• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL PRAKTIKUM FARMASI FISIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODUL PRAKTIKUM FARMASI FISIK"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

1

MODUL PRAKTIKUM

FARMASI FISIK

PM-UMM-02-12/L1

Program Studi Farmasi (S1)

Fakultas Ilmu Kesehatan

2017

Visi

“ Menjadi program studi Farmasi (S1) yang unggul dalam bidang Farmasi Bahan Alam yang berlandaskan nilai-nilai Islam dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang mampu

(2)

2

MODUL PRAKTIKUM

FARMASI FISIK

Disusun oleh :

Tiara Mega Kusuma, M.Sc., Apt.

PM-UMM-02-12/L1

Program Studi Farmasi (S1)

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Magelang

2017

(3)

3

PENGESAHAN

Modul Praktikum

FARMASI FISIK

PM-UMM-02-12/L1

Revisi : 00 Tanggal : Maret 2017

Dikaji Ulang Oleh : Ketua Program Studi S1 Farmasi Dikendalikan Oleh : Gugus Kendali Mutu Fakultas

Disetujui Oleh : Dekan

NO. DOKUMEN : PM-UMM-02-22 TANGGAL : Maret 2017

NO. REVISI : 00 NO. HAL :

-Disiapkan Oleh : Koordinator Praktikum

Tiara Mega Kusuma, M.Sc., Apt NIDN. 0607048602

Diperiksa Oleh: Ka. Prodi S1 Farmasi

Tiara Mega Kusuma, M.Sc., Apt NIDN. 0607048602

Disahkan Oleh : Dekan

Puguh Widiyanto,S.Kp., M.Kep NIDN. 0621027203 Catatan : Dokumen ini milik Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang dan TIDAK DIPERBOLEHKAN dengan cara dan

(4)

4

PENGANTAR

Assalamualaikum, wr, wb

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga modul praktikum farmasi fisik ini dapat tersusun. Secara umum, praktikum ini berhubungan dengan kajian kelarutan dan faktor yang mempengaruhinya; stabilitas obat; fenomena antar permukaan dan penentuan tegangan permukaan; sistem dispersi (koloid, emulsi, suspensi, dispersi padat); pengertian rheologi dan viskositas serta hubungannya dalam farmasi, mikromeritik. Praktikum ini diharapkan dapat meningkatkan ketrampilan mahasiswa dalam menyampaikan informasi melalui komunikasi yang efektif baik interpersonal maupun profesional kepada pasien, sejawat, apoteker, praktisi kesehatan lain dan masyarakat sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawab.

Penyusun menyadari bahwa buku ini tidak terlepas dari kekurangan, oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan buku ini. Penyusun berharap semoga buku ini dapat bermanfaat. Amiin.

Wassalamualaikum, Wr. Wb

Magelang, Maret 2017

(5)

5

Tata Tertib Pelaksanaan Praktikum

1. Mahasiswa wajib hadir di ruang praktikum sesuai jadwal praktikum yang berlaku.

2. Mahasiswa yang datang terlambat lebih dari 15 menit tidak diperkenankan mengikuti kegiatan praktikum.

3. Mahasiswa wajib membawa farmasi kit disetiap kegiatan praktikum. 4. Mengikuti pretest sebelum praktikum dimulai.

5. Bila nilai pretest memenuhi standar (≥60) mahasiswa dapat mengikuti praktikum sesuai prosedur dan aturan yang berlaku (untuk mata praktikum tertentu).

6. Sebelum praktikum dimulai mahasiswa wajib mengenakan jas laboratorium.

7. Mahasiswa meminjam peralatan ke laboran dengan mengisi Daftar Bon Alat.

8. Selama praktikum berlangsung, mahasiswa wajib menjaga ketertiban dan ketenangan laboratorium.

9. Selama pelaksanaan praktikum mahasiswa tidak diperkenankan meninggalkan ruang praktikum tanpa ijin dosen atau asisten pembimbing praktikum.

10. Setelah selesai praktikum, mahasiswa wajib merapikan dan membersihkan kembali peralatan dan tempat praktikum sesuai ketentuan yang berlaku.

