• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Filsafat Rasionalisme dan Empirisme Pendidikan

N/A
N/A
Revalina

Academic year: 2023

Membagikan "Makalah Filsafat Rasionalisme dan Empirisme Pendidikan"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

RASIONALISME EMPIRISME IMPLIKASINYA DALAM KEILMUAN PENDIDIKAN

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat dan Teori Pendidikan Yang diampu oleh:

Prof. Dr. H. Ali Imron, M.Pd, M.Si

Disusun oleh:

Kelompok 1

1. Rania Zahrotul Khumairo 230131601234 2. Ratu Bilqis Kamila Al Idrus 230131605448 3. Reina Disrie Monza 230131606040

4. Revalina 230131605448

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

DEPARTEMEN ADMINISTRASI PENDIDIKAN SEPTEMBER 2023

(2)
(3)

i

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat dan karunia- Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah tentang “Rasionalisme Empirisme Implikasinya dalam Keilmuan Pendidikan” dengan sebaik-baiknya. Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah Filsafat dan Teori Pendidikan.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan dan dukungan sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Meski penulis telah menyusun makalah ini dengan maksimal, namun tidak menutup kemungkinan masih banyak kekurangan.

Oleh karena itu, sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini. Akhirnya, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah khazanah keilmuan masyarakat.

Malang, 9 Septembar 2023

Kelompok 1

(4)
(5)

ii DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... 1

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 1

C. Tujuan ... 2

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Rasionalisme ... 3

B. Pengertian Empirisme ... 4

C. Tokoh-Tokoh yang Ada di Dalamnya ... 4

D. Implementasinya dalam Dunia Pendidikan... 8

BAB III PENUTUP Simpulan ... 10

DAFTAR PUSTAKA ... 11

(6)
(7)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk yang diberikan keistimewaan serta bekal hidup yang luar biasa oleh Allah SWT. Manusia dibekali akal fikiran dan hati yang berfungsi mengelola sistem kehidupan (Azmi, 2018). Bekal akal dan fikiran inilah yang nantinya bisa digunakan untuk mengasah ilmu pengetahuan serta pemahaman. Dalam ilmu pengetahuan terdapat ilmu yang mengajari tentang kebijaksanaan hidup yang mengkaji hakikat, sebab, asal, dan hukum segala yang ada dengan menggunakan akal budi, logika, metode, dan system yang disebut Filsafat.

Ilmu filsafat memiliki beberapa aliran, untuk mempelajarinya kita perlu menelusuri dan mengkaji suatu pemikiran mendasar tertua yang mengawali kebudayaan manusia. Sistem filsafat dapat berkembang berdasarkan ajaran seorang atau beberapa tokoh filsafat. Selain itu, potensi dan kondisi masyarakat atau bangsa, yang bertegaskan oleh kerjasama faktor dalam dan factor luar juga merupakan penentu penting system filsafat. Faktor-faktor diantaranya meliputi sikap dan pandangan hidup, citrakarsa dan kondisi alam lingkungan. Apabila citrakarsanya tinggi dan kuat tetapi kondisi alam tidak menunjang, maka bangsa tersebut tidak akan berjaya. Tujuan dari penulisan makalah ini sendiri, selain sebagai sarana pemenuhan kewajiban membuat tugas, adalah untuk memenuhi rasa ingin tahu dan ketertarikan penulis terhadap bab aliran filsafat rasionalisme, dan empirisme serta implikasinya dalam ilmu pendidikan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan rasionalisme dalam pendidikan?

2. Apa yang dimaksud dengan empirisme dalam pendidikan?

3. Siapa sajakah tokoh yang ada di dalamnya?

4. Bagaimana cara implementasiannya dalam dunia pendidikan?

(8)
(9)

2 C. Tujuan

1. Untuk mengetahui rasionalisme dalam pendidikan 2. Untuk mengetahui empirisme dalam pendidikan

3. Untuk mengetahui tokoh-tokoh yang berperan dalam aliran-aliran tersebut

4. Untuk mengetahui cara implementasiannya dalam dunia pendidikan.

(10)
(11)

3 BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Rasionalisme

Rasionalisme secara etimologis dari kata Bahasa latin “ratio” yang berarti “akal”, yaitu rasionalisme merupakan cara berpikir yang mengutamakan akal manusia. Rasionalisme itu sendiri adalah filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran dapat diperoleh hanya melalui hasil logika dan fakta. Jika menurut empirisme pengetahuan diperoleh dengan alam, maka menurut rasionalisme pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir.

