Makalah
Pendapat Hukum atas Sengketa Perbuatan Melawan Hukum : Analisis Putusan Pengadilan Negeri Sei Rampah Nomor: 33/Pdt.G/2023/PN.Srh
Tentang
(Ditujukan untuk memenuhi nilai mata kuliah Klinik Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara)
Dosen Pendamping Mata Kuliah : 1. Prof. Dr. Hasim Purba SH., M.Hum 2. Dinda Adistya Nugraha SH, M.Kn
Disusun Oleh Kelompok 1:
1. Asri Verauli HF Tampubolon 210200330 (Ketua)
2. Tengku Nabila 210200668 (Wakil Ketua)
3. Maharani Patunnisa 210200138 (Sekretaris) 4. Resbarein Sihaloho 210200331 (Bendahara)
5. Maghfiroh Zamzami 210200130
6. Zuli Paradilla Hutasuhut 210200131 7. Mella Andhini Pohan 210200137
8. Ade Yulianis Zaharah 210200141
9. Umardani Banjarnahor 210200332
10. Juvito Solange 210200680
2024/2025 FAKULTAS HUKUM
ILMU HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul "Pendapat Hukum atas Sengketa Perbuatan Melawan Hukum: Analisis Putusan Pengadilan Negeri Sei Rampah Nomor: 33/Pdt.G/2023/PN.Srh". Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Klinik Hukum Perdata di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Karya tulis ini membahas mengenai sengketa perbuatan melawan hukum yang terjadi antara T. Achmad Syafei dan Suprianto terkait kepemilikan sebidang tanah. Fokus pembahasan adalah pada penilaian terhadap Putusan Pengadilan Negeri Sei Rampah Nomor: 33/Pdt.G/2023/PN.Srh.
Dalam penyusunan karya tulis ini, kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi isi maupun penyajian. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan karya tulis ini.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Hasim Purba SH., M.Hum dan ibu Dinda Adistya Nugraha SH, M.Kn selaku dosen pembimbing mata kuliah Klinik Hukum Perdata yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan karya tulis ini.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya tulis ini.
Semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu hukum, khususnya di bidang hukum perdata.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...
BAB I PENDAHULUAN...
A. LATAR BELAKANG...
B. RUMUSAN MASALAH...
C. TUJUAN...
BAB II PEMBAHASAN...
Pendapat hukum (legal opinion) terhadap Putusan Pengadilan Negeri Sei Rampah
Nomor: 33/Pdt.G/2023/PN.Srh dalam perspektif hukum perdata...
1. Posisi Kasus...
2. Isu Hukum...
3. Dasar Hukum...
4. Analisis Hukum...
1) status alas hak atas tanah yang dimiliki oleh T. Achmad Syafei...
2) Analisis dan tanggapan terhadap dokumen-dokumen persidangan dalam
perkara perdata Nomor: 33/Pdt.G/2023/PN.Srh...
a) Analisis dan tanggapan terhadap Gugatan Penggugat dalam Perkara
Perdata Nomor : 33/Pdt.G/2023/PN.Srh...
b) Analisis dan tanggapan terhadap Jawaban Tergugat dalam Perkara
Perdata Nomor : 33/Pdt.G/2023/PN.Srh...
c) Analisis dan tanggapan terhadap Replik dalam Perkara Perdata
Nomor : 33/Pdt.G/2023/PN.Srh...
d) Analisis dan tanggapan terhadap Duplik dalam Perkara Perdata
Nomor : 33/Pdt.G/2023/PN.Srh...
e) Analisis dan tanggapan terhadap Bukti dalam Perkara Perdata
Nomor : 33/Pdt.G/2023/PN.Srh...
f) Analisis dan tanggapan terhadap Kesimpulan dalam Perkara Perdata
Nomor : 33/Pdt.G/2023/PN.Srh...
3) Analisis Ketepatan Pertimbangan Hakim dalam Putusan Pengadilan
Negeri Sei Rampah Nomor 33/Pdt.G/2023/PN.Srh...
a) Pertimbangan terhadap Status Alas Hak...
b) Pertimbangan Hakim Terkait Alat Bukti...
c) Pertimbangan Hakim Terkait Perbuatan Melawan Hukum...
5. Kesimpulan...
BAB III PENUTUP...
A. Kesimpulan...
B. Saran...
DAFTAR PUSTAKA......
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perbuatan Melawan Hukum (PMH) sebagaimana diatur dalam Pasal 1365 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) merupakan perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk menggantikan kerugian tersebut1 Unsur-unsur PMH meliputi adanya perbuatan, perbuatan tersebut melawan hukum, adanya kesalahan, timbulnya kerugian, dan adanya hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian.2 Dalam praktiknya, PMH seringkali ditemukan dalam berbagai jenis sengketa, salah satunya adalah sengketa tanah. Data dari Direktori Putusan Mahkamah Agung setidaknya menunjukkan terdapat 242 data sengketa yang berkaitan dengan “Penguasaan Tanah Tanpa Hak”. Hal ini menunjukkan bahwa permasalahan PMH dalam sengketa tanah masih menjadi isu hukum yang relevan untuk dikaji.
Putusan Pengadilan Negeri Sei Rampah Nomor: 33/Pdt.G/2023/PN.Srh merupakan salah satu contoh putusan yang menarik untuk dianalisis dalam konteks PMH dan sengketa tanah. Putusan ini menyangkut sengketa antara T. Achmad Syafei dan Suprianto terkait sebidang tanah seluas lebih kurang 28 hektar di Dusun VIII Desa Silau Rakyat, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai.
Dalam putusan tersebut, Penggugat mendalilkan bahwa Tergugat telah melakukan PMH dengan menguasai dan menanami tanah milik Penggugat secara tanpa hak.
Analisis terhadap putusan ini penting dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengadilan menerapkan hukum PMH dalam menyelesaikan sengketa tanah dan untuk mengetahui apakah proses penyelesaian perkara tersebut telah sesuai dengan hukum perdata dan hukum acara perdata dengan memberikan komentar dan Legal Opinion terhadap setiap tahap perkara Perdata mulai dari Gugatan, Jawaban Tergugat, Raplik, Duplik, Alat Bukti, Kesimpulan dan Putusan Hakim. Selain itu,
1 Sari, I. (2021). Perbuatan Melawan Hukum (PMH) Dalam Hukum Pidana Dan Hukum Perdata. Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara, 11(1).
2 Siregar, M., Kamello, T., Purba, H., & Sembiring, R. (2023). Pemisahan Gugatan Wanprestasi dan Perbuatan Melawan Hukum dalam Perspektif Hukum Materiil dan Penerapan di Pengadilan. Locus Journal of Academic Literature Review, 532-548.
legal opinion yang disusun dalam karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam pengembangan hukum PMH di FH USU.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pendapat hukum (legal opinion) terhadap Putusan Pengadilan Negeri Sei Rampah Nomor: 33/Pdt.G/2023/PN.Srh dalam perspektif hukum perdata?
C. TUJUAN
1. Untuk dapat membuat pendapat hukum (legal opinion) terhadap Putusan Pengadilan Negeri Sei Rampah Nomor: 33/Pdt.G/2023/PN.Srh dalam perspektif hukum perdata
BAB II
PEMBAHASAN
Pendapat hukum (legal opinion) terhadap Putusan Pengadilan Negeri Sei Rampah Nomor: 33/Pdt.G/2023/PN.Srh dalam perspektif hukum perdata 1. Kasus Posisi
Bahwa PENGGUGAT (T. Achmad Syafei) mengajukan Gugatan Perbuatan Melawan Hukum (PMH) kepada TERGUGAT ( Suprianto) Pada Pengadilan Negeri Sei Rampah sebagaimana terdaftar dalam Register Perkara Perdata No.
33/Pdt.G/2023/PN.Srh. tentang sengketa kepemilikan tanah seluas 28 hektar yang terletak di Dusun VIII Desa Silau Rakyat, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Penggugat mengklaim sebagai pemilik yang sah atas lahan tersebut berdasarkan Surat Perjanjian Pelepasan Hak Atas Tanah Dengan Cara Ganti Rugi tertanggal 5 September 2021. Disisi lain pihak Tergugat menguasai lahan tersebut sebagai pengelola tanah tersebut sejak tahun 2010 berdasarkan surat kuasa dari pemilik sebelumnya.
Bahwa Penggugat kemudian mengetahui dilahan seluas 28 Ha tersebut ternyata ditanami dengan pohon sawit oleh Tergugat, sehingga Penggugat pada tanggal 14 Juni 2022 menyurati Kepala Desa Silau Rakyat Kecamatan Sei Rampah agar kiranya dapat memanggil pihak- pihak yang mengaku sebagai pemilik lahan di atas lahan milik Penggugat dimana kemudian pada tanggal 24 Juni 2022 dengan surat nomor : 18.40.9/145/221/2022 Kepala Desa Silau Rakyat yakni Bapak Katimin menyurati para pihak termasuk Tergugat untuk hadir di ruang kerja Kepala Desa Silau Rakyat pada tanggal 28 Juni 2022 dengan membawa surat-surat bukti kepemilikan atas objek sengketa akan tetapi Tergugat tidak hadir atau sengaja tidak mau hadir.
Bahwa kemudian Penggugat selaku pemilik atas sebidang tanah yang terletak di Dusun VIII Desa Silau Rakyat Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagei seluas ± 28 Ha (dua puluh delapan hektar) dan selanjutnya disebut sebagai Objek Sengketa pada sekitar bulan September 2022 menanami sebagian
dari objek sengketa tersebut seluas ± 8 Ha dengan tanaman ubi yang hasilnya dapat dipergunakan oleh Penggugat.
