• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH AGAMA ISLAM KELOMPOK 4

N/A
N/A
Kamil Prayogo

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH AGAMA ISLAM KELOMPOK 4"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH AGAMA ISLAM

Hukum Pernikahan Dalam Islam & Hukum Pernikahan Beda Agama

Disusun Oleh:

KELOMPOK 4

Reza Nafrendra Zain 5211011004

Dimas Ikram F 5211011005

Abdul Khaliq 5211011011 Diky Ajie Andriana 5211011014

Kamil Prayogo 5211011017

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA

2023

(2)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Sholawat serta salam kita haturkan kepada junjungan agung Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman bagi umat islam.

Penulis sangat bersyukur karena mampu menyelesaikan makalah tentang Pernikahan adalah salah satu institusi sosial yang mendalam dan penting dalam kehidupan manusia, serta memiliki implikasi sosial, agama, dan hukum yang sangat besar. Di dalam konteks Islam, pernikahan dianggap sebagai salah satu langkah yang suci dan penuh makna dalam perjalanan hidup seseorang. Namun, dunia yang semakin terglobalisasi dan multi-kultural juga menghadirkan tantangan baru dalam bentuk pernikahan antara individu yang berbeda agama.

Harapannya, panduan ini akan membantu para pembaca untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang dua aspek hukum pernikahan yang mencakup isu-isu agama, sosial, dan hukum. Pernikahan adalah komitmen hidup yang memerlukan pemahaman dan pengetahuan yang kuat, dan semoga panduan ini dapat memberikan cahaya dalam perjalanan mengarungi lautan pernikahan.

Yogyakarta, 23 oktober 2023

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 2

DAFTAR ISI ... 3

BAB I ... 4

PENDAHULUAN ... 4

1.1 Latar belakang ... 4

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penulisan ... 5

BAB II ... 6

PEMBAHASAN... 6

A. Pengertian pernikahan ... 6

B. Dasar Hukum Pernikahan & Pernikahan Beda Agama ... 7

C. Rukun dan syarat Pernikahan & Pernikahan Beda Agama ... Error! Bookmark not defined. D. Tujuan Pernikahan ... Error! Bookmark not defined. E. Hikmah Pernikahan ... Error! Bookmark not defined. BAB III ... 21

PENUTUP ... 21

A. Kesimpulan ... 21

B. Saran ... 21

DAFTAR PUSTAKA ... 22

(4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Pernikahan dalam Islam merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan individu dan masyarakat. Hal ini karena Islam memandang pernikahan sebagai langkah suci yang membentuk dasar dari keluarga dan masyarakat yang kuat. Dalam ajaran Islam, pernikahan dianggap sebagai 'half of faith' (setengah dari iman), dan ini mencerminkan betapa pentingnya pernikahan dalam pandangan agama. Selain itu, Islam memberikan pedoman yang sangat rinci terkait pernikahan, termasuk syarat-syarat, hak dan kewajiban suami-istri, serta prosedur yang harus diikuti dalam pernikahan. Seluruh aspek hukum pernikahan dalam Islam didasarkan pada Al-Quran dan Hadis, yang menjadi sumber utama panduan bagi umat Muslim. Dalam konteks modern, pernikahan dalam Islam juga menghadapi berbagai tantangan dan perubahan sosial. Adopsi teknologi, perubahan budaya, dan tantangan hubungan antara suami dan istri adalah beberapa isu yang perlu diperhatikan. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang hukum pernikahan dalam Islam sangat penting, sekaligus sebagai landasan untuk menjaga nilai-nilai tradisional dalam pernikahan sekaligus beradaptasi dengan perubahan dunia.

Pernikahan antara individu yang berbeda agama atau keyakinan adalah fenomena yang semakin umum dalam masyarakat yang semakin terglobalisasi. Globalisasi, migrasi, dan pertemuan antarbudaya telah membawa individu dari berbagai latar belakang agama dan kepercayaan untuk hidup bersama. Ini menciptakan tantangan dan pertanyaan unik tentang hukum pernikahan. Pernikahan beda agama dapat sangat kompleks karena berpotensi memunculkan perbedaan keyakinan, praktik agama, dan nilai-nilai dalam sebuah hubungan.

