• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH KOMPETENSI BUDAYA PERAWAT

N/A
N/A
soki leonardi

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH KOMPETENSI BUDAYA PERAWAT"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

KOMPETENSI BUDAYA YANG HARUS DI MILIKI OLEH PERAWAT

Dosen Pengampu : Teresa, S.kp. Kep

Disusun oleh : Kelompok 15

1. Siti Puada Turkamila : 2211101029 2. Supira Angelina : 2211101030

UNIVERSITAS CENDEKIA ABDITAMA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

Jl. Islamic Raya, Klp. Dua, Kec. Klp. Dua, Kabupaten Tangerang, Banten Tahun Ajaran

(2)

2023

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai “Kompetensi Budaya Yang Harus Dimiliki Perawat ” ini dengan lancar. Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen matakuliah Farmakologi serta agar menambah ilmu pengetahuan tentang obat Analgesik-Antipiretik dan Obat Antipiretik.

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang kami peroleh dari buku panduan, serta informasi dari media massa yang berhubungan dengan “Kompetensi Budaya Yang Harus Dimiliki Perawat”.

Kami harap makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Tangerang, Maret 2023

Penulis

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan masalah ... 1 BAB II PEMBAHASAN

A. Kompetensi Perawat... 2 B. Keperawatan transkultural ... 6 C. Tahap Pengembangan Budaya ... 9 BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ... 10 DAFTAR PUSTAKA

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang perawat adalah kompetensi kultural. Seorang perawat yang memiliki kompetensi kultural akan mempedulikan dan peka terhadap kebutuhan budaya pasien yang menerima asuhan keperawatan. Pada saat ini, kompetensi kul- tural perawat di Indonesia masih belum men- jadi perhatian, mayoritas perawat belum diper- siapkan kompetensi kulturalnya selama proses pendidikan. Kurangnya kompetensi kultural pe- rawat dapat berakibat pada banyaknya masalah dalam berinteraksi antara pasien dan perawat

Berdasarkan hasil observasi peneliti selama penelitian yang dilakukan pada 2012–2013, perawat yang belum memiliki kompetensi kul- tural banyak menghadapi masalah dalam ber- interaksi dengan pasien. Banyak keluhan yang muncul sebagai akibat kurangnya kepedulian dan kepekaan perawat terhadap keragaman ke- butuhan dan kebudayaan pasien yang dirawat. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Zander (2007) bahwa respon perawat dalam berinterak- si dengan pasien seperti marah ketika tidak mampu berkomunikasi, mengkritik secara ter- buka, atau tidak berminat berinteraksi dengan pasien menunjukkan perawat kurang memiliki kompetensi kultural. Selain itu, perawat yang kurang memiliki kompetensi kultural akan mu- dah merasa frustrasi dan tidak nyaman dalam berinteraksi. Mereka tidak dapat dengan leluasa berkomunikasi dengan pasien sesuai dengan tuntutan profesi keperawatan karena mereka kurang memahami nilai, keyakinan dan ke- biasaan dari budaya pasien yang mereka hadapi setiap hari.

B. Rumusan masalah

1. apa yang dimaksud dengan Kompetensi Perawat

2. bagaimana tentang Kompetensi Budaya Yang Harus Dimiliki Perawat 3. memahami dan mengetahui tentang Kompetensi Budaya Yang Harus

Dimiliki Perawat

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. Kompetensi Perawat

1. Perawat Mampu Melakukan Praktik Keperawatan Berdasarkan Etik, Legal, dan Peka Budaya

Kompetensi Perawat Indonesia yang pertama adalah kemampuan untuk berpraktik berdasarkan etik, legal, dan peka budaya.

Berikut adalah penjabaran kompetensi tersebut:

Praktik Keperawatan Berdasarkan Etik

1. Lulusan Perawat mampu memahami konsep etik, norma, agama, budaya, hak asasi manusia dalam Pelayanan Keperawatan.

2. Lulusan Perawat mampu menghargai perbedaan latar belakang agama, budaya, dan sosial antara Klien dengan Perawat.

3. Lulusan Perawat mampu memprioritaskan kepentingan Klien dalam pemberian Pelayanan Keperawatan

4. Lulusan Perawat mampu menjaga hak privasi Klien

5. Lulusan Perawat mampu menjaga rahasia Klien yang diperoleh karena hubungan terapeutik.

6. Lulusan Perawat mampu menjaga kesehatan diri Perawat sehingga tidak berdampak kepada Klien.

7. Lulusan Perawat mampu menghindari konflik kepentingan dengan Klien dalam memberikan pelayanan kesehatan.

8. Lulusan Perawat mampu menunjukkan sikap empati dan kepedulian (caring) dalam pemberian Pelayanan Keperawatan.

9. Lulusan Perawat mampu menjaga dan membangun hubungan profesional sesama Perawat dan dengan profesi lain untuk Pelayanan Keperawatan bermutu.

