• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah - Otonomi Daerah - Ngatiyah & Fauzan Diaz

N/A
N/A
Fajarudin abdillah

Academic year: 2023

Membagikan "Makalah - Otonomi Daerah - Ngatiyah & Fauzan Diaz"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

OTONOMI DAERAH

MAKALAH

Dosen Pengampu:

Sobirin, Sp. M.Pd.

Oleh:

NGATIYAH 1230301011 FAUZAN DIAZ 1230301005

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM AZ-ZAYTUN INDONESIA (IAI AL-AZIS)

Oktober 2023

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan hanya bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang dengan limpah rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah melimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, para tabi’in dan pengikutnya.

Penulisan karya tulis ilmiah dalam bentuk makalah ini diberi judul

OTONOMI DAERAH”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pembelajaran Manajemen Dakwah di Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Al-Zaytun Indonesia. Penulis merasa bersyukur atas anugerah kenikmatan dari Allah SWT dan berharap dapat memberikan yang terbaik bagi keluarga dan pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan masih jauh dari kata sempurna baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya dengan segala kemampuan untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati menerima masukan, saran dan evaluasi guna penyempurnaan makalah ini.

Purwakarta, 06 Oktober 2023

Penulis

(3)

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

BAB II PEMBAHASAN ... 4

2.1 Pengertian Otonomi Daerah ... 4

2.2 Tujuan dan Prinsip Otonomi Daerah ... 5

2.2.1. Tujuan Otonomi Daerah ... 5

2.2.2. Prinsip Otonomi Daerah ... 6

2.3 Manfaat Otonomi Daerah ... 7

2.4 Perkembangan UU Otonomi Daerah di Indonesia ... 9

BAB III PENUTUP ... 10

3.1 Kesimpulan ... 10

DAFTAR RUJUKAN... 11

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengorganisasian Sejak awal berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia para founding fathers telah menjatuhkan pilihannya pada prinsip pemencaran kekuasaan dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara.

Cita desentralisasi ini senantiasa menjadi bagian dalam praktek pemerintahan Negara sejak berlakunya UUD 1945, terus memasuki era Konstitusi RIS, UUDS 1950 sampai pada era kembali ke UUD 1945 yang dikukuhkan lewat Dekrit Presiden 5 juli 1959 (Marzuki, M. Laica, 2007).

Garis perkembangan sejarah tersebut membuktikan bahwa cita desentralisasi senantiasa dipegang teguh oleh Negara Republik Indonesia, sekalipun dari satu periode ke periode lainnya terlihat adanya perbedaan dalam intensitasnya.

Sebagai perwujudan dari cita desentralisasi tersebut, maka langkah-langkah penting sudah dilakukan oleh pemerintah. Lahirnya berbagai peraturan perundang- undangan yang mengatur tentang pemerintahan daerah membuktikan bahwa keinginan untuk mewujudkan cita-cita ini terus berlanjut. Sekalipun demikia, kenyataan membuktikan bahwa cita tersebut masih jauh dalam realisasinya.

Otonomi daerah masih lebih sebagai harapan ketimbang sebagai kenyataan yang telah terjadi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Otonomi Daerah belumlah terwujud sebagaimana yang diharapkan. Kita nampaknya baru menuju kea rah Otonomi Daerah yang sebenarnya.

Beberapa faktor-faktor yang menetukan prospek otonomi daerah, diantaranya, yaitu:

• Faktor Pertama adalah faktor manusia sebagai subyek penggerak (faktor dinamis) dalam peenyelenggaraan otonomi daerah. Faktor manusia ini haruslah baik, dalam pengertian moral maupun kapasitasnya. Faktor ini mencakup unsur pemerintah daerah yang terdiri dari Kepala Daerah dan

(5)

2

DPRD, aparatur daerah maupun masyarakat daerah yang merupakan lingkungan tempat aktivitas pemerintahan daerah tersebut.