Bahwa pada tanggal 29 Agustus 2023, datang aparat Kepolisian dari Polres Serdang Bedagai yang meminta kepada Penggugat untuk tidak melakukan panen atas ubi yang ditanam oleh Penggugat dengan alasan bahwasannya ubi yang ditanam oleh Penggugat adalah milik dari Tergugat dan di lahan milik Tergugat.
Bahwa Penggugat meminta kepada aparat kepolisian dari Polres Serdang Bedagai untuk melakukan mediasi dengan Tergugat seraya masing-masing pihak baik Penggugat dan Tergugat membawa dan menunjukkan alas hak dan surat-surat tanah yang menjadi objek sengketa.
Bahwa Tergugat ternyata tidak bersedia untuk menunjukkan alas hak dan surat-surat tanah terhadap objek sengketa kepada Penggugat sehingga dengan demikian Penggugat melanjutkan panen atas ubi yang telah ditanam Penggugat di Objek Sengketa pada tanggal 30 Agustus 2023 sebanyak 6 ton.
Bahwa pada tanggal 02 September 2023, Penggugat mendapatkan surat panggilan dari Polres Serdang Bedagai untuk dimintakan keterangan terhadap adanya Laporan Polisi Nomor : LP/B/294/VIII/2023/SPKT/POLRES SERGEI/POLDA SUMUT tanggal 26 Agustus 2023 dimana Tergugat sebagai Pelapor dengan tuduhan melakukan pencurian sebagaimana dimaksud dalam pasal 363 subs pasal 362 KUHPidana.
Bahwa akibat perbuatan Tergugat tersebut dimana Penggugat tidak dapat memanen kembali ubi yang telah di tanam oleh Penggugat di lahan objek sengketa dan juga Penggugat terhambat kegiatannya dalam mengolah dan memanfaatkan lahan yang telah Penggugat miliki sesuai dengan Surat Perjanjian Pelepasan Hak Atas Tanah Dengan Cara Ganti Rugi tertanggal 05 September 2021.
2. Isu Hukum
1) Bagaimana status alas hak atas tanah yang dimiliki oleh T. Achmad Syafei?
2) Bagaimana Analisis dan tanggapan terhadap dokumen-dokumen persidangan dalam perkara perdata Nomor: 33/Pdt.G/2023/PN.Srh di Pengadilan Negeri Sei Rampah?
3) Apakah pertimbangan hakim pada Putusan Pengadilan Negeri Sei Rampah dalam perkara Perdata No. 33/Pdt.G/2023/PN.Srh telah tepat dan sesuai ketentuan hukum?
3. Dasar Hukum
1) Kitab Undang-undang Hukum Perdata Staatsblad Nomor. 23 Tahun 1847 (untuk selanjutnya disebut “KUHPerdata”)
2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
3) Peraturan Menteri Agraria Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
4. Analisis Hukum
1) status alas hak atas tanah yang dimiliki oleh T. Achmad Syafei
a) Surat Perjanjian Pelepasan Hak atas Tanah dengan Cara Ganti Rugi T. Achmad Syafei (Penggugat) mendasarkan kepemilikannya atas tanah objek sengketa seluas 28 hektar di Dusun VIII Desa Silau Rakyat, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai pada Surat Perjanjian Pelepasan Hak Atas Tanah Dengan Cara Ganti Rugi tertanggal 5 September 2021. Surat perjanjian ini dibuat dengan Agus Salim, S.H., M.H. yang bertindak sebagai kuasa dari para ahli waris tanah tersebut. Surat perjanjian ini menjadi bukti sah adanya transaksi jual beli antara Penggugat dan ahli waris, di mana Penggugat telah memberikan ganti rugi atas tanah tersebut. Status Agus Salim sebagai kuasa ahli waris juga sah karena didasarkan pada Akta Surat Kuasa Nomor 49 tanggal 10 Juli 2018.
Tanah objek sengketa sendiri awalnya merupakan tanah yang diberikan oleh Perkebunan China Kasih kepada beberapa orang, yaitu Hasnan, Hoesin, T.
Arifin Idhomi, Mardhiah, dan Maimunah. Mereka atau ahli waris merekalah yang kemudian memberikan kuasa kepada Agus Salim untuk menjual tanah tersebut.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut, dapat disimpulkan bahwa Penggugat telah memperoleh hak atas tanah objek sengketa secara sah dan beriktikad baik.
Surat perjanjian yang dibuatnya telah memenuhi syarat sahnya suatu perjanjian sebagaimana tertera pada pasal 1320 KUHPer, yaitu adanya kesepakatan, kecakapan para pihak, objek tertentu, dan sebab yang halal.3
Meskipun Surat Perjanjian tersebut merupakan akta di bawah tangan, namun telah memenuhi syarat jual beli tanah menurut hukum adat, yaitu dilakukan secara tunai dan terang. Dengan demikian, Surat Perjanjian tersebut dapat dijadikan sebagai alas hak atas tanah objek sengketa, meskipun belum didaftarkan ke Kantor Pertanahan.4
2) Analisis dan tanggapan terhadap dokumen-dokumen persidangan dalam perkara perdata Nomor: 33/Pdt.G/2023/PN.Srh
a) Analisis dan tanggapan terhadap Gugatan Penggugat dalam Perkara Perdata Nomor : 33/Pdt.G/2023/PN.Srh
- Kompetensi Absolut dan Kompetensi Relatif
Gugatan yang diajukan oleh Penggugat memuat bahwa tanggal gugatan adalah 22 September 2023 dan Penggugat telah menandatangani surat kuasa pada tanggal 18 September 2023. Surat gugatan diajukan di Pengadilan Negeri Sei Rampah dalam kasus Perbuatan Melawan Hukum dengan para pihak adalah T. Achmad Syafei beralamat di Medan sebagai Penggugat dan Suprianto beralamat di Sei Rampah sebagai Tergugat. Objek sengketa antara para pihak adalah sebidang tanah seluas 28 Ha yang terletak di Sei Rampah. Sehingga berdasarkan kompetensi Relatif, yaitu apabila domisili Penggugat adalah Medan, maka Gugatan diajukan ke Pengadilan Negeri Medan. Namun akibat Objek Sengketa yang disengketakan berada di Sei Rampah, maka gugatan diajukan ke Pengadilan Negeri Sei Rampah.5
3 Kitab Undang-undang Hukum Perdata Staatsblad Nomor. 23 Tahun 1847
4 Hayati, N. (2016). Peralihan Hak Dalam Jual Beli Hak Atas Tanah (suatu tinjauan terhadap perjanjian jual beli dalam konsep hukum barat dan hukum adat dalam kerangka hukum tanah nasional). Lex Jurnalica, 13(3), 147934.
5 Randang, I. S. (2016). Tinjauan Yuridis Tentang Peranan Identitas Domisili Dalam Menentukan Kompetensi Relatif Pengadilan. Lex Privatum, 4(1).
Oleh Sebab itu gugatan yang diajukan Penggugat telah sesuai berdasarkan kompetensi relatif. Selanjutnya berdasarkan perkara sengketa tanah dan merupakan perkara perdata, maka kompetensi absolut Pengadilan Negeri dalam menyelesaikan perkara tersebut telah sesuai.
- Alasan Dasar Gugatan (Posita)
Penggugat, T. Achmad Syafei, mengajukan gugatan Perbuatan Melawan Hukum (PMH) terhadap Tergugat, Suprianto, atas sengketa tanah seluas ± 28 hektar di Dusun VIII Desa Silau Rakyat Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai. Penggugat mengklaim sebagai pemilik sah atas tanah tersebut berdasarkan Surat Perjanjian Pelepasan Hak Atas Tanah Dengan Cara Ganti Rugi tertanggal 05 September 2021. Namun, Tergugat telah menguasai dan menanami lahan tersebut dengan pohon sawit tanpa izin dari Penggugat. Akibatnya, Penggugat tidak dapat memanfaatkan dan mengolah lahan tersebut, bahkan mengalami kerugian karena tidak dapat memanen ubi yang telah ditanamnya. Tergugat juga dilaporkan telah menunjukkan itikad tidak baik dengan menolak mediasi dan melaporkan Penggugat ke polisi atas tuduhan pencurian. Penggugat merasa dirugikan secara materil sebesar Rp. 710.000.000,- dan immateriil sebesar Rp.
1.000.000.000,- karena perbuatan Tergugat yang dinilai telah melanggar Pasal 1365 KUHPerdata tentang Perbuatan Melawan Hukum.
Penggugat dengan jelas merincikan mengenai kerugian yang diakibatkan dengan merincikan sesuai dengan hasil panen ubi dan biaya sewa lahan, sehingga dalam merumuskan tuntutan biaya ganti rugi, Penggugat tidak serta merta menuntut tanpa rincian dana yang jelas, artinya gugatan penggugat dapat dikatakan tidak cacat formil. Penggugat juga dengan jelas merumuskan mengenai hak penggugat atas objek sengketa.
Namun yang tidak dijelaskan secara rinci oleh penggugat adalah kedudukan dari Tergugat mengapa Tergugat sampai dapat menguasai lahan tersebut dan mengapa Tergugat dapat meng-klaim mengapa lahan tersebut adalah milik tergugat bahkan ketika tergugat tidak dapat menunjukkan bukti kepemilikan yang sah.
- Petitum
Dalam gugatan ini, petitum primair Penggugat adalah agar Majelis Hakim menyatakan Penggugat sebagai pemilik sah atas tanah tersebut, memerintahkan Tergugat untuk mengosongkan lahan, menyerahkan tanaman, dan membayar ganti rugi. Sedangkan petitum subsidair Penggugat adalah memohon keputusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono) jika petitum primair tidak dikabulkan.
b) Analisis dan tanggapan terhadap Jawaban Tergugat dalam Perkara Perdata Nomor : 33/Pdt.G/2023/PN.Srh
-
Dalam EksepsiTergugat mengajukan eksepsi Obscure Libel dengan argumen bahwa gugatan Penggugat tidak jelas dan tidak memenuhi syarat formil gugatan. Namun, gugatan tersebut telah menjelaskan perbuatan melawan hukum yang dilakukan Tergugat, yaitu menguasai dan menanami lahan milik Penggugat tanpa izin. Gugatan juga telah menyebutkan unsur-unsur perbuatan melawan hukum dan memberikan penjelasan singkat, meskipun perlu diperjelas lagi keterkaitannya dengan fakta- fakta dalam perkara ini. Gugatan telah menjelaskan objek gugatan dengan cukup jelas, yaitu sebidang tanah seluas ± 28 hektar di Dusun VIII Desa Silau Rakyat.
