• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSEDUR PENGENDALIAN MUTU CAMPURAN ASPAL PANAS.doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSEDUR PENGENDALIAN MUTU CAMPURAN ASPAL PANAS.doc"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PROSEDUR PENGENDALIAN MUTU CAMPURAN ASPAL

PANAS

I. PENDAHULUAN

Pengendalian mutu merupakan salah satu factor kunci keberhasilan hasil pelaksanaan pekerjaan ke PU-an, dalam hal ini pekerjaan jalan raya. Dengan pengendalian mutu yang baik akan diperoleh hasil pekerjaan yang memberikan kinerja yang baik dan dapat memberikan pelayanan sesuai dengan umur rencana.

Penulisan makalah ini ditujukan untuk memberikan informasi tentang hal-hal yang pokok yang perlu dilakukan dalam pengendalian mutu suatu pekerjaan jalan raya, khususnya dalam hal pekerjaan pelapisan dengan campuran beraspal.

Pengendalian mutu yang dibahas diarahkan kepada suatu sistem jaminan mutu dimana setiap tahapan pekerjaan harus berpedoman kepada suatu prosedur kerja. Prosedur-prosedur kerja tersebut dilengkapi dengan check list sehingga memudahkan pengontrolan pelaksanaan baik dilokasi pencampuran, pengangkutan dan di lokasi pelapisan. Pembahasan dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengendalian mutu di Base Camp dan pengendalian mutu di Lapangan. II. PROSEDUR PENGENDALIAN MUTU DI BASE CAMP

II.1. Laboratorium

Sebelum penggunaan, semua peralatan laboratorium harus dicek kesesuaiannya dengan persyaratan yang dipakai. Sebagai contoh, tinggi jatuh alat penumbuk Marshall, atau dudukannya, apakah sesuai atau tidak. Atau alat ukur SE yang dipakai apakah standar atau tidak. Hal pokok yang lain adalah kalibrasi secara berkala.

Prosedur-prosedur pengujian yang digunakan seperti SNI, AASHTO, ASTM dan lainnya yang ada dalam kontrak harus tersedia di laboratorium dan diaplikasikan secara benar. Setiap pengujian harus mencantumkan secara jelas nama dan jabatan personil penguji, pengawas dan yang menyetujui. Jumlah, frekwensi metoda pengambilan contoh uji, dan metoda pengujian harus sesuai dengan persyaratan dalam Spesifikasi.

II.2. Stock Pile

Metoda penanganan agregat di stockpile mempunyai pengaruh besar pada perbedaan volumetrik campuran antara JMF dengan pelaksanaan. Segregasi yang terjadi selama proses penumpukan, pemindahan, dan terkontaminasinya agregat dengan tanah sering terjadi. Untuk menghindari kejadian tersebut di perlukan keahlian dan pengetahuan yang cukup bagi operator loader. Penyimpangan gradasi yang terjadi pada stockpile dapat menyebabkan operator unit pencampur aspal ( Asphalt Mixing Plant, AMP ) sulit dan

(2)

bahkan tidak mungkin untuk mengadakan penyesuaian gradasi dalam waktu yang sangat terbatas. Check list pada stock pile meliputi :

• Kebersihan agregat di stock pile, terutama kebersihan pasir

• Agregat tidak mengalami segregasi

• Agregat tidak tercampur satu sama lain dan tidak terkontaminasi tanah lempung atau

bahan lain yang tidak perlu.

II.3. AMP

Sesuai dengan komponen yang tersedia, terdapat dua jenis AMP, yaitu (1) AMP jenis menerus dan (2) AMP dengan penakaran ( batch ). Tipikal keduanya diperlihatkan pada gambar di bawah ini. Di Indonesia jenis yang banyak digunakan adalah jenis batch, karena pengendaliannya relatife lebih mudah

Komponen –komponen yang terdapat dalam AMP adalah sebagai berikut : a. Cold bins

Bagian pertama dari AMP adalah cold nins, yaitu tempat penyimpanan agregat kasar, agregat halus dan pasir. Jenis atau tipe cold bins yang umum dikenal adalah : (1) Jenis ban berjalan yang menerus ( continuous belt type ), (2) Jenis yang getarkan ( Vibratory type ), dan (3) Jenis mengalir apro ( Apron ) flow type.

Kontinuitas aliran material dari cold bins ini sangat berpengaruh terhadap produksi campuran beraspal, untuk itu perlu pengendalian mutu yang ketat pada cold bins. Check list pada cold bins meliputi :

• Gradasi agregat. Perubahan gradasi dapat disebabkan karena perbedaan quari atau

supplier. Jika terjadi perubahan gradasi agregat maka harus dilakukan pembuatan JMF kembali.

• Kondisi dari tiap cold bins. Pencampuran agregat antar bin yang berdekatan dapat

dicegah dengan membuat pemisah yang cukup dan pengisian tidak berlebih.

• Kalibrasi bukaan cold bins.

• Bukaan cold bins. Bukaan cold bins kadang-kadang tersumbat jika agregat halus

basah, agregat terkontaminasi tanah lempung, atau penghalang lain yang tidak umum seperti batu dan kayu.

