• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH “Kasus Kompetisi Bidang Keuangan Audit Investigatif”

N/A
N/A
putri nabila

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH “Kasus Kompetisi Bidang Keuangan Audit Investigatif”"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

“Kasus Kompetisi Bidang Keuangan Audit Investigatif”

Diajukan untuk memenuhi Lomba Audit Investigatif

Kompetisi Mahasiswa Nasional Bidang Ilmu Bisnis, Manajemen, dan Keuangan

Disusun Oleh:

Putri Nabila 4112001033 Antika Buana Putri 4112001034 Fidela Arsanti Nasution 4112001042

Politeknik Negeri Batam

2022

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah Lomba Audit Investigatif .

Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa makalah ini tidak akan dapat diselesaikan dengan baik tanpa bantuan serta dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rekan-rekan anggota kelompok yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan.

2. Pihak-pihak lain yang telah membantu dalam membantu tugas kami.

Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan ini membawa manfaat pengembangan ilmu pengetahuan.

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kasus kecurangan sudah menjadi salah satu masalah terbesar di Indonesia.

Berdasarkan pernyataan Presiden Joko Widodo pada Konferensi Nasional Pemberantasan Korupsi (KNPK) 1 Desember 2016, mengisyaratkan bahwa korupsi merupakan musuh terbesar bangsa Indonesia saat ini. Berdasarkan pantauan Indonesia Corruption Watch (ICW), pada tahun 2021 terdapat 1.282 perkara dengan 1.404 terdakwa.

Dari banyaknya kasus kecurangan yang beredar, maka auditor harus mengungkapkan kecurangan dari suatu kasus seperti kasus yang kami analisis yaitu Kasus Penggelapan dana bantuan pembangunan dana di SMK 1 ABC.

Untuk mengungkapkan kecurangan seorang auditor harus melakukan Audit Investigatif. Audit investigasi merupakan suatu bentuk audit atau pemeriksaan yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengungkap kecurangan atau kejahatan dengan menggunakan pendekatan, prosedur, dan teknik-teknik yang umumnya digunakan dalam suatu penyelidikan atau penyidikan terhadap suatu kejahatan.

Tujuan audit investigasi adalah untuk mengidentifikasi dan mengungkap kecurangan atau kejahatan, maka pendekatan, prosedur, dan teknik yang digunakan di dalam audit investigatif relatif berbeda dengan pendekatan, prosedur, dan teknik yang digunakan di dalam audit dengan tujuan tertentu lainnya (Wah11)

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis jabarkan diatas, penulis melakukan analisis dengan judul “Kasus Kompetisi Bidang Keuangan Audit Investigatif”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam Analisa dirumuskan dalam bentuk pertanyaan kasus sebegai berikut:

1. Bagaimana tahapan awal dalam melakukan audit investigative?

2. Apa tindakan yang perlu dilakukan oleh auditor untuk memperoleh informasi?

3. Apa tindakan yang dilakukan setelah memperoleh informasi?

C. Tujuan Penulisan

Untuk mengidentifikasi dan mengungkap kecurangan atau kejahatan dengan menggunakan pendekatan, prosedur dan teknik-teknik yang umumnya digunakan dalam Audit Investigatif.

(4)

BAB II Landasan Teori 2.1 Pengertian Fraud

Fraud atau kecurangan adalah suatu tindakan yang disengaja oleh satu individu atau lebih dalam manajemen atau pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola, karyawan, dan pihak ketiga yang melibatkan penggunaan tipu muslihat untuk memperoleh satu keuntungan secara tidak adil atau melanggar hukum (IAPI, 2013).

2.2 Landasan Hukum

1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150);

3. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER- 09/MBU/ 2012;

4. Keputusan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara Nomor: SK- 16/SMBU/2012 tanggal 6 Juni 2012 tentang Indikator/Parameter Penilaian dan Evaluasi atas Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara

5. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) menyebutkan beberapa pasal yang mencakup pengertian kecurangan (fraud) adalah:

a. Pasal 362: Pencurian (definisi KUHP: “mengambil sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum”);

b. Pasal 368: Pemerasan dan Pengancaman (definisi KUHP: “dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa seseorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya membuat utang maupun menghapuskan piutang”);

c. Pasal 372: Penggelapan (definisi KUHP: “ dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan”);

d. Pasal 378: Perbuatan Curang (definisi KUHP: “ dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang maupun menghapuskan piutang”);

e. Pasal 396: Merugikan pemberi piutang dalam keadaan pailit;

(5)

f. Pasal 406: Menghancurkan atau merusakkan barang;

g. Pasal 209, 210, 387, 388, 415, 417, 418, 419, 420, 423, 425, dan 435 yang secara khusus diatur dalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999). (Tuanakotta, 2007:95).

