MAKALAH KEWARGANEGARAAN
Dosen Pengampu : Muhsin Lambok Ilvira
Disusun Oleh
Kelompok III
DIANA ANISA (2303011002)
FEBRI ALFIANITA (2303011004)
RAKRIAN WIRA BAGUS (2303011014)
FARHAH KAMUILATUN NUHA (2303011015) NUR AFSANAH RAMADANI (2303011018) DIRA TISTA MEIDIANA (2303011022) PROGRAM STUDI S1 KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOTERAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2025
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dengan judul “Pertahanan dan Keamanan Negara (HANKAM)” dapat diselesaikan sebagai bagian dari tugas mata kuliah Kewarganegaraan.
Makalah ini disusun untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya sistem pertahanan dan keamanan negara dalam menjaga keutuhan dan kedaulatan bangsa. Terima kasih saya ucapkan kepada dosen pengampu serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik sangat saya harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, 01 Mei 2025
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR... 2
DAFTAR ISI... 3 BAB I PENDAHULUAN... 4
1.1 LATAR BELAKANG... 4
1.2 RUMUSAN MASALAH... 4
1.3 TUJUAN PENULISAN... 4
BAB II PEMBAHASAN... 5
2.1 Pengertian dan tujuan menulis resensi... 5
2.2 Jenis-jenis resensi dan fungsi resensi... 6
2.3 Penulisan resensi yang baik dan benar... 6
2.4 Unsur-unsur dalam resensi... 7
BAB III PENUTUP... 8
3.1 Kesimpulan... 8
3.2 Saran... 9
DAFTAR
PUSTAKA... 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya serta sumber daya alamnya, sehingga tak dapat dipungkiri jika indonesia sejak dari jaman penjajahan sampai sekarang, tidak pernah luput dari ancaman luar maupun dalam negri. Ancaman yang timbul meliputi fisik dan idiologis sering terjadi, meskipun begitu bangsa indonesia tetap mempertahankan kebhinnekaannya dengan semangat juang pancasila yang telah tertanam di hati setiap warga negaranya melalui proses bela negara yang melingkupi pertahanan dan keamaanan nasional.
Ditinjau dari geopolitik dan geostrategi dengan posisi geografis, sumber daya alam dan jumlah serta kemampuan penduduk telah menempatkan Indonesia menjadi ajang persaingan kepentingan dan perebutan pengaruh antara negara besar. Hal ini secara langsung maupun tidak langsung memberikan dampak negatif terhadap segenap aspek kehidupan sehingga dapat mempengaruhi dan membahayakan kelangsungan hidup dan eksitensi NKRI. Karnanya sangat penting adanya keamanan dan pertahanan nasional yang berfungsi memperkokoh keutuhan bangsa.
Setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam melakukan kegiatan bela negara dengan menyusung pertahanan serta keamanan negara. Tapi ironisnya dengan begitu cepatnya globalisasi terjadi semakin banyak generasi warga negara seakan tidak mengerti makna dari ini semua. Dengan adanya persoalan ini kami ingin membahas serta memberikan informasi bagi pembaca agar lebih memahami makna dari pertahanan dan keamanan negara.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pertahanan dan keamanan negara ? 2. Apa prinsip dan fungsi pertahanan dan keamanan negara ? 3. Bagaimana sistem pertahanan dan keamanan di Indonesia ? 4. Apa saja bentuk pertahanan dan keamanan negara ?
5. Struktur dan Komponen Pertahanan dan Keamanan Negara
6. Bentuk Ancaman terhadap Sistem Pertahanan dan Keamanan Negara
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mampu menjelaskan pengertian pertahanan dan keamanan negara.
2. Mampu menguraikan prinsip dan fungsi pertahanan serta keamanan negara.
3. Mampu menjelaskan sistem pertahanan dan keamanan di Indonesia.
4. Mampu menyebutkan bentuk-bentuk pertahanan dan keamanan negara 5. Mampu menjelaskan struktur dan komponen pertahanan dan keamanan negara 6. Mampu menjelaskan bentuk ancaman terhadap sistem pertahanan dan keamanan
negara
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pertahanan dan Keamanan Negara
1. Pengertian Pertahanan Negara
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata pertahanan berasal dari kata tahan yang berarti tetap dalam keadaan, atau tetap dalam kedudukannya. Maka dengan demikian pertahanan berarti mengupayakan supaya tetap tidak berubah dari keadaan semula, atau menjaga dan melingdungi supaya selamat. Sementara yang dimaksud dengan pertahanan negara adalah segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara , keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.