• Kecepatan conveyor dan pengontrolan aliran agregat dan membuang material yang

tidak perlu. b. Dryer

Dari cold bins agregat dibawa ke dryer yang mempunyai fungsi : (1) menghilangkan kandungan air pada agregat, dan (2) memanaskan agregat sampai suhu yang disyaratkan. Check list yang diperlukan pada bagian ini meliputi :

• Alat pengukur suhu.

(3)

• Pemeriksaan kadar air secara cepat ; ambil contoh secukupnya, kemudian lewatkan cermin yang kering, atau spatula diatas agregat tersebut. Amati jumlah kadar air yang mengembun pada permukaan cermin atau spatula.

c. Hot Screen

Setelah agregat dikeringkan dan dipanaskan, agregat diangkat dengan hot elevator untuk disaring dengan saringan bergetar dan dipisahkan dalam beberapa ukuran. Saringan pertama dengan ukuran terbesar berfungsi membuang agregat yang oversize. Umumnya pada proses penyaringan ini terjadi pelimpahan agregat, misalnya yang semestinya masuk ke hot bin I tertapi terbawa ke hot bin II. Pelimpahan ini pada kondisi normal terjadi kurang dari 5 % dan cenderung konstan sehingga tidak terlalu mengganggu kualitas produksi. Akan tetapi prosentase tersebut dapat bertambah jika lubang saringan tertutup agregat, kecepatan produksi ditambah sehingga agregat yang disaring bertambah sementara efisiensi operasi penyaringan tetap, agregat halus basah sehingga pada saat pengeringan dan pemanasan agregat halus tersebut akan menggumpal dan masuk ke hot bin yang tidak semestinya. Kemungkinan lain adalah lubang-lubang pada saringan sudah ada yang rusak, sehingga beberapa agregat masuk ke hot bin yang tidak semestinya.

Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan gradasi dan kadar aspal secara serius. Check list yang perlu dilakukan pada bagian ini adalah : Pengecekan harian secara visual pada kebersihan dan kondisi saringan.

d. Hot Bins

Jika agregat halus masih menyisakan kadar air ( karena burner / dryer kurang baik ) setelah pemanasan, maka agregat yang sangat halus ( debu ) akan menempel dan menggumpal pada dinding hot bin dan akan jatuh setelah cukup berat. Hal tersbut dapat menyebabkan perubahan kecil pada gradasi agregat, yaitu penambahan material yang lolos saringan No. 200 ( 0,075 mm ).

e. Weigh Hopper

Pada bagian ini operator AMP sangat berperan. Jika keseimbangan waktu pencapaian berat hot bin sulit tercapai, maka operator harus membuang agregat tersebut dan melakukan pengecekan aliran material mulai dari cold bin. Akan tetapi jika ketidak seimbangan waktu tersebut dipaksakan terus berjalan, maka dapat dipastikan akan terjadi penyimpangan gradasi akibat proporsi masing-masing hot bin tidak sesuai. Check list yang dilakukan pada bagian ini adalah :

• Kalibrasi timbangan, termasuk timbangan aspal.

• Weigh box tergantung bebas

• Kontrol harian terhadap kinerja operator AMP.

f. Pugmill

Dalam pugmill terjadi dua jenis pencampuran, yaitu pencampuran kering dan pencampuran basah ( setelah ditambah aspal ). Lamanya pencampuran kering diusahakan sesingkat mungkin untuk meminimalkan degradasi agregat, umumnya 1 atau 2 detik.

(4)

Pencampuran basah juga diusahakan seminimal mungkin untuk menghindari degradasi dan oksidasi. Jika agregat kasar ( tertahan saringan No. 4 ) telah terselimuti aspal maka pencampuran basah dihentikan, karena dapat dipastikan agregat halus juga telah terselimuti aspal ( ASTM D 2489, derajat penyelimutan aspal dilihat dari agregat yang tertahan No. 4 ).

Umumnya waktu pencampuran kurang dari 30 detik. Check list yang dilakukan pada bagian ini adalah :

• Temperatur aspal ( pada tangki aspal )

• Lamanya pencampuran

• Tampak visual campuran yang keluar dari pugmill. Apakah campuran merata, terselimuti aspal, aspal menggumpal, atau pugmill bocor.

II.4. Pemeriksaan Hasil Produksi Campuran Panas

Pemeriksaan terhadap hasil produksi sangan diperlukan untuk mengetahui secara dini penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, sehingga dapat diperbaiki dengan segera. Penyimpangan dan penyebabnya dipresentasikan pada table 1.

