• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH HUKUM TELEMATIKA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E COMMERCE

N/A
N/A
Alexandra Exelsia Saragih

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH HUKUM TELEMATIKA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E COMMERCE"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH HUKUM TELEMATIKA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E COMMERCE

Dosen Pengampu :

Andriyanto Adhi Nugroho, SH, MH

Alexandra Exelsia Saragih 2110611141

Program Studi S1 Hukum FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA

JAKARTA SELATAN

TAHUN 2022

(2)

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna

memenuhi ujian akhir semester mata kuliah Hukum Telematika yang berjudul Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Transaksi E Commerce

Dalam makalah ini secara umum berisikan pembahasan mengenai pengertian hak atas tanah, sistem dari hak-hak atas tanah, fungsi sosial atas tanah serta tinjauan atas tanah terlantar, contoh kasus tanah terlantar beserta analisis dan penyelesaiannya. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan memberi informasi yang berguna bagi pembacanya agar dapat memahami makna dari hak atas tanah agar kelak suatu saat jika dalam menghadapi kasus mengenai sengketa tanah, pembaca dapat mengetahui bagaimana caranya

menyelesaikan sengketa tanah tersebut..

Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan kerjasama kelompok serta

berbagai pihak lainnya. Sehingga pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materi kepada penulis dalam penyusunan makalah ini hingga selesai, terutama kepada yang kami hormati, Siti Nurul Intan, S.H., MKn. selaku dosen pengampu mata kuliah Hukum Agraria.

Penulis pun menyadari masih adanya ketidaksempurnaan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini dan makalah kedepannya yang akan dibuat.

Rabu, 12 Desember 2022 Penulis

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi yang sangat pesat di zaman ini telah membawa banyak perubahan pada gaya hidup sebagian masyarakat Indonesia.Gaya hidup ini terjadi di hampir semua bidang, baik sosial, budaya, komersial dan lain-lain. Pada sektor komersial, internet mulai banyak digunakan sebagai media kegiatan komersial, terutama karena kontribusinya terhadap efisiensi.Teknologi informasi atau information technology (IT) telah merubah masyarakat, telah menciptakan jenis dan peluang bisnis baru, serta menciptakan jenis pekerjaan baru untuk tenaga kerja manusia.Salah satu bagian paling dinamis dari bidang Teknologi informasi adalah Internet, awalnya dibuat sebagai saluran pribadi untuk kepentingan penelitian dan kegiatan akademik, namun sekarang lebih banyak digunakan oleh bisnis untuk berbagai layanan komersial.Saat ini, salah satu kegiatan komersial di dunia maya yang paling berkembang dalam hal penggunaan internet adalah electronic commerce (e-commerce).E-commerce terbagi menjadi dua segmen, yaitu business to business e-commerce (perdagangan antar pelaku usaha) dan business to consumer e-commerce (perdagangan antar pelaku usaha dengan konsumen).Semakin banyak kegiatan ekonomi dilakukan melalui sarana Internet.Misalnya, makin banyak orang yang mengandalkan sistem jual beli online (e- commerce) sebagai sarana bertransaksi.

Salah satu pakar internet Indonesia, Budi Raharjo percaya bahwa Indonesia memiliki potensi dan prospek yang cukup menjanjikan untuk pengembangan e-commerce.

Penghalang bermacam-macam dihadapi dalam pengembangan e-commerce sebagai keterbatasan infrastruktur, transaksi aman dan, yang terpenting, sumber daya dapat diupayakan seiring dengan upaya mengembangkan organisasi e-commerce.Kemudian Direktur Jenderal Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika (SDPP) Kementerian Komunikasi dan Informatika Budi Setiawan menyatakan perkembangan dunia teknologi berkembang sangat pesat di dunia tak terkecuali Indonesia dengan mencapai peringkat ketiga di Asia untuk jumlah pengguna internet. Tercatat sebanyak 44,6 juta pengguna Facebook dan sebanyak 19,5 juta pengguna Twitter di Indonesia. Indonesia menjadi negara kelima terbesar pengguna Twitter di bawah Inggris dan negara besar lainnya. Dari 245 juta penduduk Indonesia, pengguna internet di Indonesia mencapai 55 juta orang atau menguasai Asia sebesar 22,4% setelah Jepang.4 Sementara data Asosiasi E-commerce Indonesia (IDEA) mencatat, total transaksi bisnis online di Indonesia pada 2013 mencapai Rp80 triliun.Setengah dari transaksi tersebut terjadi di Jakarta yang mencapai Rp30 triliun. Daniel Tumiwa selaku Country Manager PT Multiply Indonesia mengatakan bahwa diperkirakan pada tahun 2015 bakal meningkat 10 kali lipat. Melihat data dan fakta dari sejumlah temuan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa, kini

(4)

kecenderungan masyarakat Indonesia untuk melakukan berbagai aktivitas, terutama promosi dan bertransaksi (penawaran/belanja produk), adalah melalui internet (online).5 Perkembangan e-commerce diatur di dalam Undang-undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang disingkat UU ITE.Dengan hadirnya Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), memberikan dua hal penting, yaitu pertama pengakuan transaksi elektronik dan data elektronik keuangan dalam kerangka hukum perikatan dan pembuktian, agar dapat memberikan kepastian hukum terhadap transaksi elektronik, dan yang kedua yaitu perbuatan yang diklasifikasikan sebagai pelanggaran hukum yang berkaitan dengan penyalahgunaan komputer (teknologi informasi) dapat diberikan sanksi pidana. Dengan diakuinya transaksi elektronik dan dokumen elektronik, sedikitnya kegiatan e-commerce memiliki landasan hukum.

Walaupun sudah ada undang-undang yang mengatur masalah perdagangan secara e- commerce. Namun, kadangkala konsumen masih saja dalam posisi yang lemah. Faktor utama yang menjadi kelemahan konsumen sering kali disebabkan karena tingkat pengetahuan hukum dan kesadaran konsumen akan haknya yang masih rendah, kondisi seperti ini oleh pelaku usaha dimanfaatkan untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya dengan tidak mengidahkan kewajiban-kewajiban yang sudah seharusnya melekat

pada para pelaku usaha.10Konsumen harus memiliki hak penuhterlindung. Namun banyak konsumen yang tidak mengetahui bahwa ada undang-undang yang mengatur perlindungan konsumen.Seperti halnya belanja online melalui internet atau e-commerce.

Dalam perkembangan saat ini, banyak bermunculan toko online dan sekarang pun anda bisa melakukan transaksi jual beli melalui jaringan sosial (jaringan sosial).Banyak orang memanfaatkannya memanfaatkan individu dengan melakukan penipuan.Pada awal 2012- 2013, banyak bermunculan toko online palsu melalui website serta jejaring sosial.

Mereka menjanjikan harga yang jauh lebih tinggi, lebih murah dari harga normal.

Bahkan, mereka sering meminta uang muka 50% dan berjanji untuk memberikan barangnya segera.Akan

tetapi keesokan harinya mereka menuntut pembayaran dengan alasan ada masalah

pengelolaan.Namun, setelah pembayaran oleh pembeli, penjual langsung menonaktifkan nomor handphone yang digunakan untuk diselesaikan lebih awal dengan pembeli 11.

Selain itu, muncul masalah lain konsumen karena dalam pembeliannya terdapat barang yang tidak sesuai barang yang dipesan, atau ada cacat pada barang itu. Tentunya hal ini juga dapat merugikan konsumen.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tanggungjawab para pihak dalam transaksi e-commerce?

2. Bagaimana upaya hukum bagi konsumen yang dirugikan dalam transaksi jual-beli e- commerce?

3. Bagaimana model perlindungan konsumen dalam transaksi e-commerce?

(5)

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana tanggungjawab para pihak dalam transaksi e- commerce.

2. Untuk mengetahui upaya hukum yang dapat ditempuh oleh konsumen yang dirugikan dalam melakukan transaksi melalui e-commerce.

3. Untuk mengetahui bagaimana sebaiknya model perlindungan konsumen dalam e- commerce.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Secara teoritis dapat digunakan sebagai masukan untuk perumusan regulasi perlindungan konsumen khususnya perlindungan hukum dalam e-commerce dan dapat menambah dan memperkaya pengetahuan tentang upaya hukum yang dapat dilakukan oleh konsumen e-commerce jika konsumen mengalami kerugian dalam transaksi tersebut.Karena sekarang semakin banyak pengusaha yang serta konsumen tertarik dengan transaksi e-commerce, maka hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan tentang model perlindungan yang lebih aman dan lebih terlindungi di masa mendatang bagi konsumen.

2. Manfaat Praktis

Kajian ini dapat membantu dalam perlindungan konsumen khususnya di bidang e- commerce, dan juga menjadi sumbangsih bagi peneliti lain yang akan membahas tentang perlindungan konsumen khususnya di bidang e-commerce.Juga pertimbangan untuk penelitian lain tentang perlindungan konsumen dalam e-commerce yang belum disebutkan dalam penelitian ini untuk peneliti selanjutnya.

(6)

BAB II ISI

A. Kajian Teori

1. Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen

Hukum perlindungan konsumen terdiridariduaunsur yakni “hukum dan

“perlindungankonsumen”.Pengertian hukum banyak para ahli hukum yang telah memberikan definisinya antara lain menurut Aristoteles Hukum adalah suatu jenis ketertiban dan hukum yang baik adalah ketertiban yang baik, akal yang tidak dipengaruhi oleh nafsu dan jalan tengah.HukumPerlindungan Konsumen dibutuhkan apabila kondisi pihak-pihak yang mengadakan hubungan hukum atau bermasalah dalam masyarakat itu tidak seimbang.

Pada dasarnya baik hukum konsumen maupun hukum perlindungan konsumen membicarakan hal yang sama, yaitu kepentingan hukum (hak-hak) konsumen.

Bagaimana hak-hak konsumen itu diakui dan diatur di dalam hukum serta bagaimana ditegakkan di dalam praktik hidup bermasyarakat. Hukum perlindungan konsumen atau hukum konsumen dapat diartikan sebagai keseluruhan peraturan hukum yang mengatur hak-hak dan kewajiban-kewajiban konsumen dan produsen yang timbul dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya. (N.H.T. Siahaan).Obyek daripada hukum perlindungan konsumen adalah konsumen, pengertian konsumen menurut UUPK pasal 1 angka 2 adalah “setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”

2. Hak Dan Kewajiban Konsumen.

Saat ini sudah bukan rahasia lagi konsumen adalah raja

Oleh karena itu, sebagai produsen dengan prinsip pemasaran yang menyeluruh, ia harus memperhatikan semua hak konsumen.Dari pengertian tersebut, derajat pemahaman konsumen dan perlindungan konsumen (consumer protection) juga dapat dilihat pada sehubungan dengan perjanjian atau kontrak. Menurut Ali Mansyur, sekurang-kurangnya ada empat alasan pokok mengapa konsumen perlu dilindungi yaitu:

1) Melindungi konsumen sama artinya dengan melindungi seluruh bangsa sebagaimana yang diamanatkan oleh tujuan pembangunan nasional menurut Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

(7)

2) Melindungi konsumen perlu untuk menghindarkan konsumen dari dampak negatif penggunaan barang dan jasa.

3) Melindungi konsumen perlu untuk melahirkan manusia-manusia yang sehat rohani dan jasmani sebagai pelaku-pelaku pembangunan, yang berarti juga untuk menjaga kesinambungan pembangunan nasional.

4) Melindungi konsumen perlu untuk melahirkan manusia-manusia yang sehat rohani dan jasmani sebagai pelaku-pelaku pembangunan, yang berarti juga untuk menjaga kesinambungan pembangunan nasional.

Selain itu sebenarnya konsumen memiliki hak, baik secara nasional maupun secara internasional.Hak konsumen secara nasional terdapat dalam Pasal 4 UUPK, dimana disebutkan, konsumen memiliki hak sebagai berikut :

1) Hak untuk memilih barang dan/atau jasa, serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi, serta jaminan yang dijanjikan.

2) Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan.

3) Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.

4) Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.

5) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

3. Asas Dan Tujuan Perlindungan Konsumen

Asas Perlindungan Konsumen Berdasarkan undang-undang Perlindungan Konsumen pasal 2, terdapat lima asas dalam perlindungan konsumen, yakni :

1) Asas Manfaat

Tujuan dari prinsip ini adalah untuk menuntut setiap usaha penyelenggaraan perlindungan konsumen harus mengutamakan kepentingan konsumen profesional pada umumnya.

2) Asas Keseimbangan

Prinsip ini dimaksudkan untuk menjamin keseimbangan antara kepentingan konsumen, kepentingan pemain bisnis dan pemerintahan dalam arti material dan spiritual.

3) Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen

Prinsip ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan keselamatan dan keamanan kepada konsumen dalam penggunaan dan pemanfaatan barang/jasa yang dikonsumsi atau digunakan.

4) Asas Kepastian Hukum

Prinsip ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa entitas komersial dan konsumen menghormati hukum dan manfaat keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan hak konsumen, serta jaminan kepastian hukum oleh negara.

(8)

Sedangkan tujuan dari perlindungan konsumen adalah sebagai berikut :

1) Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri.

2) Meningkatkan harkat dan martabat konsumen dengan mencegah akses negative menggunakan barang/jasa.

3) Meningkatkan keberdayaan konsumen dalam memilih, mendefinisikan dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen.

4) Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mencakup unsur-unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses informasi pengungkapan hak dan informasi dan akses ke informasi.

5) Meningkatkan kualitas barang/jasa untuk menjamin kelangsungan kegiatan produksi barang/jasa.

4. Tinjauan Tentang E- Commerce

Istilah e-commerce belum memiliki istilah yang baku. Ada beberapa istilah yang umum dikenal seperti e-commerce, kontrak WEB dan kontrak e-commerce. Namun dalam makalah ini, istilah yang digunakan adalah e-commerce. E-commerce adalah bagian dari e-commerce (bisnis yang dilakukan melalui sarana elektronik).Komunitas bisnis mendefinisikan e-commerce sebagai semua bentuk perdagangan/pertukaran barang atau jasa dengan menggunakan sarana elektronik. Media elektronik disini tidak terbatas pada internet, namun karena penggunaan internet saat ini sangat populer maka objek pembahasan dalam makalah ini adalah e-commerce pada media internet.Tempat e-commerce dalam hukum Indonesia terletak pada bidang hukum perdata sebagai subsistem hukum perjanjian, sehingga e-commerce memiliki asas yang sama dengan hukum perjanjian pada umumnya, misalnya seperti : Asas kebebasan berkontrak, Asas konsensual, Asas itikad Baik, Asas keseimbangan, Asas kepatutan, Asas kebiasaan, Asas ganti rugi, Asas keadaan memaksa, Asas kepastian hukum dan lain lain.Karena berlakunya asas-asas hukum perjanjian dalam e- commerce, maka ketentuan tentang perikatan tetap berlaku, sehingga berlaku pula Pasal 1320 KUH Perdata tentang syarat sahnya suatu perjanjian yakni : Sepakat mereka untuk mengikatkan dirinya ; Cakap untuk membuat suatu perikatan; Suatu hal tertentu; Suatu sebab yang halal.

Lalu mengenai dasar hukum, Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) No.11 Tahun 2008 menjadi dasar Hukum utama untuk e-commerce di Indonesia. UU ITE disahkan pada 21 April 2008 dan dimulai berlaku pada saat penerbitan (pasal 54, ayat 1). Pentingnya UU ITE untuk transaksi e-commerce adalah:

1) Pengakuan transaksi, informasi, dokumen dan tanda tangan elektronik dalam kerangka hukum perjanjian dan hukum bukti, untuk menjamin keamanan hukum transaksi elektronik dapat dijamin.

(9)

2) Mengklasifikasikan tindakan yang memenuhi syarat sebagai pelanggaran hukum yang relevan terkait penyalahgunaan komputer (teknologi informasi) di beserta sanksi pidana nya.

B. Pembahasan

1. Tanggungjawab Para Pihak Dalam Transaksi Jual-Beli Ecommerce

Pada dasarnya pihak-pihak dalam jual beli secara elektronik, masing-masing memiliki hak dan kewajiban.Penjual (merchant) merupakan pihak yang menawarkan produk melalui internet, oleh itu, seorang penjual wajib memberikan informasi secara benar dan jujur atas produk yang ditawarkannya kepada pembeli atau konsumen.

Penjual/pelaku usaha memiliki hak untuk mendapatkan pembayaran dari pembeli/konsumen. Atas barang yang dijualnya, juga berhak untuk mendapatkan perlindungan atas tindakan pembeli/konsumen yang beritikad tidak baik dalam melaksanakan transaksi jual beli secara transaksi elektronik ini.1

Bank bertindak sebagai perantara dalam transaksi elektronik dan bertindak sebagai mesin uang bagi pembeli untuk membayar produk kepada penjual produk, karena mungkin pembeli/konsumen ingin membeli produk dari penjual melalui Internet karena lokasi yang berjauhan sehingga pembeli harus menggunakan fasilitas perbankan untuk membayar harga suatu produk yang telah dibeli dari penjual.Misalnya dengan mentransfer dari rekening pembeli ke rekening penjual atau biasa kita sebut rekening ke rekening. , bahkan jika para pihak tidak bertemu secara langsung tetapi terhubung satu sama lain melalui sarana Internet.

Transaksi e-commerce dilakukan oleh pihak terkait, walaupun para pihak tidak bertemu secara langsung, melainkan sebaliknya terhubung melalui Internet.Pada dasarnya para pihak yang terlibat dalam e-commerce memiliki hak dan kewajiban.Penjual/pedagang adalah pihak yang menyediakan produk dengan Internet, jadi penjual bertanggung jawab untuk memberikan informasi akurat dan jujur tentang produk yang ditawarkan kepada pembeli atau konsumen.

Salah satu masalah yang dihadapi saat menyiapkan sistem e-commerce adalah mekanisme pembayaran melalui Internet.Mekanisme pembayaran online juga harus mencakup beberapa atau semua langkah dalam proses pembayaran yang digunakan.

Perubahan interaksi ini juga memerlukan perhatian terhadap arah pengembangkan keamanan alat pembayaran dalam e-commerce, dalam rangka lebih aman dan terjamin. Untuk itu, sebagai fasilitator transaksi e-commerce membutuhkan perantara (pihak ketiga) untuk keamanan, mengidentifikasi dan mengkonfirmasi.

Dalam transaksi e-commerce melalui internet perintah pembayaran (payment instruction) melibatkan beberapa pihak selain dari pembeli (cardholder) dan penjual

(10)

(merchant).18 Dalam transaksi online merupakan sebuah keharusan adanya pihak- pihak lain yang terlibat tersebut.Cara pembayaran yang sering dilakukan dengan menggunakan kartu kredit (credit card) seperti BCA Card atau Master Card, kartu debit (debit card), cek pribadi (personal check), atau transfer antara rekening. Proses pembayaran biasanya dilakukan di tempat diperjual-belikannya produk atau jasa tersebut.1

Transaksi online bergantung pada kartu kredit karena hampir semua teknologi yang ada mengharuskan transaksi dilakukan dengan kartu kredit.Transaksi antara konsumen dan pihak merchant/penjual terhubung melalui pihak ketiga yang dapat berupa bank atau lembaga keuangan.Jika konsumen menggunakan kartu kredit untuk melakukan pembelian dari pedagang tertentu, seperti www.ebay.com, transaksi akan dijembatani oleh bank yang menangani masalah rekening bank orang tersebut.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berhubungan dengan pembayaran melalui internet, yaitu:

a) Security: data atau infoemasi yang berhubungan dengan hal-hal sensitif semacam nomor kartu kredit dan password tidak boleh sampai”dicuri” ole h yang tidak berhak karena dapat disalahgunakan di kemudian hari.

b) Confidentiality: perusahaan harus dapat menjamin bahwa tidak adapihak lain yanng mengetahui terjadinya transaksi, kecuali pihak-pihak yang memang secar hukum harus mengetahuinya (misalnya bank).

c) Integrity : sistem harus dapat menjamin adanya keabsahan dalam proses jual beli, yaitu harga yang tercantum dan dibayarkan hanya untuk jenis produk atau jasa yang telah dibeli dan disetujui bersama.

d) Authentication: yaitu proses pengecekan kebenaran.Di sini pembeli maupun penjual merupakan mereka yang benar-benar berhak melakukan transaksi, seperti yang dinyatakan oleh masing-masing pihak.

e) Authorization: mekanisme untuk melakukan pengecekan terhadap keabsahan dan kemampuan seorang konsumen untuk melakukan pembelian (adanya dana yang diperlukan unntuk melakukan transaksi jual beli).

f) Assurance: kondisi ini meperlihatkan kepada konsumen agar merasa yakin bahwa merchant yang ada benar-benar berkompeten untuk melakukan transaksi jual beli melalui internet (tidak melanggar hukum, memiliki sistem yang aman, dan sebagainya).

Dalam ketentuan pasal 9 UU ITE dijelaskan bahwa badan usaha atau orang yang memasok produk melalui sistem elektronik harus menyediakan informasi yang lengkap dan akurat mengenai syarat-syarat kontrak,produsen dan produk yang ditawarkan. Kemudian, dalam Pasal 10 ayat (1) UU ITE berlaku bagi setiap badan ekonomi yang menyelenggarakan Transaksi Perangkat elektronik harus disertifikasi oleh lembaga sertifikasi keandalan.Tidak itu saja, dalam proses implementasi e- commerce, penyelenggara e-agent perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

(11)

a) kehati-hatian;

b) pengamanan dan terintegrasinya sistem Teknologi Informasi;

c) pengendalian pengamanan atas aktivitas Transaksi Elektronik;

d) efektivitas dan efisiensi biaya; dan

e) perlindungan konsumen sesuai dengan ketentuan peraturan f) perundang-undangan.

Ini berarti bahwa ketika melakukan transaksi e-commerce, para pihak harus menerapkan prinsip-prinsip di atas secara benar dan konsisten.Berdasarkan pengamatan dan pengalaman, fundamental transaksi online di Indonesia selalu mengedepankan aspek trust atau “kepercayaan” bagi penjual dan pembeli.Prinsip keamanan infrastruktur transaksi online seperti memastikan identitas penjual/pembeli, memastikan keamanan gateway pembayaran, dan memastikan keamanan dan keandalan situs web e-commerce belum terbentuk, terutama untuk transaksi kecil hingga transaksi menengah yang bernilai tinggi, hingga transaksi nominal yang tidak terlalu besar (misalnya pembelian media sosial, komunitas online, toko online atau blog).

Kemudian dalam penyelenggaraan Transaksi Elektronik yang dilakukan para pihak wajib memperhatikan:2

a) itikad baik;

b) prinsip kehati-hatian;

c) transparansi;

d) akuntabilitas; dan e) kewajaran.

Jika prinsip-prinsip di atas dilanggar atau diabaikan, tentunya pihak yang merasa tidak nyaman dapat meminta pertanggungjawaban pihak yang bersalah.Menurut penulis, konsumen juga harus memperhatikan, berhati-hati dan waspada terhadap penawaran agen komersial saat melakukan transaksi jual beli melalui Internet.Tidak jarang agen komersial menawarkan produk fiktif dengan harga murah untuk menarik konsumen. Konsumen harus memastikan sebelum melakukan pemesanan, untuk memastikan bahwa pedagang menunjukkan nomor telepon dan alamat lengkap.

2. Upaya Hukum yang Dapat Dilakukan Konsumen Jika Dirugikan Dalam E- Commerce

Upaya hukum bagi konsumen dalam e-commerce dapat melakukan beberapa alternative jika memang dirugikan oleh pelaku usaha antara lain dengan mengadakan complain kepada pengusahan secara langsung, hal ini yang sering dilakukan oleh para konsumen,sebab mereka merasa lebih tepat dan lebih cepat mendapatkan penyelesaian. Selain itu dapat melalui YLKI yang akan membantu menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku bisnis.Lembaga perantara penyelesaian

(12)

sengketa yang lain seperti Arbitrase, Lembaga Penyelesaian Konsumen dapat ditempuh oleh konsumen yang dirugikan. selain itu upaya hukum dapat juga sampai gugatan secara perdata ke Pengadilan.Secara pidana juga dapat dilakukan sebagai upaya hukum konsumen yang dirugikan, pasal 378 KUHP dapat diterapkan dalam upaya hukum ini.

3. Model Perlindungan Konsumen Dalam E-commerce

Bisnis e-commerce tidak bisa eksis hanya mengandalkan kekuatan produk, tetapi dengan tim manajemen pengiriman yang andal tepat waktu, pelayanan yang baik, struktur organisasi bisnis yang baik, infrastruktur jaringan dan keamanan, desain situs web yang bagus, beberapa elemen yang disertakan adalah Menawarkan harga yang kompetitif; Menyediakan belanja yang responsif, cepat dan mudah; Memberikan informasi produk dan layanan yang lengkap dan jelas; Menawarkan banyak hadiah seperti kupon, penawaran khusus dan diskon; Perhatian khusus seperti rekomendasi pembelian;Bawa rasa komunitas ke diskusi, umpan balik pelanggan, masukan dari pelanggan, dan lain-lain; Mempermudah kegiatan perdagangan; Sistem pembayaran domestik dan internasional; Newsgroup; On-line Shopping; Conferencing; Online Banking.

