• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

N/A
N/A
Hu Gy

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Dosen Pengampu:

Yoessi Oktarini, ST, MT

Disusun oleh:

Kelompok 3

Ayu Putri Miranda (2004108010027) Safinatun Naja (2004108010028) Ferdinal Muhammad (2004108010029) Thareq Aqsha (2004108010031) Muhammad Rayyan (2004108010037)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM, BANDA ACEH

2023

(2)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala limpahan rahmat, inayah taufiq dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Kesehatan dan Keselamatan Kerja” dalam bentuk maupun isi yang sangat sederhana. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Kelas 12. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk bagi pembaca.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan bagi para pembaca. Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang yang mudah-mudahan berkenan di hati ibu Yoessi Oktarini, ST, MT selaku dosen mata kuliah Geoteknik Tambang Kelas 12. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Banda Aceh, 12 Februari 2023

Penulis

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang saat ini sedang giat melakukan pembangunan, baik pembangunan infrastruktur, peningkatan sumber daya manusia (SDM), maupun usaha lain yang bisa menunjang perkembangan Negara ini. Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri. Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses mekanisasi, elektifikasi dan modernisasi serta transformasi globalisasi.

Dalam keadaan demikian penggunaan mesin-mesin, pesawat, instalasi dan bahanbahan berbahaya akan terus meningkat sesuai kebutuhan industrialisasi. Hal tersebut disamping memberikan kemudahan bagi suatu proses produksi, tentunya efek samping yang tidak dapat dielakkan adalah bertambahnya jumlah dan ragam sumber bahaya bagi pengguna teknologi itu sendiri. Disamping itu, faktor lingkungan kerja yang tidak memenuhhi syarat Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), proses kerja tidak aman dan sistem kerja yang semakin kompleks dan modern dapat menjadi ancaman tersendiri bagi kesehatan dan keselamatan pekerja.

Perkembangan teknologi telah mengangkat standar hidup manusia dan mengurangi sumber kecelakaan, cedera dan stress akibat dari pekerjaan. Namun demikian, kemajuan teknologi juga membawa sumber-sumber stress kerja dan cidera baru. Kompleknya teknologi modern, perubahan bentuk kerja, organisasi kerja dan sistem produksi menempatkan suatu tuntutan yang tinggi pada daya kerja. Sebagai akibatnya, tingkat dan bentuk potensi bahaya di tempat kerja yang harus dihadapi pekerja juga akan berubah. Hal ini terjadi karena SDM yang ada tidak bisa mengimbangi peralatan dan atau metode kerja yang digunakan. Untuk mengatasi masalah tersebut maka implementasi peningkatan kinerja K3 dan ergonomi adalah merupakan suatu keharusan. Hal ini dimaksudkan untuk

(4)

menjamin agar setiap pengembangan dan penggunaan teknologi dapat diterima dan menguntungkan semua pihak yang melakukan transfer teknologi itu sendiri.

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu masalah penting dalam setiap proses operasional baik di sektor tradisional maupun sektor modern.

Khususnya dalam masyarakat yang sedang beralih dari satu kebiasaan kepada kebiasaan lain, perubahan-perubahan ini pada umumnya menimbulkan beberapa permasalahan yang jika tidak ditanggulangi secara cermat dapat membawa berbagai akibat buruk bahkan fatal.

Peraturan tentang Keselamatan dan Kesehatan kerja Pertambangan umum sudah ada sejak tahun 1930 dengan nama Mijn Politie Reglement (MPR) yang merupakan peraturan yang dibuat pada masa pemerintahan Hindia – Belanda.

Disusul dengan PPRI No. 19 tahun 1973 tentang pengaturan dan pengawasan keselamatan kerja di bidang pertambangan yang dilakukan oleh Menteri Pertambangan. Setelah mempelajari pertimbangan ilmu teknologi modern mengenai pemakaian peralatan pertambangan dan dalam rangka memperlancar usaha–usaha aktifitas pembangunan, maka pada tahun 1995 telah disempurnakan dengan terbitnya Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.

555/K/26/M.PE/1995 tanggal 22 mei 1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum.