(5)

Tabel 1. Penyimpangan Produksi Campuran panas dan Kemungkinan Penyebabnya A gg re ga te s to o w et In ad eq ua te B un ke r S ep ar at io n A gg re ga te F ee d G at es n ot P ro pe rl y S et O ve r-R at ed D ry er C ap ac it y D ry er s et T oo S le ep I m pr op er D ye r O pe ra tio n T em p. I nd ic at or O ut o f A dj us tm en t A gg re ga te T em pe ra tu r T oo H ig h W or n O ut S cr ee ns F au lty S cr ee n O pe ra tio n B in O ve r lo w s N ot F un ct io ni ng L ea ky B in s S eg re ga ti on o f A gg re ga te in B in s C ar ry ov er in B in s D ue to O ve rl oa di ng S cr ee ns A gg re ga te S ca le s O ut o f A dj us tm en t I m pr op er W ei gh in g F ee d of M in er al F ill er N ot U ni fo rm In su ff ic ie nt A gg re ga te s in H ot B in s I m pr op er W ei gh in g Se qu en ce s I ns uf fi ci en t A sp ha lt T oo M uc h A sp ha lt F au lty D is tr ib ut io n o f A sp ha lt to A gg re ga te s A sp ha lt S ca le s O ut o f A dj us tm en t A sp ha lt M et er O ut o f A dj us tm en t U nd er si ze o r O ve rs iz e B at ch M ix in g T im e N ot P ro pe r I m pr op er ly S et o r W or n Pa dd le s F au lty D um p G at e A sp ha lt a nd A gg re ga te F ee d N ot S yn ch ro ni ze d O cc as io na l D us t S na ke d ow n in B in s Ir re gu la r P la nt O pe ra tio n F au lty S am pl in g Types of Deficiencies That May Be Encountered in Producing Plant Mix

Paving Mixtures

A B B A A A B C B B B C A

Asphalt Content Does Not Check Job Mix Formula

A A B B B B A A B B B A B B B C B A

Aggregate Gradation Does Not Check Job Mix Formula

A A B B B A A B B B A B B C B A Encessive Fines in Mix

A A A A A A A Uniform Temperaturs

Difficult to Maintain

B B B B Truck Weights Do Not

Check Batch Weights

B B A A B C B B C Free Asphalt on Min. in

Truck

B B Free Dust on Min. in

Truck

A A A A A A A B C B B B C A Large Aggregate

Uncoated

B B A A A B B B A B A B C B B B C B A Mixture in Truck Not

Uniform

B A B B B A Mixture in Truck Fat on

One side

A A A B C B C A Mixture Fiallens in

Truck

A A A A A Mixture Burned

A A A A A B A B C B C A Mixture Too Brown or

Gray

B B B A A A B C B C A Mixture Too Fat

A A A A Mixture Smokes in

Truck

A A A A A A Mixture Steams in

Truck

A A A A A A Mixture Appears Dull

(6)

Pemeriksaan temperatur merupakan hal penting pada setiap proses produksi campuran panas. Dengan cara visual temperatur campuran panas dapat diamati di atas dump truck. Jika berasap biru berarti terjadi overheating ( terlalu panas ), dan jika menggumpal atau tidak uniform berarti underheating ( kurang panas ).

Meskipun telah dilakukan pemeriksaan secara visual, pemeriksaan dengan alat juga harus dilakukan. Pemeriksaan tersebut meliputi :

• Pemeriksaan temperatur diatas dump truck.

• Pengambilan sample untuk pengujian sifat-sifat fisik campuran ( ekstraksi, analisa saringan, Marshall, kepadatan, dll ). Umumnya pemeriksaan tersebut dilakukan tiap 200 ton produksi atau minimum 1 kali dalam satu hari.

( Metoda pengambilan contoh uji dan pengujiannya, dijelaskan pada makalah yang lain ).

II.5. Cheek List di Base Camp

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka hal-hal utama yang perlu dicek dan diperhatikan dalam pengendalian mutu di Base Camp adalah sebagai berikut :

1. Laboratorium

• Kalibrasi alat

• Kesesuaian dimensi dan persyaratan alat

• Metoda sampling, frekwensi, volume dan prosedur pengujian

2. Stockpile

• Kebersihan agregat

• Segragasi dan degradasi

• Perubahan gradasi karena quari atau suplier berubah

• Mineral filler dijaga tetap kering

3. Cold Bin

• Kalibrasi bukaan cold bin

• Kelengkapan cold bin, seperti penggetar untuk tipe vibratory

• Pemisah antar cold bin agar agregat tidak bercampur ( degradasi )

• Kontinuitas aliran material

4. Dryer, screen, hot bins, weigh hopper, pugmill, tangki aspal

• Kalibrasi pengukur suhu pada dryer, tangki aspal, dan pencampur

• Kalibrasi timbangan agregat dan aspal

• Kotak penimbang ( weigh box ) tergantung bebas

• Kebersihan dan kondisi saringan

• Pemeriksaan temperatur di dryer, tangki aspal dan pencampur

• Pemeriksaan kadar air agregat setelah dipanaskan ( terutama musim hujan )

• Kontrol penimbang agregat dan aspal

(7)

• Pengamatan visual terhadap hot mix di atas dump truck 5. Pemeriksaan rutin harian

• Metoda sampling, frekwensi, volume dan prosedur pengujian

II.6. Sistem Jaminan Mutu di Base Camp

Untuk menjamin mutu hot-mix yang keluar dari Base Camp telah sesuai dengan persyaratan maka paling sedikit dilakukan hal-hal sebagai berikut :

• Tersedianya dokumen kontrak, prosedur pengujian dengan form-formnya.