Selain itu, hukum pernikahan beda agama bervariasi di berbagai negara dan agama. Oleh karena itu, penting untuk memahami aspek-aspek hukum yang terkait dengan pernikahan beda agama, seperti persyaratan hukum, proses legal, dan implikasi sosial. Selain permasalahan hukum, pernikahan beda agama juga mencerminkan isu sosial dan budaya yang mungkin memerlukan dialog antarbudaya dan penghormatan terhadap perbedaan. Dalam lingkungan multikultural, memahami dan menghormati keyakinan dan budayapasangan adalah langkah penting untuk menjaga harmoni dan keberhasilan hubungan.

(5)

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana hukum pernikahan dalam islam dan pernikahan beda agama 1.2.2 Apakah riba diperbolehkan dalam islam tetapi berbeda agama?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan penulisan makalah ini untuk memberikan pemahaman tentang hukum pernikhan &

pernikahan berbeda agama dalam pandangan islam

1.3.2 untuk mengetahui sebuah hukum pernikahan dan pernikahan berbeda agama dalam islam

(6)

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Pernikahan

Pernikahan dalam fiqih berbahasa arab ada dua kata, yaitu nikah dan zawaj. Kata na-kaha dan za-wa-ja terdapat dalam Al-Qur’an dengan arti kawin yang berarti bergabung, hubungan kelamin, dan juga berarti akad.

Secara bahasa nikah adalah hubungan intim dan mengumpuli. Sedangkan arti nikah menurut istilah adalah melakukan suatu akad atau perjanjian untuk mengikat diri antara seorang laki-laki dengan seorang wanita untuk menghalalkan suatu hubungan kelamin antara keduanya sebagai dasar suka rela atau keridhaan hidup keluarga yang diliputi rasa kasih sayang dan ketentraman dengan cara yang diridhai Allah SWT.

Menurut ulama Syafi’iyah adalah suatu akad dengan menggunakan lafal nikah atau zawj yang menyimpan arti wati’ (hubungan intim). Artinya dengan pernikahan seseorang dapat memiliki atau dapat kesenangan dari pasangannya.

Pernikahan beda agama dalam pandangan Islam dikenal sebagai "nikah al- Mushrik" atau pernikahan dengan seorang yang beragama kafir. Dalam konteks Islam, pernikahan beda agama memiliki pengertian khusus dan hukum yang telah ditetapkan.

Pernikahan beda agama, juga dikenal sebagai pernikahan antaragama, adalah situasi di mana dua individu yang memiliki keyakinan atau agama yang berbeda menikah dan membentuk keluarga bersama. Ini berarti bahwa pasangan yang menikah memiliki keyakinan agama atau agama yang berbeda satu sama lain.

Pernikahan beda agama dapat melibatkan dua individu yang berasal dari dua agama yang berbeda, seperti seorang Muslim menikahi seorang Kristen, seorang Hindu menikahi seorang Yahudi, atau pasangan dengan keyakinan agama yang berbeda lainnya. Dalam pernikahan semacam ini, pasangan mungkin memiliki perbedaan dalam keyakinan, praktik agama, dan nilai-nilai spiritual.

(7)

B. Dasar Hukum Pernikahan & Pernikahan Beda Agama 1. Menurut Fiqh Munakahat

a. Dalil Al-Qur’an

Allah SWT berfirman dalam surat An - Nisa Ayat 3 sebagai berikut :

Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”(QS. An-Nisa’ : 3)

Ayat ini memerintahkan kepada orang laki-laki yang sudah mampu untuk melaksanakan nikah. Adapun yang dimaksud adil dalam ayat ini adalah adil didalam memberikan kepada istri berupa pakaian, tempat, giliran dan lain - lain yang bersifat lahiriah. Ayat ini juga menerangkan bahwa islam memperbolehkan poligami dengan syarat - syarat tertentu.

Menurut Al-Qur’an, Surat Al A’raaf ayat 189 berbunyi :

(8)

“Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu).

Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami terraasuk orang-orang yang bersyukur".

Sehingga pernikahan adalah menciptakan kehidupan keluarga anatar suami istri dan anak- anak serta orang tua agar tercapai suatu kehidupan yang aman dan tenteram (Sakinah), pergaulan yang saling mencintai (Mawaddah) dan saling menyantuni (Rohmah).

b. Dalil As-Sunnah

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud r.a. dari Rasulullah yang bersabda, “Wahai para pemuda, barangsiapa dioantara kalian memiliki kemampuan, maka nikahilah, karena itu dapat lebih baik menahan pandangan dan menjaga kehormatan. Dan siapa yang tidak memiiki kemampuan itu, hendaklah ia selalu berpuasa, sebab puasa itu merupakan kendali baginya.

