• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Pasien Diabetes Mellitus Dalam Melaksanakan Pola Hidup Sehat yang Dirawat Jalan di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku Pasien Diabetes Mellitus Dalam Melaksanakan Pola Hidup Sehat yang Dirawat Jalan di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2016"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Konsep Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang luas antara bicara, berjalan, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya (Notoatmodjo, 2003).

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan, Blum menggambarkannya sebagai berikut :

Keturunan

Fasilitas

Kesehatan Status Kesehatan Lingkungan

(2)

Dari skema tersebut, terlihat bahwa perilaku manusia mempunyai kontribusi, yang apabila dianalisa lebih lanjut kontribusinya lebih besar. Sebab disamping berpengaruh tidak langsung melalui faktor lingkungan terutama lingkungan fisik buatan manusia, sosio budaya, serta faktor fasilitas kesehatan. Bahwa faktor perilaku ini juga dapat berpengaruh terhadap faktor keturunan karena perilaku manusia terhadap lingkungan dapat menjadi pengaruh yang negatif terhadap kesehatan dan karena perilaku manusia pula maka fasilitas kesehatan disalahgunakan oleh manusia yang akhirnya berpengaruh kepada status kesehatan (Notoatmodjo, 2003). Dengan demikian kita juga dapat menyimpulkan bahwa banyak perilaku yang melekat pada diri manusia baik secara sadar maupun tidak sadar.Salah satu perilaku yang penting dan mendasar bagi manusia dalah perilaku kesehatan. Becker, 1979 membuat suatu konsep tentang perilaku dalam 2 kelompok yaitu :

2.1.1 Perilaku Kesehatan

Menurut Green, faktor penyebab masalah kesehatan adalah faktor perilaku dan non perilaku. Faktor perilaku khususnya perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu :

1. Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factors), adalah faktor yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan juga variasi demografi seperti status ekonomi, umur, jenis kelamin, dan susunan keluarga. Faktor ini lebih bersifat dari dalam diri individu tersebut. 2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), adalah faktor pendukung yang

(3)

berbagaimacam sarana dan prasarana, misal : dana, transportasi, fasilitas dan sarana, kebijakan pemerintah dan sebagainya.

3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors), adalah faktor-faktor yang meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku petugas termasuk petugas kesehatan, termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

2.1.2 Perilaku Sakit

Secara ilmiah penyakit (desease) diartikan sebagai gangguan fungsi fisiologis dari suatu organisme sebagai akibat dari infeksi atau tekanan dari lingkungan.Jadi penyakit itu bersifat objektif.Sebaliknya, sakit (illness) adalah penilaian individu terhadap pengalaman menderita suatu penyakit.Menurut Mering dalam Foster dan Anderson (2005), studi yang benar mengenai makhluk manusia yang sakit berpendapat bahwa setiap individu hidup dengan gejala-gejala maupun konsekuensi penyakit, dalam aspek-aspek fisik, mental, aspek medikal dan aspek sosialnya. Dalam usahanya untuk meringankan penyakitnya, si sakit terlibat dalam serangkaian proses pemecahan masalah yang bersifat internal maupun eksternal baik spesifik maupun non spesifik.

Menurut Suchman dalam Sarwono (2004), ada 5 (lima) macam reaksi dalam mencari proses pengobatan sewaktu sakit,yaitu :

(4)

2. Fragmentation atau proses pengobatan oleh beberapa fasilitas kesehatan pada lokasi yang sama.

3. Self Mediation atau mengobati sendiri dengan berbagai ramuan atau membelinya di warung obat.

4. Procrastination atau penundaan pencarian pengobatan sewaktu gejala sakit dirasakan.

5. Discontunity atau proses tidak melanjutkan (menghentikan pengobatan). 2.2 Bentuk-bentuk Perilaku

Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas.Bloom (1906), dalam Notoatmodjo (2007), seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku ke dalam tiga domain atau ranah/kawasan yaitu ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain) dan ranah psikomotor (psychomotor domain), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut yang terdiri dari :

1. Pengetahuan peserta terhadap materi pendidikan yang diberikan (knowledge) 2. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang

diberikan (attitude)

(5)

2.2.1 Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya.Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan penglihatan. Terdapat 6 tingkatan pengetahuan yaitu :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut ,tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. 3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

(6)

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.Penilaian-penilain itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, antara lain: 1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah pula bagi mereka untuk menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang mereka miliki.

2. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupaun secara tidak langsung.