10. Lulusan Perawat mampu melindungi Klien dari pelayanan kesehatan yang tidak bermutu.

(7)

11. Lulusan Perawat mampu berpartisipasi aktif dalam pengembangan keprofesian untuk menjaga kualitas Pelayanan Keperawatan.

Praktik keperawatan berdasarkan legal

1. Lulusan Perawat mampu memahami ketentuan peraturan perundang- undangan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan dan Keperawatan.

2. Lulusan Perawat mampu melakukan Praktik Keperawatan profesional sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan dan Keperawatan.

3. Lulusan Perawat mampu menunjukkan sikap sadar hukum dalam pelayanan kesehatan dan Keperawatan.

Praktik keperawatan berdasarkan peka budaya

1. Lulusan Perawat mampu menggunakan pendekatan budaya untuk meningkatkan mutu pemberian Pelayanan Keperawatan.

2. Lulusan Perawat mampu mendorong kemandirian masyarakat dengan basis budaya setempat untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat.

2. Perawat Mampu Melakukan Praktik Keperawatan Secara Profesional Berdasarkan Keilmuan Keperawatan

Kompetensi Perawat Indonesia yang kedua adalah kemampuan untuk berpraktik secara professional berdasarkan keilmuan keperawatan.

Arti dari kompetensi ini adalah, Lulusan Perawat mampu menerapkan ilmu biomedik, ilmu humaniora, ilmu Keperawatan, dan ilmu kesehatan masyarakat yang terkini untuk mengelola masalah Keperawatan secara holistik, terpadu, dan kontinum meliputi:

1. Pelayanan promosi kesehatan untuk individu, keluarga, kelompok, komunitas, dan masyarakat

2. Pencegahan masalah kesehatan umum dan khusus untuk individu, keluarga, kelompok, komunitas, dan masyarakat

3. Perumusan Diagnosis Keperawatan dan analisis masalah Keperawatan sesuai dengan standar Praktik Keperawatan

(8)

4. Sebagai landasan untuk penyusunan rencana intervensi dan evaluasi hasil Asuhan Keperawatan;

5. Intervensi Keperawatan sesuai masalah dan Diagnosis Keperawatan pada seluruh tatanan pelayanan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan primer, sekunder, tersier, dan khusus

6. Pelayanan pemulihan kesehatan individu, keluarga, kelompok, komunitas, dan masyarakat untuk tercapainya derajat kesehatan yang lebih baik.

Selain itu, lulusan perawat juga mampu memahami standar mutu yang digunakan dalam Pelayanan Keperawatan untuk melindungi Klien dalam pemenuhan kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan, meliputi:

1. Rumusan masukan, proses, dan luaran dalam pemberian Pelayanan Keperawatan untuk individu, keluarga, kelompok, komunitas, dan masyarakat 2. Mampu beradaptasi dengan ketersediaan sumber daya tanpa

mengorbankan mutu Pelayanan Keperawatan untuk individu, keluarga, kelompok, komunitas, dan masyarakat.

3. Perawat Mampu Melakukan Praktik Kepemimpinan, Manajemen Asuhan Keperawatan, dan Manajemen Pelayanan Keperawatan

Kompetensi Perawat Indonesia yang ketiga adalah kemampuan untuk melakukan Praktik Kepemimpinan, Manajemen Asuhan Keperawatan, dan Manajemen Pelayanan Keperawatan.

Arti dari kompetensi ini adalah, Perawat mampu menerapkan konsep kepemimpinan dan manajemen dalam pengelolaan:

1. Asuhan Keperawatan individu, keluarga, kelompok, komunitas, dan masyarakat.

2. Program kesehatan komunitas untuk tujuan promosi dan pencegahan masalah kesehatan.

3. Fasilitas kesehatan untuk menunjang Pelayanan Keperawatan.

4. Sumber daya manusia, sarana dan prasarana, dan finansial untuk Pelayanan Keperawatan bermutu.

(9)

5. Penyelenggaran Pelayanan Keperawatan personal, kolaborasi, institusional yang efektif, efisien, akuntabel dan terjangkau.

