MAKALAH BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
“Konsep Sehat Dan Sakit Perspektif BKPI”
Dosen Pengampu: Dr. H. Yahya AD, M.Pd
Disusun Oleh:
Happy Sreshi Aska Kenda 2111080134 Ilham Ridwansyah 2111080136
KELAS A
PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2023/1445H
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta'ala yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Konsep Sehat dan Sakit Perspektif BKPI” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak Dr. H. Yahya AD, M.Pd pada mata kuliah Bimbingan Konseling Islam. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang apa saja yang termasuk dalam Penetapan Subjek Dan Objek Penelitian.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. H. Yahya AD, M.Pd selaku dosen mata kuliah Bimbingan Konseling Islam yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan program studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sebagian pengetahuannya sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Bandar Lampung, 8 Oktober 2023
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah C. Tujuan Makalah
BAB IIPEMBAHASAN A. Pengertian Sehat dan Sakit Menurut Islam
B. Gangguan kesehatan yang sering dialami oleh masyarakat
C. Penting atau tidakkah layanan bimbingan dan konseling islam diberikan kepada masyarakat
BAB IIIPENUTUP A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA...14
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, memiliki naluri untuk hidup dengan lainnya, karena sejak dilahirkan manusia sudah mempunyai dua kecenderungan pokok, keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lainnya disekeliling (masyarakat), dan keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam di sekelilingnya.
Dalam perspektif BKPI, kesehatan adalah keadaan dimana individu merasa seimbang, harmonis, dan mampu berfungsi secara optimal dalam berbagai aspek kehidupan mereka. Ini mencakup kesehatan fisik, emosional, sosial, dan spiritual. Seorang individu dianggap sehat jika mereka memiliki keseimbangan antara kebutuhan fisik dan psikologis mereka, memiliki koneksi sosial yang positif, serta memiliki rasa tujuan dan makna dalam hidup mereka.
Sementara itu, sakit dalam perspektif BKPI tidak hanya merujuk pada kondisi fisik atau gangguan mental, tetapi juga mencakup ketidakseimbangan dalam aspek-aspek kehidupan yang berkontribusi pada kesejahteraan. Sakit dalam konteks ini dapat muncul dalam bentuk stres, kecemasan, depresi, atau masalah lainnya yang mempengaruhi keseimbangan emosional individu.
Dalam BKPI, penting untuk memahami bahwa kesehatan dan sakit adalah konsep yang bersifat dinamis dan dapat berubah seiring waktu. Upaya untuk memelihara kesehatan mental dan emosional, serta penanganan yang tepat terhadap masalah-masalah yang muncul, menjadi fokus utama dalam rangka mencapai kesejahteraan yang optimal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sehat dan sakit menurut perspektif bkpi?
2. Gangguan kesehatan apa saja yang sering dialami oleh masyarakat?
3. Penting atau tidakkah layanan bimbingan dan konseling islam diberikan kepada masyarakat untuk pembentukan pola hidup sehat?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep sehat dan sakit menurut perspektif BKPI
2. Untuk mengetahui apa saja gangguan kesehatan yang sering dialami oleh masyarakat di sekitar kita
3. Untuk mengetahui penting atau tidakkah layanan bimbingan konseling islam diberikan kepada masyarakat di sekitar kita
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Konsep Sehat dan Sakit Menurut Islam
Sehat dan sakit adalah dua kata yang saling berhubungan erat dan merupakan bahasa kita sehari-hari. Dalam sejarah kehidupan manusia istilah sehat dan sakit dikenal di semua kebudayaan. Sehat dan sakit adalah suatu kondisi yang seringkali sulit untuk kita artikan meskipun keadaan ini adalah suatu kondisi yang dapat kita rasakan dan kita amati dalam kehidupan sehari-hari hal ini kemudian akan mempengaruhi pemahaman dan pengertian seseorang terhadap konsep sehat misalnya, orang tidak memiliki keluhan-keluahan fisik dipandang sebagai orang yang sehat. Sebagian masyarakat juga beranggapan bahwa anak yang gemuk adalah anak yang sehat meskipun jika mengacu pada standard gizi kondisinya berada dalam status gizi lebih atau overweight. Jadi faktor subyektifitas dan kultural juga mempengaruhi pemahaman dan pengertian mengenai konsep sehat yang berlaku dalam masyarakat. Kata sehat merupakan Indonesianisasi dari bahasa Arab “ash-shihhah” yang berarti sembuh, sehat, selamat dari cela, nyata, benar, dan sesuai dengan kenyataan. Kata sehat dapat diartikan pula:
1) Dalam keadaan baik segenap badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit), waras
2) Mendatangkan kebaikan pada badan
3) Sembuh dari sakit, dalam bahasa Arab terdapat sinonim dari kata ash-shihhah yaitu al-‘afiah yang berarti ash-shihhah at-tammah (sehat yang sempurna ). Kedua kata ash-shihah dan al-afiah sering digabung digabung menjadi satu yaitu ash- shihhah wa al’afiah, yang apabila diIndonesiakan menjadi ‘sehat wal afiat’ dan artinya sehat secara sempurna.
