i
MAKALAH
KEBUTUHAN DASAR IBU BERSALIN Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir
Dosen Pengampu:
Ibu Heny Rosiana, SST.,M.Keb
Oleh:
Kelompok 5
1. Syarofa Karamatika Hardiana P1337424122212 2. Tia Nasya Fachriyanti P1337424122234 3. Revina Anggi Putri P1337424122235 4. Krisdiyanti Rukmana Duwi P1337424122237
KELAS B
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEMARANG KAMPUS KENDAL JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah
“Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin” yang kami tulis selesai pada waktunya tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Heny Rosiana, SST.,M.Keb selaku dosen pengampu mata kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Kendal, 7 Agustus 2023
Kelompok 5
DAFTAR ISI
Hlm
COVER ………. i
KATA PENGANTAR ……….. ii
DAFTAR ISI ………. iii
BAB I: PENDAHULUAN……… 1
A. Latar Belakang ……….. 1
B. Rumusan Masalah ………... C. Tujuan Penulisan ………... D. Manfaat Penulisan ………. 2 2 2 BAB II: PEMBAHASAN ………. 4
A. Definisi Persalinan ……….. …..………... B. Penerimaan Ibu mengenai Kelakuan dan Tingkah Lakunya …… C. Penjelasan Mengenai Hasil Persalinan yang Aman ………. D. Faktor-faktor apa saja yang berkontribusi pada pencapaian hasil persalinan yang aman?... E. Bagaimana sistem perawatan kesehatan dapat berperan dalam memberikan informasi dan kepastian kepada ibu bersalin 4 4 5 12 13 mengenai persalinan yang aman?... BAB III: PENUTUP ………..….. 15
A. Kesimpulan ………. 15
B. Saran ………... 15
DAFTAR PUSTAKA ………... 16
1 BAB I PENDAHULUA
N
A. Latar Belakang
Proses persalinan adalah momen yang sangat penting dalam kehidupan seorang ibu dan keluarga. Namun, setiap ibu mungkin memiliki reaksi dan tingkah laku yang berbeda selama persalinan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti budaya, pandangan personal, pengalaman sebelumnya, dan perubahan fisik serta emosional yang terjadi pada tubuh ibu. Penerimaan masyarakat terhadap kelakuan dan tingkah laku ibu saat bersalin sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dan menghormati keputusan serta preferensi ibu. Dengan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan terhadap kelakuan ibu bersalin, kita dapat meningkatkan pengalaman persalinan yang positif dan mengurangi stigma yang mungkin muncul.
Proses persalinan pada dasarnya merupakan suatu hal fisiologis yang dialami oleh setiap ibu bersalin, sekaligus merupakan suatu hal yang menakjubkan bagi ibu dan keluarga. Namun, rasa khawatir, takut maupun cemas akan muncul pada saat memasuki proses persalinan. Perasaan takut dapat meningkatkan respon fisiologis dan psikologis, seperti: nyeri, otot-otot menjadi tegang dan ibu menjadi cepat lelah, yang pada akhirnya akan menghambat proses persalinan.
Persalinan yang aman merupakan hak dasar setiap ibu dan bayi.
Namun, kenyataannya, masih banyak ibu yang menghadapi risiko serius selama proses persalinan, terutama di wilayah dengan akses terbatas terhadap fasilitas kesehatan berkualitas. Informasi yang tepat mengenai persiapan pranatal, tindakan medis yang dibutuhkan selama persalinan, serta penanganan komplikasi yang mungkin timbul adalah hal yang krusial dalam memastikan keselamatan ibu dan bayi. Kepastian bahwa ibu akan menerima perawatan medis yang tepat selama persalinan memberikan ketenangan pikiran dan mengurangi risiko yang tidak perlu. Edukasi dan kesadaran masyarakat tentang
2
pentingnya persalinan aman dapat menyelamatkan nyawa dan meningkatkan kualitas hidup ibu dan bayi.