Sehingga tidak ada kontradiksi antara posita dan petitum, karena petitum mengenai penyerahan tanaman merupakan konsekuensi logis dari perbuatan Tergugat. Oleh karena itu, eksepsi Obscure Libel yang diajukan oleh Tergugat tidak beralasan dan dapat dipatahkan.
- Dalam Pokok Perkara
Tergugat dalam jawabannya hanya menyebutkan bahwa dia adalah seorang pekerja yang menerima surat kuasa dan perintah kerja untuk menjaga, memelihara, merawat, mengurus, menertibkan, dan mengawasi seluruh tanah/kebun yang berada di Desa Silau Rakyat Dusun VIII Blok IX Kecamatan Sei Rampah dan Desa Blok 10 Dusun V, Kecamatan Dolok Masihul. Tergugat juga menyebutkan adanya "pemilik tanah" yang memberikan surat kuasa dan perintah kerja kepadanya, namun tidak menyebutkan identitas pemilik tanah tersebut secara jelas. Tergugat berulang kali menyebutkan "ahli waris Alm. Karim Sembiring" sebagai
pihak yang seharusnya diikutsertakan dalam gugatan, namun tidak menegaskan apakah ahli waris tersebut adalah pemilik tanah yang sebenarnya.
Lalu sesuai dengan gugatan Penggugat, bahwa Tergugat yang melaporkan Penggugat dengan tuduhan penculikan terhadap hasil panen ubi sesuai dengan pernyataan Tergugat bahwa Tergugatlah yang mengajukan laporan kepada Polres perlu dipertanyakan pula mengapa yang melaporkan bukan pemilik lahan apabila memang benar bahwa Tergugat hanyalah pekerja. Tergugat dalam jawabannya juga telah menyampaikan kronologi yang sangat berbeda dengan yang disampaikan penggugat dalam gugatannya.
c) Analisis dan tanggapan terhadap Replik dalam Perkara Perdata Nomor : 33/Pdt.G/2023/PN.Srh
Dasar Hukum Gugatan Penggugat mengklaim hak atas sebidang tanah seluas ± 28 Ha yang terletak di Dusun VIII Desa Silau Rakyat adalah berdasarkan Surat Perjanjian Pelepasan Hak Atas Tanah dengan Cara Ganti Rugi tertanggal 5 September 2021. Penggugat menegaskan bahwa kepemilikan tanah tersebut sah menurut hukum, sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.6 Tergugat mengajukan eksepsi yang menyatakan bahwa dalil Penggugat tidak memiliki dasar hukum yang jelas. Namun, Penggugat membantah hal ini dengan menyatakan bahwa eksepsi Tergugat bersifat mengada-ada dan tidak relevan dengan substansi perkara.
Penggugat berargumen bahwa tindakan Tergugat yang melaporkan Penggugat ke pihak berwajib dapat dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad) berdasarkan Pasal 1365 KUH Perdata. Penggugat berhak untuk menggugat Tergugat atas kerugian yang ditimbulkan akibat laporan tersebut, yang mengakibatkan Penggugat tidak dapat menguasai dan memanfaatkan objek sengketa. Penggugat mengacu
6 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
pada Azas Legima Persona, yang menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk mengajukan gugatan di pengadilan.7 Hal ini menunjukkan bahwa gugatan yang diajukan oleh Penggugat adalah sah dan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
- Mengenai Eksepsi Obscuur Libel
Penggugat menegaskan bahwa gugatannya sudah jelas dan terang, serta memenuhi syarat formil gugatan. Perbuatan melawan hukum yang dilakukan Tergugat adalah menguasai dan menanami lahan milik Penggugat tanpa izin. Gugatan juga telah menguraikan unsur-unsur perbuatan melawan hukum dan kerugian yang diderita Penggugat. Objek gugatan pun telah dijelaskan dengan cukup jelas. Penggugat dalam repliknya tetap mempertahankan gugatannya namun hanya merumuskan :
“Bahwa selain itu dalam hal hukum perdata atau ganti rugi yang ditempuh, pihak yang dirugikan (baik secara moril, idiil dan materiil) karena laporan tersebut dapat saja menggugat pihak pelapor atas dasar Pasal 1365 KUHPerdata yaitu mengenai Perbuatan Melawan Hukum (“PMH”).
Kerugian yang ditimbulkan itu harus disebabkan karena perbuatan yang melawan hukum itu. Antara lain, kerugian- kerugian dan perbuatan itu harus ada hubungannya yang langsung; kerugian itu disebabkan karena kesalahan pembuat. Kesalahan adalah apabila pada pelaku ada kesengajaan atau kealpaan (kelalaian).”
Sesuai dengan yang jawaban Tergugat terhadap gugatan, seharusnya penggugat dapat menjelaskan lebih rinci terkait kerugian yang dialaminya sebagaimana tergugat menyatakan :
“Dari mana angka Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) tersebut? Apa dasar PENGGUGAT menetapkan angka tersebut? Apakah PENGGUGAT yakin bahwa apabila PENGGUGAT mengelola dan memanfaatkan objek sengketa, PENGGUGAT akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp.
1.000.000.000,- (satu milyar rupiah)?? Bahwa PENGGUGAT tidak
7 HUTABARAT, Restaria (ed.). Stigma 65: Strategi Mengajukan Gugatan Class Action
(Dilengkapi Putusan Pengadilan). Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011.
menjabarkan secara rinci dan jelas dari mana dasar perhitungan harga sewa lahan per tahun? Dan apa dasar penetapan harga ubi adalah sebesar Rp.1000 per KG dan bagaimana PENGGUGAT menetapkan angka 20 ton??”
- Mengenai Eksepsi Error in Persona
Penggugat menyatakan bahwa Tergugat mempunyai hubungan hukum dengan Penggugat karena telah melaporkan Penggugat ke polisi.
Tergugat juga dinilai sebagai pihak yang menguasai objek sengketa karena telah menanaminya dengan tanaman sawit. Penggugat perlu membuktikan bahwa Tergugat adalah pihak yang secara nyata menguasai lahan dan bertanggung jawab atas perbuatan melawan hukum tersebut. Status Tergugat sebagai pelapor dalam laporan polisi tidak secara otomatis menjadikan Tergugat sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam perkara perdata ini. Karena Tergugat mengatakan bahwa Tergugat hanyalah seorang pekerja, oleh sebab itu Penggugat seharusnya tetap mencari tau dan membuktikan bahwa telah terdapat “si pemilik lahan” yang pada dasarnya adalah yang menguasai lahan tersebut tanpa hak.
- Mengenai Pokok Perkara
Penggugat menolak dan membantah seluruh dalil Tergugat, kecuali yang diakui kebenarannya. Penggugat menegaskan keabsahan Surat Perjanjian Pelepasan Hak Atas Tanah Dengan Cara Ganti Rugi sebagai dasar kepemilikannya. Penggugat juga menjelaskan kronologi peristiwa menurut versinya dan menekankan bahwa dialah yang menanam ubi di lahan tersebut. Penggugat juga menjelaskan mengenai statusnya sebagai Tokoh Melayu dan Pangeran Kesultanan Serdang Bedagai, serta menilai bahwa Tergugat seharusnya mengajukan pihak yang menyuruhnya sebagai Pihak Intervensi.
Kekurangan Replik atas Eksepsi dan Jawaban Tergugat dalam perkara ini, meskipun Penggugat menyatakan bahwa ia memiliki Surat Perjanjian Pelepasan Hak Atas Tanah, tidak ada bukti tambahan yang disertakan dalam dokumen untuk mendukung klaim tersebut. Bukti
pendukung seperti dokumen resmi, saksi, atau bukti lain yang relevan dapat memperkuat posisi Penggugat.
Asas-asas dalam replik
1. Asas Audi Alternam Partem
Prinsip Kedua Belah Pihak Didengar: Setiap pihak dalam perkara harus diberi kesempatan untuk memberikan argumen dan mendengar argumen lawan. Replik memastikan bahwa penggugat memiliki hak untuk menanggapi jawaban tergugat.
2. Asas Transparansi dan Terbukaan
Replik harus disampaikan secara terbuka dan jelas, sehingga semua pihak dapat memahami argumen dan dalil yang diajukan. Ini memungkinkan hakim untuk melakukan analisis yang objektif.
3. Asas Keberlanjutan Proses Hukum
Replik harus disusun dan diajukan sesuai dengan urutan prosedural yang berlaku dalam persidangan perkara perdata. Ini memastikan bahwa jalannya sidang tidak terganggu dan tetap berlangsung lancar.
4. Asas Formalitas
Replik harus memenuhi syarat formal tertentu, seperti penyampaian dalam batas waktu yang ditentukan dan mengikuti format yang telah ditetapkan oleh pengadilan. Ini memastikan bahwa replik valid dan sah dalam proses hukum.
5. Asas Keadilan
Replik harus mencerminkan keadilan bagi semua pihak, di mana penggugat dapat mengemukakan argumen tambahan untuk memperkuat
gugatannya dan mematahkan alasan yang diajukan oleh tergugat. Asas ini memastikan bahwa hakim dapat membuat keputusan yang adil.