Kata sehat menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah suatu keadaan/ kondisi seluruh badan serta bagian-bagiannya terbebas dari sakit. Mengacu pada Undang-Undang Kesehatan No 23 tahun 1992 sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan seseorang dapat hidup secara sosial dan ekonomis. konsep “sehat”, World Health Organization (WHO) merumuskan dalam cakupan yang sangat luas, yaitu “keadaan
yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat”. Dalam definisi ini, sehat bukan sekedar terbebas dari penyakit atau cacat.
Orang yang tidak berpenyakit pun tentunya belum tentu dikatakan sehat. Dia semestinya dalam keadaan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial. Pengertian sehat yang dikemukan oleh WHO ini merupakan suatau keadaan ideal, dari sisi biologis, psiologis, dan sosial sehingga seseorang dapat melakukan aktifitas secara optimal. Definisi sehat yang dikemukakan oleh WHO mengandung 3 karakteristik yaitu :
1. Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia
2. Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan ektersnal.
3. Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif.
Sehat bukan merupakan suatu kondisi tetapi merupakan penyesuaian, dan bukan merupakan suatu keadaan tetapi merupakan proses dan yang dimaksud dengan proses disini adalah adaptasi individu yang tidak hanya terhadap fisik mereka tetapi terhadap lingkungan sosialnya.
Konsep sehat dan sakit bagi kebanyakan orang masih membingungkan dan kurang jelas. Sakit dan penyakit merupakan suatu peristiwa yang selalu menyertai hidup manusia sejak jaman Nabi Adam. Kita memahami apapun yang menimpa manusia adalah takdir, sakit pun merupakan takdir yang dialami manusia. Meskipun sehat dan sakit merupakan takdir tetapi menjaga kesehatan dan mencegah agar supaya kita tidak sakit ataupun mencari pengobatan ketika jatuh sakit harus dilakukan dan Alquran memberikan petunjuk mengenai hal ini. Meskipun kata sehat wal afiat yang merupakan Indonesiasi dari bahasa Arab ash- shihah dan al’ afiah tetapi tidak ada satu kata pun di dalam Alquran menyebutkan kata ash- shihhah dan al’afiah, tetapi Alquran menyebutkan perkataan syifa’ yang berarti kesembuhan (dari sakit), dan pengobatan (menuju kesembuhan dari keadaan sakit). Kata syifa’ disebut dalam Al-Quran dimana disebutkan bahwa di samping sebagai petunjuk Al-Quran juga dinyatakan sebagai obat yang menyembuhkan Firman Allah di dalam QS. Al Israa’ (17): 82, yang artinya :
“dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang- orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”.
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa Alquran sebagai penyembuh hanya kepada orang yang beriman secara Islam. Non muslim dikategorikan sebagai orang-orang lalim, otomatis tidak sehat. Dengan demikian, yang dimaksud sehat atau sakit dalam ayat ini bersifat rohaniah.
Secara fisik orang dikatakan sehat tetapi secara rohaniah belum tentu dikatakan sehat. Ukuran sehat atau sakit terletak pada ‘iman’ secara Islam. Karakteristik kesehatan yang demikian ini secara lebih eksplisit, yaitu penyakit hati, kata lain dari rohani, disebutkan kembali dalam Qs. Yunus (10) : 57, yang artinya :
“Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”.