Tanpa adanya rasio, manusia tidak akan dapat memperoleh pengetahuan.

Maka itulah fungsi pancaindra manusia didalam filsafat rasionalisme untuk mendukung akal dalam memperoleh ilmu pengetahuan.

Rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650) yang disebut sebagai bapak filsafat modern. Beliau berpendapat juga bahwa sumber pengetahuan yang dapat dipercaya yaitu akal. Akal menduduki posisi unggul dan bebas atau terlepas dari pengamatan indra, pengalaman hanya dipakai untuk mempertegas pengetahuan yang diperoleh akal.

Descartes berusaha memberi dasar metodis yang baru dalam filsafat.

Dengan metode tersebut Descartes memahaminya sebagai aturan-aturan yang dapat dipakai untuk menemukan kepastian daasar dan kebenaran yang kokoh. Metode itu disebut “le doute methodique” (metode kesangsian).

Jadi, berfilsafat bagi Descartes berarti melontarkan persoalan metafisis untuk menemukan sebuah fundamen yang pasti (Hardiman, 2004).

Munculnya rasionalisme yaitu keinginan untuk membebaskan diri dari segala pemikiran tradisional yang pernah diterima, tapi ternyata tidak mampu menangani hasil-hasil ilmu pengetahuan yang dihadapi. Aristoteles dalam pemikirannya saat itu juga masih dipengaruhi oleh khayalan- khayalan. Descartes menginginkan cara baru dalam berpikir, maka diperlukan titik tolak pemikiran pasti yang dapat ditemukan dalam keragu- raguan, cogito ergo sum (saya berpikir maka saya ada).

(12)
(13)

4 B. Pengertian Empirisme

Secara epistimologi, istilah empirisme berasal dari kata Yunani yaitu emperia yang artinya pengalaman. Berbeda dengan rasionalisme yang memberikan kedudukan bagi rasio sebagai sumber pengetahuan, maka empirisme memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenalan, baik pengalaman lahiriyah maupun pengalaman batiniyah.

Thomas Hobbes menganggap bahwa pengalaman inderawi sebagai permulaan segala pengenalan. Pengenalan intelektual tidak lain dari semacam perhitungan (kalkulus), yaitu penggabungan data-data inderawi yang sama, dengan cara berlainan. Dunia dan materi adalah objek pengenalan yang merupakan system materi dan merupakan suatu proses yang berlangsung tanpa hentinya atas dasar hukum dan mekanisme.

Prinsip dan metode empirisme diterapkan pertama kali oleh Jhon Locke, langkah utamanya adalah teori empirisme seperti yang telah diajarkan Bacon dan Hobbes dengan ajaran rasionalisme Descartes.

Menurut dia, segala pengetahuan datang dari pengalaman dan tidak lebih dari itu Sementara menurut David Hume bahwa seluruh isi pemikiran berasal dari pengalaman, yang ia sebut dengan istilah “persepsi”. Menurut Hume persepsi terdiri dari dua macam, yaitu: kesan-kesan dan gagasan.

Kesan adalah persepsi yang masuk melalui akal budi, secara langsung, sifatnya kuat dan hidup. Sedangkan gagasan adalah persepsi yang berisi gambaran kabur tentang kesan-kesan. Gagasan ini diartikan dengan cerminan dari kesan.

C. Tokoh-Tokoh yang Ada di Dalamnya

Setiap aliran dalam ilmu filsafat tentunya memiliki tokoh-tokoh yang berperan penting didalamnya. Begitupulah dalam aliran rasionalisme dan empirisme dalam ilmu filsafat ini. Berikut tokoh-tokoh yang ada didalamnya.