11. Mahasiswa wajib absen dijurnal praktikum dan mengisi kartu kendali praktikum.

12. Mahasiswa wajib membuang sampah praktikum sesuai ketentuan yang berlaku.

13. Mahasiswa wajib melaporkan alat-alat yang rusak dan pecah ke laboran.

14. Mahasiswa wajib mengganti peralatan yang rusak atau pecah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

15. Mahasiswa wajib membuat laporan resmi praktikum sesuai dengan hasil praktikum.

Kepala Laboratorium Farmasi

(6)

6

Format Laporan dan Kriterian Penilaian

Laporan Resmi :

1. Cover laporan: nama mata praktikum, judul pertemuan, logo universitas, nama dan NIM penyusun, nama prodi, nama fakultas, nama universitas, tahun.

2. Isi

a. Judul praktikum b. Tujuan praktikum c. Dasar teori

d. Metode praktikum/cara kerja e. Hasil praktikum

f. Pembahasan disertai jurnal ilmiah g. Kesimpulan h. Daftar pustaka Kriteria Penilaian : Indikator Point Pretest/Posttest 20 Skill lab 40 Laporan 10 Responsi 30 TOTAL 100

(7)

7

PERTEMUAN KE-1

KERAPATAN DAN BOBOT JENIS

1. Capaian pembelajaran :

Mampu menerapkan ilmu dan teknologi kefarmasian dalam perancangan, pembuatan, dan penjaminan mutu sediaan farmasi:

2. Tujuan Praktikum :

Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu : a) Menggunakan piknometer untuk penentuan kerapatan dan bobot

jenis dengan baik dan benar

b) Menghitung kerapatan dan bobot jenis suatu zat

3. Dasar Teori

Kerapatan merupakan massa per unit volume suatu zat pada temperatur tertentu. Sifat ini merupakan salah satu sifat fisika yang paling sederhana dan sekaligus merupakan salah satu sifat fisika yang paling definitif, dengan demikian dapat digunakan untuk menentukan kemurnian suatu zat.

Suatu rapatan diperoleh dengan membagi massa suatu objek dengan volumenya:

(d) = massa (m) Volume (V)

Bobot jenis suatu zat merupakan perbandingan antara bobot zat terhadap air volume sama yang ditimbang di udara pada suhu yang sama. Penetapan bobot jenis digunakan hanya untuk cairan, kecuali dinyatakan lain, didasarkan pada perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25° C terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang telah ditetapkan terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama.

4. Pelaksanaan Praktikum Bahan dan Alat

Bahan : aquadest, etanol 70%, aseton, tisu Alat : piknometer, neraca analitik, gotri

(8)

8

Cara Kerja

a. Penentuan volume piknometer

1) Timbang piknometer yang bersih dan kering dengan seksama 2) Isi piknometer dengan aquadest sampai penuh, lalu tutup pikno 3) Usap dan keringkan bagian luar piknometer yang terkena

aquadest dengan tissue

4) Timbang piknometer dengan seksama 5) Hitung volume piknometer

b. Penentuan kerapatan dan bobot jenis etanol 70%

1) Timbang piknometer yang bersih dan kering dengan seksama 2) Isi piknometer dengan etanol sampai penuh, lalu tutup pikno 3) Usap dan keringkan bagian luar piknometer yang terkena

aquadest dengan tissue

4) Timbang piknometer dengan seksama

5) Hitung kerapatan dan bobot jenis etanol 70% c. Penentuan kerapatan dan bobot zat padat

1) Timbang piknometer yang bersih dan kering dengan seksama 2) Tinbang gotri yang akan ditentukan kerapatannya dengan

seksama

3) Masukkan gotri ke dalam piknometer

4) Isi piknometer dengan aquadest hingga penuh

5) Tutup piknometer dan usap cairan yang menempel dengan tisu 6) Timbang piknometer dengan seksama

7) Hitung kerapatan dan bobot jenis gotri

5. Penilaian

a. Pretest b. Praktek c. Hasil d. Laporan

(9)

9

PERTEMUAN KE-2 VISKOSITAS DAN RHEOLOGI

1. Capaian pembelajaran :

Mampu menerapkan ilmu dan teknologi kefarmasian dalam perancangan, pembuatan, dan penjaminan mutu sediaan farmasi:

2. Tujuan Praktikum :

Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu : a) Membedakan sifat cairan Newton dan Non Newton

b) Menggunakan berbagai jenis viskometer c) Menentukan viskositas dan rheologi cairan

3. Dasar Teori

Rheologi berasal dari bahasa yunani mengalir (rheo) dan logos (ilmu). Digunakan istilah ini untuk pertama kali oleh Bingham dan Croeford untuk menggunakan aliran cairan dan deformasi dari padatan. Rheologi erat kaitannya dengan viskositas. Viskositas merupakan suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir; semakin tinggi viskositas, semakin besar tahanannya untuk mengalir.

Viskositas dinyatakan dalam simbol η. Prinsip dasar rheologi telah digunakan dalam penyelidikan zat, tinta, berbagai adonan, bahan-bahan untuk pembuat jalan, kosmetik, produk hasil peternakan, serta sediaan-sediaan farmasi.

Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besar kecilnya gesekan di dalam fluida. Semakin besar viskositas (kekentalan) fluida, maka semakin sulit suatu fluida untuk mengalir dan juga menunjukkan semakin sulit suatu benda bergerak di dalam fluida tersebut. Di dalam zat cair, viskositas dihasilkan oleh gaya kohesi antara molekul zat cair.

(10)

10

Penggolongan sistem cair menurut tipe aliran dan deformasinya ada dua yaitu:

a) Sistem Newton b) Sistem Non Newton. Sistem Newton

Pada cairan Newton, hubungan antara shearing rate dan shearing stress adalah linear, dengan suatu tetapan yang dikenal dengan viskositas atau koefisien viskositas. Tipe alir ini umumnya dimiliki oleh zat cair tunggal serta larutan dengan struktur molekul sederhana dengan volume molekul kecil. Tipe aliran yang mengikuti Sistem Newton, viskositasnya tetap pada suhu dan tekanan tertentu dan tidak tergantung pada kecepatan geser, sehingga viskositasnya cukup ditentukan pada satu kecepatan geser.

Sistem Non Newton

Pada cairan non-Newton, shearing rate dan shearing stress tidak memiliki hubungan linear, viskositasnya berubah-ubah tergantung dari besarnya tekanan yang diberikan. Tipe aliran non-Newton terjadi pada dispersi heterogen antara cairan dengan padatan seperti pada koloid, emulsi, dan suspense cair,salep. Ada 3 jenis tipe aliran dalam sistem Non-Newton, yaitu : PLASTIS, PSEUDOPLASTIS, dan DILATAN.

Alat untuk mengukur viskositas dan rheologi suatu zat disebut viskometer. Ada 2 jenis viksometer :

a) Viskometer satu titik

Hanya digunakan untuk menentukan viskositas cairan Newton. Misal viskometer kapiler, bola jatuh

b) Viskometer banyak titik

Viskometer jenis ini bisa digunakan untuk cairan Newton dan Non Newton. Misal viskometer stromer, brookfield, dll.

(11)

11

4. Pelaksanaan Praktikum Bahan dan Alat

Bahan : etanol, sirupus simpleks, aquadest, PGA

Alat : viskometer pipa kapiler, stopwatch, bola hisap, viskometer brookfield

Cara Kerja

a. Penentuan viskositas Newton menggunakan viskometer pipa kapiler/ ostwald

1) Masukkan etanol, sirupus simpleks 65% melalui pipa ukuran besar sampai batas bawah pipa kapiler

2) Hisap cairan dari pipa ukuran kecil sampai cairan mencapai batas atas pipa kapiler menggunakan bola hisap

3) Lepaskan bola hisap, catat waktu yang diperlukan cairan mengalir dari batas atas menuju batas bawah pipa kapiler menggunakan stopwatch. Lakukan secara triplo.