Kebutuhan psikologis pada ibu bersalin merupakan salah satu
kebutuhan dasar pada ibu bersalin yang perlu diperhatikan bidan. Keadaan psikologis ibu bersalin sangat berpengaruh pada proses dan hasil akhir persalinan. Kebutuhan ini berupa dukungan emosional dari bidan sebagai pemberi asuhan, maupun dari pendamping persalinan baik suami/anggota keluarga ibu. Dukungan psikologis yang baik dapat mengurangi tingkat kecemasan pada ibu bersalin yang cenderung meningkat.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dituliskan dengan poin-poin sebagai berikut:
1. Apa Definisi dari Persalinan?
2. Apa Penerimaan Ibu mengenai Kelakuan dan Tingkah Lakunya?
3. Apa Penjelasan Mengenai Hasil Persalinan yang Aman?
4. Faktor apa saja yang berkontribusi pada pencapaian hasil persalinan yang aman?
5. Bagaimana sistem perawatan kesehatan dapat berperan dalam memberikan informasi dan kepastian kepada ibu bersalin mengenai persalinan yang aman?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dituliskan dengan poin-poin sebagai berikut:
1. Untuk memahami Definisi dari Persalinan;
2. Untuk mengetahui Penerimaan Ibu mengenai Kelakuan dan Tingkah Lakunya;
3. Untuk memahami Penjelasan Mengenai Hasil Persalinan yang Aman;
4. Untuk memahami Faktor apa saja yang berkontribusi pada pencapaian hasil persalinan yang aman;
5. Untuk memahami Bagaimana sistem perawatan kesehatan dapat berperan dalam memberikan informasi dan kepastian kepada ibu bersalin mengenai persalinan yang aman;
D. Manfaat Penulisan 1. Bagi pembaca
Makalah ini dapat dijadikan sarana untuk menambah pengetahuan mengenai Penerimaan Ibu mengenai Kelakuan dan Tingkah Lakunya dan Penjelasan Mengenai Hasil Persalinan yang Aman untuk ibu dalam proses penerimaan bayi setelah persalinan.
2. Bagi institusi Pendidikan
Makalah ini dapat dijadikan referensi dalam pembuatan makalah selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Persalinan
Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir,kemudian berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir, dengan bantuan ataupun dengan kekuatan sendiri (spontan) (Marmi, 2012).
Persalinan adalah salah satu faktor penyebab timbulnya rasa cemas pada ibu bersalin, dikarenakan proses kelahiran bayi tidak selalu somatic.
Namun, dapat bersifat psikosomatis, karena banyak hal yang dapat mempengaruhi jalannya kelancaran atau keterlambatan proses persalinan.
Pada hakekatnya seorang ibu selama proses persalinan memiliki lima kebutuhan diantaranya asuhan fisik, psikologis, kehadiran seorang pendamping secara terus menerus, pengurangan rasa sakit, penerimaan atas sikap dan perilaku, serta informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang aman (Setiyowati, 2017).
B. Penerimaan Ibu mengenai Kelakuan dan Tingkah Lakunya 1. Saat Persalinan
Pada saat proses persalinan, Ibu biasanya menarik diri dan terpusat pada diri sendiri dari pada mengobrol dengan orang lain. Beberapa ibu mungkin akan berteriak pada puncak his, berusaha diam, dan ada pula tidak menangis.
Ketika persalinan semakin kuat, ibu akan mengurangi mobilitas, memegang sesuatu saat kontraksi atau berdiri mengangkang dan menggerakan pinggulnya. Ketika persalinan ibu semakin maju, ibu akan menutup matanya dan pernafasannya berat dan lebih terkontrol. Ibu dapat mengerang dan kadang berteriak selama kontraksi yang nyeri. Ibu sering terlihat menekuk jari kakinya saat kontraksi memuncak. Beberapa ibu
mungkin berteriak pada puncak kontraksi dan ada pula yang berusaha tetap tenang. Penerimaan akan tingkah laku dan sikap ibu dapat menumbuhkan kepercayaannya. (Annisa UL Mutmainnah, 2021).
2. Sikap Ibu
Penerimaan akan tingkah lakunya dan sikap juga kepercayaannya, apapun yang dia lakukan merupakan hal terbaik yang mampu dia lakukan pada saat itu. Biarkan sikap dan tingkah lakunya pada beberapa ibu mungkin berteriak pada puncak kontraksi dan ada pula yang berusaha untuk diam ada juga yang menangis. Itu semua merupakan tingkah laku yang pada saat itu hanya dapat dilakukannya. Sebagai seorang bidan yang dapat dilakukan adalah hanya menyemangatinya dan bukan memarahinya.
(Annisa UL Mutmainnah, 2021).