Sakit dalam pandangan Islam bukanlah suatu kondisi yang hina atau memalukan melainkan kedudukan mulia bagi seorang hamba karena dengan mengalami sakit maka seorang hamba akan diingatkan untuk selalu bersyukur. Hal ini karena keselamatan dan kesehatan merupakan nikmat Allah yang terbesar dan harus diterima dengan rasa syukur sebagaimana firman Allah dalam Al quran Surah Ibrahim (14) : 7, yang artinya :
”dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.
Ayat di atas mengajarkan kepada manusia bahwa manusia senantiasa harus bersykur dan salah satu cara untuk menunjukkan rasa syukur kepada Allah adalah dengan selalu berprilaku sehat dan menjaga kesehatan.
Sehat dan sakit memang merupakan ketentuan Allah tetapi ketika berada dalam kondisi sakit manusia tidak seharusnya menjadi pribadi yang lemah dan berputus asa karena sakit adalah cara Tuhan untuk menghapus dosa manusia, hal ini dijelaskan dalam salah satu hadist yang diriwayatkan oleh Al Bukhari yang artinya “Tidak ada yang yang menimpa seorang muslim kepenatan, sakit yang berkesinambungan (kronis), kebimbangan, kesedihan, penderitaan, kesusahan, sampai pun duri yang ia tertusuk karenanya, kecuali dengan itu Allah menghapus dosanya”. Dari berbagai ayat, dan hadis, yang berkaitan dengan usaha kesembuhan dapat disimpulkan bahwa Alquran maupun Assunnah menjelaskan bahwa hidup
sehat itu adalah penting dan cara memperoleh kesehatan harus hati-hati, jangan sampai jatuh ke dalam praktik kemusyrikan.
Dalam bidang Ilmu kesehatan, Allah menerangkan dalam surah al-Furqan ayat: 47 bahwasanya Allah menciptakan alam ini dengan terjadinya siang dan malam supaya orang- orang memperhatikan dan membagi waktunya selama hidup di dunia. Adakalanya waktu untuk belajar, bekerja dan beristirahat. Supaya tubuh tetap sehat dan bugar untuk menjalani aktifitas. Allah menciptakan malam sebagai waktu untuk istirahat agar orang-orang ketika bangun siap untuk menjalani aktifitasnya kembali, untuk berusaha dan beribadah. Jika hal ini dijalankan dengan baik sesuai syariat Islam maka dampak positif bagi kekebalan tubuh manusia akan membaik, begitu juga sebaliknya jika seseorang menggunakan waktu malam untuk bekerja dan siang untuk berusaha maka dampak negatif akan tumbuh pada tubuh manusia tersebut. Salah satunya tidaklah orang tersebut terpelihara kesehatannya.
B. Gangguan kesehatan yang sering dialami oleh masyarakat
Setiap orang mendambakaan kesehatan baik secara fisik maupun secara psikis, dan mentalnya. Namun tentu hal itu tidak selalu terjadi. Sepanjang rentang kehidupannya, seseorang akan mengalami berbagai situasi dan kondisi yang berdampak pada kondisi kesehatannya. Seseorang bisa saja mengalami sakit, baik kategori ringan, sedang, maupun akut, sakit fisik ataupun psikis. Berbeda dengan kehidupan Rasulullah SAW. yang dikisahkan memiliki kesehatan prima dan selalu semangat, ceria, dan segar dalam kesehariannya.
Rasulullah tidak hanya sebagai manusia sempurna yang menjadi teladan bagi seluruh umat Islam, namun juga sebagai pribadi yang memiliki kesehatan fisik dan mental yang kuat.
Gangguan kesehatan merupakan bentuk penyakit, gangguan, dan kekacauan fungsi biologis atau mekanisme tubuh, disebabkan oleh kegagalan mereaksinya adaptasi dari fungsi- fungsi tubuh terhadap stimuli ekstern dan ketegangan-ketegangan sehingga muncul gangguan fungsional atau gangguan struktural dari satu bagian, satu orang atau sistem kejiwaan/mental.
Gangguan kesehatan disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal.
Ada satu hal yang perlu dicatat bahwa Rasulullah tiada hentinya menyampaikan pula bahwa obat semua penyakit adalah kesabaran dan doa. Kesabaran dan doa sangat terkait dengan keyakinan. Keyakinan yang begitu kuatnya tidak akan terjadi bila tidak didapatkan pada orang yang memiliki kondisi kejiwaan yang lemah, mudah bimbang dan sedih, mudah cemas dan was-was. Dan riilnya kondisi jiwa yang lemah inilah yang seringnya dialami oleh
mereka yang sedang mengalami sakit fisik. Kalau gangguan atau sakit psikis sudah otomatis menujukkan lemahnya psikis atau mental. Artinya, penanganan dan pengobatan akan langsung dilakukan dengan pengobatan atau terapi psikis. Namun untuk penyakit fisik, seringnya orang mengabaikan bahwa akibat sakit fisik yang dideritanya secara psikis pun ia sedang membutuhkan terapi atau konseling. Apalagi ketika sakit fisik yang dideritanya termasuk kategori sakit fisik akut, misalnya jantung koroner, hepatitis, kanker, HIV, tumor, diabetes melitus, sakit akut lainnya. Jangankan di saat menjalani rasa sakitnya, ketika mendengar gejala saja, orang akan meresponnya dengan penuh rasa takut dan was-was. Hal tersebut dapat dimaklumi karena secara medis penyakit-penyakit tertentu dikategorikan sebagai penyakit akut yang akan mudah mengantarkan penderitanya pada kematian. Oleh karenanya, dalam penaganan penyakit-penyakit fisik akut memerlukan penanganan serius, membutuhkan waktu yang lama, dan biaya yang juga tidak sedikit. Kondisi-kondisi inilah yang akan terlintas dalam benak setiap penderitanya, sehingga justru akan semakin memperparah kondisi sakitnya.
Jika gangguan atau sakit psikis sudah otomatis menujukkan lemahnya psikis atau mental. Artinya, penanganan dan pengobatan akan langsung dilakukan dengan pengobatan atau terapi psikis. Namun untuk penyakit fisik, seringnya orang mengabaikan bahwa akibat sakit fisik yang dideritanya secara psikis pun ia sedang membutuhkan terapi atau konseling.
Apalagi ketika sakit fisik yang dideritanya termasuk kategori sakit fisik akut, misalnya jantung koroner, hepatitis, kanker, HIV, tumor, diabetes melitus, sakit akut lainnya.
Jangankan di saat menjalani rasa sakitnya, ketika mendengar gejala saja, orang akan meresponnya dengan penuh rasa takut dan was-was. Hal tersebut dapat dimaklumi karena secara medis penyakit-penyakit tertentu dikategorikan sebagai penyakit akut yang akan mudah mengantarkan penderitanya pada kematian. Oleh karenanya, dalam penaganan penyakit-penyakit fisik akut memerlukan penanganan serius, membutuhkan waktu yang lama, dan biaya yang juga tidak sedikit. Kondisi-kondisi inilah yang akan terlintas dalam benak setiap penderitanya, sehingga justru akan semakin memperparah kondisi sakitnya.
C. Penting atau tidakkah layanan bimbingan dan konseling islam diberikan kepada masyarakat
Penderita penyakit fisik, semestinya memang menjadi bidang garapan tenaga medis yang akan mendiagnosa apa penyakit dan penyebabnya. Hasil diagnose akan diketahui bagaimana cara dan proses pengobatannya. Termasuk obat-obatan apa yang dibutuhkan
untuk kesembuhan penyakit tersebut. Dan, idealnya, penyakit fisik yang diderita seseorang akan sembuh setelah mengkonsumsi obat yang diberikan tenaga medis. Lalu, mengapa perlu ada kegiatan konseling Islam dalam proses pengobatan penyakit fisik?. Di atas telah dipaparkan, bahwa dalam beberapa hal, penyakit fisik yang diderita seseorang akan membutuhkan proses pengobatan yang cukup lama bahkan jenis penyakitnya termasuk kategori penyakit akut yang tergolong dalam jenis penyakit menduduki urutan tertinggi yang mempercepat kematian penderitanya. Kondisi inilah yang memungkinkan sesorang penderita mengalami perubahan kondisi psikologis yang rentan dengan berbagai kondisi negative.
Maka penderita penyakit fisik tidak hanya membutuhkan tenaga medis untuk pengobatannya, tetapi juga membutuhkan tenaga konseling untuk menguatkan mentalnya menjalani masa pengobatan. Apalagi bagi penderita atau pasien di rumah sakit yang akan menjalani operasi, secara medis pun dokter akan menunggu kesiapan psikis pasien untuk memulai operasinya.
Pasien harus dipastikan memiliki kestabilan emosi dan kondisi tekanan darah yang normal.
Maka bagi pasien yang akan menjalanioperasi yang cukup besar, membutuhkan beberapa hari untuk menstabilkan dirinya agar benar-benar siap. Dalam kondisi seperti itulah keberadaan para pembimbing ruhani atau tenaga konseling Islam menjadi sangat dibutuhkan.
Konseling Islam sejatinya merupakan kegiatan memberikan bantuan terhadap orang lain baik secara individual maupun kelompok dalam menyelesaikan suatu permasalahan dengan pendekatan psikologis. Tujuan konseling Islam membantu konseli memahami diri dan kondisinya sehingga konseli akan dapat melihat secara jernih permasalahan yang sedang dihadapinya. Konselor sebagai pribadi yang memiliki kemampuan membimbing dan mengarahkan, membantu konseli untuk memahami permasalahan yang sedang dihadapi, penyebab, dan bagaimana konseli dapat menyelesaikannya. Seluruh rangkaian kegiatan dalam kegiatan konseling Islam didasarkan pada kerangka berpikir psikologi Islam yang memandang manusia sebagai makhluk jasmaniyah dan juga makhluk ruhaniyah.
Adanya interrelasi antara dimensi fisik, psikis, dan religi/keagamaan, menunjukkan bahwa terapi psiko-religius sangat besar konstribusinya terhadap upaya penyembuhan penyakit fisik. Pasien penderita penyakit fisik terutama pada jenis penyakit yang telah dicontohkan di atas tidak hanya membutuhkan terapi medis yang diberikan para dokter atau tenaga medis, tetapi juga membutuhkan terapi psikis dan terapi agama (religi). Ketiga pendekatan terapi tersebut akan memberikan dukungan lebih komprehensif dalam proses pengobatan.Kembali pada bahasan konseling Islam yang dapat dilakukan terhadap seseorang yang mengidap penyakit fisik tertentu, bertujuan untuk memberikan support dan membangun
kesadaran bahwa segala penyakit yang menimpa manusia adalah bagian dari wujud kasih sayang Allah kepada manusia. meskipun perlu untuk menyadari barangkali suatu penyakit adalah sebagai peringatan bagi manusia yang berkecenderungan melakukan banyak kesalahan, namun hal itu bukan untuk disesalkan secara berlebihan atau dikeluhkan sebagai sebuah kesialan, misalnya. Namun kondisi sakit dapat dimaknai sebagai sebuah pembelajaran dan bentuk kasih sayang Allah yang masih memberikan kesempatan untuk manusia menyadari dan kemudian memperbaiki hubungannya dengan Allah, sehingga akan lebih banyak beribadah dan menjalani sakitnya dengan kesabaran.
BAB III PENUTUP
A. KesimpulanKonsep sehat dan sakit dalam perspektif bimbingan dan konseling pendidikan Islam mencakup aspek fisik, mental, dan spiritual. Kesehatan dipandang sebagai anugerah dari Allah yang perlu dijaga dengan menjalani gaya hidup seimbang dan berakhlak baik. Penyakit tidak hanya sebagai masalah fisik, tetapi juga dapat berasal dari ketidakseimbangan dalam aspek spiritual dan mental. Dalam konteks bimbingan dan konseling, upaya pencegahan dan pemulihan kesehatan melibatkan dukungan spiritual, nasihat, dan solusi praktis berdasarkan nilai-nilai Islam, seperti sabar, tawakal, dan taubat. Konsep sehat dan sakit dalam perspektif ini mengintegrasikan dimensi fisik, mental, dan spiritual dengan fokus pada pemeliharaan dan pemulihan keseimbangan untuk mencapai kesejahteraan holistik.
DAFTAR PUSTAKA
Wati, I. (2019). Kesehatan Dalam Perspektif Al-Qur'an (Disertasi Doktoral, UIN Ar- Raniry Banda Aceh).
Yuliyatun, (2014). Kontribusi Konseling Islam dalam Penyembuhan Penyakit Fisik, KONSELING RELIGI: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, Vol 5 (2), STAIN Kudus.
Anwar Sholahuddin, (2019. MANAJEMEN LAYANAN KONSELING ISLAMI DAN PENDIDIKAN KESEHATAN, Jurnal Tahdzibi: Manajemen Pendidikan Islam Vol. 4 (1). Universitas Indonesia.