2.3 Penyebab Fraud

Cressey (dalam Tuanakotta, 2007) mengungkapkan konsep fraud yang dikenal dengan fraud triangle atau segi tiga fraud. Cressey menyatakan alasan seseorang melakukan fraud karena disebabkan oleh adanya :

a. Tekanan (pressure), untuk melakukan kecurangan lebih banyak tergantung pada kondisi individu, seperti sedang menghadapi masalah keuangan dan lain sebagainya, b. Kesempatan (opportunity) menurut penelitian yang dilakukan oleh IIA Research

Foundation tahun 1984, dengan urutan paling sering terjadi adalah terlalu mempercayai bawahan, tidak ada pemisahan antara pemberian wewenang dan penjagaan aset dan tidak ada pengecekan independen terhadap kinerja.

2.4 Pengertian Audit Investigatif

Menurut Herlambang (2011) audit investigasi yaitu suatu bentuk audit atau pemeriksaan yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengungkap kecurangan atau kejahatan dengan menggunakan pendekatan, prosedur atau teknik-teknik yang umumnya digunakan dalam suatu penyelidikan atau penyidikan terhadap suatu kejahatan.

2.5 Tujuan Audit Investigatif

Tujuan dari audit forensik adalah mendetekksi atau mencegah berbagai jenis kecurangan (fraud). Audit forensik dalam menjalankan perananya diharapkan mampu secara efektif mencegah, mengetahui atau mengungkapkan, dan menyelesaikan kasus tindak pidana korupsi.

2.6 Tahapan Audit Investigatif

Standar Audit Investigatif Menurut Pickett & Pickett (2002) mengatakan bahwa ada beberapa standar audit investigatif dalam pemeriksaan fraud, yaitu sebagai berikut:

a. Seluruh investigasi harus dilakukan berdasarkan pada praktek-praktek audit yang diakui sesuai standar.

b. Pengumpulan bukti, barang bukti dan alat bukti dengan prinsip kehati-hatian.

c. Memastikan seluruh dokumentasi dalam keadaan aman, terlindungi dan diindeks dan tersedianya jejak audit.

d. Memastikan bahwa para investigator mengerti dan menghormati hak sesama, seperti asas praduga tak bersalah dan mengormati kebebasan seseorang

e. Beban pembuktian harus melampaui keraguan yang layak, seperti sedikitnya 2 alat bukti yang meyakinkan.

f. Menguasai seluruh cakupan substansi investigasi dan targetnya sesuai waktu.

g. Mendokumentasikan seluruh tahapan dalam proses investigasi atau pemeriksaan Fraud, termasuk perencanaan, pengumpulan bukti dan barang bukti, wawancara dan kontak dengan pihak ketiga, pengamanan mengenai hal-hal yang bersifat rahasia, mengikuti protokol dan sesuai prosedur, arsip dan penyelenggaraan pencatatan, melibatkan hukum, kewajiban hukum dan persyaratan pelaporan lainnya.

(6)

BAB III Pembahasan 3.1 Informasi yang dilakukan Audit Investigatif

Dalam melakukan Audit Intigatif terhadap dana bantuan pembangunan ruang kelas baru informasi yang dapat dilakukan yaitu: Perencanaan

Tugas pertama tim yaitu menelaah informasi awal. Tim harus menentukan

a. Jenis penyimpangan yang terjadi dalam kasus ini yaitu Korupsi yang dilakukan oleh SMK 1 ABC.

b. Modus operasi yang dilakukan oleh SMK 1 ABC yaitu Pekerjaan Pembangunan ruang kelas baru yang dilaksanakan secara swakelola

c. Sebab penyimpangan dari kasus ini yaitu karena adanya kesempatan yang dilakukan oleh pihak SMK 1 pembangunan karena dilakukan secara swakelola dan dana yang didapatkan dari APBN (DAK) & APB cukup besar yaitu sebesar Rp2.000.000.0000 d. Unsur Kerjasama yaitu dilakukan antara pihak SMK 1 ABC dan Mandor

pembagunan adalah kegiatan korupsi dalam pembagunan ruang kelas baru

e. Pihak yang terlibat dalam kasus tersebut adalah pihak SMK1 dan Mandor Pembangunan Proyek

f. Estimate besarnya kerugian negara atau daerah yaitu sebesar 80% dari Rp2.000.000.000 dari dana yang diberikan oleh APBN & APBD

