• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH MANSHUBAT AL ASMA’

N/A
N/A
#Tazkiyaa

Academic year: 2024

Membagikan "MAKALAH MANSHUBAT AL ASMA’ "

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

MANSHUBAT AL ASMA’

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Nahwu Lil Mutawasitin Dosen Pengampu : Moh. Nurul Huda, M.Pd.I

Disusun Oleh :

Wahyu Candra Saputra (20222068) Usrotin Anjani (20222071) Nayla Rizqi Karimah (20222065)

KELAS PBA C

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

K.H ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN

2022

(2)

KATA PENGANTAR

Penyusunan makalah adalah merupakan salah satu tugas mata kuliah ilmu nahwu lil mutawasitin dalam Universitas Islam Negeri KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan. Dalam penyusunan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penyusunan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki.

Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan penyusunan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Bpk Moh. Nurul Huda, M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah ini. Dan akhirnya kami berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal kepada mereka, serta kami berharap semoga apa yang kami tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amiin Yaa Rabbal ‘Alamiin.

Pekalongan, 28 February 2023

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...2

DAFTAR ISI...3

BAB I PENDAHULUAN...4

A. Latar Belakang...4

B. Rumusan...4

C. Tujuan...4

BAB II PEMBAHASAN...5

A. Pengertian Manshubat al Asma’...5

B. Pembagian Manshubat al Asma’...5

BAB III PENUTUP...9

A. Kesimpulan...9

B. Saran...9

DAFTAR PUSTAKA...10

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Susunan kalimat bahasa arab yang fasih harus di landasi dengan penataan kalimat yang baik khususnya dalam perubahan akhir kata (i’rab). Telah kita ketahui, bahwa i’rab itu terbagi menjadi 4, antara lain i’rab rafa’, i’rab nashab, i’rab jar dan i’rab jazm. khususnya dalam kalimat isim, i’rab di atas dapat diterapkan kecuali i’rab jazm, karena i’rab jamz khusus masuk pada kalimat fi’il.

Berhubung kalimat isim yang wajib di baca rafa’ sudah kita bahas sebelumnya maka, dalam makalah ini kami akan membahas tentang kalimat isim yang wajib di baca nashab.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian manshubat al asma’?

2. Berapakah isim-isim yang wajib di baca nashab?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui manshubat al asma’

2. Untuk mengetahui isim-isim yang wajib di baca nashab

(5)

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MANSHUBAT AL ASMA’

Manshubat al asma’ adalah kalimat isim yang keadaan akhir katanya beri’rab nashab1. Mengingat i’rab nashab itu mempunyai 5 tanda, yakni: fathah, alif, karsah, ya’, membuang huruf nun dan ke 5 tanda tersebut telah di tentukan dalam pengambilan kalimatnya (kecuali kalimat huruf) maka, setiap dari kalimat- kalimat tersebut harus di beri tanda sesuai dengan pengelompokan masing- masing.

B. PEMBAGIAN MANSHUBAT AL ASMA’

Menurut imam Ibnu Dawud, kalimat isim yang dibaca nashab itu jumlahnya ada 15 yaitu:2

1. Maf’ul bih

لعفلا هب عقي يذّلا بوصنملا مإسلا

Maf’ul bih adalah kalimat isim yang dibaca nashab yang menjadi sasaran pekerjaan dari kalimat fi’il, contoh:اديز ُتْبرض

Sedangkan ciri-ciri dari maf’ul bih itu apabila lafadz yang di jadikan maf’ul bih tersebut bisa di jadikan mubtada’3

2. Masdar

ِفيرصت يف اثلاث ُءيجي يذلا بوصنملا مإسلا لعفلا

Masdar adalah kalimat isim yang di baca nashab yang menjadi urutan ke 3 dari tasrifannya kalimat fi’il, contoh: ابر ْض بِرْضي َبرض

Hal ini menurut pendapat imam ibnu dawud, sedangkan menurut pendapat imam Jalaludin al suyuti, masdar iyalah setiap lafadz yang menunjukkan arti

1 Muhammad Ma’sum Ibnu Salim, Tasywiqul khillan, (Mesir: Al Kharomain, 2010), hal. 190

(6)

khudust atau kejadian4. Keterangan ini, juga sesuai dengan pendapat al imam shibawaih (Basrah).