Selain itu pemerintah juga mengeluarkan undang-undang guna meningkatkan kesadaran bagi pihak perusahaan dan karyawan, undang-undang tersebut diantaranya adalah Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yang menyebutkan bahwa keselamatan kerja bertujuan untuk (Suma’mur, 1996): 1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. 2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja. 3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien. Namun pada praktiknya, permasalahan ini belum dianggap menjadi isu penting dan belum mendapat perhatian yang serius oleh perusahaan dan karyawan dalam menjalankan proses produksinya. Hal ini terjadi karena safety awareness yaitu kesadaran atas keselamatan yang masih rendah sehingga kebijakan

(5)

pemerintah dan kebijakan dari pihak manajemen sangat mempengaruhi untuk menciptakan behavior basic safety (BBS) dalam lingkungan perusahaan. Kondisi lain adalah masih kurangnya kesadaran dari sebagian besar masyarakat.

perusahaan, baik pengusaha maupun tenaga kerja akan arti penting K3 merupakan hambatan yang sering dihadapi. Berdasarkan data ILO (2003), ditemukan bahwa di Indonesia tingkat pencapaian penerapan kinerja K3 di perusahaan masih sangat rendah. Dari data tersebut ternyata hanya sekitar 2%

(sekitar 317 buah) perusahaan yang telah menerapkan K3. Sedangkan sisanya sekitar 98% (sekitar 14.700 buah) perusahaan belum menerapkan K3 secara baik.

Berdasarkan data Jamsostek, bahwa pengawasan K3 secara nasional masih belum berjalan secara optimal. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kecelakaan yang terjadi, dimana pada tahun 2003 terjadi kecelakaan sebanyak 105.846 kasus, tahun 2004 sebanyak 95.418 kasus, tahun 2005 sebanyak 96.081 kasus dan pada tahun 2006 terjadi kecelakaan sebanyak 70.069 kasus kecelakaan kerja serta sepanjang tahun 2007 telah terjadi kecelakaan kerja sebanyak 65.474 kejadian. Angka tersebut tentunya masih sangat fantastis dan dapat dijadikan tolak ukur pencapaian kinerja K3.

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Rate

1. Incident Rate (IR)

Adalah jumlah kejadian/kecelakaan cidera atau sakit akibat kerja setiap serratus orang karyawan yang dipekerjakan. IR (Incidence rate) digunakan untuk menginformasikan presentasi jumlah kasus kecelakaan yang terjadi di tempat kerja per jumlah tenaga kerja yang terpapar.

Rumus IR = (Jumlah Kasus x 100) / Jumlah tenaga kerja terpapar Contoh: Sebuah perusahaan memiliki total pekerja sebanyak 15000.

Jumlah jam kerja yang telah dicapai 3000000 juta jam kerja orang. Pada saat yang sama terjadi kasus cidera 73 kasus. berapa Incidence ratenya?

Jawab: Incidence Rate = (73 x 100) / 15.000 = 0,48%

2. Frekuensi Rate (FR)

Adalah jumlah kejadian cidera atau sakit akibat kerja setiap satu juta jam kerja. FR (Frequency Rate) adalah banyaknya jumlah kecelakaan hari hilangdalam satu juta jam kerja selama periode tertentu (Bulanan, 3 Bulanan, 6Bulanan atau Tahunan). FR digunakan untuk identifikasi jumlah cidera yang menyebabkan tidak bisa bekerja per 1 juta orang pekerja. Dalam menghitung FR ini ada 2 data penting yang sobat sehat kerjaku haru ada nanti yaitu Jumlah jam kerja hilang akibat kecelakaan (Lost time Injury/LTI) & Jumlah jam kerja orang yang telah dilakukan (manhours).

Rumus FR = (Jumlah cidera dgn hilang waktu kerja x 1,000,000) / Total Person-hours Worked

Contoh: Sebuah perusahaan memiliki total pekerja sebanyak 15000.jumlah jam kerja yang telah dicapai 3000000 juta jam kerja orang. Pada saat yang sama

(7)

cidera yang menyebabkan hilangnya waktu kerja sebanyak 73. Berapa frekuensi ratenya?

Jawab: FR = 73x1000000/3000000 = 24.33

Intepretasinya adalah bahwa pada periode orang kerja tersebut terjadi hilangnya waktu kerja sebesar 24.33 jam per-sejuta orang kerja. Namun Angka ini tidak mengindikasikan tingkat keparahan kecelakaan kerja. Angka ini hanya mengindikasikan si pekerja tidak berada di tempat kerja setelah terjadinya kecelakaan kerja.

3. Lost Time Injury Frekwensi Rate (LTIFR)

Digunakan untuk mengetahui banyaknya kecelakaan per satu juta jam kerja orang selama periode satu tahun.

Contoh: Suatu perusahaan dengan karyawan 15.000 tenaga kerja, yang kegiatannya 72minggu, dengan 40 jam perminggu mengalami 45 kecelakaan dalam setahun. Akibat kecelakaan tersebut tenaga kerja tidak masuk kerja 7% dari seluruh waktu kerjanya. Berapa frekwensi ratenya?