6. Asas Doktrin Hukum
Penggugat dapat menyertakan sumber-sumber kepustakaan, pendapat-pendapat para ahli, doktrin, kebiasaan, dan sebagainya untuk mendukung argumennya. Referensi ini membantu hakim dalam menafsirkan hukum dan membuat keputusan yang lebih rasional.
Replik yang diajukan oleh Penggugat telah memenuhi asas-asas perdata yang diperlukan, dengan penyampaian argumen yang jelas, dasar hukum yang kuat, dan upaya untuk mencapai keadilan dalam proses hukum.
d) Analisis dan tanggapan terhadap Duplik dalam Perkara Perdata Nomor : 33/Pdt.G/2023/PN.Srh
Tergugat secara konsisten menolak dalil-dalil Penggugat, baik dalam eksepsi maupun pokok perkara, dan mencoba mematahkan argumen yang dikemukakan Penggugat dalam repliknya. Dalam dupliknya, Tergugat menekankan beberapa poin penting, di antaranya: pertama, Tergugat menolak seluruh dalil Penggugat dalam eksepsi dan menyatakan bahwa dalil-dalil dalam jawabannya adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari duplik ini.
Kedua, Tergugat kembali menekankan bahwa gugatan Penggugat adalah obscure libel karena tidak jelas dan tidak terang dalam menguraikan perbuatan melawan hukum dan kerugian yang diderita. Ketiga, Tergugat juga menegaskan kembali eksepsi error in persona dengan menyatakan bahwa ia hanyalah seorang pekerja yang menerima surat kuasa dan perintah kerja dari pemilik lahan, sehingga Penggugat salah alamat dalam mengajukan gugatan.
Keempat, dalam pokok perkara, Tergugat menolak seluruh dalil Penggugat dan menyatakan bahwa dasar kepemilikan Penggugat cacat hukum. Tergugat juga menjelaskan bahwa ia telah bekerja di lahan tersebut sejak tahun 2010 dan tidak pernah mengetahui adanya peralihan hak kepada Penggugat.
Ada kejanggalan dalam argumen Tergugat mengenai status lahan dan kepemilikannya. Di satu sisi, Tergugat menyatakan bahwa ia hanyalah seorang pekerja yang bertindak atas perintah pemilik lahan. Di sisi lain, ia juga menyatakan bahwa Penggugat salah alamat dalam mengajukan gugatan karena seharusnya menarik ahli waris Alm. Karim Sembiring sebagai pihak Tergugat. Pernyataan ini menimbulkan pertanyaan: siapa sebenarnya pemilik lahan yang sah? Apakah pemilik lahan yang memberikan kuasa kepada Tergugat, ataukah ahli waris Alm. Karim Sembiring? Ketidakjelasan ini dapat menjadi celah bagi Penggugat untuk menyerang balik argumen Tergugat.
Menarik untuk dicermati bagaimana Tergugat mencoba menggiring opini dengan menyatakan bahwa gugatan Penggugat obscure libel dan error in persona. Tergugat seolah-olah ingin menciptakan kesan bahwa gugatan Penggugat cacat formil dan tidak berdasar. Secara keseluruhan, duplik yang diajukan Tergugat menunjukkan upaya yang cukup baik dalam membela diri.
Namun, masih terdapat beberapa kelemahan dalam hal pembuktian dan konsistensi argumen.
e) Analisis dan tanggapan terhadap Bukti dalam Perkara Perdata Nomor : 33/Pdt.G/2023/PN.Srh
Aspek Pembuktian dalam Perkara Ini :
Pengaturan pembuktian dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) di Indonesia mencakup berbagai aspek yang berhubungan dengan alat bukti, beban pembuktian, dan prosedur yang harus diikuti dalam proses peradilan. Berikut adalah penjelasan mengenai pengaturan pembuktian:
1. Alat Bukti
KUHPerdata mengatur beberapa jenis alat bukti yang dapat digunakan dalam suatu perkara, yaitu:
● Surat (Pasal 1866): Dokumen tertulis sebagai bukti.
● Saksi (Pasal 1865): Keterangan dari orang-orang yang memiliki informasi terkait perkara.
● Persangkaan (Pasal 1867): Kesimpulan yang diambil berdasarkan fakta-fakta yang ada.
● Pengakuan (Pasal 1868): Pernyataan dari pihak yang terlibat dalam perkara.
● Bukti lainnya: Termasuk benda atau barang yang relevan dengan perkara.
2. Beban Pembuktian
● Beban Pembuktian Umum (Pasal 1866): Pihak yang mengklaim haknya bertanggung jawab untuk membuktikan klaim tersebut.
Ini berarti jika Penggugat mengajukan gugatan, maka Penggugat harus dapat membuktikan klaim tersebut.
3. Standar Pembuktian
● Standar Pembuktian (Pasal 1865): Dalam perkara perdata, cukup dengan "bukti yang meyakinkan" untuk membuktikan suatu klaim. Hal ini berbeda dengan hukum pidana yang memerlukan pembuktian di luar keraguan yang wajar.
4. Kedudukan Saksi
● Keterangan Saksi (Pasal 1865): Keterangan saksi harus relevan dan dapat dipercaya. Saksi harus memberikan keterangan berdasarkan apa yang mereka lihat, dengar, atau alami sendiri.
5. Keterbatasan Saksi
● Meskipun keterangan saksi sangat berharga, ada batasan tertentu mengenai siapa yang dapat menjadi saksi dan jenis informasi apa yang dapat mereka sampaikan (Pasal 1870).
Pengaturan pembuktian dalam KUHPerdata menekankan pentingnya alat bukti dan peran saksi dalam proses hukum. Dengan beban pembuktian yang terletak pada pihak penggugat dan standar pembuktian yang lebih ringan dibandingkan dengan hukum pidana, sistem ini dirancang untuk memastikan bahwa keadilan dapat dicapai melalui pengumpulan dan penyajian bukti secara efektif di pengadilan.
- Pembuktian Penggugat
1. Keterangan Saksi Penggugat
● Keterangan Saksi 1 Penggugat. Saksi mengenal Penggugat dan Tergugat, namun tidak memiliki hubungan keluarga atau pekerjaan dengan keduanya. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa saksi memberikan keterangan yang objektif dan tidak bias. Tanah obyek perkara memiliki luas sekitar 28 hektar dan terletak di Dusun VIII Desa Silau Rakyat, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai. Saksi tidak mengetahui batas-batas tanah tersebut secara rinci, tetapi tahu bahwa tanah tersebut berbatasan dengan kebun, perkampungan, Dolok Masihul, dan tanah milik Abdullah Husein.
Penggugat mengusahakan sekitar 8 hektar dari tanah tersebut untuk menanam ubi dan berhasil memanen pada tahun 2023. Penggugat pertama kali menanam ubi di tanah tersebut pada tahun 2022.
Tergugat menguasai sisa 20 hektar dari tanah obyek perkara dan juga menanam ubi di lahan tersebut. Saksi menjelaskan bahwa Penggugat memperoleh tanah obyek perkara dengan cara membeli dari Ando, anak almarhum Husin Rawi, pada tahun 2021. Sebelumnya, tanah ini merupakan milik perkebunan China Kasih yang dihibahkan kepada Husin Rawi pada tahun 1959. Saksi mengetahui informasi ini dari pengawas perkebunan meskipun tidak pernah melihat surat hibahnya. Saksi pernah disuruh oleh Karim Sembiring untuk mengelola lahan tersebut dari tahun 1970 hingga 1974, di mana ia menanam rambung. Namun, pengurus perkebunan China Kasih menasihati Saksi untuk tidak mengerjakan tanah itu karena merupakan milik Husin Rawi. Setelah berhenti bekerja dengan Karim Sembiring, posisi Saksi digantikan oleh Samin, anggota Karim Sembiring. Kini, Tergugat (anak kandung Samin) yang mengelola tanah tersebut. Tergugat bukan pemilik tanah obyek perkara; ia hanya pekerja yang mengelola tanah tersebut atas perintah keluarga Karim Sembiring.
● Keterangan Saksi 2 Penggugat. Saksi mengenal Penggugat dan Tergugat, tetapi tidak memiliki hubungan keluarga atau pekerjaan dengan mereka. Pada tahun 2021, Saksi disuruh oleh Penggugat untuk mengerjakan tanah seluas sekitar 28 hektar di Blok 9 China Kasih, Desa Silau Rakyat. Saksi mulai mengerjakan tanah tersebut pada 10 September 2022 bersama delapan orang lainnya, termasuk saksi Susman, dengan membersihkan dan menyiapkan tanah untuk ditanami ubi. Saksi memanen ubi dari tanah obyek perkara pada bulan Agustus 2023 dalam empat tahap. Namun, saat panen tahap kedua, Tergugat melarang dan keberatan terhadap panen tersebut, serta melaporkan Saksi dan Penggugat ke polisi dengan tuduhan pencurian ubi. Saksi dan pekerja lainnya diperiksa oleh polisi terkait dugaan pencurian ubi. Selama pemeriksaan, Saksi melihat barang bukti berupa ubi yang dipanen dari tanah obyek perkara dibawa oleh petugas ke kantor polisi. Tergugat pernah membawa dua anggota TNI ke lokasi untuk menakut-nakuti dan merusak pondok yang dibangun di atas tanah obyek perkara. Saksi mengetahui bahwa Penggugat memiliki alas hak kepemilikan atas tanah obyek perkara berupa lima surat segel yang pernah ditunjukkan kepada Saksi. Saksi telah mengenal Penggugat sejak tahun 1995 dan tinggal di Paya Lombang. Ia tidak mengenal Agus Salim.