• Sertifikat kalibrasi dan masa berlakunya

• Check list pengendalian mutu di Base Camp (seperti sub bab 2.5). Diisi oleh teknisi, di

periksa oleh atasannya (engineer) dan disahkan oleh owner. Check list yang telah diisi disimpan sebagai bahan masukan untuk pemeriksaan lebih lanjut dan pembayaran.

• Hasil-hasil pengujian harian yang telah ditandatangani ketiga pihak.

• Penyimpanan dan penandaan / identifikasi contoh uji.

• Site instruction dan memo / surat teguran.

• Risalah – risalah rapat

.

III. PROSEDUR PENGENDALIAN MUTU DI LAPANGAN

III.1. Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan persiapan yang harus dilakukan adalah : 1. Penyiapan dan Pemeriksaan Permukaan Jalan Lama

Campuran beraspal panas umumnya dihampar diatas lapis beraspal atau diatas lapis pondasi agregat. Sebelum Kontraktor melakukan penghamparan, maka harus ada ’request’ terlebih dahulu. Dengan dasar request tersebut dilakukan pengecekan-pengecekan terhadap kesiapan permukaan. Request dapat ditolak jika kesiapan permukaan yang akan dilapis dinilai belum memadai.

Jika akan dihampar diatas lapis beraspal maka harus dilakukan pengecekan terhadap lapis beraspal tersebut, yang meliputi :

• Lubang, cutting dan deformasi harus sudah diperbaiki. Metoda perbaikan yang

umum dipakai adalah dengan membuat lubang persegi empat dengan luas yang cukup meliputi daerah yang mengalami kerusakan tersebut. Sisi-sisi persegi empat harus tegak. Bentuk persegi empat dengan sisi yang tegak (ditambah lapisan ikat) dimaksudkan untuk menguatkan ikatan antara campuran beraspal yang baru dengan yang lama. Kedalaman disesuaikan dengan kerusakan.

Untuk area yang luas, akan lebih efektif menggunakan Cold Milling. Alat ini akan menggaruk perkerasan lama dengan kedalaman maksimum sampai 15 cm dan lebar 1,5 m tergantung tipe alat.

• Pemeriksaan kerataan permukaan dan kemiringan melintang jalan. Jika diperlukan

(8)

optimal jika dilakukan dalam beberapa lapisan, sehingga penurunan setelah pemadatan dapat diketahui dengan baik.

Untuk penghamparan diatas lapis pondasi agregat, harus diperhatikan hal-hal sebagai beikut :

• Kepadatan lapis pondasi sesuai persyaratan.

• Kerataan permukaan lapis pondasi bawah toleransi yang diijinkan.

• Permukaan bebas dari kotoran seperti tanah lempung, debu, plastik, dan lain-lain.

2. Penyesuaian Permukaan Utilitas

Sebelum pekerjaan penghamparan campuran beraspal, harus dicek elevasi permukaan utilitas yang terkait, seperti manhole, catch basin, dan lainnya. Diusahakan tidak terjadi pekerjaan dua kali, misalnya manhole telah di overlay. Kemudian dibongkar lagi untuk menaikkan permukaan manhole dan lubang disekitarnya ditambal.

3. Pengendalian elevasi horizontal dan vertikal

Pengendalian elevasi horizontal dan vertikal dilakukan dengan membuat patok ketinggian atau dengan kawat memanjang. Pada peralatan yang baru, alat penghampar / finisher telah dilengkapi dengan automatic level. Dengan alat tersebut pengendalian elevasi arah memanjang diarahkan dengan kabel/kawat yang telah ditentukan elevasinya.

4. Pemberian Prime Coats dan Tack Coats

Prime Coats adalah lapisan ikat yang diletakkan diatas lapis pondasi agregat, sedangkan Tack Coats diletakkan diatas lapis beraspal. Prime Coats umumnya dilaksanakan dengan aspal yang mempunyai waktu pengeringan sedang ( medium curing cutback asphalt ), untuk memberi waktu lapis ikat tersebut meresap dengan baik ke lapis pondasi agregat. Kegunaan dari Prime Coats adalah :

• Memberi daya ikat antara lapis pondasi agregat dengan campuran beraspal.

• Mencegah lepasnya butiran lapis pondasi agregat jika dilewati kendaraan (sebelum

dilapis dengan campuran beraspal).

• Menjaga lapis pondasi agregat dari pengaruh cuaca, khusunya hujan.

Kuantitas Prime coats yang digunakan sangat tergntung pada jenis aspal yang

digunakan umumnya berkisar 1 lt/m2. Lama waktu pengeringan kira-kira 24 jam,

meskipun demikian kadang-kadang terdapat prime coat yang berlebih. Prime coats yang berlebih dapat mengakibatkan bleeding, untuk itu pada daerah yang berlebih ditabur dengan pasir dan kemudian pasir yang telah dilekati aspal dibuang.

Tack coat mempunyai kegunaan memberi daya ikat antara lapis lama dengan baru, dan dipasang pada permukaan yang kering. Tack coat umumnya dipasang pada hari yang sama dengan penghamparan campuran beraspal. Meskipun demikian tidak diperkenankan melakukan overlay pada saat tack coat masih basah.

