• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH KE ASWAJAAN RAHMANIAH

N/A
N/A
Rahma Niah

Academic year: 2024

Membagikan "MAKALAH KE ASWAJAAN RAHMANIAH"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

“AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH: PRINSIP-PRINSIP DAN IMPLEMENTASINYA DALAM KEHIDUPAN BERAGAMA”

DISUSUN O

L E H

RAHMANIAH, S. Pd SIMAS: 72.71.081000.000458

Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti seleksi Beasiswa Pascasarjana (S2) Pengurus Wilayah (PW) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PERGUNU)

Sulawesi Tengah 2024

(2)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah Swt, yang telah melimpahkan Rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ AHLUSUNNAH WAL JAMAAH: PRINSIP-PRINSIP DAN IMPLEMENTASINYA DALAM KEHIDUPAN BERAGAMA”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti seleksi Beasiswa Pascasarjana (S2) PW Pergunu Sulawesi Tengah.

Saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih mempunyai kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Maka dari itu saya, mohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih, semoga makalah ini dapat diterima dengan baik dan saya berharap semoga makalah ini dapat bermnafaat bagi kita semua khusunya saya sendiri dan umumnya bagi pembaca.

Palu, 08 Juni 2024

Rahmaniah Penyusun

(3)

DAFTAR ISI

SAMPUL ...

KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI ...

BAB I PENDAHULUAN ...

A. Latar Belakang ...

B. Rumusan Masalah ...

C. Tujuan Penulisan Makalah ...

BAB II PEMBAHASAN ...

A. Definisi Ahlusunnah Wal Jamaah (Aswaja) ...

B. Prinsip-Prinsp Ahlusunnah Wal Jamaah (Aswaja) ...

C.

Implementasi Ahlusunnah Wal Jamaah Dalam Bidang Syariah (Hukum Islam), Khususnya Dalam Mengikuti Madzhab Fikih Yang Mu'tabar (Diakui) ...

D.

Implementasi Paham Aswaja Dalam Bidang Akhlak Dan Tasawuf, Serta Pemahaman Tasawuf Yang Bersumber Dari Al-Qur'an Dan Sunah Nabi ...

E.

Peran Organisasi Nahdlatul Ulama Dalam Menyebarkan Dan Menjaga Paham Ahlussunnah Wal Jamaah Di Indonesia ...

BAB III PENUTUP ...

A. Kesimpulan ...

B. Saran ...

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Islam adalah agama yang sempurna dan menjadi pedoman hidup bagi seluruh umat manusia. Sebagai pedoman, Islam mengajarkan ajaran-ajaran yang bersumber dari Al- Qur'an dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Dalam perjalanan sejarahnya, ajaran Islam telah mengalami perkembangan dan penafsiran yang beragam oleh para ulama dan tokoh-tokoh Islam. Salah satu paham yang muncul dan dianut oleh mayoritas umat Islam di dunia adalah Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja).

Ahlussunnah wal Jamaah, secara harfiah, berarti "pengikut Sunnah Nabi dan jamaah (komunitas Muslim)". Paham ini menjunjung tinggi ajaran Islam yang bersumber dari Al- Qur'an, Hadits Nabi, dan ijma' ulama (konsensus para ulama). Aswaja merupakan paham moderat yang menghindari segala bentuk ekstremisme dan liberalisme dalam beragama.

Prinsip-prinsip utama yang dianut dalam Aswaja adalah tawassuth (moderat), tawazun (seimbang), tasamuh (toleran), serta aqidah yang lurus sesuai dengan pemahaman salaf al- shalih (pendahulu yang shalih).

Di Indonesia, Ahlussunnah wal Jamaah dianut oleh sebagian besar umat Islam, terutama di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU). Organisasi ini berperan penting dalam menyebarkan paham Aswaja dan menjaga tradisi Islam yang bersumber dari Al-Qur'an, Hadits, dan warisan ulama salaf. Melalui pesantren-pesantren tradisional dan lembaga- lembaga pendidikan Islam, ajaran Aswaja terus dilestarikan dan diajarkan kepada generasi muda.

Dalam kehidupan beragama, paham Ahlussunnah wal Jamaah memberikan pedoman dan tuntunan dalam aspek aqidah (keyakinan), syariah (hukum Islam), dan akhlak (moral).

Paham ini menekankan keimanan yang lurus, mengikuti madzhab fikih yang mu'tabar (diakui), serta menekankan pentingnya akhlak mulia dan pemahaman tasawuf yang bersumber dari Al-Qur'an dan Sunah Nabi.