● Keterangan saksi 3 Penggugat. Saksi mengenal Penggugat dan Tergugat, tetapi tidak memiliki hubungan keluarga atau pekerjaan dengan keduanya. Saat ini, Saksi menjabat sebagai Sekretaris Desa Silau Rakyat sejak Oktober 2017. Saksi mengetahui adanya sengketa tanah seluas sekitar 28 hektar di Dusun VIII Desa Silau Rakyat antara Penggugat dan Tergugat. Pada tahun 2020, Penggugat mengklaim sebagai pemilik tanah tersebut, di mana Saksi melihat adanya tanaman ubi di lokasi tersebut. Pada Juli hingga Agustus 2022, Penggugat meminta Kepala Desa untuk mengundang Tergugat untuk mediasi. Saksi membuat tiga surat undangan, tetapi
Tergugat dan ahli waris Karim Sembiring tidak pernah hadir, sementara Penggugat selalu hadir. Penggugat pernah menunjukkan kepada Saksi lima surat segel sebagai alas hak kepemilikan atas tanah tersebut saat menghadap Kepala Desa. Namun, Saksi tidak mengetahui asal usul dan riwayat kepemilikan tanah obyek perkara.
2. Alat Bukti Penggugat
● Fotokopi Surat Perjanjian Pelepasan Hak Atas Tanah dengan Cara Ganti Rugi atas sebidang tanah seluas lebih kurang 28 (dua puluh delapan) hektar yang terletak di Dusun VIII Desa Silau Rakyat, Kecamatan Sei Rampah, Kabpaten Serdang Bedagai, yang ditandatangani di Silau Rakyat tanggal 5 September 2021 oleh Agus Salim, S.H., M.H. sebagai pihak pertama dan Ir. T. Achmad Syafei sebagai pihak kedua, selanjutnya diberi tanda bukti P-1;
● Fotokopi Akta Surat Kuasa Nomor 49 tanggal 10 Juli 2018, yang dibuat oleh dan di hadapan Agustina Karnawati, S.H., notaris di Medan, selanjutnya diberi tanda bukti P-2;
● Fotokopi surat penjerahan sebidang tanah yang terletak di Kepenghuluan Silau Rakjat (bekas blok 9 China Kasih) seluas 4 (empat) ha kepada Hasnan, yang ditandatangani di Firdaus tanggal 2 Februari 1959 oleh T. Radjali Hafas selaku administrateur Kebun China Kasih, Ramlan Jatim selaku Penghulu China Kasih, Ilam selaku Penghulu Silau Rakjat, dan telah didaftarkan oleh Hoesin Rawi selaku Asisten Wedana Ketjamatan Sungai Rampah pada tanggal 2 Februari 1959 dengan nomor 24/1959, selanjutnya diberi tanda bukti P-3;
● Fotokopi surat penjerahan sebidang tanah yang terletak di Kepenghuluan Silau Rakjat (Ketjamatan Sungai Rampah) yaitu bekas blok 9 China Kasih seluas 2 (dua) ha kepada Hoesin, yang ditandatangani di Firdaus tanggal 2 Februari 1959 oleh T. Radjali Hafas selaku administrateur Kebun China Kasih, Ramlan Jatim selaku Penghulu China Kasih, Ilam selaku Penghulu Silau Rakjat,
dan telah didaftarkan oleh Hoesin Rawi selaku Asisten Wedana Ketjamatan Sungai Rampah pada tanggal 2 Februari 1959 dengan nomor 21/1959, selanjutnya diberi tanda bukti P-4;
● Fotokopi surat penjerahan sebidang tanah yang terletak di Kepenghuluan Silau Rakjat Ketjamatan Sungai Rampah (bekas blok 9 China Kasih) seluas 10 (sepuluh) ha kepada T. Arifin Idhomi, yang ditandatangani di Firdaus tanggal 2 Februari 1959 oleh T. Radjali Hafas selaku administrateur Kebun China Kasih, Ramlan Jatim selaku Penghulu China Kasih, Ilam selaku Penghulu Silau Rakjat, dan telah didaftarkan oleh Hoesin Rawi selaku Asisten Wedana Ketjamatan Sungai Rampah pada tanggal 2 Februari 1959 dengan nomor 27/1959, selanjutnya diberi tanda bukti P-5;
● Fotokopi surat penjerahan sebidang tanah yang terletak di Kepenghuluan Silau Rakjat (bekas blok 9) seluas 4 (empat) ha kepada Mardhiah, yang ditandatangani di Firdaus tanggal 2 Februari 1959 oleh T. Radjali Hafas selaku administrateur Kebun China Kasih, Ramlan Jatim selaku Penghulu China Kasih, Ilam selaku Penghulu Silau Rakjat, dan telah didaftarkan oleh Hoesin Rawi selaku Asisten Wedana Ketjamatan Sungai Rampah pada tanggal 2 Februari 1959 dengan nomor 23/1959, selanjutnya diberi tanda bukti P-6;
● Fotokopi surat penjerahan sebidang tanah yang terletak di Kepenghuluan Silau Rakjat Ketjamatan Sungai Rampah (bekas blok 9 China Kasih) seluas 8 (delapan) ha kepada Maimunah, yang ditandatangani di Firdaus tanggal 2 Februari 1959 oleh T. Radzally Hafas selaku administrateur Kebun China Kasih, Ramlan Yatim selaku Penghulu China Kasih, Ilam selaku Penghulu Silau Rakjat, dan telah didaftarkan oleh Hoesin Rawi selaku Asisten Wedana Ketjamatan Sungai Rampah pada tanggal 2 Februari 1959 dengan nomor 39/1959, selanjutnya diberi tanda bukti P-7;
● Fotokopi surat undangan Kepala Desa Silau Rakyat Nomor:
18.40.9/145/09/2022 tanggal 6 Januari 2022 kepada Ir. Tengku Ahmad Syafei, yang ditandatangani oleh Katimin selaku Kepala Desa Silau Rakyat, selanjutnya diberi tanda bukti P-8;
● Fotokopi surat undangan Kepala Desa Silau Rakyat Nomor:
18.40.9/145/28/2022 tanggal 10 Januari 2022 kepada Ir. Tengku Ahmad Syafei, yang ditandatangani oleh Katimin selaku Kepala Desa Silau Rakyat, selanjutnya diberi tanda bukti P-9;
● Fotokopi surat undangan Kepala Desa Silau Rakyat Nomor:
18.40.9/145/36/2022 tanggal 13 Januari 2022 kepada Ir. Tengku Ahmad Syafei, yang ditandatangani oleh Katimin selaku Kepala Desa Silau Rakyat, selanjutnya diberi tanda bukti P-10;
● Fotokopi printout foto kegiatan Penggugat menanam ubi dan mendirikan pondok di atas tanah obyek perkara, selanjutnya diberi tanda bukti P-11;
● Fotokopi printout foto pondok yang dibangun Penggugat di atas tanah obyek perkara yang telah dirusak, selanjutnya diberi tanda bukti P-12;
● Fotokopi Surat Permintaan Keterangan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Sumatera Utara Resor Serdang Bedagai Nomor B/2377/VIII/RES.1.8./2023 tanggal 29 Agustus 2023 kepada Ir. Tengku Achmad Syafei, yang ditandatangani oleh Iptu Edward Sidauruk, S.E., M.M. selaku penyidik, selanjutnya diberi tanda bukti P-13
3. Analisis Pembuktian Penggugat
● Penggugat telah mengajukan bukti tertulis berupa surat perjanjian dan dokumen lain yang mendukung klaim kepemilikannya atas tanah. Selain itu, Penggugat juga menghadirkan saksi-saksi yang
dapat memberikan keterangan mengenai penguasaan dan pengelolaan tanah tersebut.
a. P-1 : Dokumen perjanjian jual beli tanah antara Penggugat dan ahli waris Husein Rawi, menunjukkan adanya kesepakatan dan syarat sah dalam transaksi.
b. P-2 : Bukti pembayaran yang menunjukkan bahwa transaksi dilakukan secara tunai, memperkuat klaim bahwa jaminan hak telah terjadi.
c. P-3 : segel Surat atau sertifikat tanah yang menunjukkan bahwa tanah tersebut terdaftar atas nama Penggugat, memberikan bukti kepemilikan yang sah.
d. P-4 sampai P-7 : Dokumen pendukung lain yang menunjukkan riwayat kepemilikan tanah, termasuk bukti bahwa tanah tersebut tidak dalam perjanjian dan telah dikuasai oleh Penggugat.
e. P-8 : Dokumen yang menunjukkan izin atau keterangan dari pihak yang berwenang mengenai status tanah.
f. P-9 : Bukti lain yang menunjukkan bahwa Penggugat telah mengelola tanah tersebut secara aktif.
g. P-10 : Fotokopi dokumen yang menunjukkan penguasaan fisik atas tanah.
h. P-11 dan P-12 : Cetakan foto yang menunjukkan kondisi tanah dan aktivitas yang dilakukan oleh Penggugat di tanah tersebut.
i. P-13 : fotokopi Surat Permintaan Keterangan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Sumatera Utara Resor Serdang Bedagai Permintaan keterangan ini menunjukkan bahwa ada penyelidikan atau klarifikasi yang sedang dilakukan terkait dengan kasus yang melibatkan tanah obyek perkara.
● Keterangan Saksi Penggugat
a. Saksi Susman : Saksi Susman memberikan keterangan bahwa ia mengetahui transaksi jual beli tanah dan melihat tanah tersebut dikuasai oleh Penggugat. Ia juga menyatakan bahwa tanah tersebut ditanami sawit dan ubi, yang menunjukkan bahwa Penggugat secara aktif mengelola tanah. Keterangan Susman sangat relevan karena memberikan bukti langsung mengenai penguasaan dan penggunaan tanah oleh Penggugat.
b. Saksi Lain : Penggugat juga mengajukan Saksi-saksi lain yang memberikan keterangan yang konsisten mengenai kondisi tanah dan penguasaan oleh Penggugat. Keterangan mereka mendukung klaim bahwa Penggugat adalah pemilik yang sah atas tanah tersebut.
