• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PENGENDALIAN MUTU AGREGAT KELAS A DAN B

N/A
N/A
Nur Ainul yaqin

Academic year: 2024

Membagikan "MAKALAH PENGENDALIAN MUTU AGREGAT KELAS A DAN B "

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PENGENDALIAN MUTU AGREGAT KELAS A DAN B Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkerasan Jalan Raya

Dosen Pengampu: Ir. Eko Tavip Maryanto, M.T

DISUSUN OLEH (KELOMPOK III):

NUR AINUL YAQIN (142220121018) SILVI KUKURULE (142220121064) ZULKIFLY (142220121004)

WILSON PABIDANG (142220121019) HOLIK RIDWAN (142220121029)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH SORONG

2023

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya kepada saya sehingga kami sebagai kelompok tiga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Kami menucapkan terima kasih kepada dosen pengampuh mata kuliah Rekayasa Geoteknik yang telah memberikan tugas ini kepada kami sehingga dapat menambah wawasan dalam mata kuliah ini, kami juga mengucapkan terima kasih kepada sumber-sumber yang telah menyediakan ruang informarsi sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami memohon maaf apabila dalam makalah ini masih banyak kekurang entah dalam segi penulisan dan lainya. kami mohon agar dapat memberikan saran atau kritik Ketika ada kesalahan dalam makalah ini.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih

Sorong, 27 Januari 2023

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...2

DAFTAR ISI...3

BAB I...4

PENDAHULUAN...4

A. LATAR BELAKANG...4

B. RUMUSAN MASALAH...4

C. TUJUAN...4

BAB II...5

PEMBAHASAN...5

A. Klasifikasi Lapis Pondasi Agregat...5

1.1 Klasifikasi lapis pondasi agregat...5

1.2 Penghamparan dan pemadatan lapis pondasi agregat...7

1.3 Percobaan pemadatan...8

1.4 Penghamparan lapis pondasi agregat...8

1.5 Pengendalian mutu...9

A. Lapis Pondasi Agregat Kelas A...10

2.1 Metode Pelaksanaan Agregat Kelas A...10

B. Lapis Pondasi Agregat Kleas B...11

3.1 Metode Pelaksanaan Agregat kelas B...12

BAB III...13

PENUTUP...14

A. KESIMPULAN...14

DAFTAR PUSTAKA...15

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pengendalian mutu adalah suatu proses kontrol dari mulai penyiapan bahan baku menjadi bahan olahan (proses pengolahan) dan menjadi bahan jadi.

Pengendalian mutu merupakan salah faktor penting yang dapat memberikan informasi sebagai tolok ukur, apakah barang jadi ini sudah sesuai dengan yang diinginkan. Dalam setiap pekerjaan jalan selalu dilakukan kegiatan pengendalian mutu material, dalam hal ini khususnya material agregat kelas A dan kelas B, yang apakah sudah memenuhi syarat spesifikasi yang telah di tentukan. Ada beberapa pemeriksaan laboratorium yang perlu dikerjakan untuk mengetahui mutu agregat kelas A dan kelas B , yaitu Atterberg (pemeriksaan konsistensi tanah), analisa saringan, abrasi, percobaan pemadatan, CBR (California Bearing Ratio), dan terakhir pemeriksaan lapangan dengan metode sand cone tes.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Klasifikasi lapis pondasi agregat.

2. Lapis pondasi agregat kelas B.

3. Lapis pondasi agregat kelas A.

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui Klasifikasi lapis pondasi agregat 2. Untuk mengetahui Lapis pondasi agregat kelas A 3. Untuk mengetahui Lapis pondasi agregat kelas B

(5)

BAB II PEMBAHASAN

A. Klasifikasi Lapis Pondasi Agregat 1.1 Klasifikasi lapis pondasi agregat

Terdapat 2 klasifikasi Lapis Pondasi Agregat yaitu Kelas A dan Kelas B. Lapis Pondasi Agregat Kelas A adalah mutu Lapis Pondasi untuk suatu lapisan dibawah pondasi beraspal. Sedangkan Lapis Pondasi Agregat Kelas B digunakan untuk Lapis Pondasi Bawah.

Agregat kasar

a) Agregat kasar terdiri atas batu pecah atau kerikil yang keras dan awet;

b) Untuk Lapis Pondasi Agregat Kelas A diperlukan agregat kasar yang mempunyai paling sedikit satu bidang pecah;

c) Untuk Lapis Pondasi Agregat Kelas B diperbolehkan menggunakan agregat dengan persentase bidang pecah 0%.