3. Dhorof Zaman

ِناَمَزلَا ُمْإسِا

ِريِدْقَتِب ُبوُصْنَمْلَا يِف ”

Dhorof zaman adalah isim manshub yang menunjukkan arti waktu dengan mengira-ngirakan makna huruf jar fi, yakni:

،اًحاَبَصَو ،ًةَمَتَعَو ،اًدَغَو ،اًرَحَإسَو ،ًةَرْكُبَو ،ًةَوْدَغَو ،ِةَلْيَللاَو ،ِمْوَيْلَا

َكِلَذ َهَب ْشَأ اَمَو اًنيِحَو ،اًدَمَأَو ،اًدَبَأَو ،ًءاَسَمَو

Dhorof Makan

” ِريِدْقَتِب ُبوُصْنَمْلَا ِناَكَمْلَا ُمْإسِا يِف

Dhorof makan adalah isim manshub yang menunjukkan arti tempat dengan mengira-ngirakan makna huruf jar fi, yakni:

،َءاَزِإَو ،َعَمَو ،َدْنِعَو ، َتْحَتَو ،َقْوَفَو ،َءاَرَوَو ،َماَدُقَو ،َفْلَخَو ،َماَمَأ .َكِلَذ َهَب ْشَأ اَمَو ،اَنُهَو ،َمَثَو ،َءاَقْلِتَو ،َءاَذِحَو

4. Khal

ِتاَئْيَهْلا َنِم َمَهَبْنا اَمِل ُرّسَفُمْلا ُبْوُصْنَمْلا ُمْإسِ ْلا

Khal adalah kalimat isim yang di baca nashab yang menjelaskan keadaan sesuatu yang masih samar, contoh: اًبِكاَر ٌدْيَز َءاَج

5. Tamziz

ِتاَوَذلا َنِم َمَهَبْنا اَمِل ُرّسَفُمْلا ُبْوُصْنَمْلا ُمْإسِ ْلا

Tamziz adalah kalimat isim yang di baca nashab yang menjelaskan suatu dzat (bentuk) yang masih samar, contoh: اًق ْرَع ٌدْيَز َبّبَصَت

6. Mustastna

Mustastna yakni mengecualikan sesuatu dengan huruf-huruf istitsna’ yang berjumlah 8 huruf yaitu:

ا َشاَحَو ,اَدَعَو , َلَخَو ,ٌءاَوَإسَو ,ىَوُإسَو ,ىَوِإسَو ,ُرْيَغَو , َلِإ

7. Isimnya َل

4 Jalaludin Al Suyuti, Ibnu Aqil, (Surabaya: Darul Ulum, 2009), hal. 112

(7)

Huruf َل apabila bertemu langsung dengan isim nakirah maka َل menashabkan isim nakirah tersebut dengan tanpa tanwin serta tanpa mengulang-ngulang َل, contoh:

ِراَدلَا يِف َلُجَر َل

Jika َل tidak bertemu langsung dengan isim nakirah maka wajib mengulang-ulang

َل, contoh:

ٌةَأَرْمِا َلَو ٌلُجَر ِراَدلَا يِف َل

Jika mengulang-ulang َل (berarti bertemu langsung dengan nakirah), maka boleh mengamalkannya (menjadikan َل sebagai amil yang menashabkan) atau menyia- nyiakannya, contoh:

َةَأَرْمِا َلَو ِراَدلَا يِف َلُجَر َل

atau boleh di ucapkan

َل

ٌةَأَرْمِا َلَو ِراَدلَا يِف ٌلُجَر

Perlu di ketahui di sini bahwa huruf َل itu terbagi menjadi 3 yaitu: َل Nahi, َل Zaidah dan َل Nafi5.

8. Munada

Munada berasal dari kata nida’(memanggil) yang artinya meminta seseorang untuk menghadap dengan menggunakan huruf-huruf nida’. Munada terbagi menjadi 5 yaitu: Munada mufrat alam, nakirah maqsudah, nakirah ghairu maqsudah, mudhof dan munada shibh mudhof. Contoh (salah satunya):

ُدْيَز اَي

9. Khobarnya اَهُتاَوَخَأَو َناَك

Perlu di ketahui juga bahwa اَهُتاَوَخَأَو َناَك itu beramal merafa’kan mubtada’

yang kemudian di jadikan isimnya اَهُتاَوَخَأَو َناَك dan menashabkan khobar mubtada’

yang kemudian di jadikan khobarnya اَهُتاَوَخَأَو َناَك. Maka yang di bahas disini ialah khobarnya اَهُتاَوَخَأَو َناَك, karena i’rabnya adalah nashab, contoh:

اًعْيِمَإس ُهللا َناَك

Isimnya اَهُتاَوَخَأَو ّنِإ. Amil nawashikh اَهُتاَوَخَأَو ّنِإ beramal menashabkan mubtada’ yang kemudian di jadikan isimnya اَهُتاَوَخَأَو ّنِإ dan merafa’kan khobar mubtada’ yang kemudian di jadikan khobarnya اَهُتاَوَخَأَو ّنِإ. Maka yang di bahas disini ialah isimnya اَهُتاَوَخَأَو ّنِإ, karena i’rabnya adalah nashab. Contoh

: اًدْيَز َنإ

ٌمِئاَق

10. Maf’ul min ajlih

(8)

ِلْعِفْلا ِعْوُقُو ِبَبَسِل اًناَيَب ُرَكْذُي يِذَلا ُبْوُصْنَمْلا ُمْإسِ ْلا

Maf’ul min ajlih ialah kalimat isim yang dibaca nashob yang berfungsi untuk menjelaskan sebab terjadinya suatu pekerjaan. Contoh: وٍرْمَعِل ًل َلْجِإ ٌدْيَز َماَق

11. Maf’ul ma’ah

ُلْعِفْلَا ُهَعَم َلِعُف ْنَم ِناَيَبِل ُرَكْذُي يِذَلَا , ُبوُصْنَمْلَا ُمْإس ِلَا

Maf’ul ma’ah adalah isim Manshub yang dinyatakan untuk menerangkan Zat yang menyertai sipelaku-nya. Contoh:

َشْيَجْلاَو ُريِم َ ْلَا َءاَج

12. Naat lil man’ut manshub, contoh:

َلِقاَعْلا اًدْيَز ُتْيَأَر

13. Athaf lil ma’thuf alaih manshub, contoh:

اوًرْمَعَو اًدْيَز ُتْيَأَر

14. Taukid lil muakkad manshub, contoh:

ْمُهَلُك َمْوَقْلا ُتْي َأَر

15. Badal lil mubdal minhu manshub, contoh:

َسْرَفْلا اًدْيَز ُتْي َأَر

ِرِئا َس ىَلِإ ِهِب ْيِدَتْهَي ِدِحاَوْلا ِمْلِعْلا ْيِف َرّحَبَت ْنَم"

"ِمْوُلُعْلا

BAB III PENUTUP 1

. KESIMPULAN

Manshubat al asma’ adalah kalimat isim yang keadaan akhir katanya beri’rab nashab. Manshubat al asma’ terbagi menjadi 15 yaitu: Maf’ul bih, masdar, dhorof zaman dan dhorof makan, khal, tamziz, mustastna, Isimnya laa, khobarnya kana

(9)

serta saudaranya dan isimnya inna serta saudaranya, munada, maf’ul min ajlih, maf’ul ma’ah, na’at lil man’ut manshub, athaf lil ma’tuf alih mansub, taukid lil muakkad manshub, badal lil mubdal minhu manshub.

2. SARAN

Alhamdulillah dengan terselesaikannya makalah ini kami juga masih membutuhkan adanya kritik dan saran pembaca yang dimana dalam pembuatan makalah ini saya sebagai penulis juga masih belajar dan membutuhkan perbaikan untuk kedepannya. Sekian dari kami selaku penulis, semoga materi dalam makalah ini dapat bermanfaat dan bisa menjadi wawasan tentang apa yang belum kita ketahui terima kasih.

Daftar Pustaka

al Imrity, S. Y. (2009). Taqrirot al Imrity. Lirboyo: Hidayatul Mubtadiien Press.

Al Suyuti, J. (2009). Ibnu Aqil. Surabaya: Darul Ulum.

As-Sonhaji, M. b. (2015). Al-Ajurumiyyah. Batang: Al-Andalusie.

Bin Malik , M. B. (2009). Taqrirot Al Fiyah Ibnu Malik. Kediri: Darul Mubtadi-en.

Dahlan, A. Z. (2005). Mukhtasor Jiddan. Semarang: Nurul Iman Press.

(10)

Ghalaini, M. A. (1994). Jami'uddurus. Bairut: Maktabah Al Ashriyah Press.

Salim, M. M. (2010). Tasywiqul Khillan. Mesir: Al kharomain Press.

shonhaji, M. b. (2015). Al Jurumiyah. Dlisen: Maktabah Al Andalusie Press.

Referensi

Dokumen terkait