4) Lakukan hal yang sama poin 1-3 menggunakan blanko aquades 5) Hitung viskositas cairan

b. Penentuan viskositas Non Newton menggunakan viskometer brookfield

1) Tentukan sifat alir dispersi PGA 10% menggunakan viskometer brookfield

2) Hitung viskositas zat

5. Penilaian

a. Pretest b. Praktek c. Hasil

(12)

12

PERTEMUAN KE-3 TEGANGAN PERMUKAAN

1. Capaian pembelajaran :

Mampu menerapkan ilmu dan teknologi kefarmasian dalam perancangan, pembuatan, dan penjaminan mutu sediaan farmasi:

2. Tujuan Praktikum :

Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu : a) Menentukan tegangan permukaan dari suatu zat cair (aquadest dan

parafin liquid)

b) Menurunkan konsentrasi misel kritis (KMK) dari suatu surfaktan (tween 80)

3. Dasar Teori

Tegangan Permukaan (Tegangan Antar Muka) adalah gaya persatuan panjang yang harus dikerjakan sejajar permukaan untuk mengimbangi gaya tarikan kedalam pada cairan. Hal tersebut terjadi karena pada permukaan, gaya adhesi (antara cairan dan udara) lebih kecil dari pada gaya khohesi antara molekul cairan sehingga menyebabkan terjadinya gaya kedalam pada permukaan cairan.

Tegangan antar muka adalah gaya persatuan panjang yang terdapat pada antarmuka dua fase cair yang tidak bercampur. Tegangan antar muka selalu lebih kecil dari pada tegangan permukaan karena gaya adhesi antara dua cairan tidak bercampur lebih besar dari pada adhesi antara cairan dan udara.

Pengukuran tegangan permukaan atau tegangan antar muka: 1. Metode kenaikan kapiler:

Tegangan permukaan diukur dengan melihat ketinggian air/cairan yang naik melalui suatu kapiler. Metode kenaikan kapiler hanya dapat digunakan untuk mengukur tegangan permukaan tidak bisa untuk mengukur tegangan antar muka.

(13)

13 2. Metode tersiometer Du-Nouy:

Metode cincin Du-Nouy bisa digunakan untuk mengukur tegangan permukaan ataupun tegangan antar muka. Prinsip dari alat ini adalah gaya yang diperlukan untuk melepaskan suatu cincin platina iridium yang dicelupkan pada permukaan sebanding dengan tegangan permukaan atau tegangan antar muka dari cairan tersebut.

Manfaat Fenomena antar muka dalam farmasi:

1. Dalam mempengaruhi penyerapan obat pada bahan pembantu padat pada sediaan obat

2. Penetrasi molekul melalui membrane biologis

3. Pembentukan dan kestabilan emulsi dan dispersi partikel tidak larut dalam media cair untuk membentuk sediaan suspensi

4. Pelaksanaan Praktikum Bahan dan Alat

Bahan : aquadest, tween 80, parafin liquid

Alat : Batang pengaduk, cawan petri, corong, gelas ukur 100 ml, pipa kapiler, pipet skala, pipet tetes dan pot plastik

Cara Kerja

1) Pembuatan larutan tween 80 a) Disiapkan alat dan bahan.

b) Ditimbang tween 80 dengan konsentrasi 1%, 2%, 3%, 4%, 5%, 6%, 7%, 8%, 9%, dan 10%.

c) Dilarutkan masing-masing tween 80 dan dicukupkan hingga 100 ml.

2) Pengukuran tegangan permukaan cairan a) Disiapkan alat dan bahan.

b) Dipipet 20 ml aquadest dan parafin cair kemudian dimasukkan kedalam 2 cawan petri yang berbeda.

c) Dimasukkan pipa kapiler kedalam cawan petri yang telah diisi air dan parafin cair.

(14)

14

e) Dihentikan pengukuran ketika tidak terjadi perubahan ketinggian dari cairan dalan pipa kapiler.

f) Dihitung tegangan permukaan cairan tersebut 3) Penentuan KMK dari surfaktan

a) Dipipet 20 ml larutan tween 80 tiap konsentrasi dan dimasukkan dalam cawan petri.

b) Dimasukkan pipa kapiler kedalam cawan petri yang diisi larutan tween 80

c) Diukur ketinggian dari larutan tween 80 dengan konsentrasi yang berbeda tersebut

d) Dihentikan pengukuran ketika tidak terjadi perubahan ketinggian dari cairan dalan pipa kapiler

e) Dihitung tegangan permukaan cairan tersebut

f) Dibuat kurva hubungan konsentrasi dengan tengangan permukaan 5. Penilaian a. Pretest b. Praktek c. Hasil d. Laporan

