi ruang 30 ml. 2. Metode Neraca Hidrostatik. Metode ini berdasarkan hukum Archimedes yaitu
suatu benda yang dicelupkan ke dalam cairan akan kehilangan massa sebesar berat volume cairan yang terdesak.
3. Metode Neraca Mohr-Westphal. Benda dari kaca dibenamkan tergantung pada balok timbangan yang ditoreh menjadi 10 bagian sama dan disetimbangkan dengan bobot lawan. Keuntungan penentuan kerapatan dengan neraca Mohr-Westphal adalah penggunan waktu yang singkat dan mudah dilaksanakan.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Alat
1. Piknometer 2. Beaker Glass 3. Gelas Ukur
4. Timbangan Digital 5. Lap Kasar
8. Thermomether
B. Bahan
1. Air 2. Alkohol 3. Kloroform 4. Aseton5. Na-CMC 0,1% dan Na-CMC 0,5%
C. Cara Kerja
Pengukuran Bobot Jenis dengan Piknometer
Disiapkan alat dan bahan
Piknometer
dibersihkan dengan air suling, kemudian dibilas dengan alcohol 95%
Apabila sudah kering tidak perlu dikeringkan dengan hair dryer
Piknometer sebelumnya diisi dengan aquadest hingga penuh, lalu piknometer yang
telah terisi dimasukkan kedalam air dingin hingga
suhu 25, ditimbang lagi bobotnya (lakukan 3 kali
replikasi)
Dikeluarkan, kemudian ditimbang bobotnya dalam
keadaan kosong ( lakukan 3 kali replikasi)
Jika belum kering, piknometer dikeringkan dalam hair dryer pada suhu 100C selama 60 menit, lalu didinginkan pada suhu kamar
Aquadest dikeluarkan dari piknometer, lalu dibilas
dengan
alkohol 95%
lalu keringkan
hitung bobot jenis masing-masing sampel ,
dengan menghitung selisih antara piknometer berisi dengan
piknometer kosong isi piknometer kosong
dengan sampel sesuai volume yang tertera
pada piknometer (lakukan 3 kali replikasi dengan cara
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Aquadest
Kel.
Bobot pikno + sampel (g)Bobot pikno kosong
(g) Selisish (g) Rata – rata (g)
1.
47,0
45,9
43,5
22,5
21,5
19,5
24,5
24,4
24
24, 3
.
2.
46,5
46,5
44,9
22,2
21,4
21,4
24, 3
25,1
23,5
24,3
3.
42,5
41,5
44,8
20,6
20,2
21,0
21,9
21, 3
23,8
22,23
4.
40,1
39,0
37,9
12,4
14,5
13,7
27,7
24,5
24,2
25,46
5.
45,4
48,1
47,8
20,5
23,08
23,7
24,9
25,02
24,1
24,67
Bobot pikno +
sampel (g)
Bobot pikno
kosong (g)
Selisih (g)
Rata – rata
(g)
46,5
45,7
42,9
22,5
21,4
19,5
24
24,3
23,4
23,9
Sorbitol
Bobot pikno +
sampel (g)
Bobot pikno kosong
(g)
Selisih (g)
Rata – rata
(g)
51,7
53,5
52, 3
21,2
21,8
21,8
30,5
31,7
30,5
30,9
Propilenglikol
Bobot pikno +
sampel (g)
Bobot pikno kosong
(g)
Selisih (g)
Rata-rata
(g)
42, 3
43,0
45,6
19, 3
19,4
19,6
23
23,6
26
24,2
CMC
Kadar
(%)
Bobot pikno +
sampel (g)
Bobot pikno
kosong (g)
Selisih (g)
0,2
40,1
39,0
37,9
12,4
14,5
13,7
27,7
24,5
24,2
25,46
0,4
45,6
48,4
47,9
20,5
23,08
23,7
25,1
25,2
24,2
24,83
Minyak
Merk
Bobot pikno +
sampel (g)
Bobot pikno
kosong (g)
Selisih (g)
Perhitungan Bobot Jenis (BJ)
1.