3. Tindakan Bidan
Sebagai seorang bidan yang dapat dilakukan adalah menyemangati dan membantu prosesnya sehingga suasana yang akan terbangun adalah sikap saling percaya dan optimis bahwa persalinan akan berjalan dengan lancar.
Asuhan yang diberikan berupa dukungan mental dan penjelasan kepada ibu bahwa rasa sakit yang dialami merupakan suatu proses yang harus dilalui dan diharapkan ibu tenang dalam keadaan menghadapi persalinan.
Persalinan dan kelahiran merupakan hal yang fisiologis tapi banyak Wanita yang tidak siap untuk menghadapi persalinannya. Wanita butuh perhatian dari suami, keluarga, bahkan bidan penolong. Disinilah peran bidan sangat diperlukan keberadaannya. (Annisa UL Mutmainnah, 2021).
C. Penjelasan Mengenai Hasil Persalinan yang Aman
Berdasarkan lima kebutuhan dasar ibu bersalin menurut Lesser dan Kenne, maka kebutuhan dasar ibu bersalin dapat dibedakan menjadi dua topik materi yaitu kebutuhan dasar fisiologis dan kebutuhan dasar psikologis.
Kebutuhan dasar ibu bersalin pada setiap tahapan persalinan terdiri dari materi yaitu kebutuhan dasar fisiologis dan kebutuhan dasar
psikologis.Kebutuhan dasar ibu bersalin pada setiap tahapan persalinan terdiri dari:
1. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis ibu bersalin merupakan suatu kebutuhan dasar pada ibu bersalin yang harus dipenuhi agar proses persalinan dapat berjalan dengan lancer. Adapun kebutuhan fisiologis ibu bersalin adalah sebagai berikut (Wiwin Rohmawati, 2022):
a. Kebutuhan Oksigen
Pemenuhan kebutuhan oksigen selama proses persalinan perlu diperhatikan oleh bidan, terutama pada kala I dan kala Il, dimana oksigen yang ibu hirup sangat penting artinya untuk oksigenasi janin melalui plasenta. Suplai oksigen yang tidak adekuat, dapat menghambat kemajuan persalinan dan dapat mengganggu kesejahteraan janin.
Oksigen yang adekuat dapat diupayakan dengan pengaturan sirkulasi udara yang baik selama persalinan. Ventilasi udara perlu diperhatikan, apabila ruangan tertutup karena menggunakan AC, maka pastikan bahwa dalam ruangan tersebut tida terdapat banyak orang.
Hindari menggunakan pakaian yang ketat, sebaiknya penopang payudara/BH dapat dilepas/dikurangi kekencangannya.
Indikasi pemenuhan kebutuhan oksigen adekuat adalah Denyut Jantung Janin (DJJ) baik dan stabil.
b. Kebutuhan Cairan dan Nutrisi
Kebutuhan cairan dan nutrisi (makan dan minum) merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi dengan baik oleh ibu selama proses persalinan. Pastikan bahwa pada setiap tahapan persalinan (kala I, II, III, maupun IV), ibu mendapatkan asupan makan dan minum yang cukup. Asupan makanan yang cukup (makanan utama maupun makanan ringan), merupakan sumber dari glukosa darah, yang merupakan sumber utama energi untuk sel-sel tubuh.
Kadar gula darah yang rendah akan mengakibatkan hipoglikemia. Sedangkan asupan cairan yang kurang, akan
mengakibatkan dehidrasi pada ibu bersalin. Dehidrasi pada ibu bersalin dapat mengakibatkan melambatnya kontraksi/his, dan mengakibatkan kontraksi menjadi tidak teratur.
Pada ibu bersalin, hipoglikemia dapat mengakibatkan komplikasi persalinan baik ibu maupun janin. Pada ibu, akan mempengaruhi kontraksi/his, sehingga akan menghambat kemajuan persalinan dan meningkatkan insiden persalinan dengan tindakan, serta dapat meningkatkan risiko perdarahan postpartum. Pada janin, akan mempengaruhi kesejahteraan janin, sehingga dapat mengakibatkan komplikasi persalinan seperti asfiksia.