Untuk memperoleh hasil yang merata sebaiknya digunakan asphalt distributor. Sebelum pemakaian diuji coba terlebih dahulu ( sudut nozzle, ketinggian,

(9)

kecepatan kendaraan ) sehingga diperoleh ketebalan yang sesuai dengan persyaratan.

Pengendalian mutu dilakukan dengan meletakkan karton persegi empat yang telah diketahui beratnya. Karton diletakkan diatas permukaan dan kemudian dilewati oleh asphalt distributor/sprayer. Berat karton dengan lapis ikat dikurangi berat karton semula merupakan berat lapis ikat per m2. ( jika luas karton 1 m2 ).

III.2. Paving Equipment

Untuk pekerjaan pelapisan campuran beraspal diperlukan 1. Finisher

Secara garis besar bagian-bagian yang terdapat pada finisher adalah sebagai berikut :

• Power Unit

Untuk menjamin peralatan berfungsi dengan baik, beberapa item harus dicek, yaitu sebagai berikut :

Roda atau tracks ( rantai baja ); jika finisher menggunakan roda karet, maka

tekanan roda harus diperiksa dan sama untuk setiap roda. Jika menggunakan tracks harus terpasang dengan baik dan tidak terlalu kencang. Tekanan roda yang kurang atau pemasangan tracks yang kurang kencang dapat mengganggu pergerakan finisher dan berakibat hasil penghamparan tidak merata.

Mesin, Hopper, Flow gates ; Kontraktor harus menjamin bagian ini bekerja

dengan baik, untuk mencegah kerusakan ditengah jalan dan menjaga kontinuitas aliran campuran beraspal.

• Screed Unit

Bagian ini mempunyai dua fungsi utama yaitu ; (1) penghamparan campuran beraspal dengan tebal dan kerataan yang sesuai, dan (2) memberikan pemadatan awal.

Bagian-bagian dari unit ini adalah; screed tow arms, screed plate, heating unit, tamping bars atau vibratory.

Heating unit ; Screed dilengkapi dengan pemanas yang berfungsi memanaskan

screed plate pada awal operasi. Jika screed plate tidak dipanaskan pada awal operasi, maka hasil penghamparan campuran beraspal akan tampak kasar dan bertekstur terbuka, seperti halnya campuran yang terlalu dingin.

Tamping bars type ; memadatkan dan menyalurkan campuran beraspal ke

screed plate untuk memperoleh ketebalan yang diinginkan.

Vibratory type ; operasinya mempunyai prinsip yang sama dengan tamping

bar, kecuali usaha pemadatannya dihasilkan dari electric vibrators. Frekuensi dan amplitude harus diatur sesuai dengan jenis paver, ketebalan, kecepatan dan karakteristik campuran beraspal.

2. Dump Truck

Dump truck yang digunakan dapat berupa single axle atau tandem axle, prinsip yang penting pada saat campuran beraspal di tumpahkan ( dumping ) ke finisher adalah :

(10)

• Pengisian tidak berlebih atau berceceran. Jika memungkinkan dump truck didorong oleh finisher sambil menurunkan muatannya secara perlahan. Untuk itu roda finisher sebaiknya berupa rantai baja dan mempunyai kekuatan dorong yang cukup.

III.3. Pemeriksaan Campuran Beraspal Panas saat Diterima Di Lapangan

Yang perlu dilakukan saat campuran beraspal panas diterima di lapangan adalah : 1. Pemeriksaan Surat pengiriman / Tiket

Surat pengiriman atau lebih dikenal dengan istilah tiket, merupakan arsip yang penting untuk pengendalian kuantitas dan kualitas. Pada umumnya pada tiket tercantum informasi-informasi seperti ; nama proyek, nomor urut pengiriman, waktu keberangkatan dari base camp, temperatur, dan berat campuran beraspal. Dari tiket tersebut dapat diperkirakan waktu perjalanan dari base camp ke lapangan. Jika waktunya terlalu lama maka pengecekan temperatur harus dilakukan dengan teliti, terlebih lagi jika bak dump truck tidak ditutup dengan terpal. Jika temperatur di lapangan lebih rendah dari persyaratan, maka isi dump truck tersebut harus direject dan dibuang di luar proyek. Demikian juga jika temperatur terlalu tinggi. Check list yang diperlukan pada bagian ini adalah :

• Cek waktu pengiriman.

• Cek temperatur

2. Pemeriksaan Campuran Beraspal Panas Secara Visual

Beberapa indikasi dari penyimpangan campuran beraspal dapat dilihat secara visual, seperti berikut ini :

• Berasap biru ; asap biru yang keluar dari campuran beraspal diatas dump truck atau

terlihat pada hopper mengindikasikan terjadinya overheating. Pengukuran temperatur dengan alat pengukur suhu harus segera dilakukan. Jika memang terjadi overheating maka campuran beraspal tersebut harus direject.

• Campuran beraspal tampak kaku ; tampak visual campuran beraspal yang kaku

mengindikasikan campuran tersebut telah dingin. Temperatur campuran beraspal segera dicek dengan alat pengukur suhu.