Aquadest2. Sorbitol
Kelompok Bobot piknoberisi−bobot pikno kosong
volume pikno Hasil (g/ml)
1. 24,325mlg 0,972
2. 24,3g
25ml 0,972
3. 22,2325mlg 0,89
4. 25,46g
25ml 1,018
5. 24,67g
25ml 0,986
Bobot piknoberisi−bobot pikno kosong
volume pikno Hasil (g/ml)
30,9g
25ml 1,236
3. Propilenglikol
Bobot piknoberisi−bobot pikno kosong
volume pikno Hasil (g/ml)
24,2g
25ml 0,968
4. Na CMC
Kadar (%)
Bobot piknoberisi−bobot pikno kosong
volume pikno Hasil (g/ml)
0,2 25,4225mlg 1,018
0,4 24,83g
25ml 0,993
5. Alcohol 70%
Bobot piknoberisi−bobot pikno kosong
volume pikno Hasil (g/ml)
23,9g
25ml 0,932
Merk Bobot piknoberisi−bobot pikno kosong
volume pikno Hasil (g/ml)
Sania 24,56g
25ml 0,982
Orilia 24,6g
25ml 0,984
Mazola 21,6g
25ml 0,864
Bimoli 21,3g
25ml 0,852
Rose Brand
20,14g
25ml 0,80
B.
PEMBAHASAN
Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal. Dalam bidang farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau cairan digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui tingkat kelarutan/daya larut suatu zat.
Untuk melakukan percobaan penetapan bobot jenis, piknometer dibersihkan dengan menggunakan aquadest, kemudian dibilas dengan alcohol 95% untuk mempercepat pengeringan piknometer kosong tadi. Pembilasan dilakukan untuk menghilangkan sisa dari permbersihan, karena biasanya pencucian meninggalkan tetesan pada dinding alat yang dibersihkan, sehinggga dapat mempengaruhi hasil penimbangan piknometer kosong, yang akhirnya juga mempengaruhi nilai bobot jenis sampel. Jadi sisa-sisa yang tidak diinginkan dapat hilang dengan baik, baik yang ada di luar, maupun yang ada di dalam piknometer itu sendiri. Setelah piknometer dibersihkan, piknometer kemudian dikeringkan. Setelah kering piknometer ditimbang pada timbangan analitik dalam keadaan kosong. Setelah ditimbang kosong, piknometer lalu diisikan dengan sampel mulai dengan aquadest, sebagai pembanding nantinya dengan sampel yang lain.
Pada penentuan bobot jenis cairan dilakukan dengan menggunakan piknometer 25 ml dan aquadest sebagai larutan baku standar. Pengukuran dengan menggunakan piknometer dilakukan pada suhu 25˚C atau suhu ruangan. Karena pada suhu 25 C atau pada suhu ruang, air memiliki bobot jenis yang mendekati 1 g/ml. Cairan yang akan dihitung bobot jenisnya ada 9 sampel, antara lain sorbitol, propilenglikol, alcohol 70%, CMC, Minyak dengan 5 merk yang berbeda. Langkah pertama yaitu piknometer yang bersih dan kering ditimbang beserta tutupnya. Kemudian diisi dengan 9 sampel tadi dan diulang sebanyak 3 kali replikasi untuk masing-masing sampelnya. Selanjutnya dilakukan perhitungan sesuai dengan persamaan yang tertera pada literatur. Pada penentuan bobot jenis diperoleh hasil paling terbesar yaitu 1,236 g/ml yang terdapat pada sorbitol dan hasil terkecil yaitu 0.80 g/ml pada larutan minyak rosebrand. Alasan mengapa bobot jenis dari sorbitol besar dikarenakan kekentalan atau viskositas dari sorbitol sangat tinggi. Semakin encer suatu larutan maka semakin kecil bobot jenisnya, sebaliknya jika semakin kental suatu cairan maka semakin besar bula bobot jenis.