(H.R.Bukhari-Muslim).

“Nikahilah wanita yang sangat cinta dan subur. Karena aku akan berbangga dengan kalian dihadapan umat yang lain” (HR. Abu Dawud dan Nasa’i)

2. Hukum pernikahan beda agama bagi seorang muslim adalah haram. Hal ini ditegaskan dalam beberapa ayat Al-Qur'an dan juga hadits.Pernikahan beda agama telah terjadi sejak lama, bahkan sebelum zaman Rasulullah SAW pun telah berlangsung pernikahan beda agama. Beberapa kisah pernikahan beda agama juga dicatat dalam beberapa ayat Al-Qur'an.

a. Dalil Larangan Pernikahan Beda Agama

Dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 221 Allah SWT berfirman tentang anjuran menikah antar sesama muslim.

(9)

Artinya: "Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman.

Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita- wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat- ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran."

b. Pernikahan laki-laki Muslim dengan perempuan kitabiyah./perempuan ahlul kitab Mayoritas ulama berpendapat bahwa menikahi perempuan kitabiyah hukumnya boleh. Yang dimaksud dengan Ahl al-Kitab di sini, adalah meyakini,mangkui,kebeneran,risalahah Nabi Muhammad Saw,namun belum beriman,belum masuk islam,belum bersyahadat,karena faktor faktor tertentu tapi ada pengakuan dari dirinya kebenran yang iya akui.

Dalam Al-Qur'an surat Al-Maidah ayat 5

(10)

Artinya: pada hari ini dihalalkan bagimu segala yang baik-baik. Makanan (sembelihan) Ahli Kitab itu halal bagimu, dan makananmu halal bagi mereka. Dan (dihalalkan bagimu menikahi) perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan di antara perempuan-perempuan yang beriman dan perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu, apabila kamu membayar maskawin mereka untuk menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan bukan untuk menjadikan perempuan piaraan. Barangsiapa kafir setelah beriman, maka sungguh, sia-sia amal mereka, dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi.

C. Rukun dan syarat Pernikahan & Pernikahan Beda Agama

Rukun adalah sesuatu yang harus dipenuhi untuk sahnya pekerjaan. Menurut jumhur ulama‟, rukun pernikahan ada lima macam dan masing-masing memiliki syarat-syarat tertentu. Di antara rukun nikah beserta syaratnya yakni sebagai berikut:

a. Calon Suami - Islam - Laki-laki - Jelas orangnya

- Tidak memiliki isteri empat - Tidak sedang melakukan ihram

- Calon isterinya rela (tidak dipaksa) untuk melakukan pernikahan

(11)

- Dapat memberikan persetujuan - Tidak terdapat halangan perkawinan b. Calon Isteri

- Islam - Perempuan - Jelas orangnya

- Dapat dimintai persetujuan

- Rela dan tidak karena unsur paksaan

- Tidak dalam ikatan perkawinan dan tidak masih dalam masa „iddah - Tidak dalam keadaan ihram haji atau umrah

- Tidak terdapat halangan perkawinan c. Wali Nikah

- Laki-laki - Dewasa

- Mempunyai hak perwalian

- Tidak terdapat halangan perwalian d. Saksi Nikah

- Minimal dua orang laki-laki - Hadir dalam ijab-qabul

- Dapat mengerti makhsud akad - Islam

- Dewasa

(12)

e. Ijab-qabul

- Tidak sah jika menggunakan kata selain kawinkan atau nikahkan.

- Shighat ijab disampaikan secara sempurna dan shighat qabul harus disampaikan segera setelah pernyataan ijab.

- Nikah harus diniatkan untuk selamanya.

- Diucapkan dengan sharih (jelas). Artinya, sighat ijab qabul harus dilakukan dengan bahasa yang dapat dipahami oleh orang yang melakukan akad, penerima akad, dan saksi.