3. Umur

(7)

4. Minat

Minat diartikan sebagai suatu kecendrungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu.Minat menjadikan seseorang untuk mencoba menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. 5. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh individu baik dari dalam dirinya maupun dari lingkungannya. Pada dasarnya pengalaman mungkin saja menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi individu yang melekat menjadi pengetahuan pada individu secara subjektif.

6. Informasi

Kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

2.2.2 Sikap (Attitude)

Sikap merupkan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehiduapan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.

(8)

Adapun ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut : 1. Sikap itu dipelajari

Sikap merupakan hasil belajar. Ini perlu dibedakan dari motif-motif psikologi lainnya, misalnya : lapar, haus, nyeri, adalah motif psikologis yang tidak dipelajari, sedangkan pilihan kepada makanan Eropa adalah sikap. Beberapa sikap dipelajari tidak disengaja atau tanpa kesadaran sebagai individu. Mungkin saja yang terjadi adalah mempelajari sikap dengan sengaja bila individu mengerti bahwa hal tersebut akan membawa lebih baik untuk dirinya sendiri, membantu tujuan kelompok atau memperoleh sesuatu nilai yang sifatnya perseorangan.

2. Memiliki kestabilan

Sikap yang bermula dari dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat, tetap dan stabil melalui pengalaman.Misalnya pengalaman terhadap suka atau tidak suka terhadap warna tertentu (spesifik) yang sifatnya berulang-ulang.

3. Personal Societal Signifinance

Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dengan orang lain dan juga antara orang dan barang atau situasi. Jika seseorang merasa bahwa orang lain menyenangkan, terbuka dan hangat, maka ini sangat berarti bagi dirinya dan dia akan merasa bebas dan nyaman.

4. Berisi Kognitif dan Affecty

(9)

5. Approach-Avoidance Directionality

Bila seseorang memiliki sikap yang mudah beradaptasi terhadap suatu objek, mereka akan mendekati dan membantunya, sebaliknya bila seseorang memeliki sikap yang susah beradaptasi maka akan menghindarinya.

Ciri-ciri sikap menurut WHO adalah sebagai berikut: 1. Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling)

Hasil pemikiran dan perasaan seseorang, atau lebih tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus, dan merupakan modal untuk bertindak dengan pertimbangan untung-rugi, manfaat serta sumberdaya yang tersedia.

2. Adanya orang lain yang menjadi acuan (personal reference) merupakan faktor penguat sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi mengacu pada pertimbangan-pertimbangan individu.

3. Sumber daya (resurces) yang tersedia merupakan pendukung untuk bersikap positif atau negatif terhadap objek atau stimulus tetentu dengan pertimbangan kebutuhan diri pada individu tersebut (Notoatmodjo, 2005).

Sedangkan fungsi sikap dibagi menjadi empat golongan, yaitu : 1. Sikap sebagai alat untuk menyesuaikan diri.

(10)

2. Sikap sebagai alat pengatur tingkah laku.

Pertimbangan antara perangsang dan reaksi pada anak dewasa dan yang sudah lanjut usianya tidak ada. Perangsang itu pada umunya tidak diberi perangsang secara spontan, akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu.

3. Sikap sebagai alat pengatur pngalaman-pengalaman.

Manusia didalam menerima pengalaman-pengalaman dari luar sikapnya tidak pasif, tetapi diterima secara aktif, atinya semua berasal dari dunia luar tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana-mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani.Jadi, semua pengalaman diberi penilaian lalu dipilih.

4. Sikap sebagai pernyataan kepribadian.

Sikap sering mencerminkan kepribadian seseorang, ini disebabkan karen sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya oleh karena itu dengan melihat sikap –sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bias mengetahui pribadi orang tersebut. Sikap merupakan pernyataan pribadi (Notoatmodjo, 2007).

Sikap mempunyai tiga komponen pokok, seperti yang dikemukakan Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007), yaitu :

(11)

Ketiga komponen ini secara bersama –sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.

Seperti halnya pengetahuan, sikap mempunyai 4 tingkatan yaitu : 1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek).

2. Menanggapi (responding)

Menanggapi artinya memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

3. Menghargai (Valving)

Menghargai diartikan subjek,atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain dan mengajak orang lain merespons.

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab merupakan sikap yang paling tinggi tingkatannya.Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, maka dia harus berani mengambil resiko.

2.2.3 Tindakan (Practice)

(12)

dukungan (support) dari pihak lain didalam tindakan atau praktik (Notoatmodjo, 2007). Tingkatan-tingkatan daripada tindakan (practice) yaitu :

1. Persepsi yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakanyang akan diambil.

2. Respon terpimpin yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh.

3. Mekanisme yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu merupakan kebiasaan.

4. Adaptasi yaitu suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

2.3 Diabetes Melitius 2.3.1 Defenisi

Diabetes mellitus yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh (Depkes RI, 2008).