Berdasarkan literatur Farmakope Indonesia edisi keempat, bobot jenis air suling pada suhu 25oC adalah 996,02 gram/liter atau 0,99602 gram/
kerja percobaan dengan prosedur seperti yang dicantumkan pada literatur dan kesalahan oleh praktikan (human error). Dicurigai hasil penurunan suhu sampel pada 25oC tidak mencapai hasil yang maksimal, sampel di dalam
piknometer tidak mengalami penurunan suhu menjadi 25oC secara merata.
Etanol 95%, propilenglikol, dan sorbitol merupakan tiga contoh zat dari golongan senyawa alkohol (R-OH). Tetapi memiliki jumlah rantai alkil dan gugus hidroksil yang berbeda-beda, sehingga bobot molekul dari ketiga zat tersebut berbeda-beda dan memengaruhi bobot jenis dari masing-masing sampel golongan alkohol tersebut. Etanol memiliki rumus struktur H3C-CH2
-OH yaitu alkohol monovalen primer dengan bobot molekul 46,07. Propilenglikol memiliki rumus struktur H3C-CH(OH)-CH2-OH propana-1,2-diol yaitu alkohol polivalen dengan bobot molekul 76,10. Sorbitol memiliki rumus struktur HO-CH2-CH(OH)-CH(OH)-CH(OH)-CH(OH)-CH2-OH yaitu
alkohol polivalen dengan bobot molekul 182,17. Dari ketiga sampel golongan alkohol tersebut yang memiliki bobot molekul terberat secara berturut-turut adalah sorbitol, propilenglikol, dan etanol. Perbedaan bobot molekul tersebut menjadikan bobot jenis dan rapat jenis yang berbeda, sampel yang memiliki angka bobot molekul lebih besar akan memiliki nilai bobot jenis dan rapat jenis yang besar pula.
A.
Kesimpulan
Dari hasil pengamatan diperoleh hasil yang berbeda. Hal ini disebabkan karena perbedaan dalam perlakuan baik dalam pembacaan skala, maupun tidak sengaja dalam memegang piknometer sehingga menjadi tidak akurat.Untuk pengamatan bobot jenis, hasil terbesar dalam pengamatan ini adalah sorbitol, sedangkan yang terkecil adalah minyak merk Rose Brand. Hampir semua sampel aquadest memiliki bobot jenis yang mendekati 1 g/ml.
Berikut hasil dari percobaan yang dilakukan
1. Sorbitol
= 1,236 g/ml
2. Na CMC 0,2% = 1,018 g/ml
3. Na CMC 0,4% = 0,993 g/ml
4. Minyak orilia = 0,984 g/ml
5. Minyak sania = 0,982 g/ml
7. Air suling
= 0,967 g/ml
8. Alcohol 70% = 0,932 g/ml
9. Minyak Mazola= 0,864 g/ml
10. Minyak bimoli = 0,852 g/ml
11.Minyak rosebrand = 0,80 g/ml
B.
Saran
1.
diharapkan kepada praktikan agar lebih teliti sehingga tidak ada kesalahan dalam praktikum.Daftar Pustaka
http://www.academia.edu/12317829/Laporan_Farfis_Bobot_jenis_dan_Kera patan
http://diarylaboratorium.blogspot.co.id/2014/05/laporan-praktikum-farmasi-fisika-bobot.html
http://www.academia.edu/8738048/LAPORAN_BOBOT_JENIS_DAN_KERAPAT AN
LAMPIRAN
Disiapkan piknometer Ditimbang piknometer dalam keadaan kosong
Dimasukkan aquadest kedalam piknometer sampai penuh, lalu ditutup
Suhu air diukur menggunakan thermometer hingga mencapai 25C
Dicuci piknometer dengan alcohol 95%
Dimasukan minyak dalam piknometer pada percobaan ini menggunakan 5 sampel minyak masing-masing sampel
menggunakan sampel yang berbeda-beda.
Dimasukan sampel dalam piknometer pada percobaan kali ini menggunakan sampel yaitu CMC 0,4, CMC 0,2, Sorbitol, propilenglikol.