Sesungguhnya, UU Nomor 1/974 tidak mengenal adanya rukun perkawinan. Undang- undang Perkawinan tersebut hanya membahas mengenai hal-hal yang berkenaan dengan syarat perkawinan yang diatur dalam Bab II pasal 6 dan pasal 7. Berbeda lagi, KHI justru membahas rukun nikah yang lebih mengikuti sistematika fiqih sebagaimana diatur dalam pasal 14. Hanya saja, persyaratan perkawinan yang diuraikan di KHI mengikuti UUP yang syaratnya hanya berkaitan dengan persetujuan kedua calon mempelai dan batasan umur.

Sedangkan mahar (maskawin) kedudukannya sebagai kewajiban pernikahan dan sebagai syarat sahnya perkawinan. Bila tidak ada mahar maka pernikahannya menjadi tidak sah. Semisal kedua mempelai sepakat tidak menyertakan mahar dalam akad pernikahan baik secara terbuka maupun diam-diam, maka nikahnya batal. Dasar hukum mahar sebagai kewajiban pernikahan ini adalah firman Allah surat an-Nisa‟: 4 & 24 dan hadis Nabi.

Artinya: “Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya”.

(13)

Artinya: “Dan Dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari isteri-isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-isteri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan Tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu”.

Mahar merupakan suatu yang disyari‟atkan sekaligus sebagai hak bagi wanita yang dapat ia manfaatkan. Namun, mahar tidak boleh berlebih-lebihan dan harus menyesuaikan kemampuan dirinya sendiri. Begitupun dari pihak mempelai wanita tidak boleh menuntuk mahar di luar kemampuan mempelai pria. Berlebihlebihan dalam mahar dimakruhkan, karena yang demikian tidak banyak memberi berkah. Jika tidak mampu, mahar berupa cincin besi pun diperbolehkan, sebagai mana hadis Nabi Muhammad Saw.

Artinya: menikahlah meski hanya dengan sebuah cincin besi.

Islam sangat menghargai kedudukan perempuan, karenanya perempuan berhak mendapat mahar baik berupa barang atau jasa. Mahar tersebut sepenuhnya milik isteri dan orang lain tidak boleh menjamah meskipun itu suaminya tanpa seizin isteri. Imam Syafi‟i mengatakan bahwa mahar adalah sesuatu yang wajib diberikan oleh seorang laki-laki kepada perempuan untuk dapat menguasai seluruh anggota badannya.

(14)

Syarat-syarat mahar di antaranya sebagai berikut:

a. Harta/benda dan/atau jasa harus berharga.

b. Barangnya suci dan dapat diambil manfaat c. Bukan barang ghasab.

d. Bukan barang yang tidak jelas keadaannya.

Adapun larangan nikah antara laki-laki dengan perempuan menurut syara‟ terbagi menjadi dua, yaitu halangan abadi dan halangan sementara. Di antara halangan abadi nikah yang telah disepakati dan tercantum dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Bab IV Pasal 39, yakni:

a. Nasab (keturunan)

- Dengan seorang wanita yang melahirkan atau yang menurunkannya atau keturunannya - Dengan wanita keturunan ayah

- Dengan wanita saudara yang melahirkannya b. Pembesanan (karena pertalian kerabat sementara)

- Dengan wanita yang melahirkan isterinya atau bekas isterinya - Dengan wanita bekas isteri yang menurunkannya

- Dengan wanita keturunan isteri atau bekas isterinya, kecuali putusnya hubungan perkawinan dengan bekas isterinya atau qabla al-dukhul.

- Dengan wanita bekas isteri keturunannya c. Sesusuan

- Dengan wanita yang menyusuinya dan seterusnya menurut garis lurus ke atas - Dengan wanita sesusuan dan seterusnya menurut garis lurus ke bawah - Dengan wanita saudara sesusuan dan kemenakan sesusuan ke bawah - Dengan wanita bibi sesusuan dan nenek bibi sesusuan

- Dengan anak yang disusui oleh isterinya dan keturunannya Larangan ini didasarkan atas firman-Nya surat an-Nisa‟: 23

(15)

Artinya: “Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anakanakmu yang perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara- saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki;

anakanak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu;

saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anakanak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau;

Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Halangan sementara nikah yaitu:

a. Halangan bilangan b. Halangan mengumpulkan c. Halangan kehambaan d. Halangan kafir e. Halangan ihram f. Halangan sakit

g. Halangan „iddah (meski masih diperselisihkan segi kesementaraannya) h. Halangan perceraian tiga kali bagi suami yang menceraikan

i. Halangan peristerian

(16)