(13)

disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang dapat dilatarbelakangi oleh kerusakan sel beta pankreas dan resistensi insulin (Soegondo, 2008). Insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas sangat penting untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa darah yaitu untuk orang normal (non diabetes) waktu puasa antara 60-120 mg/dL dan dua jam sesudah makan dibawah 140 mg/dL. Bila terjadi gangguan pada kerja insulin, keseimbangan tersebut akan terganggu sehingga kadar glukosa darah cenderung naik. Gejala bagi penderita diabetes mellitus adalah dengan keluhan banyak minum (polidipsi), banyak makan (poliphagia), banyak buang air kecil (poliuri), badan lemas serta penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya, kadar gula darah pada waktu puasa ≥ 126 mg/dL dan kadar gula darah sewaktu ≥ 200

mg/dL disebut Diabetes Melitus (Brant, 2004). 2.3.2 Jenis-jenis Diabetes

1. Diabetes Mellitus Tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)

(14)

Secara global diabetes mellitus tipe 1 tidak begitu umum, hanya kira-kira 10-20% dari semua penderita diabetes mellitus yang menderita diabetes mellitus tipe 1. Diabetes mellitus tipe 1 ini biasanya bermula pada saat kanak-kanak dan puncaknya pada masa akil baliq atau remaja.Biasanya penderita diabetes mellitus tipe 1 mempunyai berat badan yang kurus (Johnson, 1998).

2. Diabetes Mellitus Tipe 2 (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)

Diabetes mellitus tipe 2 atau diabetes mellitus tidak tergantung insulin adalah diabetes mellitus yang paling sering dijumpai.Diabetes mellitus tipe 2 terjadi karena kombinasi dari “kecacatan dalam produksi insulin” dan “resistensi

terhadap insulin”.Pankreas masih bisa menghasilkan insulin, tetapi kualitasnya buruk, tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk memasukkan glukosa ke dalam darah.Akibatnya, glukosa dalam darah meningkat. Pasien biasanya tidak memerlukan tambahan suntikan insulin dalam pengobatannya, tetapi memerlukan obat yang bekerja memperbaiki fungsi insulin dan menurunkan kadar gula dalam darah (Tandra, 2008).

(15)

2.3.3 Gejala Diabetes

Diabetes mellitus sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh serta menimbulkan berbagai macam keluhan dan gejalanya sangat bervariasi. Diabetes mellitus dapat timbul secara perlahan-lahan sehingga penderita tidak menyadari akan adanya perubahan seperti sering merasa haus (polidipsia), sering buang air kecil (poliuria), sering merasa lapar (polifagia) serta berat badan yang menurun (Depkes RI, 2008).

Selain gejala-gejala utama di atas, gejala selanjutnya adalah badan terasa lemah, kurang gairah kerja, mudah mengantuk, timbul kesemutan pada jari tangan dan kaki, gatal-gatal, gairah seks menurun bahkan sampai impotensi, luka yang sulit sembuh, penglihatan kabur, dan keputihan. Terkadang, ada sekelompok orang yang sama sekali tidak mengalami gejala-gejala tersebut, namun penyakit ini baru diketahui secara kebetulan pada waktu “check up” atau melakukan

pemeriksaan darah (Tara, 2002). 2.4.1 Determinan Diabetes Melitus

Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi diabetes mellitus adalah : 1. Usia

Diabetes mellitus dapat terjadi pada semua kelompok umur, terutama ≥ 40

(16)

negara-negara barat ditemukan 1 dari 8 orang penderita diabetes mellitus berusia di atas 65 tahun, dan 1 dari penderita berusia di atas 85 tahun (Sukarmin, 2008).

Menurut penelitian Handayani di RS Dr. Sardjito Yogyakarta (2005) penderita diabetes mellitus tipe 1 mengalami peningkatan jumlah kasusnya pada umur < 40 tahun (2,7%), dan jumlah kasus yang paling banyak terjadi pada umur 61-70 tahun (48 %) (Handayani, 2006).Menurut hasil penelitian Renova di RS. Santa Elisabeth tahun 2007 terdapat 239 orang (96%) pasien DM berusia ≥ 40

tahun dan 10 orang (4%) yang berusia < 40 tahun (Wulandari, 2006). 2. Jenis Kelamin

Perempuan memiliki resiko lebih besar untuk menderita diabetes mellitus, berhubungan dengan paritas dan kehamilan, dimana keduanya adalah faktor resiko untuk terjadinya penyakit diabetes mellitus. Dalam penelitian Martono dengan desain cross sectional di Jawa Barat tahun 1999 ditemukan bahwa penderita diabetes mellitus lebih banyak pada perempuan (63%) dibandingkan laki-laki (37%). Demikian pula pada penelitian Media tahun 1998 di seluruh rumah sakit di KotaBogor, proporsi pasien diabetes mellitus lebih tinggi pada perempuan (61,8%) dibandingkan pasien laki-laki (38,2%) (PERKENI, 2002).