- Pembuktian Tergugat
1. Keterangan Saksi Tergugat
● Saksi 1 Tergugat. Saksi tidak mengenal Penggugat dan tidak memiliki hubungan apapun dengannya, tetapi mengenal Tergugat.
Saksi bekerja sebagai mandor di ladang milik Iskandar Siregar di Kecamatan Sei Rampah sejak tahun 1988. Ia mengetahui bahwa tanah obyek perkara adalah milik Karim Sembiring, yang saat ini dikelola oleh Tergugat, Suprianto. Meskipun saksi tinggal di sekitar tanah tersebut sejak kecil, ia tidak pernah melihat bukti kepemilikan atas tanah itu.Saksi juga menyebutkan bahwa ayahnya pernah bekerja sebagai penjaga keamanan di tanah tersebut pada tahun 1970-an, dan ada saksi lain bernama Susman yang pernah mengelola tanah itu. Karim Sembiring sudah meninggal, dan salah satu ahli warisnya adalah Karmal Fauza Sembiring, namun saksi tidak tahu siapa dari ahli waris yang menyuruh Tergugat untuk mengelola tanah.Saat ini, Tergugat menanam ubi dan kelapa sawit di tanah obyek perkara. Saksi mengingat bahwa Tergugat adalah anak dari Samin, yang juga pernah bekerja di tanah tersebut. Ada batas patok yang dibuat oleh Samin antara tanah obyek perkara dan tanah milik
Iskandar Siregar.Tanah obyek perkara terletak di Kecamatan Dolok Masihul dan berbatasan dengan Kecamatan Sei Rampah. Saksi mendengar keributan mengenai tanah ini pada tahun 2023 dan tidak mengetahui apakah tanah tersebut sebelumnya diberikan oleh perkebunan kepada masyarakat.Kesaksian ini memberikan gambaran penting tentang hubungan antara para pihak dan situasi seputar kepemilikan tanah yang sedang disengketakan.
● Keterangan Saksi 2 Tergugat. Saksi tidak mengenal Penggugat dan tidak memiliki hubungan apapun dengannya, tetapi mengenal Tergugat, Suprianto, yang mengelola tanah milik Karim Sembiring.
Saksi memiliki tanah ladang di Dusun VI, Desa Blok 10, Kecamatan Dolok Masihul, yang berbatasan dengan tanah obyek perkara. Ia menyatakan bahwa tanah tersebut diwarisi dari orang tuanya sebelum Karim Sembiring memilikinya.Saat ini, tanah obyek perkara ditanami ubi dan kelapa sawit yang dikelola oleh Tergugat, dan ubi tersebut telah dipanen pada tahun 2023. Saksi mencatat bahwa terdapat patok beton yang dibuat oleh Karim Sembiring di lokasi tersebut sejak ia mulai mengerjakan tanahnya pada tahun 2019. Meskipun saksi tidak mengetahui riwayat lengkap tanah obyek perkara, ia pernah mendengar keributan mengenai tanah tersebut pada tahun 2023 dan tidak mengetahui siapa ahli waris Karim Sembiring.Kesaksian ini memberikan informasi penting tentang kepemilikan dan pengelolaan tanah serta hubungan antara para pihak dalam sengketa, yang dapat menjadi bukti dalam proses hukum yang sedang berlangsung.
● Keterangan saksi 3 Tergugat. Saksi tidak mengenal Penggugat dan tidak memiliki hubungan apapun dengannya, tetapi mengenal Tergugat, yang telah bekerja bersama saksi sejak tahun 2011 untuk mengelola tanah obyek perkara milik ahli waris Karim Sembiring seluas sekitar 28 hektar (20 hektar di Kecamatan Sei Rampah dan 8 hektar di Dusun VI, Desa Blok 10, Kecamatan Dolok Masihul).Saksi
dan enam pekerja lainnya dipekerjakan oleh Tergugat, yang menerima upah dari ahli waris. Mereka melakukan berbagai pekerjaan pertanian, termasuk menanam ubi dan kelapa sawit. Sejak mulai menanam ubi pada tahun 2019, tidak ada keberatan dari pihak manapun terhadap aktivitas mereka.Namun, pada tahun 2023, sekitar 20 orang suruhan Penggugat mencabuti ubi yang ditanam oleh saksi dan Tergugat, yang kemudian melaporkan kejadian ini ke polisi. Polisi membawa barang bukti berupa ubi yang sudah dipanen.Saksi juga menyebutkan adanya patok beton di tanah obyek perkara yang dibuat oleh Samin (orangtua Tergugat) atas perintah Karim Sembiring sejak tahun 2011. Di sekitar tanah obyek terdapat perkebunan China Kasih, tetapi tidak berbatasan langsung dengan tanah yang dikelola masyarakat.Saksi tinggal di Dusun VIII Desa Silau Rakyat dan tidak mengenal beberapa nama lain yang disebutkan. Ia juga tidak mengetahui apakah tanah obyek perkara dulunya diberikan oleh perkebunan kepada masyarakat.
● Keterangan saksi 4 Tergugat. Saksi tidak mengenal Penggugat dan tidak memiliki hubungan apapun dengannya, tetapi mengenal Tergugat, Suprianto, yang mengelola tanah milik ahli waris Karim Sembiring. Saksi pernah menjabat sebagai Kepala Dusun VI Desa Blok 10 dari tahun 2018 hingga 2023.Pada tahun 2022, terjadi konflik antara Penggugat dan Tergugat terkait tanah seluas 8 hektar di Dusun VI. Tergugat melapor kepada Kepala Desa mengenai pencabutan ubi oleh anggota Penggugat. Dalam mediasi yang dihadiri oleh Tergugat, Saksi, Kepala Desa Sukardi, dan pihak kepolisian, Tergugat mampu menunjukkan batas tanah obyek perkara, sementara Penggugat tidak.Tanah obyek perkara merupakan milik Karim Sembiring, dengan batasan yang jelas: di timur berbatasan dengan Abdullah Husen dan di barat dengan jalan batas Kecamatan Sei Rampah. Surat pajak atas tanah tersebut tercatat atas nama seorang perempuan dengan marga Sembiring.
Saat ini, ubi dan sawit ditanam di tanah tersebut oleh ahli waris melalui Suprianto (Tergugat), yang melanjutkan pengelolaan tanah dari orangtuanya, Samin.Saksi juga menegaskan bahwa tidak ada tanah perkebunan China Kasih yang berbatasan dengan tanah obyek perkara. Pada tahun 2022, Kepala Desa dan pihak kepolisian melakukan pemeriksaan batas tanah di lokasi tersebut.
● Keterangan saksi 5 Tergugat. Saksi tidak mengenal Penggugat dan tidak memiliki hubungan apapun dengan Penggugat, tetapi mengenal Tergugat, Suprianto. Saksi menjabat sebagai Kepala Dusun VI Desa Blok 10, Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai sejak tahun 2023.Saksi mengetahui adanya permasalahan antara Penggugat dan Tergugat terkait tanah obyek perkara seluas 8 hektar di Dusun VI. Menurut Saksi, tanah tersebut adalah milik almarhum Karim Sembiring dan saat ini dikuasai serta dikerjakan oleh Tergugat.Saksi juga pernah melihat surat pemberitahuan pajak terutang pajak bumi dan bangunan atas nama Karim Sembiring terkait tanah obyek perkara. Ia menyebutkan bahwa pernah terjadi pemekaran Kecamatan Sei Rampah dan Kecamatan Dolok Masihul, tetapi tidak mengetahui apakah ada perubahan batas wilayah akibat pemekaran tersebut. Batas antara kedua kecamatan tersebut berupa jalan.
2. Alat Bukti Tergugat
● Fotokopi Kartu Tanda Penduduk atas nama Suprianto dengan NIK 1218042912800006 tanggal 4 Agustus 2020, selanjutnya diberi tanda bukti T-1;
● Fotokopi Surat Kuasa dan Kerja antara Karmal Fauza Sembiring dengan Suprianto, yang ditandatangani di Jakarta tanggal 28 September 2010 oleh Karmal Fauza Sembiring selaku yang memberi kuasa, selanjutnya diberi tanda bukti T-2;
● Fotokopi surat perihal pencabutan dan kerusakan tanaman di atas tanah milik Ir. Tengku Achmad Syafei yang terletak di Dusun Blok
IX Desa Silau Rakyat, yang ditujukan kepada Kepala Desa Silau Rakyat dan ditandatangani di Firdaus tanggal 27 Desember 2021 oleh Ir. Tengku Achmad Syafei, selanjutnya diberi tanda bukti T-3;
● Fotokopi surat undangan Kepala Desa Silau Rakyat Nomor:
18.40.9/145/09.1/2022 tanggal 6 Januari 2022 kepada keluarga/ahli waris alm. Karim Sembiring, yang ditandatangani oleh Katimin selaku Kepala Desa Silau Rakyat, selanjutnya diberi tanda bukti T- 4a;
● Fotokopi surat undangan Kepala Desa Silau Rakyat Nomor:
18.40.9/145/09.3/2022 tanggal 6 Januari 2022 kepada Suprianto, yang ditandatangani oleh Katimin selaku Kepala Desa Silau Rakyat, selanjutnya diberi tanda bukti T-4b;
● Fotokopi surat undangan Kepala Desa Silau Rakyat Nomor:40.9/145/28/2022 tanggal 10 Januari 2022 kepada keluarga/ahli waris alm. Karim Sembiring, yang ditandatangani oleh Katimin selaku Kepala Desa Silau Rakyat, selanjutnya diberi tanda bukti T-4c;
● Fotokopi surat undangan Kepala Desa Silau Rakyat Nomor:
18.40.9/145/28/2022 tanggal 10 Januari 2022 kepada Suprianto, yang ditandatangani oleh Katimin selaku Kepala Desa Silau Rakyat, selanjutnya diberi tanda bukti T-4d;
● Fotokopi surat undangan Kepala Desa Silau Rakyat Nomor: 40.9/145/36/2022 tanggal 13 Januari 2022 kepada keluarga/ahli waris alm. Karim Sembiring, yang ditandatangani oleh Katimin selaku Kepala Desa Silau Rakyat, selanjutnya diberi tanda bukti T-4e;
● Fotokopi surat undangan Kepala Desa Silau Rakyat Nomor:
18.40.9/145/36/2022 tanggal 13 Januari 2022 kepada Suprianto, yang ditandatangani oleh Katimin selaku Kepala Desa Silau Rakyat, selanjutnya diberi tanda bukti T-4f;
● Fotokopi surat undangan Kepala Desa Silau Rakyat Nomor:
18.40.9/145/265/2022 tanggal 21 Februari 2022 kepada keluarga alm. Karim Sembiring, yang ditandatangani oleh Katimin selaku Kepala Desa Silau Rakyat, selanjutnya diberi tanda bukti T-4g;
● Fotokopi surat undangan Kepala Desa Silau Rakyat Nomor: 40.9/145/221/2022 tanggal 24 Juni 2022 kepada ahli waris alm. Karim Sembiring, Ir. Tengku Achmad Syafei, Suprianto, Sapari, Kepala Dusun VIII Silau Rakyat, yang ditandatangani oleh Katimin selaku Kepala Desa Silau Rakyat, selanjutnya diberi tanda bukti T-4h;
● Fotokopi surat Penggugat kepada Suprianto dan Sapari, yang ditandatangani di Sei Rampah tanggal 29 Juli 2022 oleh Ir. T.
