• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PENGETAHUAN LINGKUNGAN TANAH LONGSOR DI KALIMANTAN TIMUR

N/A
N/A
Muhammad Ilham

Academic year: 2024

Membagikan "MAKALAH PENGETAHUAN LINGKUNGAN TANAH LONGSOR DI KALIMANTAN TIMUR "

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PENGETAHUAN LINGKUNGAN

TANAH LONGSOR DI KALIMANTAN TIMUR

OLEH :

Nama : Dhimas Naufal Anggoro NIM : 1909036021

PRODI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2020

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Tanah Longsor di Kalimantan Timur” ini secara tepat waktu. Makalah “Tanah Longsor di Kalimantan Timur” ini disusun guna memenuhi tugas dari Bapak Dr. Ir. H. Dharma Widada, M.T. pada mata kuliah Pengetahuan Lingkungan di Prodi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Mulawarman. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang bencana alam seperti tanah longsor ini.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir. H.

Dharma Widada, M.T. selaku dosen dari mata kuliah Pengetahuan Lingkungan, karena tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang kami tekuni khususnya dari segi lingkungan. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Samarinda, 8 Juni 2020

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

halaman

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...iii

DAFTAR GAMBAR...iv

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Tujuan Penulisan...1

BAB II LANDASAN TEORI...3

2.1 Pengertian Tanah Longsor...3

2.2 Jenis-Jenis Tanah Longsor...4

2.3 Faktor-faktor Penyebab Tanah Longsor...6

2.4 Gejala Umum Terjadinya Tanah Longsor...8

2.5 Erosi...8

BAB III PEMBAHASAN...10

3.1 Tanah Longsor di Kalimantan Timur...10

3.2 Solusi untuk Tanah Longsor di Kalimantan Timur...13

BAB IV PENUTUP...16

5.1 Kesimpulan...16

5.2 Saran...16

DAFTAR PUSTAKA...17

(4)

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 2.1 Rayapan...4

Gambar 2.2 Luncuran...5

Gambar 2.3 Jatuhan...5

Gambar 2.4 Aliran...6

Gambar 2.5 Faktor Penyebab Tanah Longsor...7

Gambar 2.6 Faktor Penyebab Tanah Longsor...7

Gambar 3.1 Erosi………..11

Gambar 3.2 Hutan Terdampak Penebangan Liar……….12

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kalimantan Timur adalah salah satu provinsi di Indonesia yang berada di Pulau Kalimantan. Provinsi ini memiliki sumber daya alam yang melimpah, khususnya di bidang energi. Batubara, gas alam adalah contoh sumber daya yang kerap diandalkan untuk memajukan dan meningkatkan perekonomian serta taraf hidup masyarakat. Kalimantan Timur juga dikenal dengan kawasan hutan hujan tropisnya yang luas, tersebar di berbagai daerah yang tentunya menjadi kekayaan tersendiri bagi Kalimantan Timur dan Indonesia secara keseluruhan. Namun disamping kekayaan yang ada, tentu tidak akan lepas dari tingkah dan perbuatan oknum- oknum yang tidak bertanggung jawab. Eksploitasi sumber daya alam memang baik untuk dilakukan, namun akan menjadi tidak baik apabila eksploitasi tersebut dilakukan secara besar-besaran namun dengan cara yang menyeleweng dan tidak sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Semisal, oknum perusahaan yang membuka lahan perkebunan dengan terlebih dahulu menggunduli hutan melalui aktivitas seperti illegal logging atau yang bisa disebut dengan penebangan liar.

Tentu sangat merusak dan membawa kerugian yang besar bagi alam. Contoh lain seperti perbuatan oknum-oknum yang membuka lahan pertambangan, kemudian pergi begitu saja tanpa mengembalikan keadaan alam yang sudah rusak seperti seharusnya. Kerusakan-kerusakan seperti inilah yang bisa membawa bencana bagi kehidupan manusia, Daerah perbukitan dan lereng-lereng yang curam, ditambah lagi dengan kondisi alam yang memprihatinkan serta aspek-aspek lain seperti cuaca dan sebagainya semakin mengingatkan kita bahwa Kalimantan Timur tidak sepenuhnya bebas dari bencana alam. Oleh karena itu, bencana alam seperti tanah longsor kerap terjadi di Kalimantan Timur.

