MAKALAH HUKUM DAGANG
”HUKUM DAGANG & PERKEMBANGANNYA”
DISUSUN OLEH:
A.ZAHWA SYAQIRA NIM. 04020210270
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala Puji bagi Allah, rahmat dan salam untuk Muhammad Rasul pilihan, saya sebagai penyusun makalah telah berhasil dalam menyusun makalah dari mata kuliah Hukum Dagang mengenai 'Hukum Dagang dan
Perkembangannya', yang dapat diselesaikan semata-mata atas kehendak-NYA dan rahmat cinta-kasihNYA yang berlimpah-limpah. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Dagang. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pengumpulan materi ini dan dari beberapa sumber. Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, maka saya sebagai penyusun makalah sangat menanti tegur sapa serta kritik dan saran membangun dari pembaca untuk lebih bisa menyempurnakan makalah ini.
Makassar,11 September 2022
A.Zahwa Syaqira
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...1
DAFTAR ISI...2
BAB I...3
PENDAHULUAN...3
A. Latar Belakang...3
B. Rumusan Masalah...4
C. Tujuan Pembelajaran...4
BAB II...5
PEMBAHASAN...5
A. Perkembangan Hukum Dagang...5
B. Perkembangan Hukum Dagang di Indonesia...6
BAB III...8
PENUTUP...8
A. Kesimpulan...8
B. Saran...9
DAFTAR PUSTAKA...10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah perdagangan memiliki akar kata dagang. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) istilah “dagang” diartikan sebagai pekerjaan yang berhubungan dengan menjual dan membeli barang untuk memperoleh keuntungan.
Istilah dagang dipadankan dengan jual beli atau niaga. Sebagai suatu konsep, dagang secara sederhana dapat diartikan sebagai
perbuatan untuk membeli barang dari suatu tempat untuk menjualnya kembali di tempat lain atau membeli barang pada suatu saat dan kemudian menjualnya kembali pada saat lain dengan maksud untuk memperoleh keuntungan. Perdagangan berarti segala sesuatu yang berkaitan dengan dagang (perihal dagang) atau jual beli atau perniagaan (daden van koophandel) sebagai pekerjaan sehari-hari.
Hukum dagang adalah ilmu yang mengatur hubungan antara suatu pihak dengan pihak lain yang berkaitan dengan urusan-urusan dagang.Hukum Dagang adalah hukum yang mengatur tingkah laku manusia yang turut melakukan perdagangan dalam usaha untuk mencari keuntungan. Dalam kegiatan perdagangan, Indonesia tidak hanya dalam negeri akan tetapi juga melakukan perdagangan luar negeri.
Hukum dagang masuk dalam kategori hukum perdata, tepatnya hukum perikatan. Alasannya karena hukum dagang berkaitan dengan tindakan manusia dalam urusan dagang. Hukum dagang juga
berkaitan dengan hak dan kewajiban antar pihak yang bersangkutan dalam urusan dagang. Hukum perikatan mengatur hal ini. Itulah sebabnya hukum dagang dikategorikan ke dalam hukum perikatan.
Hukum perikatan adalah hukum yang secara spesifik mengatur perikatan-perikatan dalam urusan dagang.
Setiap hukum yang saat ini diterapkan memiliki sumber tertentu, sama halnya dengan hukum dagang yang tersedia di
Indonesia. Hukum dagang tersebut didasari dengan tiga jenis sumber berbeda, yaitu hukum tertulis yang sudah melalui tahap kodifikasi, hukum tertulis yang belum melalui tahap kodifikasi, dan hukum kebiasaan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan Hukum Dagang?
2. Bagaimana perkembangan Hukum Dagang di Indonesia?
C. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk mengetahui perkembangan Hukum Dagang.
2. Untuk mengetahui perkembangan Hukum Dagang di Indonesia.
BAB II PEMBAHASAN
A. Perkembangan Hukum Dagang
Perkembangan hukum telah dimulai sejak abad pertengahan Eropa (1000/1500) yang terjadi di Negara dan kota-kota di Eropa.
Pada zaman itu, di Italia dan Perancis Selatan telah lahir kota-kota sebagai pusat perdagangan (Genoa, Florence, vennetia, Marseille, Barcelona dan Negara-negara lainnya ).