Agregat halus

Agregat halus dapat berupa abu batu, pasir atau tailing;

Tailing

a) Tailing yang digunakan harus memenuhi baku mutu lingkungan berdasarkan PP No. 85/1999 seperti pada Tabel 1 berikut;

(6)

b) Pada pelaksanaan penggunaan tailing sebagai bahan jalan, agar diperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja seperti penggunaan sepatu kerja, sarung tangan, dan masker;

Gradasi agregat gabungan

a) Agregat campuran merupakan gabungan dari agregat kasar dan halus (tailing dan atau pasir dan atau abu batu).

b) Lapis Pondasi Agregat Kelas A dan Kelas B harus memenuhi gradasi seperti pada Tabel 2.

Sifat-sifat agregat

Seluruh lapis pondasi agregat harus bebas dari bahan organik, gumpalan lempung, atau bahan-bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Bahan pondasi agregat ini harus memenuhi sifat-sifat seperti yang diberikan pada Tabel 3.

(7)

Perencanaan campuran kombinasi agregat

Untuk mendapatkan agregat gabungan bisa dilakukan dengan menggunakan cara analitis maupun grafis. Campuran kombinasi agregat minimum terdiri atas 2 (dua) fraksi yaitu fraksi kasar dan fraksi halus yang berupa tailing.

Pencampuran agregat

Pencampuran bahan untuk memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus dikerjakan di lokasi instalasi pemecah batu atau pencampur. Pencampuran bahan ini menggunakan pemasok mekanis yang telah dikalibrasi untuk memperoleh aliran yang menerus dari komponenkomponen campuran dengan proporsi yang benar. Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan melakukan pencampuran di lapangan.

1.2 Penghamparan dan pemadatan lapis pondasi agregat Penyiapan formasi untuk lapis pondasi agregat

a) Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada perkerasan atau bahu jalan lama, semua kerusakan pada permukaan tanah dasar dan lapis pondasi atau bahu jalan lama harus diperbaiki terlebih dahulu.

b) Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada suatu lapisan perkerasan lama atau tanah dasar baru maupun lapis pondasi yang disiapkan, maka lapisan ini harus diselesaikan sepenuhnya terlebih dahulu.

c) Lokasi yang telah disediakan untuk pekerjaan Lapis Pondasi Agregat harus disiapkan sekurang-kurangnya untuk 100 meter melampaui rencana akhir lokasi penghamparan. Apabila perbaikan-perbaikan dilakukan untuk panjang jalan kurang dari 100 meter, seluruh formasi harus disiapkan sebelum Lapis Pondasi Agregat dihampar.

d) Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar langsung di atas permukaan perkerasan aspal lama yang kondisinya tidak rusak, maka diperlukan penggarukkan atau pengaluran pada permukaan perkerasan aspal lama agar diperoleh tahanan geser yang lebih baik.

(8)

1.3 Percobaan pemadatan

a) Sebelum pelaksanaan penghamparan dan pemadatan, percobaan pemadatan harus dilakukan terlebih dahulu untuk mendapatkan jenis alat, jumlah lintasan dan ketebalan hamparan sehingga didapatkan tebal lapisan sesuai dengan yang direncanakan dan kepadatan yang disyaratkan.

b) Panjang minimum segmen percobaan adalah 100 m.

1.4 Penghamparan lapis pondasi agregat

a) Bahan Pondasi Agregat harus dibawa ke badan jalan sebagai campuran yang merata dan harus dihampar pada kadar air optimum dengan toleransi 1½%.

Kadar air dalam bahan harus tersebar secara merata.

b) Setiap lapis harus dihampar secara merata agar menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan. Bilamana akan dihampar lebih dari satu lapis, maka lapisan-lapisan tersebut harus diusahakan sama tebalnya.

c) Lapis Pondasi Agregat harus dihampar dan dibentuk dengan salah satu metode yang disetujui yang tidak menyebabkan segregasi pada partikel agregat kasar dan halus. Bahan yang segregasi harus diperbaiki atau dibuang dan diganti dengan bahan yang bergradasi baik.

d) Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali ukuran terbesar agregat lapis pondasi. Tebal padat maksimum tidak boleh melebihi 20 cm, kecuali bila alat pemadat yang dipergunakan mampu untuk memadatkannya.

Pemadatan lapis pondasi agregat

a) Segera setelah pencampuran dan pembentukan akhir, setiap lapis harus dipadatkan secara menyeluruh dengan alat pemadat getar yang disetujui sampai derajat kepadatannya mencapai paling sedikit 100% kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1743- 1989 metode D.