1.2 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari tanah longsor.

(6)

2. Untuk mengetahui penyebab dari tanah longsor.

3. Untuk mengetahui pengaruh kondisi alam di Kalimantan Timur terhadap tanah longsor.

4. Untuk mengetahui solusi yang bisa digunakan untuk menanggulangi tanah longsor di Kalimantan Timur.

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Tanah Longsor

Menurut Febiani dan Wardhani (2007), tanah longsor adalah pergerakan tanah dalam jumlah besar. Tanah longsor biasanya terjadi di daerah yang terjal dan tidak stabil. Material yang terbawa pada saat tanah longsor bisa berupa tanah, bebatuan, dan lumpur. Kecepatan luncuran tanah longsor pada tebing terjal bisa mencapai 75 km/jam. Ada bermacam-macam jenis tanah longsor.

Menurut Yulaelawati (2008), tanah longsor merupakan istilah yang biasa dipakai untuk menjelaskan bentuk dan proses yang melibatkan gerakan tanah batu-batuan atau puing-puing kearah bawah atau keluar lereng di bawah pengaruh gravitasi bumi. Tanah longsor terjadi karena gerakan menuruni atau keluar lereng oleh massa tanah dana tau batuan penyusun, akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan pada lereng tersebut. Tanah longsor merupakan ancaman besar setiap tahun terhadap hunian-hunian manusia, hewan, dan infrastruktur. Tanah longsor sangat berbahaya karena dalam waktu singkat dapat menyebabkan kerugian harta besar bagi penduduk sekitar. Tanah longsor terjadi sebagai akibat perubahan-perubahan, baik secara mendadak atau bertahap pada komposisi, struktur, hidrologi atau vegetasi pada satu lereng. Perubahan-perubahan ini bisa bersifat alami atau disebabkan oleh manusia.

Menurut Lihawa (2017), tanah longsor adalah suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa tanah dan batuan ke tempat yang lebih rendah. Gerakan massa ini dapat terjadi pada lereng-lereng yang hambat geser tanah atau batuannya lebih kecil dari berat massa tanah atau batuan itu sendiri. Proses tersebut melalui empat tahapan, yaitu pelepasan, pengangkutan atau pergerakan, dan pengendapan. Perbedaan menonjol dari fenomena longsor dan erosi adalah volume tanah yang dipindahkan, waktu yang dibutuhkan, dan kerusakan yang ditimbulkan. Longsor memindahkan massa tanah dengan volume

(8)

yang besar, adakalanya disertai oleh batuan dan pepohonan, dalam waktu yang relative singkat, sedangkan erosi tanah adalah memindahkan partikel-partikel tanah dengan volume yang relative lebih kecil pada setiap kali kejadian dan berlangsung dalam waktu yang relative lama. Proses longsoran dapat menyebabkan kerusakan tatanan bentang lahan, sumber daya alam dan lingkungan, bahkan dapat menyebabkan terjadinya bencana alam yang merugikan bagi kehidupan manusia.

Longsoran dan erosi adalah proses berpindahnya tanah atau batuan dari satu tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah akibat dorongan air, aingin, atau gaya gravitasi. Jadi gerakan tanah atau longsoran adalah suatu konsekuensi fenomena dinamis alam untuk mencapai kondisi baru akibat gangguan keseimbangan lereng yang terjadi, baik secara alamiah maupun akibat ulah manusia. Gerakan tanah akan terjadi pada suatu lereng, jika ada keadaan-keadaan keseimbangan yang menyebabkan terjadinya suatu proses mekanis, mengakibatkan sebagian dari lereng tersebut bergerak mengikuti gaya gravitasi, dan selanjutnya setelah terjadi longsor lereng akan seimbang atau stabil kembali.