6. Masalah-masalah kesehatan dan kebijakan Pemerintah dalam bidang kesehatan dan Keperawatan dengan perumusan masalah dan pemilihan prioritas intervensi yang efektif dan efisien.

4. Perawat Mampu Melakukan Praktik Pendidikan dalam Keperawatan dan Penelitian dalam bidang Keperawatan.

Kompetensi Perawat Indonesia yang keempat adalah kemampuan untuk melakukan Praktik Pendidikan dalam Keperawatan dan Penelitian dalam bidang Keperawatan.

Berikut adalah penjabaran kompetensi tersebut:

1. Lulusan Perawat mampu memahami peran dan fungsi pendidik klinik (Preceptor) dalam pendidikan Keperawatan.

2. Lulusan Perawat mampu memahami kebutuhan pendidikan dan keterampilan klinik dalam pendidikan Keperawatan.

3. Lulusan Perawat mampu merancang dan melaksanakan penelitian sederhana dalam bidang Keperawatan.

4. Lulusan Perawat mampu menerapkan hasil penelitian untuk meningkatkan mutu Asuhan Keperawatan.

5. Perawat Mampu Melakukan Pengembangan Kualitas Personal dan Profesional

Kompetensi Perawat Indonesia yang kelima dan terakhir adalah kemampuan untuk Melakukan Pengembangan Kualitas Personal dan Profesional.

Arti dari kompetensi ini adalah, Perawat mampu:

2. Menyadari kebutuhan untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi Keperawatan melalui program pengembangan keprofesian berkelanjutan.

(10)

3. Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang Keperawatan untuk menunjang mutu Pelayanan Keperawatan

Kompetensi budaya yang harus di miliki Perawat A. Keperawatan transkultural

“Seluruh perencanaan dan implementasi keperawatan dirancang sesuai latar belakang budaya sehingga budaya dipandang sebagai rencana hidup yang lebih baik setiap saat, pola rencana hidup yang dipilih biasanya sesuai dengan preferensi budaya pasien.”

Perawat harus memiliki kapabilitas untuk:

Negosiasi budaya

adalah intervensi dan implementasi keperawatan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatannya. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan status kesehatan.

Contoh: pasien yang sedang hamil mempunyai pantangan untuk makan makanan yang berbau amis seperti ikan, maka ia dapat mengganti ikan dengan sumber protein nabati yang lain

1. Care giver

Sebagai pelaku atau pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat memberikan pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada klien, menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi : melakukan pengkajian dalam upaya mengumpulkan data dan evaluasi yang benar, menegakkan diagnosis keperawatan berdasarkan hasil analisis data, merencanakan intervensi keperawatan sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul dan membuat langkah atau cara pemecahan masalah, melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ada, dan melakukan evaluasi berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukannya - melibatkan observasi budaya atau

(11)

observasi partisipasi di dalam memberikan pelayanan keperawatan

Dalam memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan, perawat memperhatikan individu sebagai makhluk yang holistik dan unik - memahami setiap budaya pasien berbeda dan unik.

2. Client advocate

Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antar klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan membantu klien memahami semua informasi dan upeya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional. PSelain itu, perawat juga harus dapat mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, antara lain :

Hak atas informasi ; pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit/ sarana pelayanan kesehatan tempat klien menjalani perawatan

Hak mendapat informasi yang meliputi antara lain; penyakit yang dideritanya, tindakan medic apa yang hendak dilakukan, alternatif lain beserta risikonya, dll.

Dalam memahami kebutuhan pasien, perawat mempertimbangkan latar belakang budaya untuk menggunakan pendekatan yang berbeda di masing- masing individu.

3. Counsellor

Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya. Adanya pula interaksi ini merupakan dasar dalam merencanakan metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya. Memberikan konseling/ bimbingan kepada klien, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan sesuai prioritas.

Konseling diberikan kepada individu/keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan penglaman yang lalu, pemecahan masalah difokuskan pada masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup kearah perilaku hidup sehat.