(9)

b) Pemadatan akhir dapat menggunakan mesin gilas beroda karet bila mesin gilas statis beroda baja dianggap mengakibatkan kerusakan atau degradasi berlebihan dari Lapis Pondasi Agregat.

c) Pemadatan harus dilakukan pada kadar air antara 1½% diatas dan 1½%

dibawah kadar air optimum pemadatan, seperti yang ditetapkan oleh kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) pada SNI 03-1743-1989, metode D.

d) Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi sedikit ke arah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Pada bagian tikungan (superelevasi), penggilasan harus dimulai dari bagian yang rendah dan bergerak sedikit demi sedikit ke bagian yang lebih tinggi. Operasi penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh bekas roda mesin gilas hilang dan lapis tersebut terpadatkan secara merata.

e) Bahan sepanjang kereb, tembok, dan tempat-tempat yang tak terjangkau mesin gilas harus dipadatkan dengan timbris mekanis atau alat pemadat lainnya yang disetujui.

1.5 Pengendalian mutu

a) Pengujian bahan yang diperlukan untuk persetujuan awal harus mencakup seluruh jenis pengujian yang disyaratkan dalam Tabel 2 dan Tabel 3. Untuk masing-masing sumber bahan yang diusulkan diperlukan minimum 3 contoh yang mewakili rentang mutu bahan tersebut.

b) Setelah persetujuan mutu bahan lapis pondasi agregat yang diusulkan, seluruh jenis pengujian bahan harus diulangi lagi bila terdapat perubahan sumber, mutu bahan atau metode produksinya.

c) Program pengujian rutin pengendalian mutu bahan harus dilaksanakan untuk mengendalikan ketidakseragaman bahan yang dibawa ke lokasi pekerjaan.

Pengujian lebih lanjut harus dilakukan untuk setiap 1000 meter kubik bahan yang diproduksi paling sedikit lima (5) pengujian indeks plastisitas, lima (5) pengujian gradasi, dan satu (1) penentuan kepadatan kering maksimum menggunakan SNI 03-1743-1989, metode D.

(10)

d) Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan harus secara rutin diperiksa.

Pengujian harus dilakukan sampai seluruh kedalaman lapis terpasang dengan selang jarak tidak boleh lebih dari 200 m.

A. Lapis Pondasi Agregat Kelas A

Lapis pondasi agregat kelas A (LPA) adalah campuran agregat dengan berbagai fraksi dan material yang digunakan untuk pondasi perkerasan aspal maupun perkerasan beton. LPA ini berada di atas LPB. Perbedaan antara LPA dan LPB adalah komposisi campuran dan kriteria pondasi. Kriteria pondasi agregat kelas A bisa dilihat pada tabel di atas. Contoh komposisi agregat kelas A pada JMF antara lain:Fraksi 1 (20- 37.5) = 38% Fraksi 2 (10- 20) = 19% Fraksi 3 (0 – 10) = 25%Fraksi 4 (pasir) = 18%

Komposisi di atas tidak mutlak karena setiap proyek mempunyai JMF sendiri.

Yang terpenting adalah memenuhi kriteria.

2.1 Metode Pelaksanaan Agregat Kelas A

Pelaksanaan lapis pondasi agregat kelas A hampir sama dengan LPB. Berikut langkah kerja pondasi agregat kelas A.

1. Apabila lapis pondasi agregat kelas B sudah finish grade, maka dilanjutkan dengan agregat kelas A

2. Proses pemecahan batu menjadi fraksi yang diinginkan menggunakan Stone Crusher.

3. Blending material mulai dari fraksi 1, 2, 3 dan 4 sesuai komposisi JMF.

Blending bisa menggunakan alat blending plant. Jika tidak tersedia, blending bisa menggunakan excavtor maupun wheel loader

4. Proses pengangkutan dari stockpile menuju lokasi penghamparan menggunakan dump truck.

5. Penghamparan agregat menggunakan Motor Grader. Tebal hamparan agregat maksimum 20 cm.

(11)

6. Proses pemadatan menggunakan alat berat vibro roller. Pada saat pemadatan perlu menjaga kadar air. Oleh karena itu perlu dilakukan penyiraman menggunakan truck water tank.

7. Pengujian ketebalan LPA atau tes spit

8. Pengujian kepadatan agregat menggunakan metode sand cone. Tingkat kepadatan sampai 100%.

9. Pengujian CBR lapangan dan CBR lab. Nilai CBR minimal 90%.

B. Lapis Pondasi Agregat Kleas B

LPB adalah lapis pondasi agregat yang berada di atas tanah dasar /subgrade.

Tanah dasar di bawah LPB bisa berupa tanah asli maupun tanah timbunan dan galian. Lapis pondasi agregat kelas B ini merupakan campuran dari berbagai fraksi agregat dengan ketentuan gradasi sesuai dengan Tabel SNI berikut.