(15)

15

PERTEMUAN KE-4 UKURAN PARTIKEL

1. Capaian pembelajaran :

Mampu menerapkan ilmu dan teknologi kefarmasian dalam perancangan, pembuatan, dan penjaminan mutu sediaan farmasi:

2. Tujuan Praktikum :

Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu : a) Mengukur ukuran partikel zat dengan metode mikroskopik b) Mengukur ukuran partikel zat dengan metode pengayakan

3. Dasar Teori

Mikromeritik biasanya diartikan sebagai ilmu dan teknologi tentang partikel yang kecil. Ukuran partikel dapat dinyatakan dengan berbagai cara. Ukuran diameter rata, ukuran luas permukaan rata-rata, volume rata-rata dan sebagainya. Pengertian ukuran partikel adalah ukuran diameter rata-rata

Ilmu dan teknologi partikel kecil diberi nama mikromiretik oleh Dalla Valle. Dispersi koloid dicirikan oleh partikel yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mikroskop biasa, sedang partikel emulsi dan suspensi farmasi serta serbuk halus berada dalam jangkauan mikroskop optik. Partikel yang mempunyai ukuran serbuk lebih kasar, granul tablet, dan garam granular berada dalam kisaran ayakan.

Pentingnya mempelajari mikromiretik, yaitu: a. Menghitung luas permukaan

b. Sifat kimia dan fisika dalam formulasi obat

c. Secara teknis mempelajari pelepasan obat yang diberikan secara per oral, suntikan dan topikal

d. Pembuatan obat bentuk emulsi, suspensi dan duspensi e. Stabilitas obat (tergantung dari ukuran partikel).

(16)

16

Metode-metode yang digunakan untuk menentukan ukuran partikel: a) Mikroskopi Optik

Menurut metode mikroskopis, suatu emulsi atau suspensi, diencerkan atau tidak diencerkan, dinaikkan pada suatu slide dan ditempatkan pada pentas mekanik. Di bawah mikroskop tersebut, pada tempat di mana partikel terlihat, diletakkan mikrometer untuk memperlihatkan ukuran partikel tersebut.

b) Pengayakan

Suatu metode yang paling sederhana, tetapi relatif lama dari penentuan ukuran partikel adalah metode analisis ayakan. Di sini penentunya adalah pengukuran geometrik partikel.

4. Pelaksanaan Praktikum Bahan dan Alat

Bahan : asetosal; aquadest; granul

Alat : mikroskop, mikrometer, beker glass, batang pengaduk, timbangan, ayakan,

Cara Kerja

a. Penentuan ukuran partikel dengan metode mikroskopik

1) Kalibrasi skala okuler: tempatkan mikrometer di bawah mikroskop. Himpitkan garis awal skala okuler dengan garis awal skala objektif kemudian tentukan garis kedua yang tepat berhimpit. Tentukan jarak skala lensa okuler.

2) Buat suspensi asetosal encer partikel yang akan dianalisa dan buat preparat di atas gelas objek

3) Lakukan pengelompokkan : tentukan ukuran partikel yang terkecil dan terbesar, bagilah jarak ukur yang diperoleh menjadi beberapa bagian

4) Ukurlah partikel dan golongkan ke dalam grup/kelompok yang telah ditentukan dan ukurlah sedikitnya 200 partikel.

5) Buat kurva distribusi ukuran partikel dan tentukan harga diameter rata-rata

(17)

17

b. Penentuan ukuran partikel dengan metode pengayakan

1) Susun beberapa ayakan dengan nomor tertentu berurutan dari atas ke bawah makin besar nomor pengayakan

2) Sejumlah granul yang sudah ditimbang diletakkan pada pengayak paling atas, ditutup dan mesin pengayak dihidupkan selama 10 menit

3) Fraksi yang tersisa pada masing-masing pengayak ditimbang 4) Fraksi rata-rata partikel dihitung dari rata-rata lubang pengayak

yang dapat dilewati dan lubang pengayak yang menahan serbuk tersebut

5) Buat distribusi ukuran partikel dan hitung diameter rata-rata partikel 5. Penilaian a. Pretest b. Praktek c. Hasil d. Laporan