Juga, jika pembahasannya tentang transaksi e-commerce, maka aspek perlindungannya

Konsumen dalam penggunaan tanda tangan elektronik harus diperhatikan karena tujuan dari tanda tangan tersebutdalam suatu dokumen adalah untuk menjamin keaslian dokumen tersebut. Digital tanda tangan itu sebenarnya bukan tanda tangan yang kita kenal selama ini gunakan cara lain untuk menandai dokumen sehingga dokumen atau data tidak tidak hanya mengidentifikasi pengirim, tetapi juga memastikan integritas dokumen berubah selama transmisi. Tanda tangan elektronik didasarkan pada isi pesan itu sendiri.Ada dua pijak dalam penggunaan tanda tangan digital, yaitu:

1) Certificate Authority (CA) 2) Subscriber

Hubungan antara CA sebagai penyelenggara jasa dan subscriber sebagai konsumen.

Sebagai penyelenggara jasa, CA semstinya harus menjamin hak-hak subscriber.

Kebutuhan yang diperlukan untuk konsumen dalam melindungi diri bertransaksi dalam perdagangan e-commerce terangkum dalam beberapa model perlindungan, yaitu:

1) Jaminan hak-hak konsumen yang diatur dalam peraturan yang berlaku akan dipertahankan.

(13)

2) Ada pengakuan bisnis, dalam hal tanda tangan elektronik, termasuk : a) Privacy

b) Accuracy c) Property d) Accessibility e) Integrity

f) Non-Repudiation (Tidak dapat disangkal keberadaannya) g) Confidentiality

3) Perlunya perdagangan melalui Internet diasuransikan.

E-commerce merupakan bagian dari kegiatan ekonomi.Para pelaku ekonomi tentu tidak ingin mengambil risiko kerugian di masa mendatang.Jika dia tidak ingin mengambil risiko, dia harus mengalihkannya kepada orang lain.

Lembaga yang paling cocok dalam hal ini adalah asuransi sebagai alat pemindahan resiko. Karena itu jika para pelaku tidak ingin menanggung kerugian, akan mengalihkan resiko tersebut kepada lembaga asuransi. Hal yang sama sebaiknya diterapkan pula dalam e-commerce.

4) Lembaga Penjaminan

Misalnya, penjamin diatur antara pihak komersial tepercaya dan konsumen garansi bank yang memberikan jaminan kepada konsumen bahwa ia pasti akan memperoleh barang atau layanan pemesanan setelah membayar ke penjamin (bank garansi) jadi jangan takut uang hilang.Sementara itu, pelaku usaha juga dijamin akan menerima uangnya begitu barang pesanannya sampai ke tangan konsumen, karena uang konsumen sudah dalam penjaminan bank atau lembaga penjaminan.

5) Pengawasan

Sebuah e-commerce atau pengawas e-commerce harus berfungsi secara optimal.Hal ini untuk memantau dan mengantisipasi pedagang fiktif dan tidak bertanggung jawab, khususnya toko online, yang harus memiliki kewenangan untuk menawarkan barang atau jasanya di Internet dan syarat tersebut harus dipenuhi. Dengan demikian, tujuan antara bisnis dan konsumen

dapat meraih.

6) Standarisasi global

Dalam ulasan berjudul Issues in Mobile E-Commerce yang ditulis oleh Peter Tarasewich, Robert C. Nickerson, Merrill Warkentin mengatakan bahwa dalam e-commerce, bisnis global harus dapat menangani berbagai standar komunikasi nirkabel di seluruh dunia.Oleh karena itu, harus ada standar yang harus dibuat oleh para pelaku bisnis online, pemerintah atau organisasi internasional, dan dengan jelas menyatakan bahwa standar global tersebut dipatuhi atau dipatuhi. Mengingat adanya standardisasi global, ini dapat mengatasi tantangan kebijakan yang penting menghadapi pemerintah.Tantangan lainnya terkait perlindungan konsumen, tantangan promosi selain untuk negara berkembang, juga bisa diterapkan untuk usaha kecil dan kelas menengah bisa memasuki profesi ini.

(14)

C. Analisis Kasus

Referensi

Dokumen terkait

Yogyakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pernuliaan Tanaman Hutan.. Najiyati, S., dan

Daily test analysis of learners and the implementation of remedial and enrichment program by the teachers need to be respected by the government as an additional teaching hours to