Dalam memberikan asuhan, bidan dapat dibantu oleh anggota keluarga yang mendampingi ibu. Selama kala I, anjurkan ibu untuk cukup makan dan minum, untuk mendukung kemajuan persalinan. Pada kala II, ibu bersalin mudah sekali mengalami dehidrasi, karena terjadi peningkatan suhu tubuh dan terjadinya kelelahan karena proses mengejan. Untuk itu disela-sela kontraksi, pastikan ibu mencukupi kebutuhan cairannya (minum). Pada kala III dan IV, setelah ibu berjuang melahirkan bayi, maka bidan juga harus memastikan bahwa ibu mencukupi kebutuhan nutrisi dan cairannya, untuk mencegah hilangnya energi setelah mengeluarkan banyak tenaga selama kelahiran bayi (pada kala II).
c. Kebutuhan Eliminasi
Anjurkan ibu untuk berkemih secara spontan sesering mungkin atau minimal setiap 2 jam sekali selama persalinan Kandung kemih yang penuh, dapat mengakibatkan:
1) Menghambat proses penurunan bagian terendah janin ke dalam rongga panggul, terutama apabila berada di atas spina isciadika.
2) Menurunkan efisiensi kontraksi uterus /his.
3) Mengingkatkan rasa tidak nyaman yang tidak dikenali ibu karena bersama dengan munculnya kontraksi uterus.
4) Meneteskan urn selama kontraksi yang kuat pada kala IL.
5) Memperlambat kelahiran plasenta.
6) Mencetuskan perdarahan pasca persalinan, karena kandung
kemih yang penuh menghambat kontraksi uterus.
Sebelum memasuki proses persalinan, sebaiknya pastikan bahwa ibu sudah BAB. Rektum yang penuh dapat mengganggudalam proses kelahiran janin. Namun apabila pada kala I fase aktif ibu mengatakan ingin BAB, bidan harus memastikan kemungkinan adanya tanda dan gejala kala II. Apabila diperlukan sesuai indikasi, dapat dilakukan lavement pada saat ibu mash berada pada kala I fase latent.
d. Kebutuhan Hygiene (Kebersihan Personal)
Kebutuhan hygiene (kebersihan) ibu bersalin perlu diperhatikan bidan dalam memberikan asuhan pada ibu bersalin, karena personal hygiene yang baik dapat membuat ibu merasa aman dan relax, mengurangi kelelahan, mencegah infeksi, mencegah gangguan sirkulasi darah, mempertahankan integritas pada jaringan dan memelihara kesejahteraan fisik dan psikis.
Tindakan personal hygiene pada ibu bersalin yang dapat dilakukan bidan di antaranya: Membersihkan daerah genetalia (vulva-vagina, anus), dan memfasilitasi ibu untuk menjaga kebersihan badan dengan mandi. Mandi pada saat persalinan tidak dilarang. Pada sebagian budaya, mandi sebelum proses kelahiran bay merupakan suatu hal yang harus dilakukan untuk mensucikan badan, karena proses kelahiran bayi merupakan suatu proses yang suci dan mengandung makna spiritual yang dalam. Secara ilmiah, selain dapat membersihkan seluruh bagian tubuh, mandi juga dapat meningkatkan sirkulasi darah, sehingga meningkatkan kenyamanan pada ibu, dan dapat mengurangi rasa sakit. Selama proses persalinan apabila memungkinkan ibu dapat dijinkan mandi di kamar mandi dengan pengawasan dari bidan.
Pada kala I fase aktif, dimana terjadi peningkatan bloodyshow dan ibu sudah tidak mampu untuk mobilisasi, maka bidan harus membantu ibu untuk menjaga kebersihan genetalianya untuk menghindari terjadinya infeksi intrapartum dan untuk
meningkatkan kenyamanan ibu bersalin. Membersikan daerah genetalia dapat
dilakukan dengan melakukan vulva hygiene menggunakan kapas bersih yang telah dibasahi dengan air Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT), hindari penggunaan air yang bercampur antiseptik maupun lisol. Bersihkan dari atas (vestibulum), ke bawah (arah anus.
Tindakan ini dilakukan apabila diperlukan, misalnya setelah ibu BAK, setelah ibu BAB, maupun setelah ketuban pecah spontan.
Pada kala II dan Kala III, untuk membantu menjaga kebersihan diri ibu bersalin, maka ibu dapat diberikan alas bersalin (under pad) yang dapat menyerap cairan tubuh (lendir darah, darah, air ketuban) dengan baik. Apabila saat mengejan diikuti dengan faeses, maka bidan harus segera membersihkannya, dan meletakkannya di wadah yang seharusnya. Sebaiknya hindari menutupi bagian tinja dengan tisyu atau kapas ataupun melipat undarpad.