(18)

18

PERTEMUAN KE-5 KELARUTAN

1. Capaian pembelajaran :

Mampu menerapkan ilmu dan teknologi kefarmasian dalam perancangan, pembuatan, dan penjaminan mutu sediaan farmasi:

2. Tujuan Praktikum :

Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu : a) Menjelaskan pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat b) Menjelaskan pengaruh surfaktan terhadap kelarutan zat

c) Menentukan konsentrasi misel kritik dari surfaktan dengan metode kelarutan

3. Dasar Teori

Kelarutan adalah interaksi spontan atau lebih dari dua atau lebih zat membentuk dispersi molekuler yang homogen. Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat adalah konsentrasi zat terlarut di dalam larutan jenuhnya pada suhu atau tekanan tertentu.

Kelarutan dinyatakan dalam satuan ml pelarut yang dapat melarutkan 1 gram zat, atau dinyatakan dalam molaritas, molalitas atau persen.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain pH, suhu, bentuk dan ukuran partikel, konstanta dielektrik pelarut, adanya zat-zat lain seperti surfaktan, pembentuk kompleks ion sejenis dan lain-lain.

4. Pelaksanaan Praktikum Bahan dan Alat

Bahan : parasetamol, aquadest, propilenglikol, gliserol, tween 80 Alat : seperangkat alat gelas, spektrofotometer uv vis, orbital shaker

(19)

19

Cara Kerja

a. Pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat

1) Buatlah 50 mL campuran pelarut pada tabel di bawah ini : Alkohol (% v/v) Propilenglikol (% v/v) Gliserol (% v/v) 0 25 25 5 20 25 10 20 20

2) Larutkan parasetamol sedikit demi sedikit dalam masing-masing campuran pelarut sampai didapat larutan jenuh

3) Kocok larutan dengan shaker selama 20 menit

4) Saring, kemudian tentukan kadar parasetamol yang terlarut dengan spektrofotometer uv -vis

b. Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat

1) Buat 50 mL larutan tween 80 dengan konsentrasi 0; 0,5; 5; 25 mg/mL

2) Tambahkan parasetamol sedikit sedikit ke dalam masing-masing larutan di atas sampai diperoleh larutan yang jenuh

3) Kocok larutan selama 1 jam dengan orbital shaker, jika ada endapan yang larut selama pengocokan tambahkan lagi parasetamol sampai didapatkan larutan yang jenuh

4) Saring dan tentukan kadar parasetamol yang terlarut dalam masing-masing pelarut dengan spektrofotometer uv -vis

5. Penilaian

a. Pretest b. Praktek c. Hasil d. Laporan

(20)

20

PERTEMUAN KE-6 STABILITAS

1. Capaian pembelajaran :

Mampu menerapkan ilmu dan teknologi kefarmasian dalam perancangan, pembuatan, dan penjaminan mutu sediaan farmasi:

2. Tujuan Praktikum :

Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu : a) Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas zat b) Menentukan energi aktivasi penguraian suatu zat

c) Menentukan waktu paruh suatu zat

d) Menggunakan data kinetika kimia untuk memperkirakan stabilitas suatu zat

3. Dasar Teori

Di dalam reaksi kimia, untuk mencerai-beraikan ikatan kimia dibutuhkan energi dan untuk membentuk ikatan-ikatan baru dilepaskan energi. Umumnya, ikatan-ikatan harus diceraikan sebelum ikatan-ikatan yang baru terbentuk. Maka baik dalam reaksi endoterm maupun eksoterm tetap dibutuhkan energi untuk mencerai-beraikan ikatan-ikatan kimia untuk memulai terjadinya suatu reaksi. Energi yang dibutuhkan inilah yang disebut sebagai Ea (energi aktivasi). Ea adalah adalah energi minimum yang diperlukan untuk melangsungkan terjadinya suatu reaksi.

Faktor-faktor yang Mempercepat Reaksi

a) Memperluas permukaan zat padat.

b) Memperbesar konsentrasi (kepekatan) larutan.

c) Memperbesar tekanan (memampatkan volume wadah) gas. d) Menaikkan suhu (memperbesar energi kinetiknya).