• Faktor kedua adalah faktor keuangan yang merupakan tulang punggung bagi terselenggaranya aktivitas pemerintahan Daerah. Salah stu cirri daerah otonom adalah terletak pada kemampuan self supportingnya mandiri dalam bidang keuangan. Karena itu, kemampuan keuangan ini akan sangat memberikan pengaruh terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Sumber keuangan daerah yang asli, misalnya pajak dan retribusi daerah, hasilm perusahaan daerah dan dinas daerah, serta hasil daerah lainnya yang sah, haruslah mampu memberikan kontribusinya bagi keuangan daerah.

• Faktor ketiga adalah faktor peralatan yang merupakan sarana pendukung bagi terselenggaranya aktivitas pemerintahan daerah. Peralatan yang ada haruslah cukup dari segi jumlahnya, memadai dari segi kualitasnya dan praktis dari segi penggunaannya. Syarat-syarat peralatan semacam inilah yang akan sangat berpengaruh terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah.

• Faktor keempat adalah faktor organisasi dan manajemen. Tanpa kemampuan organisasi dan manajemen yang memadai penyelenggaraan pemerintahan tidak dapat dilakukan dengan baik, efisien, dan efektif, oleh sebab itu perhatian yang sungguh-sunggguh terhadap masalah ini dituntut dari para penyelenggara pemerintahan daerah.

Sejarah perkembangan Otonomi Daerah membuktikan bahwa keempat faktor tersebut di atas masih jauh dari yang diharapkan. Karenanya Otonomi Daerah masih menunjukkan sosoknya yang kurang menggembirakan, oleh sebab itu apabila kita berkeinginan untuk merealisasi cita-cita Otonomi Daerah maka pembenahan dan perhatian yang sungguh-sungguh perlu diberikan kepada empat faktor di atas. Dari latar belakang di atas penulis menyusun makalah yang berjudul

OTONOMI DAERAH diharapkan dapat memberikan pemahaman yang luas yang dapat diterapkan oleh mahasiswa prodi manajemen dakwah.

(6)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud pengertian otonomi daaerah?

2. Bagaimana sejarah perkembangan otonomi daerah di Indonesia?

3. Bagaimana dasar hukum dan landasan teori otonomi daerah?

4. Bagaimana tujuan dan prinsip otonomi daerah?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Untuk menjelaskan pengertian otonomi daaerah.

2. Untuk menjelaskan sejarah perkembangan otonomi daerah di Indonesia.

3. Untuk menjelaskan dasar hukum dan landasan teori otonomi daerah.

4. Untuk menjelaskan tujuan dan prinsip otonomi daerah.

(7)

4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Otonomi Daerah

Otonomi Daerah berasal dari bahasa yunani yaitu authos yang berarti sendiri dannamos yang berarti undang-undang atau aturan. Dengan demikian otonomi dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri (Marzuki, M. Laica, 2007).

Otonomi dalam makna sempit dapat diartikan sebagai “mandiri”.

Sedangkan makna yang lebih luas diartikan sebagai “berdaya”. Otonomi daerah dengan demikian berarti kemandirian suatu daerah dalam kaitan pembuatan dan pengambilan keputusan mengenai kepentingan daerahnya sendiri. Jika daerah sudah mampu mencapai kondisi sesuai yang dibutuhkan daerah maka dapat dikatakan bahwa daerah sudah berdaya (mampu) untuk melakukan apa saja secara mandiri tanpa tekanan dan paksaan dari pihak luar dan tentunya disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan daerah.

Beberapa pendapat ahli yang dikutip Abdulrahman (1997) mengemukakan bahwa:

1. F. Sugeng Istianto, mengartikan otonomi daerah sebagai hak dan wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerah.

2. Ateng Syarifuddin, mengemukakan bahwa otonomi mempunyai makna kebebasan atau kemandirian tetapi bukan kemerdekaan (tidak terikat atau tidak bergantung kepada orang lain atau pihak tertentu). Kebebasan yang terbatas atau kemandirian itu terwujud pemberian kesempatan yang harus dipertanggungjawabkan.

3. Syarif Saleh, berpendapat bahwa otonomi daerah adalah hak mengatur dan memerintah daerah sendiri. Hak mana diperoleh dari pemerintah pusat.