(14)
(15)

5 1. Tokoh-Tokoh Aliran Rasionalisme

Dalam sejarah pemikiran filsafat, kemunculan abad ke-17 dianggap awal abad “kebangkitan akal budi manusia”, Dalam istilah asing disebut Renaissance. Dikatakan bahwa pada saat inilah dan sejak saat itulah muncul apa yang kita sebut dengan “rasionalisme”. Ahli filsafat pada jaman Yunani kuno, seperti Pythagoras telah mengutarakan hal ini sebelumnya. Akan tetapi dengan rasionalisme terkini sering dikaitkan dengan nama-nama pemikir yang hidup dijaman abad ke-17. Mereka ini antara lain René Descartes (1596-1650) dari Perancis, Baruch Spinoza (1632- 1677) dari Belanda, dan Gottfried Wilhelm Leibniz (1646- 1716) dari Jerman. Ketiganya beranggapan bahwa pengetahuan tentang alam hanya dapat diperoleh melalui penalaran yang diikuti logika.

Salah satu tokoh rasionalisme yang terkenal adalah René Descartes. Bagi Descartes manusia harus menjadi titik berangkat dari pemikiran yang rasional demi mencapai kebenaran yang pasti. Untuk mencapai kebenaran yang pasti maka rasio harus berperan semaksimal mungkin, tidak begitu saja menerima kebenaran atas dasar pancaindera.

Dalam karya Descartes, ia menjelaskan pencarian kebenaran melalui metode keragu-raguan, karyanya yang berjudul A Discours on Methode mengemukakan perlunya memperhatikan empat hal berikut:

a. Kebenaran baru dinyatakan sahih apabila telah benar benar inderawi dan realitasnya telah jelas dan tegas, sehingga tidak ada keraguan yang dapat merobohkannya.

b. Pecahkan masalah atau kesulitan agara tidak ada keraguan yang mampu merobohkan.

c. Bimbinglah pikiran dengan teratur dengan memulai dari hal yang sederhana dan mudah diketahui secara bertahap sampai pada yang paling sulit dan kompleks.

d. Harus membuat perhitungan-perhitungan yang sempurna dan menyeluruh sehingga diperoleh keyakianan bahwa tidak ada

(16)
(17)

6

satupun yang mengabaikan atau ketingglan dalam penjelajahan hal-hal yang dianggap sulit.

René Descartes mengajukan argumentasi yang kukuh untuk pendekatan rasional terhadap pengetahuan. Hal ini diekspresikan dengan ucapannya yaitu, “cogito, ergo sum”, aku berpikir maka aku ada. karena keyakinan dalam diri sendiri, kebenaran lebih terjamin dan terjaga. Dalam diri sendiri terdapat tiga ide bawaan saya sejak lahir, yaitu:

a. Pemikiran; sebab saya memahami diri saya sebagai makhluk berfikir, harus diterima bahwa juga bahwa pemikiran merupakan hakekat saya.

b. Allah sebagai wujud yang sama sekali sempurna; karena saya mempunyai ide sempurna, mesti ada suatu penyebab sempurna untuk ide itu, karena akibat tidak bisa melebihi penyebabnya, wujud yang sempurna itu tidak lain daripada Allah.

c. Keluasan; saya mengerti materi sebagai keluasan atau eksistensi sebagaimana hal ini dilukiskan dan dipelajari oleh ahli ilmu ukur.

René Descartes hidup dalam pertentangan ideologis, ia berkeinginan mendasarkan keyakinan pada sebuah landasan yang memiliki kepastian mutlak. Oleh karena itu, ia melakukan berbagai pengujian terhadap apa yang diketahuinya. dia hanya akan menerima sesuatu yang sudah tidak diragukan.

Pandangan Descrates ini tentu berbeda dengan para rasionalis seperti Voltaire, Diderot, dan D’Alembert karena Descrates massih memberi tempat bagi tuhan. Sebagai bagian dari kaum rasionalis ia tidak berkeinginan menyangkal keberadaan tuhan.