Achmad Syafei, selanjutnya diberi tanda bukti T-5;
● Fotokopi Surat Tanda Penerimaan Laporan Nomor:
STTLP/298/IX/2022/SPKT/POLRES SERGAI/POLDA SUMUT atas nama pelapor Sidia Br. Sembiring dan terlapor Tengku Achmad Syafei, yang ditandatangani di Sei Rampah tanggal 14 September 2022 oleh Banit-1-SPKT Bripka Mittun Panjaitan selaku yang menerima laporan, selanjutnya diberi tanda bukti T.6a;
● Fotokopi surat pernyataan yang ditandatangani di Firdaus tanggal 20 Oktober 2022 oleh Ir. T. Achmad Syafei, selanjutnya diberi tanda bukti T.6b;
● Fotokopi surat kuasa antara Karmal Fauza Sembiring dengan Suprianto, yang ditandatangani oleh Karmal Fauza Sembiring selaku yang memberi kuasa, selanjutnya diberi tanda bukti T.7a;
● Fotokopi Surat Tanda Penerimaan Laporan Nomor:
STTLP/294/VIII/2023/SPKT/POLRES SERGAI/POLDA SUMUT atas nama pelapor Suprianto dan terlapor Sukardi W., dkk, yang ditandatangani di Sei Rampah tanggal 26 Agustus 2023 oleh Banit 2 SPKT Bripka Ahmad Sofiyan selaku yang menerima laporan, selanjutnya diberi tanda bukti T.7b;
● Fotokopi Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penelitian Laporan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Sumatera Utara Resor Serdang Bedagai Nomor B/294/VIII/RES.1.8./2023 tanggal 28 Agustus 2023 kepada Suprianto, yang ditandatangani oleh Iptu Edward Sidauruk, S.E., M.M. selaku penyidik, selanjutnya diberi tanda bukti T-7c;
3. Analisis Pembuktian Tergugat
● Keterangan Saksi Tergugat
Saksi-Saksi Tergugat : Tergugat mengajukan lima orang saksi untuk memberikan keterangan yang mendukung klaim mereka. Namun, banyak dari Saksi ini tidak memiliki hubungan langsung dengan Penggugat atau transaksi yang terjadi. Keterangan yang Diberikan : a. Beberapa Saksi menyatakan bahwa mereka tidak mengenal Penggugat dan tidak memiliki hubungan keluarga atau pekerjaan dengan Penggugat.
b. Keterangan mereka cenderung bersifat umum dan tidak memberikan bukti konkrit mengenai kepemilikan tanah oleh Tergugat.
c. Keterangan yang diberikan lebih terfokus pada penguasaan tanah oleh Tergugat, namun tidak didukung oleh bukti yang kuat.
● Tergugat, di sisi lain, juga mengajukan bukti untuk mendukung argumennya bahwa ia bertindak atas nama Karmal Fauza Sembiring dan bahwa tanah tersebut adalah milik Karmal Fauza Sembiring.
a. Bukti T-1: Tergugat mengajukan fotokopi KTP atas nama Suprianto dengan NIK 1218042912800006. Meskipun KTP dapat menunjukkan identitas Tergugat, dokumen ini tidak memberikan bukti kepemilikan atau hak atas tanah yang disengketakan. KTP hanya berfungsi sebagai identifikasi dan tidak relevan dalam konteks pembuktian kepemilikan tanah.
b. Bukti T-2 : Tergugat mengajukan Fotokopi Surat Kuasa dan Kerja antara Karmal Fauza Sembiring dengan tergugat menunjukkan bahwa Tergugat tidak memiliki hak kepemilikan atas tanah obyek perkara, melainkan bertindak sebagai pekerja dari ahli waris almarhum Karim Sembiring. Ini penting untuk membedakan antara posisi hukum Tergugat dan Penggugat dalam sengketa ini.
c. Bukti T-7A dan T-7c : T-7a dan T-7c adalah dokumen yang diajukan oleh Tergugat yang berhubungan dengan keterangan Saksi-saksi, termasuk laporan kepada kepolisian mengenai dugaan pencurian oleh Penggugat. Meskipun dokumen ini menunjukkan adanya laporan polisi, mereka tidak membuktikan kepemilikan tanah oleh Tergugat. Laporan polisi lebih berkaitan dengan tindakan hukum yang diambil oleh Tergugat terhadap Penggugat, bukan bukti hak atas tanah.
- Pemeriksaan Setempat
Majelis Hakim melakukan pemeriksaan setempat untuk menilai kondisi fisik tanah dan batas-batasnya. Hasil pemeriksaan ini menjadi bukti penting dalam menentukan siapa yang memiliki hak atas tanah tersebut.
- Kekuatan Pembuktian
Dalam hukum perdata, beban pembuktian terletak pada pihak yang mengajukan klaim. Dalam hal ini, Penggugat harus membuktikan bahwa ia adalah pemilik sah tanah tersebut, sementara Tergugat harus membuktikan bahwa ia memiliki hak untuk menguasai tanah atas nama Karmal Fauza Sembiring.
Penggugat telah berhasil menunjukkan bukti yang cukup untuk mendukung klaimnya, sedangkan Tergugat tidak dapat membuktikan secara memadai bahwa ia memiliki hak atas tanah tersebut.
- Analisis Hukum
● Kepemilikan Tanah
Berdasarkan Pasal 1866 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), kepemilikan dapat dibuktikan dengan surat-surat yang sah. Penggugat yang memiliki dokumen yang menunjukkan kepemilikan berhak atas tanah tersebut.8 Tergugat yang mengklaim sebagai pekerja tidak memiliki hak atas tanah tanpa adanya bukti yang jelas mengenai kuasa dari pemilik yang sah.
● Perbuatan Melawan Hukum
Tergugat dapat dianggap melakukan perbuatan melawan hukum jika terbukti menguasai tanah tanpa hak. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 1365 KUHPerdata yang menyatakan bahwa setiap perbuatan yang melanggar hukum dapat menimbulkan kewajiban untuk mengganti kerugian.9 Berdasarkan analisis di atas, bukti T-2 dihubungkan dengan bukti T-7a dihubungkan dengan keterangan saksi-saksi, diketahui bahwa Tergugat adalah pekerja dari ahli waris almarhum Karim Sembiring dan dari fakta Hukum yang terjadi di Persidangan bahwa walaupun Tergugat dalam perkara a quo hanya berkedudukan sebagai pekerja dari keluarga ahli waris almarhum Karim Sembiring yang menerima kuasa dan perintah kerja dari ahli waris Karim Sembiring, namun secara nyata Tergugat selaku pribadi telah melakukan perbuatan melawan hukum atas tanah obyek perkara, di mana Tergugat pribadi yang menguasai tanah obyek perkara, dan Tergugat pribadi pula yang kemudian melaporkan Penggugat ke pihak kepolisian sebagaimana bukti P-13 yang bersesuaian dengan bukti T-7b dan bukti T-7c dihubungkan dengan keterangan saksi- saksi Dapat disimpulkan bahwa Penggugat memiliki bukti yang lebih kuat untuk mendukung klaim kepemilikannya atas tanah yang menjadi objek sengketa. Tergugat tidak dapat membuktikan haknya atas tanah tersebut, dan klaimnya yang mengatasnamakan Karmal Fauza Sembiring
8 Ginting, N. M., Suryandono, W., & Putra, M. F. M. (2019). Peralihan Hak Atas Tanah
Berdasarkan Perjanjian Jual Beli Dan Perjanjian Hibah Yang Dilakukan Di Bawah Tangan (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 132/Pdt. G/2017/Pn. Bit). Indonesian Notary, 1(002).