Pernikahan Beda Agama

Berdasarkan buku Ensiklopedi Fikih Indonesia Pernikahan yang ditulis Ahmad Sarwat, dijelaskan bahwa dalam agama Islam tidak ada pernikahan beda agama, terkhusus pada agama suami yang bukan Islam. Apabila seorang suami non-muslim menikah dengan seorang wanita muslim, maka itu tidak diperbolehkan. Dalam Islam menikah beda agama hukumnya haram. Jika pernikahan tersebut tetap dilaksanakan, maka hukumnya akan tidak sah seolah-olah nikahan itu tidak pernah terjadi. Secara hukum syariah, perbuatan mereka tergolong dalam perbuatan zina.

Maka dari itu, dalam Islam tidak diperbolehkan menikah beda agama karena hukumnya haram, terlebih jika suaminya non-muslim. Apabila tetap dipaksakan untuk dilakukan, maka hukumnya tetap tidak sah dan perbuatan mereka tergolong zina.

Adapun beberapa ayat Al – Qur’an tentang menikah beda agama seperti berikut diantaranya : 1. Surat Al – Baqarah Ayat 221

Artinya: "Janganlah kamu menikahi perempuan musyrik hingga mereka beriman!

Sungguh, hamba sahaya perempuan yang beriman lebih baik daripada perempuan musyrik, meskipun dia menarik hatimu. Jangan pula kamu menikahkan laki-laki musyrik (dengan perempuan yang beriman) hingga mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya laki- laki yang beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik meskipun dia menarik hatimu.

Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. (Allah) menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka mengambil pelajaran.

Berdasarkan tafsir Tahlili Kementerian Agama (Kemenag) ayat ini telah menegaskan bagi seorang muslim yang menikah dengan perempuan musyrik dan larangan mengawinkan perempuan mukmin dengan lelaki musyrik, kecuali mereka telah beriman atau memeluk agama Islam.

Walaupun keduanya memiliki wajah yang cantik, rupawan, gagah, kaya, dan sebagainya.

Dalam ajaran Islam telah ditetapkan mengenai larangan perkawinan beda agama, tetapi dalam pergaulan hukumnya biasa saja. Karena pernikahan hubungannya erat dengan keturunan,

(17)

dan keturunan erat kaitannya dengan harta warisan, makan dan minum, serta hubungan dengan pendidikan dan pembangunan Islam.

2. Surat Al – Maidah ayat 5

Artinya: "Pada hari ini dihalalkan bagimu segala (makanan) yang baik. Makanan (sembelihan) Ahlul kitab itu halal bagimu dan makananmu halal (juga) bagi mereka.

(Dihalalkan bagimu menikahi) perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan di antara perempuan-perempuan yang beriman dan perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi kitab suci sebelum kamu, apabila kamu membayar maskawin mereka untuk menikahinya, tidak dengan maksud berzina, dan tidak untuk menjadikan (mereka) pasangan gelap (gundik). Siapa yang kufur setelah beriman, maka sungguh sia-sia amalnya dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi."

Dalam tafsir Tahlili Kemenag menyatakan bahwa ayat ini menjelaskan tiga macam hal yang dihalalkan bagi orang mukmin, salah satunya mengawini perempuan-perempuan merdeka dan perempuan mukmin.

Itulah beberapa hukum menikah beda agama menurut pandangan Islam, bahwa ajaran Islam telah mewajibkan seorang muslim menikahi sesama umat muslim dan mengharamkan menikahi seseorang yang berbeda agama.

D. Tujuan Pernikahan

Allah dan Rasul-Nya tidak akan memerintahkan sesuatu kepada umat-Nya kecuali hal tersebut memiliki manfaat. Berikut adalah tujuan menikah dalam Islam:

1. Menjalankan perintah Allah

Tujuan menikah dalam Islam yang pertama tentu saja menjalankan perintah Allah. Allah berfirman dalam Al-Qur'an: “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki- laki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan menjadikan mereka mampu dengan karunia-Nya...” (QS. An-Nur ayat 32).

(18)

2. Menyempurnakan separuh agama

Menikah berarti menyempurnakan separuh agama. Sebab hal yang sering merusak keimanan seseorang adalah kemaluan dan perut. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertakwalah pada Allah pada separuh yang lainnya.” (HR. Al Baihaqi).