2. Tokoh-Tokoh Aliran Empirisme

Empirisme adalah salah satu ilmu filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan mengecilkan akal. Gagasan-gagasan yang datang dari indra diolah dengan cara berfikir, bernalar, mempercayai, meragukan dan dengan demikian memunculkan apa yang disebut perenungan. Empirisme timbul sebagai

(18)
(19)

7

reaksi dari paham rasionalisme “Rene Descartes”. Kaum empiris sangat percaya terhadap pendapat bahwa pengetahuan manusia dapat diperoleh melalui pengalaman hidup.

Ajaran-ajaran pokok empirisme antara lain: (1) Anggapan bahwa semua ide atau gagasan merupakan hal yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami: (2) Satu-satunya sumber pengetahuan adalah pengalaman inderawi, dan bukan akal atau rasio;

(3) Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada inderawi;

(4) Semua pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara tidak langsung dari data inderawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan matematika); (5) Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita. Akal budi mendapat tugas untuk mengolah bahan bahan yang di peroleh dari pengalaman; (6) Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.

David Hume (1711-1776) merupakan salah satu tokoh empirisme yang terkenal pada abad ke-17. Karya terpentingnya adalah an encuiry concercing humen understanding, yang terbit pada 1748 serta n an encuiry into the principles of moral yang terbit tahun 1751 (Lacey, 2000:134). David mengugkapkan I never catch my self at any time with out a perception (saya selalu memiliki persepsi pada setiap pengalaman saya). Melalui ungkapan ini ia menyampaikan bahwa seluruh pemikiran dan pengalamannya tersusun atas kesan (impression).

Pemikiran ini lebih maju selangkah dalam merumuskan bagaimana sesuatu pengetahuan terangkai dari adanya pengalaman, yaitu melalui suatu institusi dalam diri manusia.

Hume seperti layaknya filosof empirisme lainnya menganut prinsip epistemologis yang berbunyi, “nihil est intelectu quod non antea fuerit in sensu” yang berarti, “tidak ada satu pun ada dalam pikiran yang tidak terlebih dahulu terdapat pada data-data inderawi” (Lacey; 2000:134).

(20)
(21)

8

Tokoh lain dibalik empirisme adalah John Locke, ia sangat yakin bahwa manusia sewaktu dilahirkan bagaikan kertas putih. Lalu ide yang ada di dalam benak manusia ini berasal dari pengalaman.

D. Implementasiannya dalam Dunia Pendidikan

Filsafat Rasionalisme maupun filsafat empirisme dan ilmu pengetahuan memiliki hubungan antara satu dengan yang lain. Manusia tidak hanya bisa mengandalkan akal dan rasio yang mereka miliki untuk menilai sebuah masalah, melainkan harus melalui adanya pengalaman yang nantinya bisa menjadi bukti atas kebenaran. Bagitupun yang sebaliknya, berfikir rasional sangat penting bagi manusia, karena indra yang dimilikinya sangat terbatas.

Banyak contoh implementasian rasionalisme dan empirisme dalam dunia pendidikan. Misalnya:

1. Contoh Rasionalisme:

a. Jika seorang mahasiswa mampu menjawab dengan baik soal ujian mata kuliahnya dan jawabannya benar, kemudian seorang mahasiswa tersebut mendapatkan nilai A+/nilai terbaik didalam kelasnya, maka rasionalnya seorang mahasiswa tersebut harus melakukan usaha. Seperti belajar dengan keras yang selalu disertai dengan berdoa. Rasionalisme itulah yang membuat seorang mahasiswa itu meraih kebenaran dan mampu berfikir secara objektif sesuai dengan akal pikiran.

b. Tetapi, jika ada seorang mahasiswa yang terbukti mencontek pada saat ujian, maka dia akan mendapatkan sanksi/hukuman.

2. Contoh Empirisme:

Ada seorang guru di TK/SD yang ingin mengajarkan kebiasaan baik, yaitu mencuci tangan memakai sabun sebelum makan, sebagai bentuk perilaku hidup bersih dan sehat. Maka, guru tersebut harus memberikan contoh dengan memperlihatkan dan melibatkan siswa dalam pembelajaran mengenai kesehatan tubuh. memperkenalkan kepada seluruh siswanya apa yang disebut sebagai kuman yang

(22)
(23)

9

menempel pada tangan. Serta memperkenalkan pada para siswanya apa manfaat sabun dan bagaimana cara mencuci tangan yang benar.