Pendapat lain dikemukakan oleh Benyamin Hoesein (1993) bahwa otonomi daerah adalah pemerintahan oleh dan untuk rakyat di bagian wilayah nasional suatu Negara secara informal berada di luar pemerintah pusat. Sedangkan Philip Mahwood (1983) mengemukakan bahwa otonomi daerah adalah suatu pemerintah

(8)

daerah yang mempunyai kewenangan sendiri yang keberadaannya terpisah dengan otoritas (kekuasaan atau wewenang) yang diserahkan oleh pemerintah guna mengalokasikan sumber sumber material yang substansial (sesunggguhnya atau yang inti) tentang fungsi-fungsi yang berbeda.

Berbagai definisi tentang Otonomi Daerah telah banyak dikemukakan oleh para pakar. Dan dapat disimpulkan bahwa Otonomi Daerah yaitu kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa (inisiatif) sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan daerah otonom itu sendiri adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam Ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.2 Tujuan dan Prinsip Otonomi Daerah

2.2.1. Tujuan Otonomi Daerah

Menurut pengalaman dalam pelaksanaan bidang-bidang tugas tertentu sistem Sentralistik tidak dapat menjamin kesesuaian tindakan-tindakan Pemerintah Pusat dengan keadaan di daerah-daerah. Maka untuk mengatasi hal ini, pemerintah kita menganut sistem Desentralisasi atau Otonomi Daerah. Hal ini disebabkan wilayah kita terdiri dari berbagai daerah yang masing-masing memiliki sifat-sifat khusus tersendiri yang dipengaruhi oleh faktor geografis (keadaan alam, iklim, flora-fauna, adat-istiadat, kehidupan ekonomi dan bahasa), tingkat pendidikan dan lain sebagainya. Dengan sistem Desentralisasi diberikan kekuasaan kepada daerah untuk melaksanakan kebijakan pemerintah sesuai dengan keadaan khusus di daerah kekuasaannya masing-masing, dengan catatan tetap tidak boleh menyimpang dari garis-garis aturan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Jadi pada dasarnya, maksud dan tujuan diadakannya pemerintahan di daerah adalah untuk mencapai efektivitas pemerintahan.

Otonomi yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada daerah ini bersifat

(9)

6

bagi wilayahnya. Namun, harus tetap mempertanggungjawabkannya dihadapan Negara dan pemerintahan pusat.

Selain tujuan diatas, masih terdapat beberapa point sebagai tujuan dari otonomi daerah. Dibawah ini adalah beberapa tujuan dari otonomi daerah dilihat dari segi politik, ekonomi, pemerintahan dan sosial budaya, yaitu sebagai berikut:

a) Dilihat dari segi politik, penyelenggaraan otonomi dimaksudkan untuk mencegah penumpukan kekuasaan dipusat dan membangun masyarakat yang demokratis, untuk menarik rakyat ikut serta dalam pemerintahan dan melatih diri dalam menggunakan hak-hak demokrasi.

b) Dilihat dari segi pemerintahan, penyelenggaraan otonomi daerah untuk mencapai pemerintahan yang efisien.

c) Dilihat dari segi sosial budaya, penyelenggaran otonomi daerah diperlukan agar perhatian lebih fokus kepada daerah.

d) Dilihar dari segi ekonomi, otonomi perlu diadakan agar masyarakat dapat turut berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi di daerah masing-masing (Arthur, Muhammad, 2012).

Untuk mencapai tujuan otonomi daerah tersebut, sebaiknya dimulai dari diri sendiri. Para pejabat harus memiliki kesadaran penuh bahwa tugas yang diembannya merupakan sebuah amanah yang harus dijalankan dan dipertanggungjawabkan. Selain itu, kita semua juga memiliki kewajiban untuk berpartisipasi dalam rangka tercapainya tujuan otonomi daerah. Untuk mewujudkan hal tersebut tentunya bukan hal yang mudah karena tidak mungkin dilakukan secara instan. Butuh proses dan berbagai upaya serta partisipasi dari banyak pihak. Oleh karena itu, diperlukan kesungguhan serta kerjasama dari berbagai pihak untuk mencapai tujuan ini.