9 Malau, M., Rahmatiar, Y., & Abas, M. (2023). Perbuatan Melawan Hukum Atas Penyerobotan Tanah Milik Orang Lain Dihubungkan Dengan Pasal 1365 KUH Perdata. Binamulia Hukum, 12(2), 299-307.
tidak memiliki dasar hukum yang kuat. Oleh karena itu, Majelis Hakim seharusnya memutuskan untuk mengabulkan gugatan Penggugat dan menyatakan bahwa Penggugat adalah pemilik sah atas tanah tersebut.
f) Analisis dan tanggapan terhadap Kesimpulan dalam Perkara Perdata Nomor : 33/Pdt.G/2023/PN.Srh
Setelah persidangan menyelesaikan pembuktian para pihak, maka persidangan akan memasuki acara Kesimpulan. Kesimpulan atau konklusi perkara perdata, Di dalam kasus perdata, setelah adanya surat gugatan, eksepsi, replik dan duplik di persidangan terakhir menjelang putusan dijatuhkan masing-masing pihak baik tergugat maupun penggugat membuat surat kesimpulan dalam kasus perdata tersebut yang berisi tentang kesimpulan dari proses persidangan yang dijalankan.
Kesimpulan oleh tergugat maupun penggugat.
Pengajuan kesimpulan oleh para pilah setelah selesai acara pembuktian tidak diatur dalam HIR maupun dalam Rbg, akan tetapi mengajukan kesimpulan ini timbul dalam praktek persidangan. Dengan demikian sebenarnya ada pihak yang tidak mengajukan kesimpulan tidak apa-apa. Bahkan kadang-kadang para pihak menyatakan secara tegas tidak akan mengajukan kesimpulan akan tetapi mohon kebijaksanaan hakim untuk memutus dengan seadil-adilnya.
Kesimpulan perkara perdata dibuat oleh kedua belah pihak yang masing-masing akan menjelaskan kesimpulan dengan bahasa dan versi mereka baik penggugat maupun tergugat. Kesimpulan ini biasanya dibuat oleh pengacara/advokat yang sudah mendapatkan kuasa dari orang yang berperkara serta sebagai pendamping atau mewakili dalam persidangan
Walaupun tidak wajib, namun kesempatan pengajuan kesimpulan ini sangat perlu dilaksanakan oleh kuasa hukum para pihak, karena melalui kesimpulan itulah seorang kuasa hukum akan menganalisis dalil-dalil gugatannya atau dalil-dalil jawabannya melalui pembuktian yang
didapatkan selama persidangan. Dari analisis yang dilakukan itu akan mendapatkan suatu kesimpulan apakah dalil gugatan terbukti atau tidak, dan kuasa penggugat memohon kepada Majelis Hakim agar gugatan dikabulkan. Sebaliknya kuasa tergugat memohon kepada Majes Hakim agar gugatan penggugat ditolak.
Bagi Majelis Hakim yang akan memutuskan perkara, kesimpulan ini sangat menolong sekali dalam merumuskan pertimbangan hukumnya.
Majelis Hakim akan menilai analisis hukum kesimpulan yang dibuat kuasa hukum para pihak dan akan dijadikan bahan pertimbangan dalam dalam putusan bilamana analisis tersebut cukup rasional dan beralasan hukum. Bahkan penemuan hukum oleh Hakim dalam putusannya berawal dari kesimpulan yang dibuat oleh kuasa hukum.
- Penolakan Eksepsi Tergugat
Majelis Hakim menolak eksepsi yang diajukan oleh Tergugat yang menyatakan bahwa gugatan Penggugat tidak jelas (obscuur libel). Eksepsi Obscuur Libel adalah eksepsi gugatan yang diajukan tidak jelas permasalahannya (kabur). Dalam 125 ayat 1 HIR dan pasal 149 ayat 1 RBg dikemukakan bahwa gugatan yang kabur adalah gugatan yang melawan hak dan tidak beralasan;
a. Dasar hukum gugatan tidak jelas;
b. Dasar peristiwa atau fakta gugatan tidak jelas;
c. Objek sengketa tidak jelas;
d. Kerugian tidak dirinci;
e. Petitum gugatan tidak jelas;
f. Posita dan petitum saling bertentangan.
Dalam putusan ini, eksepsi tergugat tentang gugatan Obscuur Libel ditolak oleh majelis hakim karena :
a. Majelis Hakim berpendapat bahwa surat gugatan Penggugat telah menguraikan dengan jelas mengenai identitas para pihak
b. Surat gugatan Penggugat telah memuat dalil/posita
c. Surat gugatan Penggugat telah memuat petitum gugatan, yang mana pada pokoknya surat gugatan Penggugat adalah berkaitan dengan perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Tergugat karena Tergugat telah menguasai dan menanami tanah seluas lebih kurang 28 (dua puluh delapan) hektar yang terletak di Dusun VIII Desa Silau Rakyat, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai di mana menurut Penggugat tanah objek perkara tersebut adalah milik Penggugat yang diperoleh dengan cara jual-beli dengan ganti rugi pada tanggal 5 September 2021, selain itu menurut Penggugat Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum karena Tergugat melaporkan Penggugat ke pihak kepolisian sehingga pihak kepolisian melarang Penggugat untuk memanen ubi di atas tanah objek perkara dan menyebabkan Penggugat menderita kerugian.
d. Penggugat telah menguraikan mengenai letak, luas dan batas-batas obyek perkara
- Eksepsi mengenai gugatan Penggugat error in persona
Error in persona merupakan salah satu bentuk eksepsi yang dapat diajukan oleh Tergugat terhadap gugatan Penggugat. M. Yahya Harahap berpendapat bahwa Tergugat dapat mengajukan eksepsi tersebut apabila gugatan mengandung cacat error in persona yang disebut juga exceptio in persona, salah satunya dikarenakan yang sah bertindak sebagai Penggugat ataupun Tergugat adalah pihak yang langsung terlibat dalam perjanjian. Apabila ada pihak luar atau pihak ketiga yang dijadikan sebagai pihak Tergugat, akan berakibat salah sasaran atau keliru orang yang digugat.10 Artinya, eksepsi salah satu contoh bentuk error in persona adalah eksepsi yang diajukan oleh Tergugat atau kuasanya karena pihak yang ditarik sebagai Tergugat keliru
10 M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata: Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan,
Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hlm 119
dan tidak tepat.
Majelis hakim berpendapat bahwa dengan adanya Asas Legitima Persona standi in judicio maka setiap orang dapat menjadi salah satu pihak dalam peradilan perdata asalkan memiliki kepentingan yang cukup.11 Berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata maka perbuatan tergugat adalah benar merupakan Perbuatan Melawan hukum. Pasal 118 HIR (Herziene Inlandsch Reglement) menyatakan bahwa gugatan harus jelas dan tegas. Dalam hal ini, Penggugat telah menyampaikan dalilnya dengan cukup jelas, sehingga eksepsi Tergugat tidak dapat diterima.
- Pembuktian Kepemilikan Tanah
Dalam putusan tersebut, berkenaan dengan kesimpulan majelis hakim tentang kepemilikan hak atas tanah sebagai berikut :
a. Tanah obyek perkara adalah tanah milik Penggugat yang diperoleh dengan cara jual beli dengan cara ganti rugi dengan ahli waris Husein Rawi yang dikuasakan kepada Agus Salim sesuai dengan bukti P-1 berupa Surat Perjanjian Pelepasan Hak Atas Tanah dengan Cara Ganti Rugi atas sebidang tanah seluas lebih kurang 28 (dua puluh delapan) hektar yang terletak di Dusun VIII Desa Silau Rakyat, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai, yang ditandatangani di Silau Rakyat tanggal 5 September 2021 oleh Agus Salim, S.H., M.H. sebagai pihak pertama dan Ir. T. Achmad Syafei sebagai pihak kedua;
b. Surat Perjanjian Pelepasan Hak Atas Tanah dengan Cara Ganti Rugi atas sebidang tanah seluas lebih kurang 28 (dua puluh delapan) hektar yang terletak di Dusun VIII Desa Silau Rakyat, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai, yang ditandatangani di Silau
11 D. D. Hutapea, (2014). Persona Standi In Judicio Dalam Gugatan Pembatalan Hak Cipta Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Dan Rancangan Undang-Undang Hak Cipta Tahun 2011. Verstek, 2(3).
Rakyat tanggal 5 September 2021 adalah perjanjian yang sah dan memenuhi semua syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;
c. Di persidangan Tergugat tidak ada mengajukan bukti surat yang dapat menunjukkan kepemilikan atau alas hak Tergugat atas tanah obyek perkara.
Penggugat berhasil membuktikan kepemilikan sah atas tanah yang disengketakan melalui dokumen perjanjian yang sah. Hal ini menunjukkan bahwa Pengadilan mengakui pentingnya bukti tertulis dalam menentukan kepemilikan lahan yang terletak di Blok IX Dusun VIII Desa Silau Rakyat, sedangkan Tergugat tidak pernah menyampaikan bukti-bukti surat apapun terkait klaim Tergugat terhadap lahan di Blok IX Dusun VIII Desa Silau Rakyat. Maka, berdasarkan Pasal 1866 KUHPerdata menyatakan bahwa bukti tertulis adalah alat bukti yang paling kuat dalam hukum perdata.12 Penggugat telah menyajikan Surat Perjanjian Pelepasan Hak Atas Tanah yang sah, yang menjadi dasar hukum kepemilikannya.
- Perbuatan Melawan hukum
Perbuatan Melawan Hukum adalah suatu perbuatan yang melanggar hak subyektif orang lain atau yang bertentangan dengan kewajiban hukum dari si pembuat sendiri dan sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Pasal 1365 KUH Perdata telah mengatur mengenai unsur-unsur dari perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad) yang bersifat kumulatif, yaitu:
a. Adanya suatu perbuatan melawan hukum
Bahwa setelah tahun 1919 dan perkembangan praktik peradilan, perbuatan melawan hukum bermakna berbuat atau tidak berbuat dengan 12 Septianingsih, K. A., Budiartha, I. N. P., & Dewi, A. A. S. L. (2020). Kekuatan Alat Bukti Akta Otentik Dalam Pembuktian Perkara Perdata. Jurnal Analogi Hukum, 2(3), 336-340.