(12)

Perawat perlu melihat nilai-nilai budaya yang dianut tiap individu atau pasien, guna memberikan konseling/bimbingan yang paling menguntungkan namun sejalan dengan nilai budaya yang dianut

4. Educator

Sebagai pendidik klien perawat membantu klien meningkatkan kesehatannya malalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medic yang diterima sehingga klien/keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang diketahuinya.

Sebagai pendidik, perawat juga dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok keluarga yang beresiko tinggi, kadar kesehatan, dan lain sebagainya.

5. Collaborator

Perawat bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan keluarga dalam menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan keperawtan guna memenuhi kebutuhan kesehatan klien.

6. Coordinator

Perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan potensi yang ada, baik materi maupun kemampuan klien secara terkoordinasi sehingga tidak ada intervensi yang terlewatkan maupun tumpang tindih.

Perawat selalu memiliki sensitivitas budaya dalam memberikan edukasi, bekerja sama, serta menginisiasi terkait hal medis yang diperlukan individu atau pasien.

7. Change agent

Sebagai pembaru, perawat mengadakan inovasi dalam cara berpikir, bersikap, bertingkah laku, dan meningkatkan keterampilan klien/keluarga agar menjadi sehat. Elemen ini mencakup perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dalam berhubungan dengan klien dan cara memberikan keperawatan kepada klien.

Dalam hal ini, inovasi yang diciptakan perawat adalah inovasi dengan orientasi keperawatan namun mengaitkan sensitivitas budaya dan perspektif kultural.

(13)

B. Tahap Pengembangan Budaya 1. Memahamai Makna Budaya Pahami bahwa budaya bersifat dinamis.

Budaya dipelajari dan dibagi dengan orang lain. (budaya bertransmisi) Perilaku dan nilai budaya di tunjukkan oleh masyarakat. Budaya bersifat kreatif dan sangat bermakana dalam hidup. Secara simbolis terlihat dari bahasa dan interaksi. Budaya menjadi acuan dalam berpikir dan bertindak

2. Terlibat dalam kebudayaan

Menjadi peduli dengan budaya sendiri. Proses pemikiran yang terjadi pada perawat juga terjadi pada yang lain, tetapi dalam bentuk atau arti berbeda.

Bias dan nilai budaya ditafsirkan secara internal. Nilai budaya akan selalu tampak ketika nilai tersebut dibagikan secara sosial dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari.

3. Memiliki Sensitivitas Budaya

Menjadi sadar dan peduli dengan budaya orang lainterutama budaya pasien.

banyak ragam budaya Penting untuk membangun sikap saling menghargai perbedaan budaya dan apresiasi budaya.Mengembangkan kemampuan untuk bekerja dengan yang lain dalam konteks budaya, tidak etnosentris.

(14)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Perawat perlu memiliki kompetensi kultural agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang peka terhadap kebutuhan pasien termasuk

kebutuhan yang sesuai dengan kebudayaannya. Kompetensi kultural merupakan sekumpulan ke- terampilan dan perilaku yang memungkinkan perawat bekerja secara efektif di dalam konteks kebudayaan pasien (Lampley, Little, Beck- Little, & Yu Xu, 2008). Menurut Shearer dan Davidhizar (2003), bahwa kompetensi kultural merupakan suatu kemampuan untuk merawat pasien secara peka budaya dan cara yang sesuai dengan kebudayaan pasien. Kemampuan mem- berikan asuhan keperawatan secara peka bu- daya merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki oleh seluruh perawat di dunia termasuk di Indonesia (PP-PPNI, 2010).

Kompetensi kultural merupakan suatu proses yang terus menerus perlu dilatih dan dikem- bangkan kepada para perawat khsususnya dan tenaga kesehatan pada umumnya. Untuk dapatmemiliki kompetensi kultural, perawat perlu dilatih dan dipersiapkan agar memiliki pema- haman yang baik tentang konsep kebudayaan dan kaitannya dengan kesehatan, penyakit serta konsep keperawatan transkultural di samping konsep-konsep yang berkaitan dengan asuhan

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori Dan Praktik Dalam KeperawataAn. Jakarta. Salemba Medika

Setiadi, Elly M, dkk. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : Kencana Sudarma, Momon. 2008. Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika

Referensi

Dokumen terkait

The theory used in this research is Beck and Alford's theory of depression (2009). Depression is one of the causes of human suffering. Depression is a state of