3. Sunnah rasul

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menganjurkan pernikahan agar menjauhkan umat Islam dari zina. Oleh sebab itu melaksanakan pernikahan adalah salah satu anjuran atau sunnah Rasulullah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. "Menikah itu termasuk dari sunnahku, siapa yang tidak mengamalkan sunnahku, maka ia tidak mengikuti jalanku.

Menikahlah, karena sungguh aku membanggakan kalian atas umat-umat yang lainnya, siapa yang mempunyai kekayaan, maka menikahlah, dan siapa yang tidak mampu maka hendaklah ia berpuasa, karena sungguh puasa itu tameng baginya.” (HR. Ibnu Majah) 4. Ibadah kepada Allah

Ketika sudah menikah seorang laki-laki dan perempuan dapat dengan mudah mendapatkan pahala dari Allah. Bahkan berhubungan suami-istri setelah menikah termasuk ibadah dan bernilai pahala. “… Seseorang di antara kalian bersetubuh dengan istrinya adalah sedekah!” (Mendengar sabda Rasulullah, para sahabat keheranan) lalu bertanya: ‘Wahai Rasulullah, apakah salah seorang dari kita melampiaskan syahwatnya terhadap istrinya akan mendapat pahala?’ Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Bagaimana menurut kalian jika ia (seorang suami) bersetubuh dengan selain istrinya, bukankah ia berdosa? Begitu pula jika ia bersetubuh dengan istrinya (di tempat yang halal), dia akan memperoleh pahala’.” (HR. Bukhari dan Muslim).

5. Menundukkan pandangan

Tujuan pernikahan dalam Islam adalah untuk menjaga kehormatan diri dan terhindar dari fitnah. Menikah juga dapat menundukkan pandangan sehingga mudah terhindar dari zina.“Wahai para pemuda! Barangsiapa di antara kalian berkemampuan untuk menikah, maka menikahlah, karena nikah itu lebih menundukkan pandangan, dan lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia

(19)

shaum (puasa), karena shaum itu dapat membentengi dirinya.” (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi,).

6. Mendapatkan ketenangan hati

Dengan menikah, seorang muslim akan mersakan ketenangan hati dan ketenteraman jiwa.

Allah berfirman dalam AL-Qur'an". “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya.” (QS. Ar-Ruum ayat 21).

7. Memiliki keturunan

Selain menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya, menikah juga untuk mendapatkan keturunan yang saleh dan salehah. Sebagaimana firman Allah berikut: "Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari jenis kamu sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rizki dari yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?” (QS. An-Nahl ayat 72).

E. Hikmah Pernikahan

Hikmah pernikahan sangat erat kaitannya dengan tujuan diciptakannya manusia di muka bumi. Allah menciptakan manusia dengan tujuan memakmurkan bumi, di mana segala isi dan ketentuan di dalamnya diciptakan untuk kepentingan manusia itu sendiri.

Ada begitu banyak hikmah pernikahan yang dapat digali, baik secara naqliyah maupun aqliyah.

Di antara hikmah-hikmah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Memenuhi tuntutan fitrah

Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan rasa tertarik kepada lawan jenisnya. Laki-laki tertarik dengan wanita, begitu pun sebaliknya. Ketertarikan ini merupakan fitrah yang telah Allah tetapkan kepada manusia. Oleh karena itu, pernikahan disyari’atkan dalam Islam dengan tujuan memenuhi fitrah tersebut. Islam tidak menghalangi dan menutupi keinginan ini, bahkan melarang kehidupan umat Muslim yang menolak pernikahan ataupun bertahallul (membujang).

(20)

2. Menghindari perusakan moral

Allah telah menganugerahi manusia dengan berbagai nikmat, salah satunya adalah fitrah untuk berhubungan seksual. Namun, fitrah ini akan berakibat negatif jika tidak diberi batasan yang dibenarkan dalam syariat. Nafsunya akan berusaha untuk memenuhi fitrah tersebut dengan berbagai cara yang dilarang agama. Hal ini bisa menimbulkan perusakan moral dan perilaku menyimpang lainnya seperti perzinaan, kumpul kebo, dan lain-lain.

