MAKALAH
ASHABUL FURUDH MUQODDARAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fikih Mawaris Dosen Pengampu :
Bapak Deni Zamjami, M.Ag
Disusun Oleh:
Melani (PAI 6B)
Aida Nur S (PAI 6B) Alfi Nur A (PAI 6B)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAT TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SILIWANGI GARUT
Jalan Raya Leles No 117 Desa Haruman Kec. Leles Kab. Garut
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Ashabul Furudh Muqaddarah" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Fikih Mawaris. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang manusia prasejarah bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Deni Zamjami selaku Dosen Mata Kuliah Fikih Mawaris. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Garut, 16 April 2024 Penulis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pada masa Jahiliyah, bangsa arab telah mengenal system waris yang telah menjadi sebab berpindahnya hak kepemilikan atas harta benda atau hak-hak material lainnya, dari seorang yang meninggal kepada orang lain yang menjadi ahli warisnya. Mewariskan dengan cara ashabah merupakan cara kedua untuk memberikan harta waris kepada ahli waris si mayit.
Sebab, sebagaimana yang kita ketahui bahwa pembagian harta waris dapat kita lakukan dengan dua cara yaitu fard dan ta’shib (ashabah).
Ahli waris yang mewarisi bagian tetap lebih didahulukan dari pada ahli yang menjadi ashabah. Sebab, kedudukan ashabul furudh lebih utama dari pada kedudukan ashabah. Nabi SAW bersabda: “Berikanlah bagian-bagian tetap itu kepada orang yang berhak, dan jika ada sisa, baru untuk laki-laki dan keturunannya.”
Ahli waris adalah orang yang berhak menerima harta warisan dari pewaris. Tetapi bagaimanapun, tidaklah berarti bahwa setiap ahli waris apabila bersama-sama dengan ahli waris yang lainnya, pasti semuanya mendapat harta warisan, akan tetapi sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh keutamaan atau kekerabatan,terdekat. Hal ini dimaksudkan, bahwa kerabat yang dekat menghalangi ahli waris yang jauh dari pewaris.
Hal ini membuktikan bahwa sesungguhnya Islam adalah agama yang sangat sempurna, Islam juga memperhatikan bagaimana kehidupan keluarga yang akan menjadi penerus dan pewaris, agar tidak ada kekeliruan dan perselisihan dalam pembagian harta warisan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Ashabul Furudh Muqaddarah?
2. Bagaimana Bagian-Bagian Ashabul Furud Muqaddarah?
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Furudhul Muqaddarah
Furudhul Muqaddarah Adalah bagian-bagian yang telah ditentukan oleh syara’ bagi ahli waris tertentu dalam pembagian harta peninggalan , atau dengan kata lain prosentase bagian yang telah ditentukan bagiannya .
Furudul Muqaddarah ada enam macam:
1. Dua pertiga (2/3) 2. Setengah (1/2) 3. Sepertiga (1/3) 4. Seperempat (1/4) 5. Seperenam (1/6) 6. Seperdelapan (1/8)
Sedangkan ahli waris yang mendapatkan bagian-bagian dari furudul muqaddarah adalah:
1. Pihak laki-laki a. Ayah;
b. Kakek dari pihak ayah dan seterusnya ke atas;
c. Suami;
d. Saudara laki-laki seibu 2. Pihak perempuan:
a. Anak perempuan;
b. Anak perempuan dari anak laki-laki (cucu perempuan dari anak laki-laki) dan terus kebawah sejauh pertaliannya dengan yang meninggal masih laki-laki;
c. Ibu;
d. Nenek dari pihak ayah dan seterusnya keatas sebelum berselang perempuan;
e. Saudara perempuan seibu dan seayah;
f. Saudara perempuan yang seayah saja;
g. Saudara perempuan yang seibu saja;
h. Isteri;
B. Pembagian Ashabul Furudh Muqaddarah Adapun pembagiannya adalah sebagai berikut:
1. Yang mendapat seperempat (1/4)
a. Suami, bila istri ada anak atau cucu (An-Nisa:12)
b. Isteri, bila suami tidak ada anak dan tidak ada cucu. Kalau isteri lebih dari satu maka dibagi rata (An-Nisa:12)
2. Yang mendapat setengah (1/2)
a. Anak perempuan kalau dia sendiri