Oleh karena itu, penting untuk memahami secara mendalam tentang Ahlussunnah wal Jamaah, prinsip-prinsipnya, implementasinya dalam kehidupan beragama, serta peran organisasi Nahdlatul Ulama dalam menyebarkan paham ini di Indonesia. Dengan memahami paham Aswaja, diharapkan umat Islam dapat menjaga kemurnian ajaran Islam dan menghindari segala bentuk penyimpangan dan ekstremisme dalam beragama.

B. Rumusan Masalah

Berikut ini adalah rumusan masalah "Ahlussunnah wal Jamaah: Prinsip-Prinsip dan Implementasinya dalam Kehidupan Beragama":

1. Apa yang dimaksud dengan Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) dan bagaimana sejarah perkembangannya?

2. Apa saja prinsip-prinsip utama yang dianut dalam paham Aswaja?

(5)

3. Bagaimana implementasi paham Aswaja dalam bidang syariah (hukum Islam), khususnya dalam mengikuti madzhab fikih yang mu'tabar (diakui)?

4. Bagaimana implementasi paham Aswaja dalam bidang akhlak dan tasawuf, serta pemahaman tasawuf yang bersumber dari Al-Qur'an dan Sunah Nabi?

5. Apa peran organisasi Nahdlatul Ulama dalam menyebarkan dan menjaga paham Ahlussunnah wal Jamaah di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan Makalah

1. Menjelaskan definisi dan konsep Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) secara komprehensif.

2. Menguraikan prinsip-prinsip utama yang dianut dalam paham Aswaja, seperti tawassuth (moderat), tawazun (seimbang), tasamuh (toleran), aqidah yang lurus, dan mengikuti madzhab fikih.

3. Mendeskripsikan implementasi paham Aswaja dalam kehidupan beragama, meliputi bidang aqidah, syariah (hukum Islam), serta akhlak dan tasawuf.

4. Menganalisis peran organisasi Nahdlatul Ulama dalam menyebarkan dan menjaga paham Ahlussunnah wal Jamaah di Indonesia.

5. Menjadi sumber referensi yang bermanfaat bagi pembaca, khususnya umat Islam, dalam memahami paham Aswaja dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan tujuan-tujuan tersebut, diharapkan makalah ini dapat memberikan penjelasan yang komprehensif tentang Ahlussunnah wal Jamaah, prinsip-prinsipnya, serta implementasinya dalam kehidupan beragama, sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan penghayatan terhadap paham ini sebagai pedoman dalam beragama secara moderat dan toleran.

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Ahlusunnah wal Jamaah 1. Pengertian Ahlusunnah wal Jamaah

Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) secara harfiah berarti "pengikut Sunnah Nabi dan jamaah (komunitas Muslim)". Aswaja adalah paham atau aliran dalam Islam yang berpegang teguh pada ajaran Al-Qur'an, Hadits Nabi Muhammad SAW, dan ijma' ulama (konsensus para ulama). Paham ini menjunjung tinggi ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur'an, Hadits, dan warisan ulama salaf al-shalih (pendahulu yang shalih) (Syafiq, 2018).

2. Sejarah dan Perkembangan Aswaja

Sejarah Ahlussunnah wal Jamaah bermula sejak masa Rasulullah SAW dan para sahabat. Pada masa itu, ajaran Islam yang murni bersumber dari Al-Quran dan Sunnah Nabi SAW disebut dengan Ahlussunnah wal Jamaah. Para sahabat mengikuti metode Rasulullah SAW dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam secara utuh.

Setelah wafatnya Rasulullah SAW, paham Aswaja terus dipegang teguh oleh para sahabat dan generasi setelahnya yang dikenal sebagai salaf al-shalih (pendahulu yang shalih). Mereka menjaga kemurnian ajaran Islam berdasarkan Al- Quran, Sunnah Nabi, dan ijma' (konsensus) para sahabat (Hosen, 2019). Pada abad pertama Hijriah, istilah Ahlussunnah wal Jamaah mulai digunakan untuk membedakan kelompok pengikut ajaran Rasulullah SAW yang berpegang teguh pada Sunnah Nabi dengan kelompok-kelompok lain yang dianggap menyimpang, seperti Khawarij, Syi'ah, dan Mu'tazilah.

Paham Aswaja semakin berkembang dan tersebar luas ke berbagai wilayah sejalan dengan penyebaran Islam. Para ulama dan tokoh-tokoh Islam berperan penting dalam memperjuangkan, mempertahankan, dan menyebarkan paham ini.