Besarnya jam orang hilang = 15.000 x 72 x 40 = 43.200.000 Tidak masuk kerja 7% = 0,07 x 43.200.000 = 3.024.000 maka total Jam kerja orang hilang sesungguhnya:

43.200.000 - 3.024.000 = 40.176.000

Maka LFTR = 45 x 1.000.000/ 40.176.000 = 1.1

Intepretasinya adalah dalam setahun terjadi kira-kira 1.1 kecelakaan pada setiap 1.000.000 jam manusia.

4. Severity Rate (SR)

Waktu (hari) yang hilang dan waktu pada (hari) pekerjaan alternatif yang hilang dibagi satu juta jam kerja. SR (Severity Rate) adalah indikator hilangnya hari kerja akibat kecelakaan kerjauntuk per sejuta jam kerja orang.

(8)

Rumus SR = (Jumlah hari kerja hilang x 1,000,000)/ Total Person- hours Worked.

Contoh: Sebuah tempat kerja telah bekerja 1.825.000 jam orang, selama setahun telah terjadi 5 kasus kecelakaan kerja yang menyebabkan 175 hari kerja hilang. Tentukan rate waktu kerja hilang akibat kecelakaan kerja tersebut.

Jawab:

FR = 5 x 1.000.000/1.825.000 = 2.7 SR = 175 x 1.000.000/1.825.000 = 95

Inteprtasinya adalah selama kurun waktu tersebut berarti, pada tahun tersebut telah terjadi hilangnya waktu kerja sebesar 95 hari per sejuta jam kerja orang.

5. Total Recordable Injury Frekwensi Rate

Jumlah total cidera akibat kerja yang harus dicatat (MTI, LTI & Cidera yang tidak mampu bekerja) dibagi satu juta jam kerja.

6. Safe-T Score

Safe-T Score adalah nilai indikator untuk menilai tingkat perbedaan antara dua kelompok yang dibandingkan. apakah perbedaan pada dua kelompok tersebut bermakna atau tidak. Dalam statistik biasanya disebut sebagai t test.

Rumus Safe-T Score = (FR Sekarang – FR Sebelumnya) / ( ( FR Sebelumnya)/ 1 Juta jam kerja orang sekarang)).

Contoh:

di Lokasi A pada tahun lalu terjadi 10 kasus kecelakaan, dengan10.000 jam orang kerja. FR = 1.000. Tahun ini di lokasi A terjadi 15 kasus kecelakaan, 10.000 jam orang kerja. FR = 1.500.

di Lokasi B pada Tahun lalu terjadi 1000 kasus kecelakaan, dengan 1.000.000 jam orang kerja. FR= 1.000. Tahun ini di lokasi B terjadi 1.100 kasus kecelakaan, dengan 1.000,000 jam orang kerja.FR= 1.100.

(9)

Jawab:

𝑆𝑎𝑓𝑒 − 𝑇 𝑆𝑐𝑜𝑟𝑒

= Frekwensi Rate Sekarang – Frekwensi Rate Sebelumnya Frekwensi Rate Sebelumnya/1Juta jam kerja orang sekarang

Lokasi A

Safe-T Score = (1,500 – 1,000)/ akar dari (1000/0.01) = 500/ 317 = Safe-T Score

= +1,58

Artinya peningkatan 50% jumlah kasus pada lokasi A termasuk peningkatan yang tidak bermakna

Lokasi B

Safe-T Score = 1,100 – 1,000/ akar dari (1000/0.01) = 100/ 317 =Safe-T Score = +3,17

Artinya peningkatan 10% jumlah kasus pada lokasi ini ada perbedaan yang bermakna, artinya ada sesuatu yang salah, yang perlu mendapat perhatian.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Sehat Kerjaku. (2021, Januari 07). Istilah-Istilah Dalam Perhitungan Statistik K3.

Retrieved from https://www.sehatkerjaku.com/artikel/istilah-istilah-dalam- perhitungan-statistik-

k3/#:~:text=LTIFR%20(Lost%20Time%20Injury%20Frequency,mengala mi%2045%20kecelakaan%20dalam%20setahun

Yovita, S. (2009). Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Pertambangan Batubara di PT. Marunda Grahamineral, Job Site Laung Tuhup, Kalimantan Tengah. Surakarta. Retrieved from https://core.ac.uk/reader/12347130

Referensi

Dokumen terkait

EXEMPTION NOTICE Environmental Protection Controlled Waste Regulations 2004 Part 4, Regulation 49 Exemption Number 01/2019 In accordance with regulation 491, I am satisfied that: a

10 国名 導入時期や導入方法 日本 2010年より任意適用。 韓国 2011年より強制適用 中国 コンバージェンスされた自国基準を適用(IFRSと実質的に同一基準) インドネシア コンバージェンスされた自国基準を適用(IFRSとの差異は大きい) インド 2015年よりコンバージェンスされた自国基準を適用(IFRSと実質的に同一基準) サウジアラビア