Pada kala IV setelah janin dan placenta dilahirkan, selama 2 jam observasi, maka pastikan keadaan ibu sudah bersih. Ibu dapat dimandikan tau dibersihkan di atas tempat tidur. Pastikan bahwa ibu sudah mengenakan pakaian bersih dan penampung darah (pembalut bersalin, underpad) dengan baik. Hindari menggunakan pot kala, karena hal in mengakibatkan ketidaknyamanan pada ibu bersalin.
Untuk memudahkan bidan dalam melakukan observasi, maka celana dalam sebaiknya tidak digunakan terlebih dahulu, pembalut ataupun underpad dapat dilipat disela-sela paha.
e. Kebutuhan Istirahat
Selama proses persalinan berlangsung, kebutuhan istirahat pada ibu bersalin tetap harus dipenuhi. Istirahat selama proses persalinan (kala I, II, III maupun IV) yang dimaksud adalah bidan memberikan kesempatan pada ibu untuk mencoba relaks tapa adanva tekanan emosional dan fisik.
Hal ini dilakukan selama tidak ada his (disela-sela his). Ibu bisa berhenti sejenak untuk melepas rasa sakit akibat his, makan atau minum, atau melakukan hal menyenangkan yang lain untuk
melepas lelah, atau apabila memungkinkan ibu dapat tidur. Namun pada kala
II, sebaiknya ibu diusahakan untuk tidak mengantuk.
Setelah proses persalinan selesai (pada kala IV), sambil melakukan observasi, bidan dapat mengizinkan ibu untuk tidur apabila sangat kelelahan. Namun sebagai bidan, memotivasi ibu untuk memberikan ASI dini harus tetap dilakukan. Istirahat yang cukup setelah proses persalinan dapat membantu ibu untuk memulihkan fungi alat-alat reproduksi dan meminimalisasi trauma pada saat persalinan.
f. Posisi dan Ambulasi
Ambulasi yang dimaksud adalah mobilisasi ibu yang dilakukan pada kala I. Persalinan merupakan suatu peristiwa fisiologis tapa disadari dan terus berlangsung/ progresif. Bidan dapat membantu ibu agar tetap tenang dan rileks, maka bidan sebaiknya tidak mengatur posisi persalinan dan posisi meneran ibu.
Bidan harus memfasilitasi ibu dalam memilih sendiri posisi persalinan dan posisi meneran, serta menjelaskan alternatif- alternatifposisi persalinan dan posisi meneran bila posisi yang dipilih ibu tidakefektif. Bidan harus memahami posisi-posisi melahirkan, bertujuan untuk menjaga agar proses kelahiran bayi dapat berjalan senormal mungkin. Dengan memahami posisi persalinan yang tepat, maka Kebutuhan Psikologis
2. Dukungan psikologis
Ini termasuk menjaga komunikasi yang baik, memenuhi harapan ibu akan hasil persalinan, mengendalikan rasa sakitnya dan menghemat tenaga, serta menyiapkan tempat yang cocok untuk persalinan. Secara khusus, organisasi-organisasiberikut memberikan perawatan psikologis bagi perempuan selama persalinan (Yustiari, 2023):
a. Pemberian sugesti positif
Tujuan pemberian sugesti adalah untuk mempengaruhi ibu dengan pemikiran yang dapat diterima secara logis. Dari psikologi sosial individu dikatakan bahwa orang dengan kondisi mental yang tidak stabil lebih rentan terhadap sugesti, sehingga sugesti diberikan sebagai sugesti positif berupa motif ibu melahirkan. Bidan dapat
memberikan sugesti positif kepada ibu bersalin dengan menyampaikan
bahwa proses persalinan yang dialaminya lancar dan normal. Hal ini diulang beberapa kali untuk meyakinkan ibu bahwa semuanya akan baik-baik saja. Selain itu, selama persalinan, bidan menggunakan Teknik relaksasi seperti menarik napas dalam-dalam melalui hidung dan menghembuskan napas perlahan melalui mulut. Selain teknik relaksasi, sugesti positif jugadisampaikan melalui kata-kata motivasi agar ibu tetap semangat danberdaya dalam proses persalinan. Intinya, sarannya adalah memiliki sikap yang ramah, sopan, ceria, komunikasi yang efektif dan efektif dengan ibu dan suami / keluarga.