(21)

21

Efek dari Perubahan Suhu pada Laju Reaksi

Ketika temperatur ditingkatkan maka laju reaksinya akan meningkat. Laju reaksi akan berlipatganda setiap kenaikan suhu tertentu. Dan angka dari derajat suhu yang diperlukan untuk melipatgandakan laju reaksi akan berubah secara bertahap seiring dengan meningkatnya temperatur.

Temperatur dapat mempengaruhi gerak molekul, dimana seluruh molekul zat bergerak dengan arah dan laju yang sama. Adanya kenaikan temperatur mempengaruhi arah dan kecepatan gerak molekul sehingga molekul bergerak dengan kecepatan dan arah yang berbeda.

4. Pelaksanaan Praktikum Bahan dan Alat

Bahan : asetosal, natrium sitrat, aquadest, NaOH 0,1N; indikator PP Alat : vial, oven, buret, seperangkat alat gelas

Cara Kerja

a. Pembuatan larutan asetosal

Timbang seksama 15 g natrium sitrat, buat larutan jenuh natrium sitrat dalam air hangat kemudian dinginkan. Timbang seksama 12,5 g asetosal kemudian larutkan dalam larutan jenuh natrium sitrat sedikit demi sedikit dan tambahkan aquadest ad 250 ml.

b. Masukkan 50 mL larutan ke dalam 2 buah vial, kemudian tutup rapat. Vial disimpan dalam oven dengan temperatur 20-250C (suhu ruang); 700C.

c. Setelah pemanasan 60 menit ambil vial dari semua suhu dan dinginkan. Tentukan konsentrasi asetosal. Cara yang sama setelah pemanasan 2 jam dan 3 jam.

d. Penetuan konsentrasi asetosal :

Pipet 10 mL larutan dan titrasi dengan larutan baku NaOH 0,1N menggunakan indikator PP. Lakukan tritasi masing-masing triplo. e. Konsentrasi awal (Co) ditentukan dari larutan asal (tanpa

pemanasan)

f. Tentukan tingkat reaksi peruraian asetosal dengan cara subtitusi dan cara grafik

(22)

22 5. Penilaian a. Pretest b. Praktek c. Hasil d. Laporan

(23)

23

Daftar Pustaka

Martin, A. 1990. Farmasi Fisika jilid II. Jakarta : Universitas Indonesia Press

Moechtar. 1990. Farmasi Fisika. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press

Parrot, L, E. 1970. Pharmaceutical Technologi. Mineapolish : Burgess Publishing Company

Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran teknologi Farmasi edisi V Cetakan I. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press

Referensi

Dokumen terkait

Uji bobot jenis berdasarkan perbandingan antara berat minyak dan air pada volume dan suhu yang sama. Piknometer dicuci dan dibersihkan kemudian dibilas secara berturutan dengan

Energi aktivasi (Ea) harus ditentukan dengan cara mengamati perubahan konsentrasi pada suhu tinggi, dengan membandingkan dua harga konstanta penguraian zat pada temperatur atau

Setelah itu menentukan kerapatan dan BJ atau Berat Jenis dari zat cair tersebut yaitu air, kemudian menentukan kerapatan dan BJ dari zat cair seperti etanol, aceton, dan

Dengan demikian, dapat diketahui massa jenis zat mudah menguap dengan membandingkan bobot zat dapat diketahui massa jenis zat mudah menguap dengan membandingkan

Berat jenis efektif adalah perbandingan antara berat bahan di udara (tidak termasuk rongga yang menyerap aspal) pada satuan volume dan suhu tertentu dengan berat

Dari hubungan antara kalor yang diserap atau dilepas dengan perubahan suhu suatu zat, dapat diturunkan tetapan tetapan seperti nilai air (kapasitas kalor) dari kalor jenis zat

Perbandingan antara rasio redaman dengan beberapa jenis peredam baik udara, oli maupun air adalah semakin besar massa jenis atau kerapatan suatu fluida maka akan semakin

Hal ini disebabkan karena gaya adhesi antara cairan dan udara di permukaan lebih kecil daripada gaya kohesif antar molekul cairan, sehingga menyebabkan gaya ke dalam pada permukaan