• Permukaan campuran beraspal di dump truck tampak rata ; pada umumnya

permukaan campuran beraspal diatas dump truck membentuk bukit. Jika permukaan tersebut terlihat rata, maka kemungkinan campuran beraspal kelebihan aspal atau kadar air. Pemeriksaan secara lebih detail harus dilakukan.

• Campuran beraspal tampak kering / berwarna coklat ; campuran yang mengandung

terlalu sedikit aspal biasanya tampak kering dan berwarna kecoklatan.

• Campuran beraspal beruap ; campuran beraspal masih mengandung kadar air. Kelebihan kadar air juga akan menyebabkan campuran beraspal terlihat seperti kelebihan aspal.

(11)

• Terkontaminasi ; campuran beraspal dapat terkontaminasi solar yang disemprotkan pada dasar bak dump truck. Campuran beraspal juga dapat terkontaminasi plastik atau lainnya.

3. Perkiraan Panjang penghamparan

Panjang penghamparan dapat diperkirakan dengan perhitungan sederhana, sebagai contoh : isi truck 15 ton campuran beraspal, lebar penghamparan 3 m dan tebal

penghamparan 0,04 m. berat isi campuran baraspal 2,3 t/m3. Maka panjang hamparan

adalah :

Berat (ton) = 3 x 0,04 x 1 x 2,3 atau L (m) = 15 / ( 3 x 0,04 x 2,3 ) = 54 m

III.4. Prosedur Penghamparan

1. Koordinasi antara Base Camp dengan Lapangan

Keseragaman dan kontinuitas penghamparan akan memberikan kualitas perkerasan yang baik. Untuk menjaga kontinuitas penghamparan maka diperlukan koordinasi antara lapangan dengan base camp. Misalnya selang waktu pengiriman yang berlalu lama akan menyebabkan sambungan kurang baik karena campuran beraspal yang dihampar sudah dingin. Sebaliknya jika dump truck yang dikirim terlalu cepat akan menyebabkan terjadi antrian dump truck di lapangan. Selama menunggu kemungkinan terjadi penurunan suhu. Koordinasi yang baik dapat dilakukan jika di lapangan tersedia alat komunikasi. Dengan alat komunikasi tersebut, hal-hal penting lainnya juga dapat diinformasikan dengan segera seperti akan turun hujan, ada kemacetan lalu-lintas dan lain sebagainya.

2. Pengaturan Tebal dan Lebar Penghamparan

Jika diperlukan screed / perubahan ketebalan, maka harus dialakukan secara bertahap. Jika diperlukan penambahan lebar penghamparan, maka pada bagian pelebaran tersebut harus terjangkau screw untuk menghindari terjadinya segregasi.

3. Pekerjaan Manual

Pekerjaan manual dengan penebaran hanya boleh dilakukan jika penghamparan dengan alat finisher sulit atau tidak bisa dilakukan dengan baik. Penebaran dengan tangan harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari terjadinya segregasi. 4. Pemeriksaan hasil penghamparan

• Temperatur ; temperatur campuran beraspal harus diperiksa pertama kali diatas

dump truck.

• Tekstur permukaan ; tekstur yang kurang baik dapat disebabkan oleh campuran

beraspal terlalu dingin, jika terjadi pada awal penghamparan kemungkinan screed tidak dipanaskan, pengaturan tamping bar yang tidak tepat juga dapat mengakibatkan tekstur kurang baik. Campuran beraspal yang masih mengandung kadar air akan berprilaku seperti campuran yang telah dingin atau seperti campuran yang kelebihan kadar aspal.

• Kerataan permukaan ; penghamparan yang tidak kontinyu dapat menyebabkan

permukaan tidak rata pada sambungan. Gradasi yang tidak sesuai, perubahan kecepatan penghamparan, dan dorongan dari dump truck juga dapat menyebabkan permukaan tidak rata.

(12)

• Kemiringan melintang dan memanjang ; kemiringan melintang dan memanjang harus diperhatikan terlebih pada daerah tikungan. Penyebaran campuran beraspal pada tepi dan tengah harus merata, sehingga saat pemadatan akan diperoleh penurunan yang seragam.

• Sambungan melintang ; pada prinsipnya sambungan melintang harus dibuat tegak.

Metoda yang dilakukan dapat berupa, pemotongan sambungan sebelum dimulainya penghamparan, atau dengan menaruh kertas pada bagian sambungan. Pada saat penghamparan kembali, maka kertas tersebut diambil sehingga diperoleh sambungan yang tegak.

• Sambungan memanjang ; seperti halnya sambungan melintang, maka sambungan

memanjang harus dibuat tegak. Umumnya dipakai kayu atau baja siku untuk membentuk sambungan tersebut.

• Tipikal problem pada saat penghamparan ; table 2 berikut ini memberikan gambaran mengenai penyimpangan dan penyebabnya saat penghamparan campuran beraspal.