(Yustiari, 2023).
b. Mengalihkan perhatian terhadap rasa sakit dan ketidaknyamanan selama persalinan.
Dengan mengalihkan perhatian Ibu dari rasa sakit dan ketidaknyamanan persalinan, dapat mengurangi rasa sakit yang sebenarnya. Ketika ibu merasakan sakit dan bidan terlalu banyak berempati dan fokus merasakan sakit, secara psikologis rasa sakit bertambah. Bidan dapat mencoba mengalihkan perhatian ibu dari rasa sakit yang dirasakannya dengan berbicara dengannya atau membuat lelucon. Ibu juga dapat mendengarkan musik atau menonton TV favoritnya. Namun, begitu persalinan terjadi, ibu mengalami rasa sakit yang tinggi dan harus menggunakan upaya seperti teknik relaksasi, produksi suara, atau pemijatan. (Yustiari, 2023)
c. Membangun kepercayaan dengan komunikasi yang efektif Kepercayaan merupakan salah satu poin terpenting untuk membangun sugesti positif dari bidan dan membangun citra positif ibu. Ibu kandung yang percaya diri akan dapat melahirkan secara normal dan percaya bahwa proses persalinan yang dihadapinya akan berjalan dengan lancar, secara aktif menegaskan alam bawah sadarnya selama proses persalinan sehingga hasil akhir persalinan adalah milik ibu. Para ibu harus bergantung pada dokter dan bidan untuk menyediakan penolong kebidanan yang cukupberpengetahuan, terampil dan berpengalaman. Dengan rasa percaya diri tersebut, ibu merasa aman dan nyaman selama proses persalinan.(Yustiari, 2023).
D. Faktor-faktor apa saja yang berkontribusi pada pencapaian hasil persalinan yang aman
Perubahan psikologis pasca persalinan pada ibu postpartum terjadi karena karakteristik ibu seperti, usia, pendidikan, ekonomi, status perkawinan, kehamilan/persalinan, serta komplikasi kehamilan/persalinan yang dialami oleh masing-masing ibu postpartum. Hal ini terutama dirasakan bagi ibu postpartum primipara sebagai adaptasi perubahan peran menjadi orang tua dan membutuhkan penyesuaian yang tidak singkat karena ibu perlu menguasai pikiran dan perasaan. Proses penyesuaian sikap dan psikologis ibu postpartum melalui tiga tahapan adaptasi, yaitu taking in, taking hold, dan letting go (Kusumawati, Damayanti, Wahyuni, & Setiawan, 2020). Ibu postpartum yang memahami fungsi dan peran baru akan lebih mudah membentuk kesejahteraan psikologis yang diterimanya serta memiliki keinginan pada proses perawatan diri serta menyusui (Ningsih, 2020).
Kesejahteraan (well-being) bukan hanya berkisar terhadap baik atau bagusnya kehidupan, tetapi lebih ke aktualisasi potensi dengan tujuan, nilai, dan aspirasi yang membentuk kesejahteraan. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa kesejahteraan (well-being) terdiri dari tiga komponen yaitu kepuasan hidup (life satisfaction), suasana hati positif (positive affect) dan suasana hati negatif (negative affect) (Diener, 2012).
Wujud kesejahteraan ibu pasca melahirkan yang mampu beradaptasi pada masa postpartum adalah menyusui. Analisa sintesa pada literature review mengungkap faktor yang mempengaruhi well-being ibu menyusui, yaitu
1. dukungan keluarga (family support), 2. keyakinan diri ibu (self-efficacy),
3. inisiatif menyusui pertama kali (initiation in firsttime breasfeeding), 4. positive mood (suasana positif),
5. kesadaran akan penerimaan diri menjadi ibu (self-acceptance), 6. negative obstetric experience (pengalaman buruk obstetric),
7. knowledge (pengetahuan ibu) dengan dua komponen evaluasi yang dapat terbentuk dari well-being ibu postpartum, yaitu good well-being atau bad well-being yang dapat menjadi pertimbangan pemberian penatalaksanaan diagnosis keperawatan dalam proses laktasi pasca melahirkan.