2.2 Jenis-jenis Tanah Longsor

Menurut Yulaelawati (2008), berdasarkan gerakannya, tanah longsor dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis sebagai berikut:

1. Rayapan; gerakan massa tanah atau batuan bergerak dengan kecepan lambat, kurang dari 1 meter/tahun. Jenis tanah longsor ini terjadi pada lereng landai (kemiringan 10° sampai dengan kemiringan kurang dari 20°), dan umumnya tidak menimbulkan korban jiwa tetapi merusakkan bangunan.

(9)

Gambar 2.1 Rayapan

2. Luncuran; lebih sering terjadi pada lereng dengan kemiringan 20° hingga 40° kecepatan gerakannya dapat mencapai 25 m/menit.

Gambar 2.2 Luncuran

3. Jatuhan; sejumlah besar batuan atau materi lainnya bergerak kebawah dengan cara jatuh. Kondisi ini yang paling umum terjadi di sepanjang jalan dan pematang yang terjal, atau tebing yang curam (lebih dari 40°).

(10)

Gambar 2.3 Jatuhan

4. Aliran; campuran tanah, batuan dan air yang membentuk suatu cairan kental. Aliran pada mulanya adalah endapan longsoran dalam suatu lembah, kemudian karena kemiringan, ia meluncur dan berkembang sebagai massa pekat yang menuruni lereng.

Gambar 2.4 Aliran

Menurut Ruwanto (2008), tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan, ladang, dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan, akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah longsor. Untuk daerah

(11)

perladangan, penyebabnya adalah akar pohon tidak mampu menembus bidang longsoran yang dalam.

2.3 Faktor-faktor Penyebab Tanah Longsor

Menurut Yulaelawati (2008), tanah longsor merupakan gejala alam yang terjadi di sekitar kawasan pegunungan. Semakin curam kemiringan lereng satu kawasan, semakin besar kemungkinan terjadi longsor. Tanah longsor terjadi sebagai akibat perubahan-perubahan, baik secara mendadak atau bertahap pada komposisi, struktur, hidrologi atau vegetasi pada satu lereng. Perubahan-perubahan ini bisa bersifat alami atau disebabkan oleh manusia dan menyebabkan gangguan keseimbangan materi-materi yang ada pada lereng. Di antara faktor-faktor penyebab perubahan-perubahan tersebut yang kemudian mengakibatkan terjadinya tanah longsor adalah :

1. Meningkatnya sudut lereng karena konstruksi baru atau karena erosi sungai.

2. Meningkatnya kandungan air yang disebabkan oleh hujan lebat atau naiknya air tanah.

3. Hilangnya tumbuh-tumbuhan karena kebakaran, penebangan dan pengundulan hutan yang menyebabkan melemahnya partikel-partikel tanah dan erosi.

4. Macetnya atau berubahnya materi-materi lereng karena kondisi cuaca dan proses alam, penempatan pipa bawah tanah untuk sarana, atau penggunaan lapisan tanah yang rendah pembuangan sampah.

5. Getaran akibat gempa bumi, letusan, gerakan mesin, dan lalu lintas.

6. Penambahan beban oleh hujan, materi vulkanis, bangungan, atau rembesan dari irigasi dan sistem-sitem pembuangan sampah.

Luncuran tanah longsor akan semakin cepat sampai sekitar 30 meter/detik ketika:

1. Lapisan bumi paling atas dan bebatuan terlepas dari bagian utama gunung atau bukit.

2. Lapisan teratas bumi mulai meluncur deras pada lereng dan mengambil momentum dalam luncuran tersebut.

(12)

Gambar 2.5 Faktor Penyebab Tanah Longsor

Gambar 2.6 Faktor Penyebab Tanah Longsor

Menurut Febiani dan Wardhani (2007), faktor yang mempengaruhinya antara lain bidang gelincir, kemiringan lereng, dan tempat terjadinya tanah longsor tersebut.

1. Longsoran Translasi

Terjadi jika tanah dan batuan bergerak rata atau bergelombang landau pada bidang gelincir.

2. Longsoran Rotasi

Terjadi jika tanah dan batuan bergerak pada bidang gelincir yang berbentuk cekung.

3. Longsoran Pergerakan Blok atau Longsoran Translasi Blok Batu Terjadi jika batuan berpindah pada bidang gelincir yang rata.

2.4 Gejala Umum Terjadinya Tanah Longsor

Menurut Yulaelawati (2008), para ilmuwan mengatagorikan tanah longsor sebagai salah satu bencana geologis yang paling bisa diperkirakan. Ada beberapa parameter (petunjuk) umum untuk memantau kemungkinan terjadinya perpindahan massa

(13)

1. Keretakan pada lantai dan tembok bangunan, atau pada tanah;

2. Amblesnya sebagian lantai konstruksi bangunan ataupun amblesnya tanah pada lereng;

3. Terjadinya penggembungan pada tebing lereng atau dinding konstruksi penguat lereng;

4. Miringnya pohon-pohon atau tiang-tiang pada lereng;

5. Munculnya rembesan air pada lereng secara tiba-tiba;

6. Mata air pada lereng menjadi keruh secara tiba-tiba;

7. Muka air sungai naik beberapa sentimeter dan air sungai menjadi keruh secara tiba-tiba; dan

8. Runtuhnya bagian-bagian tanah dalam jumlah besar.

2.5 Erosi

Dikutip oleh Banuwa (2017), erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami.

Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat terkikis dan terangkut kemudian diendapkan pada suatu tempat lain (Arsyad, 2010). Proses erosi terjadi melalui penghancuran, pengangkutan, dan pengendapan (Meyer, dkk, 1991; Utomo, 1989; dan Foth, 1978). Di alam terdapat dua penyebab utama yang aktif dalam proses ini yakni angina dan air. Pada daerah iklim tropika basah seperti Indonesia, air merupakan penyebab utama terjadinya erosi, sedangkan angin tidak mempunyai pengaruh berarti (Arsyad, 2010). Oleh karena itu, di dalam buku ini yang dimaksud dengan erosi adalah erosi yang disebabkan oleh air. Hudson (1976) dan Beasley (1972) berpendapat, bahwa erosi adalah proses kerja fisika yang keseluruhan prosesnya menggunakan energy. Energy ini giunakan untuk menghancurkan agregat tanah (detachment). Memercikan partaken tanah (splash), mennyebabkan gejolak (turbulence) pada limpasan permukaan, serta menghanyutkan partikel tanah. Erosi tanah (soilerosion) terjadi melalui dua proses, yakni proses penghancuran partikel-partikel tanah (detachment) dan proses pengangkutan (transport) partikel-partikel tanah yang sudah dihancurkan. Kedua proses ini terjadi akibat hujan (rain) dan aliran permukaan (run off) yang dipengaruhi oleh berbagai factor antara lain curah hujan (intensitas, diameter, lama,

(14)

dan jumlah hujan), karakteristik tanah (sifat fisik), penutupan lahan (land cover), kemiringan lereng, panjang lereng, dan sebagainya (Wischmeier dan Smith, 1978).

Faktor-faktor tersebut satu sama lain bekerja secara simultan dalam memengaruhi erosi. Kehilangan tanah hanya akan terjadi jika kedua proses tersebut di atas berjalan. Tanpa proses penghancuran partikel-partikel tanah, maka erosi tidak akan terjadi, tanpa proses pengangkutan, maka erosi akan sangat terbatas.

Dibandingkan dengan erosi, kejadian longsor sering memberikan dampak yang bersifat langsung dalam waktu yang singkat dan menjadi bencana. Hal ini dikarenakan proses pelepasan, pengangkutan dan pergerakannya berlangsung dalam waktu yang cepat dengan material yang jauh lebih besar atau lebih banyak jika dibandingkan dengan kejadian erosi. Oleh karena itu pengetahuan, pengenalan dan identifikasi area-area yang berpotensi longsor menjadi sangat penting (Lihawa, 2017).

(15)

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Tanah Longsor di Kalimantan Timur

Seperti iklim wilayah Indonesia pada umumnya, Kalimantan Timur beriklim tropis dan mempunyai dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Namun dalam tahun-tahun terakhir ini, keadaan musim di Kalimantan Timur kadang tidak menentu. Pada bulan-bulan yang seharusnya turun hujan dalam kenyataannya tidak ada hujan sama sekali, atau sebaliknya pada bulan-bulan yang seharusnya kemarau justru terjadi hujan dengan waktu yang jauh lebih panjang. Kalimantan Timur memiliki rata-rata suhu udara antara 22, 1°C hingga 35, 1°C dengan kelembaban mencapai 83-87%. Curah hujan di daerah Kalimantan Timur sangat beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Rata-rata curah hujan tertinggi tercatat pada Stasiun Meteorologi Berau sebesar 245,1 mm dan terendah selama tahun 2013 tercatat pada Stasiun Meteorologi Samarinda yaitu 237,8 mm. Pada beberapa stasiun pengamat memantau kondisi angin di Kalimantan Timur pada 2013.

Pengamatan menunjukkan bahwa kecepatan angin antara 3 sampai 4 knot.

Kecepatan angin tertinggi adalah 4 knot terjadi di Balikpapan dan Berau, sementara yang terendah adalah 3 knot di Samarinda. Masalah lingkungan yang kerap terjadi di wilayah Kalimantan Timur ini ialah illegal logging atau yang biasa disebut dengan penebangan liar. Hal tersebut tentu menyebabkan ketidakstabilan ekosistem karena wilayah Kalimantan Timur ini sebagian besar terdapat hutan hujan tropis.

Hutan yang gundul dapat menyebabkan tidak bekerjanya penyerapan air oleh tanah secara maksimal terlebih disaat hujan sehingga dapat memicu terjadinya bencana alam. Ditambah lagi dengan banyaknya kawasan perbukitan dan lereng-lereng curam yang terdapat di wilayah Kalimantan Timur ini. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan dengan letak geografis, iklim, suhu dan kelembaban, serta curah hujan yang ada, bahwa bencana alam seperti tanah longsor bisa terjadi.

Beberapa kali tanah longsor terjadi di provinsi Kalimantan Timur ini, mulai dari longsor di dekat pemukiman warga ataupun di lingkungan alam yang jauh dari

(16)

pemukiman. Pada tahun 2017 lalu, terhitung 36 kasus tanah longsor terjadi di seluruh kabupaten/kota se-Kaltim. Tentu, angka tersebut tidak bisa dipandang sebelah mata mengingat bencana alam ini juga menelan korban jiwa. Rinciannya, di Samarinda ada sebanyak 13 kasus, Balikpapan 10 kasus, Kutai Kartanegara 2 kasus, Kutai Timur sebanyak 4 kasus, Kutai Barat ada 1 kasus, Penajam Paser Utara ada 3 kasus, serta Mahakam Ulu dan Berau masing-masing terjadi 2 kasus.

Datangnya bencana seperti tanah longsor ini tidak bisa ditebak kapan akan terjadi, karena itu ketika bencana alam ini datang tidak banyak yang bisa dilakukan oleh masyarakat atau pemerintah sekalipun. Tanah longsor menyebabkan kerugian material yang sangat besar karena terjadi di tengah-tengah pemukiman. Rumah- rumah, peternakan, dan infrastruktur lain dapat sekejap mata lenyap tertimbun oleh longsoran tanah, ditambah lagi dengan adanya korban jiwa.

Tanah longsor di Kalimantan Timur ini disebabkan oleh banyak faktor. Longsor itu sendiri merupakan gerakan tanah yang terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah, seperti jatuhnya gumpalan tanah besar atau batuan. Berdasarkan data yang ada, tanah longsor seringkali disebabkan karena perubahan cuaca yang ekstrim.

Disaat terjadi kemarau yang panjang, tiba-tiba turun hujan. Akibatnya, pori-pori tanah yang terbuka saat musim kemarau, dengan cepat tertutup ketika air hujan masuk ke dalam rongga tanah. Hal seperti ini menyebabkan pergerakan tanah yang masif sehingga dapat menyebabkan longsor. Secara rinci, penyebab longsor di Kalimantan Timur ini adalah sebagai berikut.

a. Erosi Tanah

Erosi tanah sebagai penyebab yang umum terjadi. Erosi yang menggerus kaki- kaki lereng hingga bertambah curam, disebabkan oleh aliran air hujan, sungai, badai, air bah, atau gelombang laut, dan sebagainya. Erosi menyebabkan terkikisnya bagian tanah sehingga keadaan tanah utuh seperti sebelumnya.

(17)

Gambar 3.1 Erosi b. Curah Hujan Tinggi

Kalimantan Timur ini merupakan wilayah yang memiliki curah hujan yang cukup tinggi. Curah hujan tinggi menjadi penyebab tanah longsor selanjutnya.

Lereng dari bebatuan dan tanah juga semakin melemah melalui saturasi akibat hujan lebat. Setelah melewati masa kemarau Panjang, yang mengakibatkan tanah menjadi kering menimbulkan retakan dan rongga-rongga tanah. Memasuki musim penghujan, sudah pasti air hujan masuk ke rongga tanah dan pori-pori yang terbuka tadi. Sehingga air memenuhi rongga dan terjadinya pergeseran tanah, kemudian mengakibatkan erosi tanah dan longsor.

c. Getaran

Getaran pada tanah bisa disebabkan oleh gempa bumi, getaran dari mesin, penggunaan bahan peledak, lalu lintas kendaraan, dan terkadang petir juga.

Daerah di Kalimantan Timur merupakan daerah yang kaya akan hasl tambang, oleh karena itu tidak menutup kemungkinan penggunaan alat-alat berat seperti wheel loader yang tentunya bisa menghasilkan getaran yang cukup besar dan memicu terjadinya longsor walaupun umumnya kawasan pertambangan jauh dari permukiman warga.

d. Hutan Gundul

Penyebab tanah longsor selanjutnya ialah hutan gundul, akibat penebangan liar.

Inilah yang menjadi salah satu masalah terbesar yang dihadapi oleh Kalimantan Timur khususnya, karena banyak oknum-oknum yang melakukan penebangan liar. Betapa pentingnya pohon terutama daerah bukit, berfungsi sebagai penopang. Akar pohon mampu menyimpan air dan memperkuat struktur tanah, sehingga tidak mudah longsor.

(18)

Gambar 3.2 Hutan Terdampak Penebangan Liar e. Lereng dan Tebing Terjal

Proses pembentukan tebing terjal atau lereng adalah lewatnya hembusan angin dan air di sekitarnya, berdampak pada pengikisan tersebut. Kalimantan Timur adalah salah satu provinsi yang dihubungkan oleh jalan antar kota yang lingkungannya terdiri dari lereng dan tebing terjal, contohnya di sekitar jalan poros antara Bontang dan Samarinda.

2.2 Solusi untuk Tanah Longsor di Kalimantan Timur

Tanah longsor adalah contoh bencana alam yang besar dipengaruhi oleh kondisi alam itu sendiri, namun manusia bisa melakukan tindakan sebagai usaha untuk meminimalisir terjadinya bencana alam seperti tanah longsor. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai solusi untuk mencegah terjadinya tanah longsor.

Upaya-upaya antisipasi kejadian longsor dapat dimulai dengan melakukan identifikasi daerah rawan longsor, melakukan pemetaan daerah-daerah rawan longsor dan implementasinya di daerah-daerah rawan longsor. Penanggulangan longsor pada dasarnya adalah pengendalian tata ruang dan penggunaan lahan serta penguatan tebing pada kawasan-kawasan yang rentan terhadap bahaya longsor.

Dalam rangka pencegahan bencana longsor, upaya-upaya yang harus mendapat perhatian dalam tahap pengendalian pemanfaatan ruang adalah sebagai berikut:

a. Penetapan dan penerapan peraturan zona (zoning regulation)

Sebagaimana telah disampaikan peraturan zona adalah ketentuan yang memuat hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pemanfaatan ruang pada setiap peruntukan (guna lahan) yang telah ditetapkan dalam rencana tata ruang.

Untuk kawasan rawan bencana longsor, peraturan zonasi hendaknya memuat

(19)

longsor yang juga merupakan pedoman dalam mewujudkan baku mutu lingkungan. Beberapa ketentuan yang hendaknya diatur dalam peraturan zona antara lain adalah:

- Koefisien dasar bangunan (KDB) yang rendah sehingga dapat diwujudkan ruang terbuka hijau yang memadai;

- Kewajiban untuk mengembangkan vegetasi dengan perakaran yang kuat dan tajuk yang rimbun sebagai control terhadap factor-faktor penyebab bencana longsor;

- Kewajiban untuk mengembangkan sistem drainase untuk mengurangi tingkat kejenuhan air dalam tanah;

- Kewajiban untuk membangun struktur (bangunan) yang berfungsi untuk menahan gerakan tanah (retaining wall).

- Kewajiban untuk mengembangkan piranti pemantauan gerakan tanah.

b. Penerbitan izin pemanfaatan ruang secara selektif. Mekanisme perizinan pada kawasan rawan bencana longsor harus dilaksanakan secara hati-hati, mengingat tidak semua kegiatan pemanfaatan ruang dapat dikembangkan di kawasan rawan bencana longsor. Sementara itu, kegiatan yang dimungkinkan untuk dikembangkan pun harus dikelola dengan pola pengelolaan yang tepat agar tidak meningkatkan potensi bencana longsor.

c. Pengenaan sanksi secara tegas dan konsisten terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang. Pelanggaran pemanfaatan ruang pada umumnya terjadi dalam intensitas yang rendah, dalam arti hanya dilakukan oleh satu orang dan mencakup luasan yang sempit. Sekilas, pelanggaran ini tidak berdampak terhadap lingkungan sehingga sebagian pihak menganggap tidak perlu dilakukan penertiban. Namun harus disadari, tidak adanya tindakan pengenaan sanksi akan menjadi preseden dan memicu terjadinya pelanggaran serupa. Untuk kawasan rawan bencana longsor, ketidak-tegasan dan inkonsistensi pengenaan sanksi akan semakin meningkatkan potensi kejadian bencana longsor. Oleh karena itu, pemerintah selaku pihak yang berwenang untuk melakukan penertiban dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang harus dapat bersikap lebih tegas dan tidak memberikan toleransi kepada pihak-pihak yang secara nyata telah melanggar ketentuan pemanfaatan ruang yang telah ditetapkan.

(20)

d. Penerapan mekanisme insentif dan disinsentif untuk meningkatkan perlindungan terhadap kawasan rawan bencana longsor. Mekanisme insentif dan disinsentif dimaksudkan untuk mendorong pemanfaatan ruang agar sesuai dengan rencana tata ruang dan untuk mengurangi atau mencegah timbulnya pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Mekanisme ini dipandang sangat relevan untuk diterapkan untuk meningkatkan perlindungan terhadap kawasan rawan bencana longsor misalnya:

- Pembatasan pengembangan prasarana dan sarana umum di kawasan rawan bencana longsor;

- Pengenaan pajak yang tinggi terhadap kegiatan yang dikembangkan di kawasan rawan bencana longsor;

- Pengenaan kewajiban kepada pemanfaat ruang di kawasan rawan bencana longsor untuk terlebih dahulu meningkatkan control terhadap factor penyebab longsor (penghijauan, pembangunan retaining wall, dsb.) dalam cakupan yang lebih luas daripada lahan yang dikuasai.

Kejadian tanah longsor juga tidak lepas dari erosi atau yang bisa disebut dengan pengikisan tanah. Apakah perbedaan antara erosi dan tanah longsor? Istilah erosi digunakan dalam bidang geologi untuk menggambarkan proses pembentukan alur- alur atau parit-parit dan penghanyutan bahan-bahan padat oleh aliran air. Proses erosi lereng bukit dimulai dari pencucian tanah (slopewash). Istilah ini digunakan untuk menunjukkan suatu bentuk erosi akibat aliran air. Untuk mencegah terjadinya erosi, perlu dilakukan penghutanan kembali (reboisasi) dan penghijauan. Tanah- tanah yang gundul akibat pembukaan hutan harus ditanami kembali dengan tanaman-tanaman keras. Penghijauan dilakukan dengan menanam rerumputan dan pohon-pohon yang dapat memberikan penghasilan tambahan. Sejak tahun 1987, Bank Dunia telah merekomendasikan penanaman rumput akar wangi sebagai tanaman pagar untuk menahan erosi.

(21)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa:

a. Tanah longsor adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah.

b. Penyebab dari tanah longsor dipengaruhi oleh kondisi alam dan akibat dari tindakan manusia itu sendiri.

c. Pengaruh dari kondisi alam di Kalimantan Timur terhadap tanah longsor cukup besar, karena Kalimantan Timur memiliki kondisi geografis dan geologis yang tidak menutup kemungkinan terjadinya tanah longsor, baik dari kondisi alam itu sendiri maupun kondisi yang merupakan dampak dari perbuatan manusia yang ditambah lagi dengan kondisi cuaca yang tidak menentu. Oleh karena itu, tanah longsor sering terjadi di daerah Kalimantan Timur.

d. Solusi yang dapat diterapkan tentu dengan memperbaiki kondisi alam yang ada.

Dapat dilakukan reboisasi dan penghijauan terhadap hutan-hutan yang gundul karena tanah longsor dapat dengan mudah terjadi apabila sistem penyerapan air di tanah tidak bekerja dengan baik karena tidak ada pohon. Selain itu, pemerintah bisa menerapkan kebijakan-kebijakan yang mendukung agar tanah longsor bisa diminimalisir dan ditanggulangi dengan baik.

3.2 Saran

Tanah longsor adalah salah satu bencana alam yang sering terjadi di Kalimantan Timur.

Tanah longsor adalah bencana alam yang tidak dapat dicegah, namun kasusnya bisa diminimalisir. Sebaiknya, warga dan pemerintah bersinergi dan saling bahu-membahu untuk bertindak agar tanah longsor yang terjadi tidak menimbulkan kerugian yang begitu besar, baik dari segi material maupun menimbulkan korban jiwa.

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Banuwa, Irwan Sukri. 2013. Erosi. Prenada Media: Jakarta.

Febiani, Tessa dan Wardhani, DK. 2007. Seri Bencana Alam di Indonesia: Banjir dan Tanah Longsor. Erlangga for Kids: Jakarta.

Lihawa, F. 2017. Daerah Aliran Sungai Alo Erosi, Sedimen, dan Longsoran.

Deepublish: Jakarta.

Ruwanto, Bambang. (2008). Seri Bencana Alam: Tanah Longsor. Yogyakarta:

Kanisius.

Yulaelawati, Ella. 2008. Mencerdasi Bencana: Banjir, Tanah Longsor, Tsunami, Gempa Bumi, Gunung Api Kebakaran. Grasindo: Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur merencanakan pengembangan bahasa dan sastra Indonesia dan daerah di Kalimantan Timur, antara

Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 06 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Timur (Lembaran Daerah Nomor 06

4 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2009 – 2013 (Menjadikan Kalimantan Timur Sebagai Pusat Energi Terkemuka di

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2019-2023 yang selanjutnya disingkat RPJMD adalah dokumen perencanaan daerah Provinsi

Lingkungan Pengendapan dan Kualitas Batubara di Pit J, Daerah Pinang, Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan Timur” yang membahas mengenai hubungan

penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah Provinsi Kalimantan Timur dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kalimantan Timur menurut asas otonomi

Bagaimana Penangananan Masalah Prostitusi Yang Dilakukan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur Peraturan daerah provinsi kalimantan timur nomor 03 tahun 2016 tentang

LAM PI RAN Vi PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2020 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PRGVINSI KALIMANTAN TIMUR FORMAT SURAT