(13)

Tabel 2. Penyimpangan dan penyebabnya yang Teramati Saat Penghamparan. In su ff ic ie nt o f N on -U ni fo rm T ac k C oa t Im pr op er ly C ur ed P ri m e or T ac k C oa t M ix tu re to o C oa rs e E xc es s Fi ne s in M ix tu re In su ff ic ie nt A sp ha lt E xc es s A sp ha lt Im pr op er ly P ro po rt io ne d M ix tu re U ns at is fa ct or y B at ch es in L oa d E xc es s M oi st ur e in M ix tu re M ix tu re T oo H ot o r B ur ne d M ix tu re T oo C ol d P oo r Sp re ad er O pe ra tio n S pr ea de r in P oo r C on di ti on E xc es si ve M oi st ur e in S ub so il E xc es si ve P ri m e C oa t o r T ac k C oa t E xc es si ve H an d R ak in g L ab or C ar el es s or U ns ki lle d E xc es si ve S eg re ga ra tio n in L ay in g O pe ra tin g Fi ni sh in g M ac hi ne T oo F as t

Types of Pavement Imporfections That May Be Encountered In

Laying Plant Mix Paving Mixtures

X X X X Bleeding

X X X Brown. Dead Appearance

X X X X X Rich or Fat Spots

X X X X X X X X X X X Poor Surface Texture

X X X X X X X X X X X X Rough Uneven Surface

X X X X X X X X X X Honeycomb or Raveling

X X X X X X X Uneven Joints

X X X X X Roller Marks

X X X X X X X X X X Pushing or Waves

X X X X Cracking ( Many Fine Cracks )

X Cracking ( Large Long Cracks )

X X X X X Rocks Broken by Roller

X X X X X X X X X Tearing of Surface During Laying

(14)

III.5. Prosedur Pemadatan 1. Prinsip Pemadataan

Pada ssat pemadatan terjadi 3 gaya utama, yaitu gaya tekan alat pemadat, gaya tahan pada campuran beraspal yang baru dihampar, dan gaya tahan pada lapisan di bawahnya yang telah stabil ( lapis pondasi agregat atau existing lapis beraspal ). Untuk memperoleh pemadatan yang baik, maka gaya tahan lapisan yang telah stabil harus seimbang dengan gaya tekan alat pemadat. Atau dengan kata lain campuran beraspal seolah-olah mendapat gaya tekan dari atas dan bawah. Jika lapisan yang stabil ( lapis pondasi agregat atau existing lapis beraspal ) belum cukup padat maka kepadatan campuran beraspal kemungkinan tidak akan tercapai sesuai persyaratan.

2. Factor yang mempengaruhi kemudahan pemadatan

Factor-faktor yang mempengaruhi kemudahan pemadatan adalah sebagai berikut :

• Sifat-sifat campuran ( agregat, aspal dan temperatur ); tekstur dan bentuk agregat

sangat mempengaruhi kemudahan pemadatan, sabagai contoh penambahan pasir alam akan memudahkan pemadatan. Aspal bersifat sebagai pelumas, pada suhu yang dingin aspal kurang encer ( lebih viscous ). Maka aspal dengan viskositas yang tinggi akan relatif lebih sulit dipadatkan. Kadar aspal juga mempengaruhi kemudahan pemadatan, kadar aspal yang tinggi relatif lebih mudah dipadatkan. Pengaruh temperatur ada hubungannya dengan viskositas aspal, untuk viskositas aspal yang berbeda maka berbeda juga temperatur pemadatannya. Pemadatan pada temperatur yang tidak sesuai dapat menyebabkan retak rambut.

• Kondisi lingkungan; kelembaban, kecepatan angin dan temperatur lingkungan

mempengaruhi kecepatan penurunan temperatur campuran beraspal.

• Ketebalan lapisan ; semakin tebal lapisan campuran beraspal maka pemadatannya

relative semakin sulit ( diperlukan usaha yang relative lebih ). 3. Alat pemadat

Alat Pemadat yang digunakan untuk memadatkan campuran beraspal panas adalah :

• Tandem roda baja; digunakan untuk pemadatan awal ( breakdown rolling ) atau

pemadatan akhir ( finish rolling ). Untuk pemadatan akhir harus digunakan tandem dengan berat 8 – 10 ton.

• Roda karet ( pneumatic – tired ); digunakan untuk intermediate rolling. Gambar 9

memperlihatkan distribusi gaya yang dihasilkan oleh alat ini. Alat pemadat ini merupakan alat pemadat utama dalam pemadatan campuran beraspal. Kepadatan campuran beraspal diperoleh setelah beberapa kali lintasan, jumlah lintasan sesuai dengan hasil percobaan pemadatan. Tekanan roda berkisar 483 – 517 kPA saat dingin dan 620 kPA saat panas.

4. Prosedur pemadatan

Pemadatan campuran beraspal dilakukan dalam tiga operasi yang terpisah, seperti berikut ini :

Pemadatan awal ( breakdown rolling ) ; menggunakan pemadat besi atau pemadat

(15)

Pemadatan utama ( main rolling ); menggunakan pemadat roda karet. Dimulai kurang lebih 5 – 15 menit setelah penghamparan.

Pemadatan akhir ( finished rolling ); menggunakan pemadat besi. Dimulai tidak

lebih dari 45 menit setelah penghamparan.