E. Bagaimana sistem perawatan kesehatan dapat berperan dalam memberikan informasi dan kepastian kepada ibu bersalin mengenai persalinan yang aman
1. Definisi Pendamping
Pendamping adalah adanya seseorang yang mendampingi atau langsung terlibat sebagai pemandu persalinan, yang terpenting adalah dukungan yang diberikan pendamping persalinan selama kehamilan, persalinan, dan nifas, supaya proses persalinan yang dilaluinya berjalan lancar dan memberikan kenyamanan bagi ibu bersalin. Pendamping atau kehadiran orang kedua dalam persalinan baik itu adalah seorang sahabat atau keluarga dekat (khususnya suami) saat proses persalinan berlangsung memiliki resiko lebih kecil mengalami komplikasi yang memerlukan tindakan medis daripada mereka yang tanpa pendampingan.
Kehadiran pendamping ini membuat persalinan berlangsung lebih cepat dan lebih mudah, menjauhkan sang ibu dari stress dan kecemasan yang dapat mempersulit proses kelahiran. Dengan kata lain kehadiran pendamping persalinan membawa pengaruh positif secara psikologis, dan berdampak positif pula pada kesiapan ibu secara fisik (Marmi, 2012).
endamping persalinan belum tentu adalah suami, yang terkadang dijadikan banyak pilihan oleh pada ibu bersalin, akan tetapi suami menjadi pilihan terbaik bagi semua orang dalam mendampingi ibu selama proses persalinan. Selain suami, ibu bisa memilih ibunya, kakak, ataupun sahabatnya untuk menjadi pendamping persalinan yang dikarenakan sebagai pendamping harus memiliki ikatan batin dan dukungan yang kuat saat ibu menjalani proses persalinan. Mereka harus memiliki keberanian saat ibu kesakitan sehingga ibu merasa tenang dan nyaman dalam menjalankan proses persalinannya (Anonim, 2021).
2. Tujuan Pendamping
Penelitian yang dilakukan oleh Hodnett, 1997, Klau dan Kennel, 1993 menunjukkan bahwa Menghadirkan pendamping pada saat persalinan dapat menimbulkan efek positif terhadap persalinan, antara lain dapat menurunkan angka morbiditas, mengurangi rasa sakit, persalinan lebih singkat dan menurunnya persalinan dengan tindakan.
(Marmi, 2012). Fenomena psikologis yang menyertai persalinan itu bermacam-
macam. Setiap wanita memiliki disposisi kepribadian yang definitif dan mewarnai proses kelahiran bayinya. Secara garis besar, mewarnai itu mengandung pengertian menonjolkan kepasifan atau keaktifan pada saat kelahiran bayinya. Keadaan emosional pada ibu bersalin sangat dipengaruhi oleh timbulnya rasa sakit dan rasa tidak enak selama persalinan berlangsung, terutama bila ibu baru pertama kali akan melahirkan yang pertama kali dan baru pertama kali dirawat di rumah sakit.
Alangkah baiknya apabila ibu bersalin mengenal dengan baik keadaan ruang bersalin/rumah sakit dari segi fasilitas pelayanan dan seluruh tenaga pelayanan yang ada. Usahakan agar ibu bersalin tersebut berada dalam suasana yang hangat dan familier walaupun dirawat di rumah sakit.
3. Peran Bidan
Peran bidan yang empati pada ibu bersalin sangat berarti, keluhan dan kebutuhankebutuhan yang timbul agar mendapatkan tanggapan yang baik. Penjelaan tentang kemajuan persalinan harus dikerjakan secara baik sedemikian rupa agar ibu bersalin tidak mengalami panik.
4. Peran Suami
Peran suami yang sudah memahami proses persalinan bila berada di samping ibu yang sedang bersalin sangat membantu kemantapan ibu dalam menghadapi rasa sakit dan takut yang timbul. Pengurang rasa sakit (pain relief) dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain sebagai berikut:
a. Berdasarkan hasil penelitian, pemberian dukungan fisik, emosional dan psikologis selama persalinan akan dapat membantu mempercepat proses persalinan dan membantu ibu memperoleh kepuasan saat melewati proses persalinan.
b. Metode pengurang rasa nyeri yang dilakukan secara terus menerus dalam bentuk dukungan harus dipilih yang bersifat sederhana, biaya rendah, resiko rendah, membantu kemajuan persalinan, hasil kelahiran bertambah baik dan bersifat sayang ibu.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada hakekatnya seorang ibu selama proses persalinan memiliki lima kebutuhan diantaranya asuhan fisik, psikologis, kehadiran seorang pendamping secara terus menerus, pengurangan rasa sakit, penerimaan atas sikap dan perilaku, serta informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang aman . Asuhan yang diberikan berupa dukungan mental dan penjelasan kepada ibu bahwa rasa sakit yang dialami merupakan suatu proses yang harus dilalui dan diharapkan ibu tenang dalam keadaan menghadapi persalinan.
