Definisi garis keturunan menurut:
● Profesor Sajogyo adalah seorang akademisi Indonesia yang dikenal karena karyanya di bidang sosiologi, terutama dalam kajian kemiskinan. Garis kemiskinan menurut Profesor Sajogyo adalah suatu batas atau ambang tertentu yang menandai pemenuhan kebutuhan dasar seseorang atau keluarga. Garis kemiskinan ini dapat berbeda-beda antar wilayah atau negara, tergantung pada konteks ekonomi dan sosial setempat. Pada dasarnya, garis kemiskinan adalah suatu standar atau tolok ukur yang digunakan untuk menilai tingkat kemiskinan suatu individu atau keluarga dalam suatu masyarakat.
● Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia menggunakan konsep Garis Kemiskinan (GK) untuk mengukur tingkat kemiskinan di Indonesia. GK adalah suatu nilai rupiah per kapita per bulan yang digunakan sebagai patokan untuk menentukan apakah seseorang atau rumah tangga dianggap miskin atau tidak. Nilai GK ini diperbarui setiap tahunnya oleh BPS berdasarkan data dan indeks harga yang terkini. Pada tahun 2021, untuk Indonesia, nilai GK adalah sekitar 440.000 rupiah per kapita per bulan. Harap diperhatikan bahwa angka ini mungkin telah berubah setelah tahun 2021.
● Kementerian Sosial (Kemensos) Republik Indonesia memiliki definisi dan patokan tersendiri untuk Garis Kemiskinan (GK). Mereka menggunakan data dari berbagai sumber untuk menentukan angka ini. GK menurut Kemensos adalah batas minimum pengeluaran yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar seseorang atau rumah tangga dalam satu periode tertentu. Hal ini mencakup kebutuhan makanan, sandang, perumahan, kesehatan, pendidikan, dan transportasi. Nilai GK dapat berbeda tergantung pada wilayah geografis dan kondisi ekonomi suatu daerah.
Harap diingat bahwa nilai GK dari Kemensos mungkin telah berubah setelah tanggal pengetahuan terakhir saya pada September 2021. Jika Anda ingin mendapatkan nilai GK terbaru, disarankan untuk menghubungi Kemensos atau memeriksa sumber resmi mereka.
● Daerah Garis kemiskinan dapat bervariasi berdasarkan daerah atau wilayah geografis. Hal ini disebabkan oleh perbedaan biaya hidup, harga-harga barang dan jasa, serta kondisi ekonomi yang berbeda di setiap wilayah. Oleh karena itu, setiap negara atau pemerintahan daerah dapat memiliki definisi dan patokan garis
kemiskinan mereka sendiri untuk mencerminkan kondisi lokal. Misalnya, di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Sosial (Kemensos) menetapkan garis kemiskinan untuk wilayah Indonesia berdasarkan data dan analisis mereka terhadap kebutuhan dasar penduduk di masing-masing wilayah.
Jadi, garis kemiskinan dapat berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya, tergantung pada kondisi ekonomi dan sosial masing-masing wilayah tersebut.