3.2 Pelaksanaan Audit

1. Membuat Hipotesa (5W+2H)

Menurut penulis pada kasus ini, kasus yang terjadi adalah korupsi yang dilakukan oleh SMK 1 ABC yang dimana telah melakukan penggelapan dana APBN (DAK) & APBD yang ditujukkan untuk pembangunan ruang kelas baru sebesar Rp2.000.000.000 yang seharusnya dialokasi sepenuhnya untuk pembagunan tersebut namun pembangunan hanya selesai 80% dari dana tersebut tetapi dana yang berikan telah habis digunakan seluruhnya. Pihak yang telah melakukan korupsi dari kegiatan pembagunan ruang kelas baru ini adalah pihak internal dari SMK 1 ABC sendiri yaitu kepala sekolah SMK 1 ABC dan Mandor Pembagunan. Lokasi terjadinya korupsi dari pembagunan ruang kelas baru ini yaitu berada di SMK 1 ABC. Korupsi ini terjadi ketika proyek pembangunan ruang kelas baru masih berlangsung dan terlihat pada saat pelaporan Laporan Pertanggungjawaban Keuangan. Kegiatan korupsi ini terjadi karena adanya kesempatan karena dikelala secara swakelola. Kegiatan yang digunakan untuk melakukan Fraud ini yaitu dengan pekerjaan pembangunan ruang kelas baru di SMK 1 ABC. Kerugian yang ditimbulkan dari adanya Fraud adalah 80% dari dana bantuan sebesar RP2.000.000.000 yaitu Rp400.000.000

Pada tahap ini bukti audit diperoleh dengan cara:

1. Inspeksi

Melakukan pemeriksaan terhadap dokumen yang berkaitan dengan laporan keuangan yang ada pada SMK 1 ABC, melalui Laporan Pertanggungjawaban Keuangan dan RAB yang ada.

(7)

2. Observasi,

Mengamati proses dan prosedur yang dilakukan oleh pihak SMK 1 3. Wawancara,

Melakukan wawancara untuk mendapatkan bukti dugaan danketerangan dari pihak SMK1 dan Mandor pembangunan

4. Konfirmasi,

Dilakukan untuk mendapatkan bukti langsung sebagai respon langsung tertulis dari pihak ketiga

5. Analisa,

6. Pemeriksaan bukti tertulis, 7. Perbandingan,

8. Rekonsiliasi, 9. Penelusuran,

10. Perhitungan kembali, 11. Penelahaan,

12. Review analitis, dan 13. Pemaparan

(8)

BAB IV Kesimpulan & Saran

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa audit investigatif adalah suatu bentuk audit atau pemeriksaan yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengungkap kecurangan atau kejahatan dengan menggunakan pendekatan, prosedur atau teknik-teknik yang umumnya digunakan dalam suatu penyelidikan atau penyidikan terhadap suatu kejahatan.

Audit Investigatif sangat perlu dilakukan oleh instansi atau perusahaan karena bertujuan untuk mengungkapkan ada atau tidaknya tindakan fraud. Setelah dilakukan analisis terkait pembangunan fisik ruang kelas baru di SMK 1 ABC dengan merujuk pada data rencana anggaran belanja (RAB), observasi secara langsung pada bentuk fisik ruang kelas baru yang sedang dibangun serta hipotesis menggunakan 5W+2H maka hasil yang didapat bahwa dana sebesar Rp2.000.000.000 yang seharusnya digunakan sepenuhnya untuk pembangunan ruang kelas baru tidak digunakan secara benar. Hal tersebut ditunjukkan pada pembangunan yang baru terselesaikan berkisar 80% sementara dana Rp2.000.000.000 telah habis digunakan.

Dengan demikian, auditor mengungkapkan telah terjadinya tindakan fraud pada pembangunan fisik ruang kelas baru di SMK 1 ABC.

4.2 Saran

Sebaiknya dilakukan pengawasan atau pemeriksaan agar tidak terjadi Fraud atau kecurangan. Pemerintah harus memberi sanksi kepada pihak SMK 1 yaitu dengan mengganti dana yang telah dikorupsi.

(9)

Daftar Pustaka

Ahmad Fahrian Aditya . (2020). Retrieved from Trakteer.

Anggraini Dewi; Eri Triharyati; Helen Anggia Novita . (2019). Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif Dalam Pengungkapan Fraud . Costing; Journal of Economic, Bussiness and Accounting , 2597- 5234.

BINUS. (n.d.).

Narendra Aryo B. (2014 ). Laporan Audit Investigasi sebagai bukti permulaan penyidikan tindak pidana korupsi .

PT Reasuransi Indonesia Utama . (n.d.). Pedoman Anti Kecurangan . Syamsuddin . (2016 ). Satuan Pengawas Internal .

(10)

Lampiran

Referensi

Dokumen terkait

There is a significant difference between the level of prioritization and degree of implementation of IT in the higher education institutions in the Philippines in terms of the Total

Rahmayani Pengaruh Kemampuan Auditor, Skeptisme Profesional Auditor, Teknik Audit Dan Whistleblower Terhadap Efektivitas Pelaksanaan Audit Investigasi Dalam Pengungkapan Kecurangan