Terdapat dua cara pemadatan berdasarkan ketebalan dari lapisan yang dipadatkan :

a. Pemadatan pada campuran beraspal yang tipis ( kurang dari 5 cm )

Urutan cara pemadatannya adalah sebagai berikut :

Sambungan melintang

Ujung tepi

Breakdown rolling mulai dari daerah yang terendah

Intermediate rolling mulai dari daerah yang terendah

Finished rolling

b. Pemadatan pada campuran beraspal yang tebal ( kurang dari 10 cm )

Urutan pemadatannya adalah sebagai berikut :

Sambungan melintang

Breakdown rolling mulai dari 30 – 40 cm dari tepi yang lemah

intermediate rolling mulai dari daerah yang terendah

finished rolling

5. Pemeriksaan Hasil Pemadatan

• Tekstur permukaan; penyimpangan pada tekstur permukaan dapat disebabkan

karena kesalahan pencampuran, penanganan, penghamparan atau pemadatan

• Kerataan permukaan; kerataan permukaan diukur dengan straight edge 4 meter.

Tolerasi yang diijinkan sesuai persyaratan.

• Density; pengukuran kepadatan lapangan dilakukan tiap 200 m dengan alat coredrill. Hal yang penting dalam pengujian kepadatan adalah waktu penimbangan. Apakah cukup didiamkan 1 malam. Menurut prosedur penimbangan baru dilakukan setelah benda uji mempunyai berat konstan.

III.6. Cheek List di Lapangan

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka hal-hal utama yang perlu dicek dan diperhatikan dalam pengendalian mutu di lapangan adalah sebagai berikut :

1. Pekerjaan persiapan

• Kesiapan permukaan ( lubang telah ditambal dan lain-lain )

• Kerataan ( bila perlu dilevelling terlebih dahulu )

• Lapis di bawahnya telah memenuhi persyaratan ( kepadatan dan kerataan )

• Prime coats atau tack coats

2. Peralatan penghampar dan pemadat

• Finisher dalam kondisi baik

• Alat pemadat tersedia dan dalam kondisi baik

3. Pemeriksaan campuran beraspal di lapangan

(16)

• Tampak visual

4. Pemeriksaan saat penghamparan

• Tekstur

• Kerataan dan kemiringan

• ketebalan

5. Pemeriksaan saat pemadatan

• Urutan pemadatan

• Temperatur masing – masing bagian pemadatan

• Jumlah passing masing – masing bagian pemadatan

• Pembersih pada roda ( keset, disemprot minyak, dll )

6. Pemeriksaan hasil pemadatan

• Tekstur

• Kerataan dan kemiringan

• Ketebalan dan kepadatan

III.7. System Jaminan Mutu di Lapangan

Untuk menjamin mutu campuran beraspal panas di lapangan telah sesuai dengan persyaratan maka paling sedikit dilakukan hal-hal sebagai berikut:

• Check list pengendalian mutu dilapangan ( seperti sub bab 3. 6. ). Diisi oleh teknisi,

di periksa oleh atasannya ( engineer ) dan disahkan oleh owner. Checklist yang telah diisi disimpan sebagai bahan masukan untuk pemeriksaan lebih lanjut dan pembayaran.

• Penyimpanan dan penandaan / identifikasi contoh uji.

(17)
(18)
(19)

Gambar

Tabel 1. Penyimpangan Produksi Campuran panas dan Kemungkinan Penyebabnya

Referensi

Dokumen terkait

Lalu lintas yang berat dan kondisi tanah dasar yang jelek dapat menyebabkan retak dan lubang besar pada konstruksi jalan (potholes) yang dapat mengurangi tingkat pelayanan dan

Melihat pentingnya pemanfaatan bahan lokal substandar untuk mendukung efesiensi dalam pembangunan dan pemeliharaan jalan maka perlu disusun suatu spesifikasi yang dapat

1) Informasi Pasar Kerja yang selanjutnya disebut IPK Adalah keterangan mengenai karakteristik dan persediaan tenaga kerja. 2) Penyuluhan Bimbingan Jabatan Adalah

39  DWI CAHYA ABADI  PUTRA  C1K015022  Teknik Pembesaran Kerang Mutiara (pinctada maxima) di PT. Autore Pearl  Culture Kec.Pemenang Lombok Utara 

1 HPK1: Rumah sakit bertanggung jawab untuk memberikan proses yang mendukung hak pasien dan keluarganya selama dalam pelayanan.. 2 HPK2: Rumah sakit mendukung hak pasien dan

Campuran beraspal panas adalah suatu campuran perkerasan lentur yang terdiri dari agregat kasar, agregat halus, filler dan bahan pengisi aspal dengan perbandingan tertentu,dan

Sedangkan menurut buku pedoman umum pengolahan koleksi perpustakaan perguruan tinggi (1999:4) dinyatakan bahwa : sebagai integral dari suatu perguruan tinggi diselenggarakan

Dari hasil uji statistik yang telah dilakukan didapat suatu hasil dengan p- value 0.857 atau (p>0.05) hasil ini menunjukkan bahwa Ho diterima sehingga dapat dikatakan bahwa