2.2.2. Prinsip Otonomi Daerah

Atas dasar pencapaian tujuan diatas, prinsip-prinsip yang dijadikan pedoman dalam pemberian Otonomi Daerah adalah sebagai berikut (Penjelasan UU No. 32 Tahun 2004):

a) Prinsip Otonomi Daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua

(10)

urusan pemerintah diluar yang menjadi urusan Pemerintah yang ditetapkan dalam Undang-undang ini. Daerah memliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat.

b) Sejalan dengan prinsip tersebut dilaksanakan pula prinsip otonomi yang nyata dan bertanggungjawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan pemerintah daerah dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang dan kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Dengan demikian isi dan jenis otonomi bagi setiap daerah tidak selalu sama dengan daerah lainnya, adapun yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggunjawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian utama dari tujuan nasional.

2.3 Manfaat Otonomi Daerah

Adapun manfaat Otonomi Daerah yaitu:

1. Pelaksanaan dapat dilakukan sesuai dengan kepentingan Masyarakat di Daerahyang bersifat heterogen.

2. Memotong jalur birokrasi yang rumit serta prosedur yang sangat terstruktur daripemerintah pusat.

3. Perumusan kebijaksanaan dari pemerintah akan lebih realistik.

4. Desentralisasi akan mengakibatkan terjadinya "penetrasi" yang lebih baik dariPemerintah Pusat bagi Daerah-Daerah yang terpencil atau sangat jauh daripusat, di mana seringkali rencana pemerintah tidak dipahami oleh masyarakatsetempat atau dihambat oleh elite lokal, dan di mana dukungan terhadapprogram pemerintah sangat terbatas.

(11)

8

5. Representasi yang lebih luas dari berbagai kelompok politik, etnis, keagamaan didalam perencanaan pembangunan yang kemudian dapat memperluas kesamaandalam mengalokasikan sumber daya dan investasi pemerintah.

6. Peluang bagi pemerintahan serta lembaga privat dan masyarakat di Daerahuntuk meningkatkan kapasitas teknis dan managerial.

7. Dapat meningkatkan efisiensi pemerintahan di Pusat dengan tidak lagi pejabat puncak di Pusat menjalankan tugas rutin karena hal itu dapat diserahkan kepada pejabat Daerah.

8. Dapat menyediakan struktur di mana berbagai departemen di pusat dapat dikoordinasi secara efektif bersama dengan pejabat Daerah dan sejumlah NGOsdi berbagai Daerah. Propinsi, Kabupaten, dan Kota dapat menyediakan basis wilayah koordinasi bagi program pemerintah.

9. Struktur pemerintahan yang didesentralisasikan diperlukan guna melembagakan partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan implementasi program.

10. Dapat meningkatkan pengawasan atas berbagai aktivitas yang dilakukan oleh elite lokal, yang seringkali tidak simpatik dengan program pembangunan nasional dan tidak sensitif terhadap kebutuhan kalangan miskin di pedesaan.

11. Administrasi pemerintahan menjadi mudah disesuaikan, inovatif, dan kreatif. Kalau mereka berhasil maka dapat dicontoh oleh Daerah yang lainnya.

12. Memungkinkan pemimpin di Daerah menetapkan pelayanan dan fasilitas secara efektif, mengintegrasikan daerah-daerah yang terisolasi, memonitor dan melakukan evaluasi implementasi proyek pembangunan dengan lebih baik daripada yang dilakukan oleh pejabat di Pusat.

13. Memantapkan stabilitas politik dan kesatuan nasional dengan memberikanpeluang kepada berbagai kelompok masyarakat di Daerah untuk berpartisipasisecara langsung dalam pembuatan kebijaksanaan,

(12)

sehingga dengan demikian meningkatkan kepentingan mereka di dalam memelihara sistem politik.

14. Meningkatkan penyediaan barang dan jasa di tingkat lokal dengan biaya yang lebih rendah, karena hal itu tidak lagi menjadi beban pemerintah Pusat karena sudah diserahkan kepada Daerah.