3. Pola Makan dan Kegemukan (Obesitas)

(17)

Kegemukan adalah faktor resiko yang paling penting untuk diperhatikan, sebab meningkatnya angka kejadian diabetes mellitus tipe 2 berkaitan dengan obesitas.Delapan dari sepuluh penderita diabetes mellitus tipe 2 adalah orang-orang yang memiliki kelebihan berat badan. Konsumsi kalori lebih dari yang dibutuhkan tubuh menyebabkan kalori ekstra akan disimpan dalam bentuk lemak. Lemak ini akan memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah. Seseorang dengan IMT (Indeks Massa Tubuh) 30 kg/m2 akan 30 kali lebih mudah terkena diabetes mellitus dari pada seseorang dengan IMT normal (22 Kg/m2). Bila IMT ≥ 35 Kg/m2, kemungkinan mengidap diabetes mellitus menjadi 90 kali lipat (Tandra, 2008). 4. Kurangnya Aktivitas Fisik

(18)

2.5Pola Hidup Sehat

Pola hidup sehat menurut Kus Irianto, 2004.Praktek kebiasaan hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari baik saat siswa berada dikelas maupun d luar kelas.Sedangkan menurut Soekidjo, 1993 perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang (Organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan saki dan penyakit system pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan.

Pola hidup sehat adalah sebuah usaha untuk memberdayakan diri sendiri dan anggota rumah tangga agar sadar dan mampu melakukan gaya hidup sehat (Suratno, 2001). Selain itu menurut Kotler, pengertian pola hidup adalah sebuah gambaran dari aktivitas /kegiatan seseorang yang dilandasi oleh keinginan serta minat, dan bagaimana pikiran seseorang ketika menjalaninya dan lingkungannya.Pola hidup sehat yaitu segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindari kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan (Wafiq Hisyam, 2007).

Pola hidup sehat meliputi : 1. Gaya hidup

Kebiasaan merokok, aktivitas fisik, olahraga secara rutin, istirahat yang cukup, pengelolaan manajemen stres dengan baik, dan jauhi narkoba.

2. Pola makan sehat

(19)

dan sayuran, mengurangi makanan yang bersantan, memperhatikan teknik pengolahan makanan, perbanyak konsumsi air putih, dan hindari minuman beralkohol.

3. Pemeriksaaan kesehatan secara rutin

Pemeriksaan ini bisa bervariasi tergantung dari umur, jenis kelamin dan kesehatan seseorang. Pemeriksaan anak-anak tentu saja berbeda dengan pemeriksaan usia lanjut. Penggolongan ini untuk membedakan kebutuhan pasien dan tujuan yang ingin dicapai dari pemeriksaan yang dijalani.Tidak ada batasan 18 umur yang tepat untuk memulai pemeriksaan kesehatan secara rutin. Semakin muda usia, semakin dini pula mengetahui risiko penyakit tertentu.

4. Pengetahuan tentang kesehatan

Pengetahuan tentang kesehatan sangat diperlukan, bukan hanya bagi orang-orang yang berkecimpung dibidang kesehatan, melainkan juga bagi khalayak umum yang menjalankan pola hidup sehat bagi diri dan keluarganya.

5. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Menurut Depkes (2007), perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dapat digolongkan menjadi :

(20)

Manfaat yang akan didapat dalam menerapkan pola hidup sehat pada sehari-hari adalah sebagai berikut :

1. Berpenampilan sehat dan ceria 2. Tidur nyenyak

3. Menikmati kehidupan social baik di keluarga maupun masyakarat, sampai meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik

4. Bisa berkarya lebih baik

5. Meningkatkan produktivitas kerja 6. Berfikir positif dan sehat

7. Merasa nyaman dan tentram 8. Ada rasa percaya diri

Dari definisi diatas terlihat bahwa kesehatan tidak semata-mata keadaan tubuh yang terbebas dari penyakit, kelemahan atau cacat.Dari pengertian itu tersimpulkan hidup sehat secara badaniah, social serta rohani adalah hak seluruh orang.Sedangkan pola hidup sehat adalah segala sesuatu usaha untuk menerapkan kebiasaan baik untuk kebiasaan baik untuk menciptakan hidup sehat dan menghindari diri kita dari kebiasaan buruk yang bisa menganggu kesehatan bahkan menimbulkan penyakit.