b. Anak perempuan dari anak laki-laki atau tidak ada anak perempuan
c. Saudara perempuan seibu sebapak atau sebapak saja, kalau saudara perempuan sebapak seibu tidak ada, dan dia seorang saja (An-Nisa:176) d. Suami bila isteri tidak punya anak (An-Nisa:12)
مُكَل َو ُف صِن اَم َك َرَت مُكُجا َو زَا نِا مَّل نُكَي َّنُهَّل دَل َو نِاَف َناَك َّنُهَل دَل َو ُمُكَلَف ُعُبُّرلا اَّمِم َن ك َرَت ن ِم ِد عَب
ةَّي ِص َو َن ي ِص وُّي اَهِب وَا ن يَد َّنُهَل َو ُعُبُّرلا اَّمِم مُت ك َرَت نِا مَّل نُكَي مُكَّل دَل َو نِاَف َناَك مُكَل دَل َو َّنُهَلَف ُنُمُّثلا
اَّمِم مُت ك َرَت نِ م ِد عَب ةَّي ِص َو َن وُص وُت اَهِب وَا ن يَد نِا َو َناَك لُجَر ُث َر وُّي ةَلٰلَك ِوَا ةَا َر ما هَل َّو خَا وَا ت خُا
ِ لُكِلَف د ِحا َو اَمُه نِ م ُسُدُّسلا نِاَف ا وُناَك َرَث كَا نِم َكِلٰذ مُهَف ُءۤاَكَرُش ىِف ِثُلُّثلا نِم ِد عَب ةَّي ِص َو ى ٰص وُّي
اَهِب وَا ن يَد َر يَغ رۤاَضُم ةَّي ِص َو َن ِ م ِّالل ُّالل َو م يِلَع
م يِلَح
Artinya :
Bagimu (para suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh istri- istrimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika mereka (istri-istrimu) itu mempunyai anak, kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya setelah (dipenuhi) wasiat yang mereka buat atau (dan setelah dibayar) utangnya. Bagi mereka (para istri) seperempat harta yang kamu
tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, bagi mereka (para istri) seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan (setelah dipenuhi) wasiat yang kamu buat atau (dan setelah dibayar) utang- utangmu. Jika seseorang, baik laki-laki maupun perempuan, meninggal dunia tanpa meninggalkan ayah dan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki- laki (seibu) atau seorang saudara perempuan (seibu), bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Akan tetapi, jika mereka (saudara-saudara seibu itu) lebih dari seorang, mereka bersama-sama dalam bagian yang sepertiga itu, setelah (dipenuhi wasiat) yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar) utangnya dengan tidak menyusahkan (ahli waris).
Demikianlah ketentuan Allah. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun.
3. Yang mendapat seperdelapan (1/8)
a. Isteri (satu atau lebih), bila ada anak atau lebih.
4. Yang mendapat dua pertiga (2/3)
a. Dua anak perempuan atau lebih, bila tidak ada anak laki-laki (An-Nisa:11) ُمُك ي ِص وُي ُّالل
يِف مُكِد َلَ وَا ِرَكَّذلِل ُل ثِم ِ ظَح ِن يَيَث نُ لَا نِاَف َّنُك ءۤاَسِن َق وَف ِن يَتَن ثا َّنُهَلَف اَثُلُث اَم َك َرَت نِا َو
تَناَك ةَد ِحا َو اَهَلَف ُف صِ نلا ِه ي َوَبَ ِلَ َو ِ لُكِل د ِحا َو اَمُه نِ م ُسُدُّسلا اَّمِم َك َرَت نِا َناَك هَل دَل َو نِاَف مَّل نُكَي هَّل
دَل َو هَث ِر َو َّو ُه ٰوَبَا ِهِ مُ ِلَِف ُثُلُّثلا نِاَف َناَك هَل ة َو خِا ِهِ مُ ِلَِف ُسُدُّسلا نِم ِد عَب ةَّي ِص َو ي ِص وُّي اَهِب وَا ن يَد
مُكُؤۤاَبٰا مُكُؤۤاَن بَا َو َن وُر دَت َلَ
مُهُّيَا ُبَر قَا مُكَل ا ع فَن ةَض ي ِرَف َنِ م ِّالل َّنِا َّالل َناَك ا م يِلَع ا م يِكَح Artinya :
Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan untuk) anak-anakmu, (yaitu) bagian seorang anak laki-laki sama
dengan bagian dua orang anak perempuan. Jika anak itu semuanya perempuan yang jumlahnya lebih dari dua, bagian mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Jika dia (anak perempuan) itu seorang saja, dia memperoleh setengah (harta yang ditinggalkan). Untuk kedua orang tua, bagian masing-masing seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika dia (yang meninggal) mempunyai anak. Jika dia (yang meninggal) tidak mempunyai anak dan dia diwarisi oleh kedua orang tuanya (saja), ibunya mendapat sepertiga. Jika dia (yang meninggal) mempunyai beberapa saudara, ibunya mendapat seperenam. (Warisan tersebut dibagi) setelah (dipenuhi) wasiat yang dibuatnya atau (dan dilunasi) utangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih banyak manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.