Di Indonesia, paham Ahlussunnah wal Jamaah dianut oleh mayoritas Muslim, khususnya di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU). Organisasi NU yang didirikan pada tahun 1926 berperan besar dalam menyebarkan dan menjaga paham Aswaja melalui pesantren-pesantren tradisional dan lembaga-lembaga pendidikan Islam

Hingga saat ini, paham Aswaja terus dilestarikan dan diajarkan kepada generasi muda di pesantren-pesantren dan lembaga pendidikan Islam, serta melalui kajian- kajian keislaman di berbagai tempat. Paham ini menjadi pegangan umat Islam dalam menghadapi tantangan zaman dan menjaga kemurnian ajaran Islam sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah Nabi SAW.

(7)

B. Prinsip-prinsip Ahlusunnah wal Jamaah

Berikut ini adalah prinsip-prinsip utama yang dianut dalam paham Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja):

1. Tawassuth (Moderat), Prinsip ini mengajarkan sikap moderat, tidak ekstrem dalam beragama. Aswaja menghindari segala bentuk ekstremisme dan liberalisme dalam memahami ajaran Islam

2. Tawazun (Seimbang), Aswaja menekankan keseimbangan dalam setiap aspek kehidupan, baik urusan duniawi maupun ukhrawi, lahir maupun batin

3. Tasamuh (Toleran), Paham ini mengajarkan sikap toleran dan menghargai perbedaan, selama dalam batas-batas yang dibenarkan syariat Islam

4. Aqidah yang Lurus, Dalam aspek aqidah (keyakinan), Aswaja berpegang teguh pada aqidah yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah Nabi SAW, serta mengikuti pemahaman salaf al-shalih (pendahulu yang shalih).

5. Mengikuti Madzhab Fikih, Dalam masalah fikih (hukum Islam), Aswaja mengikuti salah satu dari empat madzhab fikih besar yang mu'tabar (diakui), yaitu Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali.

6. Mengikuti Ajaran Tasawuf Akhlaqi, Dalam bidang tasawuf, Aswaja mengikuti ajaran tasawuf akhlaqi yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah Nabi SAW, serta menjauhi praktik-praktik mistis yang bertentangan dengan syariat Islam (Al-Atsari, 2017).

Prinsip-prinsip utama tersebut menjadi landasan bagi pengikut Ahlussunnah wal Jamaah dalam menjalani kehidupan beragama secara moderat, seimbang, toleran, serta berpegang teguh pada aqidah yang lurus dan mengikuti madzhab fikih yang mu'tabar.

C. Implementasi Ahlusunnah wal Jamaah dalam bidang syariah (hukum Islam), khususnya dalam mengikuti madzhab fikih yang mu'tabar (diakui)

Dalam bidang syariah, pengikut Aswaja mengimplementasikan paham ini dengan berpegang teguh pada salah satu dari empat madzhab fikih yang mu'tabar atau diakui, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali. Madzhab-madzhab ini merupakan hasil ijtihad (penalaran hukum) dari para imam mujtahid besar, seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'i, dan Imam Ahmad bin Hanbal

Pengikut Aswaja memilih untuk mengikuti salah satu madzhab fikih tersebut dengan alasan bahwa para imam mujtahid tersebut merupakan ulama yang memiliki kapasitas ilmu yang tinggi, integritas yang terpercaya, dan telah melakukan ijtihad dalam menggali hukum-hukum Islam secara mendalam dari sumber-sumber utama, yaitu Al-Quran dan Hadits

Dalam mengimplementasikan madzhab fikih yang dianut, pengikut Aswaja mempelajari dan mengikuti fatwa-fatwa serta pendapat-pendapat para ulama dari madzhab tersebut dalam masalah-masalah ibadah, muamalah, dan hukum-hukum

(8)

lainnya. Mereka menggunakan kitab-kitab fikih dari madzhab yang dianut sebagai pedoman dalam menjalankan syariat Islam. Namun, pengikut Aswaja juga tidak terpaku secara kaku pada satu madzhab saja. Mereka diperbolehkan untuk melakukan perpindahan madzhab (talfiq) dalam masalah-masalah tertentu jika terdapat alasan yang kuat dan sesuai dengan kaidah-kaidah syariat.