2.5.1 Langkah-Langkah Pengaturan Pola Hidup Sehat Agar Terhindar Dari Diabetes

(21)

paling tidak 30-60 menit, 5 kali seminggu serta diet yang lebih baik, yang rendah lemak, banyak serat kan sangat membantu anda mencegah berkembangnya diabetes mellitus. Penelitian lain oleh finnish Diabetes study group menunjukkan bahwa penurunan berat badan, diet, dan perbaikan aktivitas fisik pada kelompok yang mempunyai risiko diabetes dapat menurukan risiko berkembangnya diabetes lebih dari 50%. Maka dengan diet, memilih makanan yang sehat, meningkatkan aktifitas fisik dan olahraga yang sangat sederhana seperti jogging, jalan cepat, berenang, bersepeda yang anda lakukan setiap hari akan menurunkan risiko anda untuk mengidap diabetes mellitus.

(22)

memperhatikan pola hidup kita sehari-hari kita juga harus memperkuat system kekebalan tubuh kita dengan cara mengkonsumsi makanan yang mengandung antioksidan tinggi atau obatyang mampu menambah sistem imun pada tubuh (Admin, 2012).

2.6 Promisi Kesehatan Rumah Sakit

Berdasarkan WHO promosi kesehatan adalah suatu proses yang bertujuan memungkinkan individu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan kesehatannya berbasis filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri sending//" empowerment) "promosi kesehatan adalah komunikasi berbagai dukunganmenyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundang-undangan perubahan lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan" (Maulana, 2009).

(23)

maupun masyarakat untuk tanggap dengan masalah kesehatannya dan cepat bertindak untuk mencari tahu ke tempat pelayanan kesehatan atau untuk mendapatkan pengobatan (Hartono, 2010).

Jika promosi kesehatan Rumah Sakit di tetapkan di Rumah Sakit, maka dapat dibuat rumusan sebagai berikut : Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)adalah upaya Rumah Sakit meningkatkan kemampuan pasien kelompok masyarakat agar dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, klien dan kelompok-kelompok masyarakat dapat meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-masalah kesehatan dan mengembangkan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat sesuai social budaya mereka serta didukung kebijakan public yang berwawasan Kesehatan (Depkes RI, 2008).

Sebagaimana tercantum dalam keputusan menteri nomor 114/MENKES/SK/V11/2005 tentang pedoman pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah, Promosi Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. 2.7 Media

2.7 Media

2.7.1 Definisi Media

(24)

media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.Dalam pengertian ini media dipandang sebagai komponen yang ada dalam lingkungan siswa baik lingkungan fisik, social, dan psikososial yang dapat menimbulkan minat siswa untuk belajar.

(25)

2.8Kerangka Konsep

Berdasarkan teori dan keterbatasan saya sebagai peneliti, maka peneliti membatasi hal-hal yang akan diteliti. Hal-hal tersebut dapat dilihat dengan jelas pada bagan kerangka konsep berikut ini:

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat pengaruh yang positif dan siqnifikan kepuasan kerja terhadap motivasi kerja guru SMK Ma’arif Comal Pemalang.. Lingkungan Kerja ( X1 )

Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat akan melaksanakan Pemilihan Langsung dengan Pascakualifikasi untuk paket pekerjaan pengadaan barang sebagai berikut:1.

Kepada Panitia Pengadaan Rehab Gedung dan Bangunan serta Halaman Balai Diklat KKB Garut Pasca Banjir Tahun Anggaran 2017 Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat untuk Tenaga K3

Diberitahukan bahwa berdasarkan hasil evaluasi dokumen penawaran, negosiasi teknis dan harga dan verifikasi dokumen kualifikasi oleh Kelompok Kerja 2 Unit Layanan Pengadaan Kantor

Evaluasi harga selanjutnya dilakukan terhadap penawaran penyedia barang yang telah memenuhi persyaratan administrasi dan teknis.. Evaluasi harga dilakukan dengan

Pokja ULP pada Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional melaksanakan e- lelang cepat spse 4 untuk paket pekerjaan pengadaan barang sebagai berikut :..

This study was conducted to observe the differences in quadriceps and hamstring strength in two groups of older persons, the young old group, aged 60–79 years old, according

Identitas (Nomor, Nama barang, Spesifikasi Merk/ Pabrik, Satuan,Harga satuan, Volume, dan Jumlah Harga) yang ditawarkan tercantum dengan lengkap dan jelas3. Urutan item barang