2.4 Perkembangan UU Otonomi Daerah di Indonesia

Pelaksanaan otonomi daerah (OTDA) di Indonesia telah mengalami perubahan sebanyak tujuh kali yang ditandai dengan perubahan UU OTDA/Desentralisasi, yaitu:

1. UU Nomor 1 Tahun 1945, tentang Pemerintahan Daerah.

2. UU Nomor 22 tahun 1948, tentang Susunan Pemda yang Demokratis.

3. UU Nomor 1 Tahun 1957, tentang Pemerintahan Daerah yang berlaku menyeluruh dan bersifat seragam.

4. UU Nomor 18 Tahun 1965, tentang Pemerintahan Daerah yang menganut otonomi yang seluas-luasnya.

5. UU Nomor 5 Tahun 1974, tentang Pokok-pokok penyelenggaraan Pemerintahan Pusat di Daerah.

6. UU Nomor 22 Tahun 1999, tentang Otonomi Daerah.

7. UU Nomor 25 Tahun 1999, tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.

8. UU Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah.

9. UU Nomor 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

(13)

10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Otonomi daerah adalah kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan serta kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan aspirasi masyarakat.

2. Tujuan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan, memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat, dan melaksanakan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

3. Sejarah dan perkembangan otonomi daerah di Indonesia merupakan narasi panjang, dan mungkin hanya menarik bagi peneliti atau studi khusus.

4. Secara praktis, kebijakan otonomi daerah yang sudah tidak berlaku lagi mungkin tidak memiliki relevansi yang signifikan.

5. Meskipun demikian, menelusuri perjalanan otonomi daerah dari waktu ke waktu penting untuk memahami mengapa kebijakan ini selalu berubah.

6. Otonomi daerah di Indonesia masih mencari bentuk yang ideal, dan melalui penelusuran regulasi terkait, kita dapat memahami alasan di balik perubahan-perubahan dalam kebijakan otonomi daerah.

.

(14)

DAFTAR RUJUKAN

Seminar Desentralisasi Pemerintahan “Inventarisasi Penyerahan Urusan

Pemerintahan” Refleksi 10 tahun Otonomi Daerah, Ditjen Otda – Depdagri.

Marzuki, M. Laica, 2007. “Hakikat Desentralisasi Dalam Sistem Ketatanegaraan RI – Jurnal Konstitusi Vol. 4 Nomor 1 Maret 2007″, Jakarta : Sekretariat Jenderal & Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI.

Siregar, Faris. 2011. Hambatan Pelaksanaan Otonomi Daerah.

Dari http://catatankuliahpraja.blogspot.com/2011/09/hambatan-pelaksanaan- otonomi-daerah.html, dikutip pada 27 Maret 2012

Arthur, Muhammad. 2012. Menggugah Peran Aktif Masyarakat dalam Otonomi Daerah. Dari http://www.pelita.or.id/baca.php?id=4437, dikutip pada 27 Maret 2012

Lubis, Rusdi. 2011.PEMBINAAN SDM UNTUK PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH.

D http://www.harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=arti cle&id=2474:pembinaan-sdm-untuk-pelaksanaan-otonomi-

daerah&catid=11:opini&Itemid=83, dikutip pada 27 Maret 2012

Undang-Undang No. 22/1999 Undang-Undang No. 32/2004 Undang-Undang No. 33/2004

Referensi

Dokumen terkait

22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah bahwa otonomi daerah adalah kewenangan Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa

yang menjadi kewenangan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan..

20. Otonomi daerah adalah kewenangan yang diberikan kepada daerah otonom untuk. mengatur dan mengurus sendiri urusanpemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat.

menyatakan bahwa :.. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

Sehingga otonomi daerah dapat diartikan sebagai kewenangan yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kapada daerah otonom untuk mengurus dan mengatur urusan pemerintahan dalam sistem.. negara kesatuan

Otonomi Daerah adalah kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa sendiri sesuai dengan aspirasi dan peraturan

Otonomi daerah dapat diartikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan