• Tidak ada hasil yang ditemukan

yang mengandung karet alam Spesifikasi campuran beraspal panas dengan aspal Nomor :04/SE/M/2019 Tanggal :4Maret2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "yang mengandung karet alam Spesifikasi campuran beraspal panas dengan aspal Nomor :04/SE/M/2019 Tanggal :4Maret2019"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Pd 07‐ 2019‐

B

SE Menteri PUPR

Nomor

:04/SE/M/2019

Tanggal :4Maret2019

PEDOMAN

Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil

Spesifikasi campuran beraspal panas dengan aspal yang mengandung karet alam

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

DAN PERUMAHAN RAKYAT

(2)

ilEtrrERr

PEr(ER'#i:IITr,l"tI,::tr

AHA]{ RAKYAT

Kepada Yang Terhormat:

l. Pimpinan Tinggi Madya;

2. Pimpinan Tinggi Pratama di Direktorat Jenderal Bina Marga;

3. Kepala Balai Besar/Balai Pelaksanaan Jalan Nasional di Dtektorat Jenderal Bina Marga;

di Kementerian Pekerjaan Umum dan perumahan Rakyat

SURAT EDARAN NOMOR:04/SE/M/2019

TENTANG

PEMBERLAKUAN 2(DUA)PEDOMAN BIDANG」 ALAN DAN JEMBATAN

A. UMUM

Dalam rangka menunjang pembangunan infrastruktur PUPR, perlu ditetapkan

2

(dua) Pedoman Bidang Jalan dan Jembatan dengan Surat Edaran Menteri pUpR sebagai acuan dalam pelaksanaan pekerjaan bidang jalan dan jembatan.

Pedoman jalan dan jembatan sebagaimana dimaksud meliputi:

l. Pedoman Perancangan dan pelaksanaan campuran beraspal panas dengan aspal yang mengandung karet alam

(Pd

07-2019-B);

2. Pedoman Spesilikasi campuran beraspal panas dengan aspal yang

mengandung karet alam

(Pd

08-2019-B).

B. DASARPEMBENTUKAN

1. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (kmbaran Negara Republik Indonesia Tahun 2O04 Nomor 132, Tambahan Irmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20O6 Nomor 86, Tambahan kmbaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4655);

(3)

3.

Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian pekedaan

Umum dan Perumahan Rakyat

(t

embaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2015 Nomor 16) sebagaimana telah diubah dengan peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas peraturan

Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201g Nomor 249);

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13/PRT/M/2011 tentang Tata cara Pemeliharaan dan Penilikan Jalan (Berita Negara Repubtik Indonesia Tahun 2011 Nomor 612);

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07 lpKtlMl2012 tentang

Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan di Bidang Jalan (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2Ol2 Nomor S58);

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan perumahan Rakyat Nomor

03|PRTlMl20l9 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 96);

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor

20|PRTlMl2ol6 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis

di Kementerian Pekerjaan Umum dan Pemmahan Ralqyat (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 817) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Ralqrat Nomor

05iPRf/Mi2O19 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Ralryat Nomor 2OIPRTIM/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor

toTl;

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 248/KPTS/M/2015 tentang Penatapan Ruas Jalan Dalam Jaringan Jalan Primer Menurut Fungsinya Sebagai Jalan Arteri (JAP) dan Jalan Kolektor-

1

(JKP-i);

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor

250/KPTS/M/2O15 tentang Perubahan Ketiga Atas Keputusan Mentbri

4

5.

6.

7.

8.

9.

(4)

Pekerjaan Umum Nomor 567/KPTS/M/2010 tentang Rencana Umun Jaringan Jalan Nasional;

10. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan perumahan Rakyat Nomor

290/KPTS/M/2O15 tentang Penetapan Ruas Jalan Menurut Statusnya Sebagai Jalan Nasional.

C. MAKSUDDANTUJUAN

surat Edaran ini dimaksudkan sebagai acuan dalam perancangan dan pelaksanaan campuran beraspal panas dengan aspal yang mengandung karet alam dan Spesifikasi campuran beraspal panas dengan aspal yang mengandung karet alam

.

Pedoman Bidang Jalan dan Jembatan dalam surat Edaran ini memiliki tujuan, yaitu:

1. Perancangan dan pelaksanaan campuran beraspal panas dengan aspal yang mengandung karet alam (Pd O7-2OL9-B)

Pedoman perancangan dan pelaksanaan campuran beraspal panas dengan aspal yang mengandung karet alam untuk konstruksi jalan dimaksudkan untuk meningkatkan penyerapan karet alam dalam negeri.

Dalam bidang konstruksi jalan, karet alam digunakan sebagai bahan modifier urr|uk memperbaiki sifat aspal dan kine{a campuran beraspal.

2. Spesifikasi campuran beraspal panas dengan aspal yang mengandung karet alam

(Pd

O8-2O19-B)

Spesilikasi campuran beraspal panas dengan aspal yang mengandung karet a-lam dimaksudkan untuk mendapatkan suatu lapisan permukaan sebagai lapis aus, lapis antara dan lapis fondasi pada perkerasan jalan yang berfungsi sebagai lapisan struktural sekaligus dapat melindungi lapisan konstruksi di bawahnya.

D. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup dari Surat Edaran ini meliputi:

1. Perancangan dan pelaksanaan campuran beraspal panas dengan aspal

yang mengandung karet alam

(Pd

O7-2O19-B\

(5)
(6)

Pedoman ini mengatur kaidah-kaidah perancangan dan pelaksanaan campur€rn beraspal panas dengan aspal yang mengandung karet alam (natural rubberlNRl yang mencakup pengadaan lapisan padat yang awet

untuk lapis fondasi (base coursel, lapis antara (bind.er coursel, lapis aus (weaing canrsel dan lapis perata(leuelingl.

2. Spesifikasi campuran beraspal panas dengan aspal yang mengandung karet alam

(Pd

08-2019-B)

Spesifikasi ini menetapkan ketentuan mengenai persyaratan bahan dan persyaratan campuran beraspal panas bergradasi semi senjang (Lataston) dan menerus (Iaston) dengan aspal yang mengandung karet alam untuk lapis aus (wearing coursel, lapis antara (binder canrse) dan lapis fondasi (base coursel.

E. PEMBERLAKUAN

Pedoman Perancangan dan pelaksanaan campuran beraspal panas dengan

aspal yang mengandung karet alam (Pd O7-2019-B) dan Spesilikasi campurErn beraspal panas dengan aspal yang mengandung karet alam

(Pd

08-2019-8) merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini dan

dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan pekerjaan bidang jalan dan jembatan.

F. PENUTUP

Surat Edaran ini mulai berlaku pada tanggal yang ditetapkan.

Demikian atas perhatian Saudara disampaikan terima kasih.

Ditetapkan di

pada tangga1 4 Maret 2019 MENTERI PEKER」 AAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT,

ノ物 0″ 多 ″ 笏′

M.BASUKI HADIMULJONO

Tembusan disampaikan kepada yth.:

1. Sekretaris」

enderal,Kemente五 an PUPR;

2.Kepala Badan Penelitian dan Pcngembangan,Kemcnte五 an PUPR.

(7)

Daftar is:

(8)

Prakata

Spesifikasi campuran beraspal panas dengan aspal yang mengandung karet alam disusun berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan dengan mengacu pada SNI 8198:2015, spesifikasi c€lmpuran beraspal panas bergradasi menerus (Laston).

Pedoman ini disusun oleh Komite Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subkomite Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan melalui Gugus Kerja Balai Litbang Perkerasan Jalan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Pedoman ini telah dibahas dalam rapat konsensus pada tanggal 20 Oktober 2017 di Bandung yang dihadiri oleh para pemangku kepentingan (stakeholde| terkait, yaitu penrvakilan dari produsen, konsumen, pakar dan pemerintah.

(9)

Pendahuluan

Spesifikasi campuran beraspal panas dengan aspal yang

mengandung

karet

alam dimaksudkan untuk mendapatkan suatu lapisan permukaan sebagai lapis aus, lapis antara dan lapis fondasi pada perkerasan jalan yang berfungsi sebagai lapisan struktural sekaligus dapat melindungi lapisan konstruksi di bawahnya.

Spesifikasi campuran beraspal panas dengan aspal yang mengandung karet alam mencakup persyaratan

bahan yang terdiri dari agregat

(termasuk

bahan

pengisi),

gradasi

agregat campuran, sifat-sifat

aspal dan

sifat-sifat campuran. Spesifikasi

ini

menggunakan bahan pengikat aspal yang telah ditambah elastomer karet alam baik berupa karet alam cair (lateks) ataupun karet alam padat yang keduanya telah melalui proses vulkanisasi dan sudah tersedia secara pabrikan.

Spesifikasi campuran beraspal panas dengan aspal yang

mengandung

karet

alam dimaksudkan

sebagai acuan bagi para perencana, pelaksana, dan pengawas

pada pelaksanaan dan pengawasan pekerjaan preservasi dan pembangunan jalan.

(10)

Spesifikasi campuran beraspal panas dengan aspal yang mengandung karet alam

1. Ruang lingkup

Spesifikasi

ini

menetapkan ketentuan mengenai persyaratan bahan dan persyaratan campuran beraspal panas bergradasi semi senjang (Lataston) dan menerus (Laston) dengan aspal

yang

mengandung karet alam untuk lapis aus (weadng course), lapis anlara (binder course) dan lapis fondasi (base course).

Semua campuran dirancang dalam spesifikasi ini untuk menjamin bawa asumsi rancangan yang berkenaan dengan kadar aspal, rongga udara, stabilitas, kelenturan dan keawetan harus sesuai dengan lalu lintas rencana dibawah '10 juta ESA.

2, Acuan normatif

Dokumen referensi dibawah

ini

harus digunakan dan

tidak

dapat ditinggalkan untuk melaksanakan spesifikasi ini.

SNI 1903:2017 , Karet alam speslflkasl teknis.

SNI 1969:2016,Metode uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar.

SNI 1970:20't6, Metode uji berat jenis dan penyerapan air agregat halus.

SNI 8286:2016, Metode uji pemulihan e/astls aspa/ dengan daktilometer.

SNI

8287:2016, Metode

uji kuantitas butiran pipih, lonjong atau pipih dan

lonjong dalam agregat kasar.

SNI 8198:2015, Speslfikasl campuran beraspal panas bergradasi menerus (Laston)-

SNI 4141:2015, Metode uji gumpalan lempung dan butiran mudah pecah

dalam agregat.

SNI ASTM C 136-2012, Metode uji untuk analisis

saingan

agregat halus dan agregat kasar.

SNI ASTM

C

117:2012, Metode uji bahan yang

lebih

halus

dai

saringan 75

pm

(No.

200) dalam agregat mineral dengan pencucian.

SNI 7619:2012 , Metode uji penentuan persenfase butir pecah pada agregat kasat.

SNI 2432:201 1 , Cara

uji

daktilitas aspa/.

SNI 2433:2011, Cara uji titik nyala dan titik

bakar

aspal dengan

alat

Cleveland open cup.

SNI 2434:2011, Cara

uji

titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball).

SNI

2439:2011

,

Cara

uji

penyelimutan dan pengelupasan

pada

campuran agregat- aspa/.

SNI 2441 :201 '1

,

Cara uji berat

jenis

aspal keras.

SNI

2456:2011,

Cara uji penetrasi aspa/.

SNI 2417:2008, Cara

uji

keausan agregat dengan mesin abrasl Los Angeles.

l darill

(11)

SN1 3407:2008, Cara tl′′ s″al kekekararl agregar dengan cara perendama″

menggυ″akan′ aryfan JVa"υ m Sυ′far ara″ Magnes″m Sυ ′rar

SN1 06-6399‐ 2002,Tara cara per7gamO〃arl c077fO力 aSpa′

SN1 6753:2015, Cara vJ′ kera力a17an camptrrar7 beraspa′ ρanas fe′adaρ kertrsakaη

aためat rerldaman

SN1 03‐ 6835‐2002,Mefode pengJJ′an ρenga″力pa″as dar7 υdara re力adaρs lρ′S aspar yang dJpυfar

SN1 03-6877-2002, Merode per7gJJ′ an kadar rongga agregaf 力a′υs yang rldak dipadarkan

SN!03‐4428‐1997,Verode pengyJJarp agregar 力a′υs ara″ pas′r yarog mengandυ ηg

わa力an ρ′asls der7gan cara serara pasfr

SN1 06-2440-1991,MerOde perDg」J′ar7 ke力″angan berar mわya々darl aspar dengan cara ハ

AASHTO M323,Sfandard specifica″ On for sυperpave vο ′υ

me"cm挟

des● ″

ASTM D2170-10,Sfandard fesl meめ Od For kわemarlc ylscοSfry Or asρarf rb′fumenリ ASTM D6927‐06,Standard resr mettο d For marsわa〃 srab″fy and″οw οfb′ftrmわ0′s alxrares

ASTM D5581‐07a,Srandard resf meめ οd for res′sfance ro ρ′aslc″Ow O′ わ′ftrmわ Otrs

m茂res υsわg mars力a″ aρρararus r6わ cカーdlamerer speclmen,

」RA Japan Road Associa‖on(1980),Mantrar fOr des● r7and Cοr7srrtlc″ο

"Of asρ力a′f

ρavemear

3. :stiiah dan definisi

Untuk tuluan penggunaan pedoman ini,istilah definisi berikut digunakan 3.1

agregat

sekumpulan butir― butir batu pecah, kerikil, sirtu, pasir atau nlineral lainya atau kombinasi dari bahan tersebut,balk berupa hasil alam maupun hasil buatan

3.2

agregat halus

agregat yang lolos ayakan No 4(4,75 mm)yang terdiri dari partikel pasir alanli atau batu pecah halus

3.3

agregat kasar

agregat yang tertahan pada ayakan No 4(4,75 mm)

2 dari ll

(12)

3.4

aspal

keras

residu destilasi minyak bumi yang bersifat viskoelastik

3.5

campuran induk

karet as pal

(maslerbalch)

campuran induk yang terdiri dari karet alam padat yang telah melalui proses mastikasi dan aspal dengan perbandingan tertentu yang diaduk menggunakan mesin kneader dan dibentuk menjadi lembaran menggunakan alal open

mill

3.6

cup lump

bekuan lateks yang menggumpal secara alami di dalam mangkok pengumpul latek

3.7

karet alam lnatural rubber/NRl

material

alami yang

diperoleh

dari pohon

penghasil

karet

diantaranya adalah jenis Havea brasiliensis dengan cara menyadap bagian antara kambium dan kulit pohon

3.8

karet

alam

cair (lateks)

getah menyerupai susu yang keluar

dari

pohon karet

jenis

Hevea Brasiliensis setelah pohon tersebut disayat atau disadap pada bagian batang pohonnya. Latek yang keluar dari pohon karet alam umumnya mengandung bahan karet atau kadar karet kering

*

30o/o dan bahan bukan karet yang terdispersi dalam air

3.9

karet alam padat (karet rcmahlcrumb rubberl

karet alam yang diperoleh dengan pengolahan bahan olah karet yang berasal dari getah batang pohon Hevea Brcsiliensrs sec€lra mekanis dengan atau tanpa kimia, serta mutunya mengacu pada spesifikasi teknis (SNl 1903-2017)

3.10

kompon karet alam padat

karet padat yang telah ditambah dengan bahan pervulkanisasi belerang, aKivator, anti oksidan dan bahan kimia lainya sehingga apabila dipanaskan dapat divulkanisasi.

3.{

I

laston (Asphart

Co nc

rcte,Acl

campuran beraspal

panas dengan

gradasi agregat

gabungan

yang

rapaUmenerus

dengan

menggunakan

bahan

pengikat

aspal keras (Pen 60-70) tanpa

modifikasi (straight bitumen)

3 darill

(13)

3.12

laston lapis permukaan

(AC--WCrn)

laston dengan aspal Pen

60-70

dan ukuran agregat maksimum 19 mm yang dipasang

pada bagian perkerasan yang paling atas dan berfungsi sebagai lapis aus

yang menggunakan aspal karet

3.13

laston lapis antara

(AC--BCr,ra)

laston dengan aspal Pen 60--70 dan ukuran agregat maksimum 25 mm yang dipasang antara lapis permukaan dan lapis fondasi yang menggunakan aspal karet

3.14

laston lapis fondasi

(AC--BaseNn)

laston dengan aspal Pen 60-70 dan ukuran agregat maksimum 37,5 mm

yang

dipasang di bawah lapis antara atau dapat juga di bawah lapis

permukaan yang menggunakan aspal karet

3.15

lataston lHot Roiled

Sheet, HRS)

campuran beraspal panas dengan gradasi senjang atau semi senjang

dengan menggunakan

bahan

pengikat

aspal keras (Pen 60-70) tanpa modifikasi

(sfralght bitumen)

3.16

lataston wearing course (HRS-WCIn)

lataston dengan aspal Pen

60-70

yang mempunyai proporsi fraksi agregat kasar lebih sedikit yang dipasang pada bagian perkerasan yang paling atas dan berfungsi sebagai lapis aus yang menggunakan aspal karet

3.17

lataston

base (HRS--Basern)

lataston dengan aspal Pen

60-70

yang mempunyai proporsi fraksi agregat kasar lebih banyak yang dipasang di bawah lapis permukaan yang menggunakan aspal karet

3.18

lateks pekat (lateks

KKK60)

lateks dari pohon karet jenis Hevea Brasiliensrs yang mengalami pengolahan lanjut untuk menaikkan kadar karet dari

t

30% menjadi kadar karet kering minimum 600/o melalui proses pemekatan (penghilangan sebagian bahan bukan karet

dan air)

menggunakan mesin sentrifugasi maupun bahan kimia

3.19

lateks pravulkanisasi

lateks

pekat dengan kadar

karet kering

minimum 60% yang dicampur dengan bahan kimia vulkanisasi (belerang),

bahan

penstabil,

bahan kimia lainya

sehingga menjadi campuran yang umum disebut kompon lateks. Kompon lateks selanjutnya dipanaskan

4

dtari

11 th/

(14)

pada suhu tertentu sehingga terjadi proses vulkanisasi sampai tingkat tertentu yang dapat menjadikan lateks lebih tahan terhadap panas dan oksidasi bila dibandingkan dengan lateks pekat

3.20

masterbatch (campuran induk karet aspal)

campuran induk yang terdiri dari karet alam padat yang telah melalui proses mastikasi dan aspal dengan perbandingan tertentu yang diaduk menggunakan mesin kneader dan dibentuk menjadi lembaran menggunakan alal open

mill

3.21

pelelehan (flowl

perubahan bentuk benda uji secara vertikal suatu campuran beraspal pada

saat runtuh

3.22

rasio abu terhadap aspal (dusf to bitumen ratiol

rasio antara persen agregat yang lolos ayakan No. 200 (0,075 mm) dan kadar aspal efektif

3.23

rongga di antara mineral agregat lvoid in Mineral Aggregates,VMAl

volume rongga yang terdapat di antara partikel agregat suatu campuran beraspal yang telah dipadatkan, yaitu rongga udara dan volume kadar aspal efektif yang dinyatakan dalam persen terhadap volume total benda uji

3.24

rongga udara lVoid ln Mix,

VlMl

volume total

rongga

yang

berada

di antara partikel agregat yang diselimuti

aspal dalam suatu campuran yang

telah

dipadatkan, dinyatakan dengan persen terhadap volume total benda uji

3.25

rongga terisi aspal lVoicl

Fillecl

wilh Bitumen, VFBI

bagian rongga yang berada

di

antara mineral agregat (VMA) yang

terisi

oleh aspal, tidak termasuk aspal yang diserap oleh agregat, dinyatakan dalam persen terhadap VMA

3.26

stR

20

Karet alam padat yang dibuat

dari

koagulum (lateks yang sudah digumpalkan) atau hasil olahan seperti lump, sit angin yang mempunyai kadar kotoran sebesar 0,2

5 dari ll

(15)

3.27

stabilitas

kemampuan maksimum benda uji campuran beraspal dalam menahan beban sampai terjadi kelelehan plastis, dinyatakan dalam satuan beban

3.28

stabilitas sisa

(rendaman)

stabilitas dari benda uji setelah perendaman dalam penangas selama

'l x24

jam pada temperatur 60 oC

3.29

ukuran agregat nominal

satu ukuran lebih besar dari ayakan yang menahan agregat lebih

dari

10 persen 3.30

ukuran agregat maksimum

satu ukuran lebih besar dari ukuran agregat nominal maksimum

4. Persyaratan

bahan

dan campuran

4.1

Bahan

4.1.'t

Agregat

a)

Umum;

1)

agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa agar dapat

membentuk campuran beraspal yang proporsinya sesuai dengan

rumus perbandingan campuran dan memenuhi semua ketentuan yang disyaratkan;

2)

agregat tidak boleh digunakan sebelum memenuhi persyaraian. Bahan setiap jenis agregat harus ditumpuk secara terpisah sehingga

tidak

saling tercampur satu dengan lainnya;

3) untuk

menghindari variasi kadar

aspal

akibat

tingkat

penyerapan

aspal

yang

berbeda, dalam pemilihan sumber agregat harus sudah

memperhitungkan penyerapan aspal oleh agregat,

4)

penyerapan

air oleh

agregat maksimum

3%

sesuai

SNI

1969:2016

dan

SNI 1970:2O16.

5)

berat

jenis (bulk

specific

graviy) a{egal

kasar

dan

agregat halus

tidak

boleh berbeda lebih dari 0,2.

b)

Agregat kasar;

1)

fraksi agregat kasar untuk rancangan harus bersih, keras, awet dan bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya dan memenuhi ketentuan yang diberikan pada Tabel 1 ;

2)

fraksi agregat kasar harus batu pecah atau kerikil pecah yang disiapkan dalam ukuran maksimum dan nominal maksimum.

3)

agregat kasar harus mempunyai butir pecah seperti yang disyaratkan dalam Tabel '1. Butir pecah pada agregat kasar didefinisikan sebagai persen terhadap berat

6 darill

4

(16)

C)

agregat yang lebih besar dariayakan No.4 (4,75 mm) dengan muka bidang pecah satu atau lebih;

Tabel

I

- Ketentuan agregat kasar

Jenis pengujian Standar Nilal

Kekekalan bentuk agregat terhadap larulan

Natrium sulfat

SN1 3407:2008 Maks 12%

Maqnesium Sulfat Maks 18%

Abrasi dengan mesin Los Angeles

100 putaran

SN1 2417:2008 Maks 8%

500 putaran Maks 40%

Kelekatan agregat terhadap aspal SN1 2439:2011 Min.95%

Butir Pecah pada Agregat Kasar SN1 7619:2012 95ノ901)

Partikel Piplh dan Lonlong SN!8287:2016 Maks.10%

Material Lolos Ayakan No.200 SNI ASTM

Cl17:2012 Maks l%

1) 95/90 menunjukkan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih dan 90% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah dua atau leoin

Agregat halus;

1) agregat halus dari sumber bahan mana pun, harus terdiri dari pasir

atau penyaringan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan No.4 (4,7S mm) sesuai

sNl

03-681 9-2002;

2)

fraksi agregat halus hasil pecah mesin dan pasir harus ditumpuk terpisah;

3) pasir boleh

digunakan

dalam

campuran

aspal.

Persentase maksimum yang disarankan adalah 15% terhadap berat total agregat.

4)

agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari lempung, atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Agregat halus harus diperoleh dari batu

yang

memenuhi ketentuan mutu. Agar dapat memenuhi ketentuan mutu, batu

pe€h

halus harus diproduksi dari batu yang bersih;

5)

agregat halus

dan

pasir harus ditumpuk terpisah

dan

harus dipasok

ke AMp

dengan menggunakan pemasok penampung dingin (cotd bin feeds) yang terpisah sehingga rasio agregat pecah halus dan pasir dapat dikontrol dengan baik;

6) agregat halus harus

memenuhi ketentuan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2 - Ketentuan agregat halus

Jenis pengujian Metode pengujian Niial

Nilai setara pasir SN:0‐4428‐1997 Min 50%

Angularitas dengan uji kadar rongoa SN1 03-6877…2002 Min 45%

Gumpalan lempung dan butir-butir mudah

pecah dalam agregat SN:03‐4141‐2015 Maks 10/.

Material lolos ayakan No.200 SN!ASTM Cl17:2012 Maks.lo%

7 dar:11 ル

(17)

d) Bahan pengisi

1) Bahan pengisi

yang

ditambahkan

(filler addefi terdiri atas debu batu

kapus

(lime

stone

dust, kalsium karbonat,

CaCOs),

atau debu kapur padam

yang sesuai dengan AASHTO M30-89(2006), atau semen atau abu terbang.

2) Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari

gumpalan-

gumpalan dan bila diuji dengan

pengayakan

sesuai SNI ASTM

C136:2012 harus mengandung bahan yang lolos ayakan No.200 (0,075 mm) tidak kurang dari 7 5o/o terhadap beratnya.

3)

Semua campuran beraspal harus mengandung bahan pengisi

yang

ditambahkan (filler added) dengan ketentuan jika filler yang digunakan berupa semen penambahan harus dalam rentang 1o/o - 2o/o dari berat agregat total dan untuk bahan lainnya harus dalam rentang 1o/o

-

3o/o dari berat agregat total.

Gradasi agregat gabungan.

Gradasi agregat gabungan untuk campuran beraspal panas dengan

aspal

yang mengandung karet alam, ditunjukkan dalam persen terhadap berat agregat dan bahan pengisi. Rancangan dan perbandingan campuran untuk gradasi agregat gabungan harus mempunyaijarak terhadap batas-batas yang diberikan pada Tabel 3.

Tabel 3

-

Ketentuan gradasi agregat untuk campuran beraspal

Ukuran ayakan (mm)

Persen berat lolos terhadap total agregat dalam campuran

Lataston (HRS) Laston (AC)

(WCun) (Basera) (WCra) (BCun) (Basera)

37.5 100

25 100 90¨-100

19 100 100 100 90‐100 76‐90

12.5 90--100 90‐100 90‐100 75‐90 60--78

9.5 75--85 65‐90 77‐-90 66--32 52--71

475 53--69 46‐64 35‐54

2.36 50¨-72 3卜55 33¨-53 30-‐49 23‐41

118 21‐40 18‐-38 13‐30

0600

3H0

1卜35 14‐30 12¨-28 10-‐22

0300 9*22 7--20 6--1 5

0150 6--15 5--1 3 4--10

0.075 6--10 2--9 4--9 4-8 3‐7

4.1.2

Aspal karet

1)

Bahan

aspal yang

dimodifikasi

karet alam

menggunakan

lateks

pravulkanisasi untuk karet alam cair dan kompon untuk karet alam padat.

2) Aspal yang

dimodifikasi menggunakan

karet alam cair dapat

dilakukan

di

unit pencampur aspal (bitumen plant) melalui pemrosesan terlebih dahulu (preblended) atau dapat juga dilakukan di unit pencampur aspal dimana proses pencampurannya

e)

8 darill ″

(18)

memerlukan tambahan peralatan khusus. Sedangkan

aspal yang

dimodifikasi menggunakan karet alam padat harus dilakukan di unit produksi aspal modifikasi (bitumen plant).

3) Aspal karet harus memenuhi persyaratan sebagaimana ditunjukkan

pada Tabel

4-

Pengambilan contoh bahan aspal harus dilaksanakan sesuai SNI 06- 6399-2002.

Tabel 4 - Persyaratan aspal

yang

mengandung karet alam

No Jenis Penguiian Metoda Pengujian

Aspal dimodilikasi

Kar€t alam

1 Penetrasi pada 25oC (0,1 mm) SN1 0←2456-1991 Min 50

2 Viskosnas Kinelnals 135。C(cSt) ASTM D 2170‐ 10 Maks 2000

Tniklembek(。 C) SN12434‐ 2011 Min 52

4 Daktllilas pada 25° C,(cm) SN1 2432‐2011 Min 100

5 Tnik Nyala(°C) SN1 2433‐2011 Min 232

6 Kelarutan dalam Triklometylena (%) SN1 2438:2015 Min 99

7 Beral Jenis SN1 2441‐2011 Maks 1 0

Stabi‖tas Penyimpanan i Perbedaan Titik

Lembek(°c) ASTM D5976 part6 1 Maks 2 2

Pengujian Residu hasil TFoT (sNl46-2440-1991) arau RIFOT (SNl{'36835-2002)

9 Berat yang Hilang (%) SN1 06‐24401991 atau

SN1 036835-2002 Maks O,8

Penetrasi pada 25。C(%) SN1 2456‐2014 Min 54

Daktilitas pada 25'C, (cm) SN1 8286‐2016 Min 100

Keelastisan setelah pengembalian (%) SN1 8286‐2016 Min 30

4.2

Campuran

Sifat

campuran beraspal panas dengan aspal

yang

mengandung karet alam

harus

memenuhi persyaratan sebagaimana ditunjukkan

pada Tabel 5

untuk campuran Lataston (HRS) dan Tabel 6 untuk elmpuran Laston (AC).

Tabel 5 - Persyaratan

sifat campuran Lataston

dengan aspal

yang

mengandung karet alam

Sifat campuran Standar pengujian Lataston(HRS〕

(WCNR) (BaseNR)

Kadar aspal efektr(%) Min 5,9 Min 5,5

Jumlah tumbukan per bidanq

Rongga dalam campuran lVIM.%)

AASHTO M 323

4-6

Rongga di antara mineral agregat

MA,%) Min 48 Min 17

Ronoqa terisi aspal (VFB. o/o) Min 68

Stabilitas (kg) ASTM D6927‐ 06

dan ASTM D5501‐ 07a

Min 900

Pelelehan (mm) Min 3

Stabi‖tas marsha‖ sa setelah

perendaman selama 24jam,60 0CO) SN1 6753:2015 Min 90 9 darill

(19)

Tabel 6 - Persyaratan

sifat campuran

Laston dengan aspal

yang

mengandung karet alam

Sifat ampuran Standar pengujian

Laston〔AC)

WCNR BCNR BaSeNR

Jumlah tumbukan per bidanq 75 112(1)

Rasio abu terhadap aspal

AASHTO M 323

0,6‐-1,4

Rongga dalam campuran (VlM, %) 3,0‐-5,0

Rongga di antara mineral agregat

lVMA,%) Mn15 1 Mn14 Min 13

Rongga lerisi aspal (VFB, %) Min 65

Slabilitas (kg) ASTM D6927‐ 06

dan ASTM D5581-07a

Min 900 Min 1800(1)

Pelelehan (mm) 2-5 3-6

stabi‖tas marsha‖ sisa setelah

perendaman selama 24,am,60°CO) SN1 6753:2015 Min 90

Stabi‖tas Dinamに,ointaSanlmm)0 RA 4980 Min 2000

Catatan:

Modifikasi marshall s€suaiASTM D 5581{7a (diameter benda uji 15 cm}

Sebagai alternatit pengujian kepekaan terhadap pengaruh air dapat dilakukan sesuai AASHTO T283.14.

Pengondisian beku cair (fr6€ze thau conditioning) tidak diperlukan. Nilai /rdlrecl I6rsl/€ Sarrght (ITSR) minimum 80% pada VIM (rongga dalam campuran) 7oA x 0,5ok. Untuk mendapatkan VIM 7016

I

0,5%, buat benda uji marshall dengan variasi tumbukan pada kadar aspal optimum, misal 2 x 25 tumbukan, 2 x 50 tumbukan dan 2 x 75 tumbukan. Kemudian darisetiap benda ujitersebut, hitung nilai VIM dan buat hubungan antara jumlah tumbukan dan VlM. Dari grafik tersebut dapat diketahui jumlah tumbukan yang memiliki nilai VIM 7% t 0,5%, kemudian lakukan pehgujian ITS untuk mendapatkan Tensile slrenglh Retio ITSR) sesuai SNI 6753:201 5 tanpa pengondisian -1813'C.

Pangujian Vlheel Trcc4ng Mechind \V,lTMlharus dilakukan pada temperatu.60 oC. P106edur pengujian harus menqikuti Manual untuk Rancanqan dan Pelaksanaan Perkerasan Aspal, JRA JaDa, Road Assocrbtio, (1980)

10 darill

(20)

Bibliografi

SNI 06-6721-2002, Metode pengujian kekentalan aspal cair

dan

aspal emulsi dengan alat saybolt.

SNI 03-3639-2002, Metode penentuan kadar parafin lilin dalam aspal.

SNI 06-6440-2000, Metode pengujian kekentalan aspal dengan viscometer

pipa kapiler hampa.

SNI 06-6441-2000, Metode pengujian viskoslfas aspal minyak dengan alat Brookfield termosel.

SNI

03-5835-2002, Metode pengujian

pengaruh

panas

dan udara terhadap

lapisan

tipis

aspal yang diputar.

SNI 03-4797-1998, Metode pemulihan aspal dengan alat penguap putar.

SNI 06-3139-1992, Lateks pekat karet alam

-

pusingan dadih tipe pengawet amoniak.

AASHTO T283-14,

Reslsfarce

of compacted bituminous mixture to moisture induced damage.

AASHTO T44-03, Method of test for solubility of Bituminous material.

ASTM

D2042-01

, Standard test method for solubility of asphalt materials

in

tichloroethylene.

ASTM D2073-07, Standard test method for total, pimary, secondary, and tertiary

amine value of fatty amines by alternative indicator method.

ASTM

D625-96, (2005), Standard

practice for effect of

watet

on

bituminous coated agregat using boiling water.

ASTM D2170-'t0, Standard fest method for kinematic viscosity of aspha/ts (bitumens).

ASTM D 5976-96, Standar spesification for typ I Polymer modified Asphalt cement

for

use in pavement construction.

ASTM D '1076-10 Standard specification for ruber concentrated, ammonia, preseNed, creamed, and

centifuged

natural latex.

1l dari ll ψ

(21)

Daftar nama dan lembaga

1.

Pemrakarca

Pusat Penelitian

dan

Pengembangan Jalan

dan

Jembatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

2.

Penyusun

Nama

lnstansi

Yusep Fidaus, ST Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

Tedi Santo Sofyan, ST, MT Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

Gambar

Tabel  I  -  Ketentuan agregat kasar
Tabel  3  -  Ketentuan  gradasi  agregat untuk campuran  beraspal
Tabel  4  -  Persyaratan  aspal  yang  mengandung  karet  alam
Tabel 6  -  Persyaratan  sifat  campuran  Laston  dengan  aspal yang  mengandung  karet  alam

Referensi

Dokumen terkait

Riset ini bertujuan menganalisis pengaruh imbuhan tepung daun kelor dalam pakan terhadap bobot tulang dan otottibia, serta panjang dan diameter tulang tibia pada itik pengging..

Hasil analisis terhadap beberapa parameter telur itik pengging yang meliputi kadar protein, kolesterol, bobot putih telur, bobot kuning telur, dan bobot total

Sedangkan menurut buku pedoman umum pengolahan koleksi perpustakaan perguruan tinggi (1999:4) dinyatakan bahwa : sebagai integral dari suatu perguruan tinggi diselenggarakan

Hasil yang sama dengan penelitian ini juga dilaporkan oleh Ponte dkk dimana mereka mendapatkan pasien dengan tingkat keparahan asma yang berat, kemampuan mereka

Dalam penyampaian informasi tentang implementasi kebijakan pengelolaan sampah di Kota Semarang pemerintah daerah menggunakan cara sosialisasi yang dilakukan di

39  DWI CAHYA ABADI  PUTRA  C1K015022  Teknik Pembesaran Kerang Mutiara (pinctada maxima) di PT. Autore Pearl  Culture Kec.Pemenang Lombok Utara 

1 HPK1: Rumah sakit bertanggung jawab untuk memberikan proses yang mendukung hak pasien dan keluarganya selama dalam pelayanan.. 2 HPK2: Rumah sakit mendukung hak pasien dan

mereka yang memiliki motivasi rendah. b) individu yang memiliki motivasi rendah.. umumnya tidak mengharapkan umpan balik secara terbuka baik dalam mengajukan pendapat