Terakhir, agar menjadikan kebiasaan mencuci tangan pakai sabun sebagai rutinitas harian yang memberikan pengalaman menyenangkan.

Kemudian seluruh siswa tersebut melakukannya dan tidak hanya mendengarkan dan memperhatikan saja. Dari sinilah nantinya akan terlihat bahwa siswa itu nantinya akan memperoleh ilmu pengetahuan melalui pengalaman mereka sendiri.

(24)
(25)

10 BAB III PENUTUP

Simpulan

1. Rasionalisme secara etimologis dari kata Bahasa latin “ratio” yang berarti “akal”, yaitu rasionalisme merupakan cara berpikir yang mengutamakan akal manusia. Rasionalisme itu sendiri adalah filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran dapat diperoleh hanya melalui hasil logika dan fakta.

2. Secara epistimologi, istilah empirisme berasal dari kata Yunani yaitu emperia yang artinya pengalaman. Berbeda dengan rasionalisme yang memberikan kedudukan bagi rasio sebagai sumber pengetahuan, maka empirisme memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenalan, baik pengalaman lahiriyah maupun pengalaman batiniyah.

3. Akan tetapi dengan rasionalisme terkini sering dikaitkan dengan nama- nama pemikir yang hidup dijaman abad ke-17. Mereka ini antara lain René Descartes (1596-1650) dari Perancis, Baruch Spinoza (1632- 1677) dari Belanda, dan Gottfried Wilhelm Leibniz (1646- 1716) dari Jerman.

4. David Hume (1711-1776) merupakan salah satu tokoh empirisme yang terkenal pada abad ke-17.

5. Tokoh lain dibalik empirisme adalah John Locke.

6. Filsafat Rasionalisme maupun filsafat empirisme dan ilmu pengetahuan memiliki hubungan antara satu dengan yang lain.

(26)
(27)

11

DAFTAR RUJUKAN

Bagus, Lorens. (1997) Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia.

Vera S. (2021). Aliran Rasionalisme dan Empirisme dalam Kerangka Ilmu Pengetahuan. Jurnal Penelitian Ilmu Ushuluddin. 67

Hambali A. Y. R. (2021). Aliran Rasionalisme dan Empirisme dalam Kerangka Ilmu Pengetahuan. Jurnal Penelitian Ilmu Ushuluddin. 68

Aryan D. P. (2019). Filsafat Rasionalisme, Empirisme dan Kritisisme. Jurnal Academia. 2

Afid, B. (2013) Pengantar Pendidikan. Penerapan Aliran Empirisme dalam Pendidikan. wordpress.com

Wilardjo, S. B. (2009). Aliran-Aliran Dalam Filsafat Ilmu Berkait Dengan Ekonomo. Jurnal Unimus, 6

Puspitasari, R. (2012). Kontribusi Empirisme Terhadap Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Jurnal Edueksos, 29.

Munir, M. I. (2004). Tinjauan Terhadap Metode Empirisme Dan Rasionalisme.

Jurnal Filsafat, 234.

Machmud, T. (2011). Rasionalisme Dan Empirisme, Kontribusi Dan Dampaknya Pada Perkembangan Filsafat Matematika. Jurnal Inovasi, 115.

Anugrah, M. & Radiana, U. (2022) Filsafat Rasionalisme Sebagai Dasar Ilmu Pengetahuan. Jurnal Filsafat Indonesia, (2022), 5.

Feby, A. R. (2021) Penerapan Pemikiran Filsafat Empirisme dalam Dunia Pendidikan. kompasiana.com

Reza A.A Wattimena (2016) Rasionalisme dalam Pendidikan. wordpress.com

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya dikatakan bahwa seandainya kitab-kitab terjemahan Boethius menjadi sumber perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan di Eropah, maka