Tabel di atas adalah gradasi lapis pondasi agregat mulai dari kelas A, kelas B dan kelas S. Agregat yang lolos saringan sesuai dengan kriteria akan dicampur menjadi lapis pondasi. Komposisi campuran agregat kelas B tergantung dari Job Mix Formula yang telah dibuat. Pembuatan JMF dimulai dengan berbagai

(12)

pengujian material agregat antara lain pengujian berat jenis, CBR, uji kekerasan batu (abrasi), dan lain sebagainya. Contoh komposisi Agregat kelas B hasil dari JMF adalah sebagai berikut

Fraksi 1 (37.5 – 50) = 15%

Fraksi 2 (0 – 37.5) = 53%

Fraksi 3 (Pasir ) = 32%

Pembuatan komposisi agregat kelas B harus memenuhi syarat sebagai berikut.

3.1 Metode Pelaksanaan Agregat kelas B

Pelaksanaan agregat kelas B dilakukan setelah subgrade siap. Berikut langkah- langkah pekerjaan agregat kelas B.

1. Pekerjaan persiapan subgrade. Apabila sudah siap maka dilakukan pengukuran menggunakan alat ukur seperti TS, theodolit maupun waterpass.

2. Proses pemecahan batu menjadi fraksi yang diinginkan menggunakan Stone Crusher

3. Blending material mulai dari fraksi 1, 2 dan 3 sesuai komposisi JMF.

Blending bisa menggunakan alat blending plant. Jika tidak tersedia, blending bisa menggunakan excavtor maupun wheel loader

4. Proses pengangkutan dari stockpile menuju lokasi penghamparan menggunakan dump truck.

(13)

5. Penghamparan agregat menggunakan Motor Grader. Tebal hamparan agregat maksimum 20 cm.

6. Proses pemadatan menggunakan alat berat vibro roller. Pada saat pemadatan perlu menjaga kadar air. Oleh karena itu perlu dilakukan penyiraman menggunakan truck water tank.

7. Pengujian ketebalan LPB atau tes spit

8. Pengujian kepadatan agregat menggunakan metode sand cone. Tingkat kepadatan sampai 100%.

9. Pengujian CBR lapangan dan CBR lab. Nilai CBR minimal 60%

(14)
(15)

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini bahwa yang disebut deng an agregat adalah material yang dominan dalam konstruksi kongkrit. Hampir 70%

- 80 % lebih berat konstruksi kongkrit adalah agregat.

Pengendalian mutu adalah suatu proses kontrol dari mulai penyiapan bahan baku menjadi bahan olahan (proses pengolahan) dan menjadi bahan jadi.

Pengendalian mutu merupakan salah faktor penting yang dapat memberikan informasi sebagai tolok ukur, apakah barang jadi ini sudah sesuai dengan yang diinginkan. Dalam setiap pekerjaan jalan selalu dilakukan kegiatan pengendalian mutu material, dalam hal ini khususnya material agregat kelas A dan kelas B, yang apakah sudah memenuhi syarat spesifikasi yang telah di tentukan.

Ada beberapa pemeriksaan laboratorium yang perlu dikerjakan untuk mengetahui mutu agregat kelas A dan kelas B , yaitu Atterberg (pemeriksaan konsistensi tanah), analisa saringan, abrasi, percobaan pemadatan, CBR (California Bearing Ratio), dan terakhir pemeriksaan lapangan dengan metode sand cone tes

Terdapat 2 klasifikasi Lapis Pondasi Agregat yaitu Kelas A dan Kelas B.

Lapis Pondasi Agregat Kelas A adalah mutu Lapis Pondasi untuk suatu lapisan

(16)

dibawah pondasi beraspal. Sedangkan Lapis Pondasi Agregat Kelas B digunakan untuk Lapis Pondasi Bawah.

DAFTAR PUSTAKA

Spesifikasi Umum, Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2002.

https://www.kelasilmuproyek.co.id/metode-pelaksanaan-pondasi-agregat-kelas-a- kelas-b-dan-kelas-s/

https://www.academia.edu/34974705/Makalah_Agregat_doc

Referensi

Dokumen terkait

 Nilai CBR laboratorium meningkat 5,62% yaitu dari 40,58% menjadi 46,2 % dengan adanya penggunaan pasir Sumpur Kudus sebagai pengganti agregat halus pada campuran

 Nilai CBR laboratorium meningkat 5,62% yaitu dari 40,58% menjadi 46,2 % dengan adanya penggunaan pasir Sumpur Kudus sebagai pengganti agregat halus pada campuran