Implementasi paham Aswaja dalam bidang syariah ini bertujuan untuk menjaga kemurnian ajaran Islam dan menghindari penyimpangan dari sumber-sumber utama, yaitu Al-Quran dan Hadits. Dengan mengikuti madzhab fikih yang mu'tabar, pengikut Aswaja mendapatkan pedoman hukum yang jelas dan teruji dalam menjalankan ibadah dan muamalah sehari-hari.

D. Implementasi paham Aswaja dalam bidang akhlak dan tasawuf, serta pemahaman tasawuf yang bersumber dari Al-Qur'an dan Sunah Nabi

1. Bidang Akhlak Dalam bidang akhlak, Aswaja menekankan pentingnya akhlak mulia atau akhlak yang baik sesuai dengan ajaran Islam. Pengikut Aswaja berusaha untuk meneladani akhlak Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya yang tercermin dalam Al-Qur'an dan Hadits (Hosen, 2019).

Implementasi akhlak mulia ini meliputi kesabaran, kejujuran, rendah hati, toleransi, dan menghormati sesama manusia.

2. Bidang Tasawuf Dalam bidang tasawuf, Aswaja mengikuti ajaran tasawuf akhlaqi atau tasawuf yang berfokus pada pembinaan akhlak dan moral.

Tasawuf ini bersumber dari Al-Qur'an dan Sunah Nabi, serta mengikuti pemahaman salaf al-shalih (pendahulu yang shalih) (Al-Atsari, 2017).

Implementasinya meliputi:

a. Menjauhi praktik-praktik mistis yang bertentangan dengan syariat Islam, seperti kultus individu, tarekat-tarekat yang menyimpang, dan ritual-ritual bid'ah.

b. Menekankan pentingnya zuhud (menjauhkan diri dari keduniawian) dan tawakkal (berserah diri kepada Allah) dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.

c. Mengutamakan pembersihan hati (tazkiyatun nafs) dari sifat-sifat tercela dan mengembangkan sifat-sifat terpuji sesuai tuntunan Al-Qur'an dan Sunah Nabi.

d. Meningkatkan kualitas ibadah dan spiritualitas dengan memperdalam pemahaman terhadap ajaran Islam yang murni (Syafiq, 2018).

Tasawuf dalam paham Aswaja merupakan upaya untuk membersihkan diri dari segala bentuk penyimpangan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui jalan yang sesuai dengan syariat Islam.

(9)

E. Peran organisasi Nahdlatul Ulama dalam menyebarkan dan menjaga paham Ahlussunnah wal Jamaah di Indonesia

1. Sejarah singkat Nahdlatul Ulama

Nahdlatul Ulama (NU) didirikan pada 31 Januari 1926 (16 Rajab 1344 H) di Surabaya, Jawa Timur. Pendirinya adalah sekelompok ulama tradisional yang dipelopori oleh KH. Hasyim Asy'ari dari Jombang dan KH. Abdul Wahab Hasbullah dari Surabaya. Tujuan pendiriannya adalah untuk mempersatukan langkah para ulama dan pengasuh pesantren dalam mempertahankan ajaran Islam berpaham Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja).

Pada awal berdirinya, NU berusaha mengembangkan dan mempertahankan ajaran Islam tradisional di Nusantara yang bercorak Aswaja, bermazhab Syafi'i, dan mengembangkan praktik tasawuf sunni. Hal ini dilakukan sebagai penyeimbang dari paham-paham Islam modernis yang berkembang pada masa itu.

Pada 1926-1945, NU fokus pada bidang pendidikan dengan mendirikan pesantren-pesantren dan madrasah. Setelah Indonesia merdeka, NU aktif dalam kancah politik dengan membentuk Partai Politik NU pada 1952. Namun pada 1984, NU kembali menjadi organisasi kemasyarakatan setelah mendeklarasikan diri

"kembali ke Khittah 1926".

Dalam perkembangannya, NU memperluas kiprahnya tidak hanya di bidang agama dan pendidikan, tetapi juga di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan pemberdayaan masyarakat. NU memiliki banyak lembaga di bawah naungannya seperti Lembaga Bahtsul Masail, Lembaga Perekonomian, Lembaga Pendidikan, dan lain-lain.

Saat ini, NU merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia dengan lebih dari 60 juta anggota. NU terus berperan dalam menyebarkan paham Ahlussunnah wal Jamaah, menjaga tradisi Islam Nusantara, dan mempromosikan nilai-nilai Islam yang moderat dan toleran.