3. Mewujudkan ketenangan jiwa

Mengutip jurnal berjudul "Pernikahan dan Hikmahnya Perspektif Hukum Islam" oleh Ahmad Atabik, dkk., salah satu hikmah pernikahan yang terpenting adalah ketenangan jiwa karena terciptanya perasaan-perasaan cinta dan kasih. Dengan melakukan perkawinan, manusia akan mendapatkan kepuasan jasmaniah dan rohaniah berupa kasih sayang, ketenangan, ketenteraman, dan kebahagiaan hidup. Allah SWT berfirman:

َّو ًةَّد َوَّم ْمُكَنْيَب َلَعَج َو اَهْيَلِا ا ْٖٓوُنُكْسَتِِّل اًجا َو ْزَا ْمُكِسُفْنَا ْنِِّم ْمُكَل َقَلَخ ْنَا ٖٓ هِتٰيٰا ْنِم َو ِاۗ ًةَمْح َر

َن ْو ُرَّكَفَتَّي ٍم ْوَقِِّل ٍتٰيٰ َلَ َكِلٰذ ْيِف َّن

Artinya: Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan- pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. (QS. Ar-Rum: 21)

4. Menyambung keturunan

Hikmah menikah adalah melahirkan anak-anak yang shalih, beriman dan bertakwa. Anak yang cerdas secara emosional dan intelektual juga dibutuhkan untuk melanjutkan syiar agama yang dibawa orangtuanya. Dengan menikah, semua hal itu dapat terwujud.

Sehingga keturunan dan generasi Islam yang unggul pun dapat terus ada dan berkelanjutan.

(21)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Hukum pernikahan dalam Islam menekankan pentingnya pernikahan antara sesama Muslim atau antara seorang Muslim dengan seorang ahlul kitab. Namun, hukum pernikahan beda agama menghadapi tantangan yang berkaitan dengan keragaman keyakinan agama dan mencakup berbagai situasi yang harus memperhitungkan perbedaan agama. Hukum pernikahan beda agama seringkali memerlukan kompromi dan penyesuaian untuk memfasilitasi pernikahan yang harmonis antara individu dengan keyakinan agama yang berbeda. Prinsip-prinsip hukum pernikahan dalam Islam dan hukum pernikahan beda agama dapat bervariasi tergantung pada negara, budaya, dan tradisi.

Tujuan pernikahan, Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia Yang Asasi, untuk Membentengi Ahlak Yang Luhur, untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami, untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah, untuk Mencari Keturunan Yang Shalih. syarat dan rukun merupakan perbuatan hukum yang sangat dominan menyangkut sah atau tidaknya perbuatan tertentu dari segi hukum. Kedua kata tersebut mengandung yang sama dalam hal bahwa keduanya merupakan sesuatu yang harus diadakan. Rukun pernikahan ada lima yaitu, calon suami, calon itri, wali nikah, saksi dan sighat (Ijab dan Qobul)

B. Saran

1. Nikahilah pasangan yang seiman sesuai dengan perintah dalam islam, karena itu hal yang lebih baik bagimu.

2. Mendahulukan hukum syariat ketimbang keinginan pribadi dalam setiap sesuatu, termasuk terlebih dalam perkara perkawinan.

3. Belajar atau mengkaji terlebih dahulu terhadap perkara-perkara yang doluar dari kebanyakan orang, termasuk dalam perkawinan beda agama.

(22)

DAFTAR PUSTAKA

https://kumparan.com/berita-hari-ini/hikmah-pernikahan-dalam-islam-yang-dijelaskan-alquran- dan-hadist-1wWIYNJZc0O/full

https://www.detik.com/sulsel/berita/d-6605846/hukum-menikah-beda-agama-menurut-islam https://eprints.walisongo.ac.id/6762/3/BAB%20II.pdf

https://pusdiklattekniskemenag.e-journal.id/andragogi/article/download/56/48/

KONTRIBUSI ANGGOTA KELOMPOK Reza Nafrendra Zain 5211011004 = 20%

Dimas Ikram F 5211011005 = 20%

Abdul Khaliq 5211011011 = 20%

Diky Ajie Andriana 5211011014 = 20%

Kamil Prayogo 5211011017 = 20%

Referensi

Dokumen terkait

ASSEMBLY - 15th session Agenda item 12 IMO RESOLUTION A.62415 adopted on 19 November 1987 GUIDELINES ON TRAINING FOR THE PURPOSE OF LAUNCHING LIFEBOATS AND RESCUE BOATS FROM SHIPS