Tetapi pada saat itu hukum Romawi (corpus lurus civilis ) tidak dapat menyelesaikan perkara-perkara dalam perdagangan , maka dibuatlah hukum baru di samping hukum Romawi yang berdiri sendiri pada abad ke-16 & ke-17 yang berlaku bagi golongan yang disebut hukum pedagang (koopmansrecht ) khususnya urusan di bidang perdagangan (peradilan perdagangan ) dan hukum pedagang ini bersifat unifikasi.
Karena bertambahnya hubungan dagang maka pada abad ke-17 diadakan kodifikasi dalam hukum dagang oleh mentri keuangan dari raja Louis XIV (1613-1715) yaitu Corbert dengan peraturan
ORDONNANCE DU COMMERCE pada tahun 1673, dalam hukum itu terdapat segala hal berkaitan dengan dunia perdagangan, mulai dari pedagang, bank, badan usaha, surat berharga hingga pernyataan pailit.
Dan pada tahun 1681, disusun ORDONNANCE DE LA MARINE yang mengatur tentang Kewibawaan,dalam kodifikasi ini termuat segala hal berkaitan dengan dagang dan kelautan, misalnya tentang
perdagangan di laut.
Dan pada tahun 1807, di Perancis dibuat hukum dagang tersendiri dari hukum sipil yang ada yaitu CODE DE COMMERCE yang tersusun dari ordonnance du commerce (1673) dan ordonnance du la marine(1681) . Pada saat itu, Nederlands menginginkan adanya hukum dagang tersendiri yaitu KUHD Belanda , dan pada tahun 1819
direncanakan dalam KUHD ini, ada 3 kitab dan tidak mengenal peradilan khusus . Lalu pada tahun 1838 akhirnya di sahkan .
KUHD Belanda berdasarkan azas konkordansi KUHD Belanda 1838, menjadi contoh bagi pembuatan KUHD di Indonesia pada tahun 1848 . Pada akhir abad ke-19, Prof. molengraaff merancang UU kepailitan sebagai buku III di KUHD Nederlands menjadi UU yang berdiri sendiri (1893 berlaku 1896). Dan sampai sekarang KUHD Indonesia memiliki 2 kitab yaitu, tentang dagang umumnya dan tentang hak-hak dan kewajiban yang tertib dari pelayaran.
B. Perkembangan Hukum Dagang di Indonesia
KUH Perdata dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang diberlakukan di Hindia Belanda (Indonesia) berdasarkan asas konkordansi. Asas Konkordansi menyatakan bahwa hukum yang berlaku di Belanda, berlaku juga di Hindia Belanda atas dasar asas unifikasi. Wetbook van Koophandel disahkan oleh Pemerintah
Belanda dan mulai berlaku pada tanggal 1 Oktober 1838. Berdasarkan asas konkordansi, diberlakukan di Hindia Belanda berdasarkan
Staatblad (lembaran negara) 1847 No. 23 yang mulai berlaku pada tanggal 1 mei 1848.
Apabila dirunut kebelakang, Wetbook van Koophandel atau Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (Hindia Belanda) merupakan turunan dari Code du Commerce, Perancis tahun 1808, namun
demikian, tidak semua isi dari Code du Commerce diambil alih oleh Pemerintah Belanda. Misalnya tentang Peradilan khusus yang
mengadili perselisihan dalam lapangan perniagaan, yang dalam code du commerce ditangani oleh lembaga peradilan khusus (speciale handelrechtbanken), tetapi di Belanda perselisihan ini ditangani dan menjadi jurisdiksi peradilan biasa.
Sementara itu, di Perancis sendiri Code du Commerce 1908 merupakan kodifikasi hasil penggabungan dari dua kodifikasi hukum yang pernah ada dan berlaku sebelumnya, yaitu Ordonance du
Commerce 1963 dan Ordonance de la Marine 1681. Kodifikasi Perancis yang pertama ini terjadi atas perintah ra Lodewijk.
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang masih berlaku di
Indonesia berdasarkan Pasal 1 aturan peralihan UUD 1945 yang pada pokoknya mengatur bahwa peraturan yang ada masih tetap berlaku sampai pemerintah Indonesia memberlakukan aturan penggantinya.