2. Upaya Nahdlatul Ulama dalam menyebarkan paham Aswaja

Nahdlatul Ulama (NU) memiliki berbagai upaya dalam menyebarkan paham Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) di Indonesia, antara lain:

a. Pendidikan Pesantren NU mengandalkan jaringan pesantren-pesantren yang tersebar di seluruh Indonesia untuk mengajarkan paham Aswaja kepada para santri. Pengajaran kitab-kitab klasik (kutub al-mu'tabarah) yang berisi ajaran Aswaja menjadi kurikulum utama di pesantren-pesantren NU.

(10)

b. Lembaga Pendidikan Formal NU mendirikan lembaga-lembaga pendidikan formal seperti madrasah, sekolah, dan perguruan tinggi. Dalam kurikulum pendidikan di lembaga-lembaga ini, paham Aswaja diajarkan dan diintegrasikan.

c. Pengajian dan Ceramah Para ulama dan tokoh-tokoh NU secara aktif memberikan pengajian dan ceramah tentang Aswaja kepada masyarakat di berbagai daerah. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang paham Aswaja.

d. Publikasi dan Media NU menerbitkan buku-buku, majalah, dan media online yang membahas tentang Aswaja. Publikasi-publikasi ini bertujuan untuk menyebarkan dan mensosialisasikan paham Aswaja kepada masyarakat luas.

e. Lembaga Bahtsul Masail NU memiliki Lembaga Bahtsul Masail yang bertugas untuk membahas dan menyelesaikan masalah-masalah keagamaan kontemporer berdasarkan paham Aswaja.

f. Pelatihan dan Kaderisasi NU mengadakan pelatihan dan kaderisasi untuk menghasilkan kader-kader baru yang memahami dan dapat menyebarkan paham Aswaja.

g. Kerja Sama dengan Pemerintah NU bekerja sama dengan pemerintah dalam menyebarkan paham Aswaja, seperti melalui program-program pembinaan keagamaan di tingkat nasional maupun daerah.

h. Keteladanan Ulama Para ulama dan tokoh-tokoh NU memberikan keteladanan dalam mengamalkan dan mempraktikkan nilai-nilai Aswaja dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan upaya-upaya tersebut, NU berusaha untuk menjaga kemurnian ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur'an dan Sunah Nabi SAW sesuai dengan paham Ahlussunnah wal Jamaah, serta menyebarkannya kepada seluruh lapisan

masyarakat di Indonesia.

3. Kontribusi Nahdlatul Ulama dalam menjaga Tradisi Islam

Nahdlatul Ulama memiliki kontribusi yang besar dalam menjaga tradisi Islam di Indonesia. Berikut adalah kontribusi Nu dalam menjaga tradisi Islam:

a. Melestarikan Tradisi Pesantren NU berperan besar dalam melestarikan sistem Pendidikan pesantren yang merupakan tradisi khas Pendidikan Islam di Indonesia. Pesantren-pesantren Nu menjadi basis utama dalam menjaga dan menyebarkan tradisi keilmuan Islam klasik.

(11)

b. Menjaga Khazanah Keilmuan Islam Klasik NU, mempertahankan khazanah kailmuan Islam klasik yang bersumber dari kitab-kitab kuning (kutub al- mu’tabarah) karya ulama-ulama terdahulu. Kitab-kitab ini menjadi kurikulum utama pesantren-pesantren NU yang memuat ajaran Ahlusunnah wal Jamaah.

c. Melestarikan tradisi ritual keagamaan NU seperti tahlilan, yasinan, manakiban, serta peringatan hari-hari besar Islam yang merupakan tradisi lokal yang telah berkulturasi dengan budaya Nusantara.

d. Menjaga Tradisi Sufisme Akhlaqi NU, yang mengutamakan pembinaan akhlak mulia dan penghayatan spiritual yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW.

e. Menjaga Tradisi Keilmuan Fikih Bermazhab NU menjaga tradisi keilmuan fikih yang bermadzhab, yaitu mengikuti salah satu dari empat madzhab fikih yang mu'tabar (Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali).

f. Melestarikan Nilai-Nilai Keislaman Nusantara NU berupaya untuk melestarikan nilai-nilai keislaman yang telah berakulturasi dengan budaya Nusantara, seperti nilai-nilai keislaman yang terkandung dalam tradisi, adat istiadat, dan kearifan lokal masyarakat Indonesia.

Dengan kontribusi-kontribusi tersebut, NU berperan penting dalam menjaga kemurnian ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW, serta melestarikan tradisi-tradisi Islam yang telah berkulturasi dengan budaya Nusantara.