b. Dua anak perempuan atau lebih dari anak laki-laki, bila anak perempuan tidak ada (An-Nisa:176)
َكَن وُت فَت سَي ِلُق
ُّالل مُك يِت فُي ىِف ِةَلٰلَك لا ِنِا ا ؤُر ما َكَلَه َس يَل هَل دَل َو هَل َّو ت خُا اَهَلَف ُف صِن اَم َك َرَت َوُه َو
اَهُث ِرَي نِا مَّل نُكَي اَهَّل دَل َو نِاَف اَتَناَك ِن يَتَن ثا اَمُهَلَف ِنٰثُلُّثلا اَّمِم َك َرَت نِا َو ا وُناَك ة َو خِا لَاَج ِ ر ءۤاَسِن َّو
ِرَكَّذلِلَف ُل ثِم ِ ظَح ِن يَيَث نُ لَا ُنِ يَبُي ُّالل مُكَل نَا ا وُّل ِضَت ُّالل َو ِ لُكِب ء يَش
ࣖ م يِلَع Artinya :
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalālah). Katakanlah,
“Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalālah, (yaitu) jika seseorang meninggal dan dia tidak mempunyai anak, tetapi mempunyai seorang saudara perempuan, bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya. Adapun saudara laki-lakinya mewarisi (seluruh harta saudara perempuan) jika dia tidak mempunyai anak. Akan tetapi, jika saudara perempuan itu dua orang, bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Jika mereka (ahli waris itu terdiri atas) beberapa saudara laki- laki dan perempuan, bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu agar kamu tidak tersesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
c. Saudara perempuan sebapak, dua orang atau lebih (An-Nisa:176)
5. Yang mendapat sepertiga (1/3)
a. Ibu, bila tidak ada anak atau cucu (anak dari anak laki-laki), dan tidak ada pula dua orang saudara (An-Nisa:11)
b. Dua orang saudara atau lebih dari saudara seibu (An-Nisa:12)
6. Yang mendapat seperenam (1/6)
a. Ibu, bila beserta anak dari anak laki-laki atau dua orang saudara atau lebih (An-Nisa:11)
b. Bapak, bila jenazah mempunyai anak atau anak dari laki-laki (An-Nisa:11) c. Nenek yang shahih atau ibunya ibu/ibunya ayah.
d. Cucu perempuan dari anak laki-laki (seorang atau lebih) bila bersama seorang anak perempuan. Bila anak perempuan lebih dari satu maka cucu perempuan tidak mendapat harta warisan.
e. Kakek, bila bersama anak atau cucu dari anak laki-laki, dan bapak tidak ada.
f. Saudara perempuan sebapak (seorang atau lebih), bila beserta saudara perempuan seibu sebapak. Bila saudara seibu sebapak lebih dari satu, maka saudara perempuan sebapak tidak mendapat warisan.
Zawil Furudh
Mempermudah Menghafal Bagian bagian Ahli Waris
BAB III KESIMPULAN Kesimpulan
1. Furudhul Muqaddarah Adalah bagian-bagian yang telah ditentukan oleh syara’ bagi ahli waris tertentu dalam pembagian harta peninggalan , atau dengan kata lain prosentase bagian yang telah ditentukan bagiannya .
2. Furudul Muqaddarah ada enam macam:
a. Dua pertiga (2/3) b. Setengah (1/2) c. Sepertiga (1/3) d. Seperempat (1/4) e. Seperenam (1/6) f. Seperdelapan (1/8)
DAFTAR PUSTAKA
Zainuddin Djedjen, Suparta. Fiqih. (Semarang: PT, Karya Toha Putra, 2003).h.25.
Zainuddin Djedjen, Suparta. Fiqih. (Semarang: PT, Karya Toha Putra, 2003).h.36.