Kebutuhan Oksigen Pemenuhan kebutuhan oksigen selama proses persalinan perlu diperhatikan oleh bidan, terutama pada kala I dan kala Il, dimana oksigen yang ibu hirup sangat penting artinya untuk oksigenasi janin melalui plasenta. Kebutuhan Cairan dan Nutrisi Kebutuhan cairan dan nutrisi (makan dan minum) merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi dengan baik oleh ibu selama proses persalinan.
B. Saran
Setelah penjabaran materi Askeb Persalinan tentang Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin. Kami berharap makalah ini bisa menjadi referensi dan bahan bacaan untuk menambah wawasan pengetahuan pembaca, khususnya dapat bermanfaat bagi calon ibu dan mahasiswa.
a. Saran Bagi Bidan
Saran bagi bidan pelaksana di BPM agar dapat melakukan 18 item asuhan sayang ibu sepenuhnya dalam praktik pertolongan persalian. Agar masyarakat tetap percaya pada bidan sebagai tempt layanan publik yang mampu menjawab semua kebutuhan ibu mulai dari hamil hingga nifas.
b. Saran Bagi Institusi
Bagi institusi terkait agar dapat menjadikan daftar tilik asuhan sayang ibu menjadi pedoman yang baku dalam pelaksanaan asuhan persalinan normal dengan perlu di modifikasi dan disempurnakan terlebih dahulu. Agar tercapai
asuhan sayang ibu yang komprehensif sehingga persalinan menjadi nyaman dan
aman bagi pasien bersalin. Selain itu disarankan agar institusi pendidikan kebidanan agar lebih meningkatkan pendidikan psikolgi pada ibu bersalin, agar bidan yang akan datang lebih paham tentang kebutuhan psikologis ibu bersalin.
Demikianlah penulisan makalah, kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna oleh sebab itu kami berharap pembaca bisa memberikan kritik dan saran kepada kami agar kedepannya makalah yang kami tulis bisa mendapatkan hasil yang lebih baik lagi dalam segi penyusunan dan pembuatan makalah.
Daftar Pustaka
Annisa UL Mutmainnah, S. H. (2021). Asuhan Persalinan Normal dan Bayi
Baru Lahir. Yogakarta: Penerbit Andi.
https://www.google.co.id/books/edition/Asuhan_Persalinan_Normal_dan_
Bayi_Baru_L/5ppdDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Kebutuhan+psikolo gis+ibu+selama+persalinan+menurut+Lesser+dan+Kenne+meliputi&pg=P A78&printsec=frontcover
Marmi. (2012). Intranatal Care Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Setyowati, W., & Mursini, M. (2017).Hubungan Pendampingan Keluarga Dengan Lama Proses Persalinan Kala I Di Puskesmas Karangdoro Kota Semarang. Jurnal Kebidanan, 74. https://doi.org/10.26714/jk.6.2.2017.74 Yustiari, N. A. (2023). Psikologi Ibu dan Anak. Sumatra Barat: Global Eksekutif
Teknologi.
https://www.google.co.id/books/edition/Psikologi_Ibu_dan_Anak/23GwE AAAQBAJ?hl=id&gbpv=0
Jumiati, S. F. (6). Pengetahuan Ibu Bersalin Tentang Manfaat Pendampingan
Keluarga Saat . Jurnal Kesehatan As-Shiha, 2018.
https://ejurnal.umri.ac.id/index.php/JKU/index
Ningsih, S. (2020). Konseling Parenting Sebagai Upaya Menurunkan Kejadian Gangguan Psikologis Post Partum Counseling Of Parenting To Reduce Post Partum Psychological Disorder. Indonesian Journal On Medical Science, 7(2), 120–124.
Varney, Helen, et.al. 2002. Buku Saku Bidan. EGC, Jakarta.
Diener, E. (2012). Subjective well-being and security. In Springer Dordrecht Heidelberg (Vol. 46). https://doi.org/10.1007/978-94-007-2278-1
Reina Dhamanik, A. S. (n.d.). Well-Being In Breastfeeding Mother. 20