(12)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembahasan mengenai Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) memberikan gambaran yang komprehensif tentang prinsip-prinsipnya, sejarah dan perkembangannya, serta implementasinya dalam kehidupan beragama. Dari pembahasan tersebut dapat ditarik beberapa kesimpulan penting:

1. Definisi dan Sejarah Aswaja: Aswaja adalah aliran dalam Islam yang mengikuti ajaran Al-Qur'an, Hadis, dan ijma' ulama. Berakar sejak zaman Rasulullah SAW dan para sahabat, Aswaja telah berkembang dan menjadi paham dominan dalam Islam, terutama di Indonesia.

2. Prinsip-prinsip Aswaja: Aswaja memiliki prinsip-prinsip utama seperti moderat, seimbang, toleran, aqidah yang lurus, mengikuti madzhab fikih, dan mengikuti ajaran tasawuf akhlaqi. Prinsip-prinsip ini menjadi landasan bagi pengikut Aswaja dalam menjalani kehidupan beragama.

3. Implementasi dalam Syariah: Aswaja mengimplementasikan prinsip- prinsipnya dalam bidang syariah dengan mengikuti salah satu dari empat madzhab fikih yang diakui. Mereka juga mengutamakan kualitas ibadah dan menjaga kemurnian ajaran Islam sesuai dengan Al-Qur'an dan Hadis.

4. Implementasi dalam Akhlak dan Tasawuf: Aswaja menekankan pentingnya akhlak mulia dan mengikuti ajaran tasawuf akhlaqi dalam pembinaan moral dan spiritual. Mereka menjauhi praktik-praktik mistis yang bertentangan dengan syariat Islam dan mengutamakan pembersihan hati.

5. Peran NU dalam Penyebaran dan Pemeliharaan Aswaja: Nahdlatul Ulama (NU) memiliki peran penting dalam menyebarkan dan memelihara paham Aswaja di Indonesia. Melalui pesantren, lembaga pendidikan formal, pengajian, publikasi, dan upaya lainnya, NU berupaya menjaga kemurnian ajaran Islam dan nilai-nilai tradisional.

Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) memiliki prinsip-prinsip yang kokoh dan implementasi yang luas dalam kehidupan beragama, dengan peran penting Nahdlatul Ulama dalam menyebarkannya di Indonesia. Prinsip- prinsip Aswaja memberikan kerangka kerja yang holistik bagi umat Islam untuk menjalani kehidupan beragama yang sesuai dengan ajaran Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW.

B. Saran

Makalah ini disadari sangat jauh dari kata sempurna, namun besar harapan penulis agar makalah ini dapat menjadi bacaan yang bermanfaat bagi siapa saja terutama dapat menjadi penunjang penulis untuk lulus seleksi Beasiswa PW Pergunu Pascasarjana (S2) di kampus UKHAC. Semoga kita selalu dalam Lindungan Allah Swt, dan diberi syafaat oleh Nabi Muhammad Saw.

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal seorang anak menjadi wali nikah ibunya itu terjadi perbedaan pendapat antara Imam Syafi’i dengan yang lain (Malik, Abu Hanifah, Ahmad Bin Hambal) ini

ijtihad Imam Abû Hanîfah tersebut, tampak bahwa tidak ada yang berbeda dengan dasar ijtihad Imam Mujtahid yang lain kecuali istihsân.. Istihsân dinilai sebagai

Kedua, Sunni moderat, yang membuka ruang bagi madzhab fikih selain Ibn Hanbal, dan memilih merujuk pada para pemikir Islam moderat, seperti Asy-Syafi`i dalam fikih

Permasalahan tersebut mencoba ditanggapi oleh Imam Abdullah bin Mas‟ud al-Kasani, salah seorang pengikut dari madzhab Hanafi yang hidup pada abad ke lima hijriyah (wafat

Pembagian harta waris anak di luar nikah menurut madzhab fiqih adalah sebagai berikut : a) Menurut Imam Abu Hanifah pendiri madzhab Hanafi yang paling sharih

Dalam menganalisis topik tersebut penulis hanya membandingkan pendapat Madzhab Syafi‟I yang direpresentasikan oleh Imam Nawawi dan Madzhab Hambali yang

Adapun intensitas (ukuran) belajar bagi orang yang baru memulai (tahap awal), Abu Hanifah berpendapat sesuai yang didengarnya dari Syaikh al-Qadhi al-Imam Umar bin Abi

Mahasiswa mampu mengembangkan model ijtihad hukum Islam ulama Nusantara dengan mensinergikan dengan para Imam Madzhab klasik secara kolaboratif dengan madzhab