Di negeri Belanda sendiri Wetbook van Koophandel telah mengalami perubahan, namun di Indonesia Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang tidak mengalami perubahan yang komprehensif sebagai suatu kodifikasi hukum. Namun demikian, kondisi ini tidak berarti bahwa sejak Indonesia merdeka, tidak ada pengembangan peraturan terhadap permasalahan perniagaan.
Perubahan pengaturan terjadi, namun tidak tersistematisasi dalam kodifikasi Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Strategi perubahan pengaturan terhadap masalah perniagaan di Indonesia dilakukan secara parsial (terhadap substansi Kitab Undang-Undang Hukum Dagang) dan membuat peraturan baru terhadap substansi yang tidak diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang pada dasarnya memuat dua (2) substansi besar, yaitu tentang dagang pada umumnya dan tentang hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang terbit dari pelayaran.
Bursa yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang telah mengalami perkembangan yang sangat pesat melalui lembaga pasar modal sebagaimana diatur dalam UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan Bursa Komoditi Berjangka yang diatur dalam UU No. 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka
Komoditi. Terhadap ketentuan wesel, cek, promes, sekalipun belum diubah tetapi lembaga surat berharga telah dilengkapi dengan berbagai peraturan yang tingkatnya di bawah UU, khusus untuk Surat Utang Negara (SUN), yang termasuk dalam kategori surat berharga, diatur dalam UU No. 24 Tahun 2002.
Sementara tentang Pertanggungan (asuransi) telah berkembang menjadi industri yang sangat besar. Pengaturan terhadap
pertanggungan telah mengalami perkembangan yang cukup mendasar, khususnya dengan diberlakukannya UU No. 2 Tahun 1992 tentang Perasuransian.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada permulaan abad ke-19 Prancis mulai melakukan kodifikasi di bidang Hukum Dagang (Code de Commerce). Ketika Louis ke-14 berkuasa di Prancis, dia meminta kepada stafnya untuk
mensistematisasikan kententuan yang menyangkut masalah hukum dagang. Hasilnya dapat dilihat yakni muncul:
Ketentuan tentang perdagangan pada umumnya (Ordonnance De Commerce) pada tahun 1673.
Ketentuan tentang perdagangan memalui laut (Ordonnance De la Marina) pada tahun 1681.
Kitab Undang-undang Hukum Dagang (Code De Commerce) yang dibuat pascarevolusi Prancis pada tahun 1789.
Prancis tidak jauh berbeda dengan kodefikasi di Belanda.
Demikian pada waktu Belanda menjajah Indonesia, maka di daerah jajahannya berdasarkan asas konkordasi diberlakukan ketentuan hukum Prancis, yaitu KUHD dan KUH Perdata.
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang masih berlaku di Indonesia berdasarkan Pasal 1 aturan peralihan UUD 1945 yang pada pokoknya mengatur bahwa peraturan yang ada masih tetap berlaku sampai pemerintah Indonesia memberlakukan aturan penggantinya.
Di negeri Belanda sendiri Wetbook van Koophandel telah mengalami perubahan, namun di Indonesia Kitab Undang-Undang Hukum Dagang tidak mengalami perubahan yang komprehensif sebagai suatu kodifikasi hukum. Namun demikian kondisi ini tidak berarti bahwa sejak Indonesia merdeka, tidak ada pengembangan peraturan.
B. Saran
Meskipun di Indonesia Kitab Undang-Undang Hukum Dagang tidak mengalami perubahan yang komprehensif, namun
perkembangan yang dialami cukup baik. Maka dari itu, dalam
perkembangan-perkembangan yang dialami selanjutnya perlu adanya pemberitahuan berskala agar tidak terkesan bahwa KUHD ini tidak mengalami kemajuan di zaman yang semakin berkembang ini. Di mana dalam hemat saya, harus ada kesesuain hukum untuk zaman yang semakin berkembang pula.
DAFTAR PUSTAKA
Dr.Hj.Cindanawati,SH,MH.2011. Hukum Dagang dan Perkembangannya.
Palembang: CV.Putra Penuntun Palembang.
https://berandahukum.com/a/sejarah-hukum-dagang
https://maglearning.id/2022/04/14/pengertian-hukum-dagang-dan- perkembangannya/
https://prezi.com/qnyfwlnkp8o4/perkembangan-hukum-dagang-di-indonesia/
https://agrotek.id/vip/pengertian-hukum-dagang/#Sejarah_Hukum_Dagang https://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_dagang