Sedangkan pengertian pertahanan negara dalam UU No.34 tahun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia pasal 1 ayat 5 adalah segala usaha untuk menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ), dan melindungi segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara, disusun dengan memperhatikan kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan.
2. Pengertian keamanan Negara
Keamanan berasal dari kata dasar aman, dalam kamus besar bahasa Indonesia kata aman diartikan sebagai tenteram yaitu tidak merasa cemas atau takut, merasa bebas dari bahaya dan terlindungi. Keamanan adalah melambangkan suatu keadaan yang tenteram atau kondisi aman, sedangkan keamanan nasional adalah kemampuan suatu bangsa melindungi nilai-nilai nasionalnya dari ancaman luar
2.2 Prinsip dan Fungsi Pertahanan dan Keamanan Negara 1. Prinsip Pertahanan dan Keamanan Negara Indonesia
Pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan berdasarkan pada pandangan hidup bangsa Indonesia yaitu pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, diantaranya adalah bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan, dan dalam hal ini negara melalui pemerintah berkewajiban melindungi segenap bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, pertahanan dan keamanan negara haruslah berdasarkan pada prinsip- prinsip sebagai berikut:
a. Kemerdekaan b. Kedaulatan bangsa c. Keadilan sosial d. Prinsip demokrasi e. Hak asasi manusia f. Kesejahteraan umum g. Lingkungan hidu
h. Ketentuan hukum nasional dan internasional i. Prinsip hidup berdampingan secara damai.
2. Tujuan dan Fungsi Pertahanan dan Keamanan Negara a. Tujuan Pertahanan dan Keamanan Negara
1) Menjaga dan melindungi kedaulatan negara
2) Menjaga dan melindungi keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI )
3) Menjaga dan melindungi segenap komponen bangsa dari segala bentuk ancaman.
b. Fungsi Pertahanan dan Keamanan Negara
1) Mewujudkan dan mempertahankan seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ) sebagai satu kesatuan pertahanan.
2) Mewujudkan stabilitas kemananan nasional.
2.3 Sistem Pertahanan dan Keamanan Negara
Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata). Ini adalah pendekatan nasional yang melibatkan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) sebagai kekuatan utama, bersama dengan seluruh masyarakat Indonesia sebagai sumber dukungan. Sistem ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara dan berlandaskan pada UUD 1945 Pasal 30.
Yang berbunyi :
1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung.
3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.
4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum.
5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia. Filosofi Sishankamrata menegaskan bahwa pertahanan dan keamanan adalah tanggung jawab seluruh rakyat Indonesia, bukan hanya TNI dan Polri.
Filosofi Sishankamrata menegaskan bahwa pertahanan dan keamanan adalah tanggung jawab seluruh rakyat Indonesia, bukan hanya TNI dan Polri.
Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata) terdiri dari beberapa karakteristik utama, di antaranya:
1. Kerakyatan : Tujuan dari pertahanan dan keamanan suatu negara diutamakan untuk kepentingan seluruh masyarakat Indonesia. Setiap individu memiliki hak serta tanggung jawab untuk berkontribusi dalam upaya pertahanan dan keamanan negara
sesuai dengan kapasitas dan bidang profesinya. Sistem ini mendorong partisipasi aktif dari seluruh masyarakat dalam menjaga keamanan serta kedaulatan negara.
2. Kesemestaan : Seluruh potensi nasional, termasuk sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya buatan, dan sarana serta prasarana nasional, dimanfaatkan secara maksimal untuk keperluan pertahanan dan keamanan negara. Hal ini menunjukkan keterlibatan semua elemen bangsa dalam melawan berbagai bentuk ancaman, baik yang bersifat militer maupun non-militer. Prinsip ini menegaskan bahwa peran pertahanan dan keamanan bukan hanya tugas TNI dan Polri, melainkan juga seluruh elemen bangsa.
3. Kewilayahan : Pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan secara keseluruhan di seluruh area Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Penempatan kekuatan pertahanan dilakukan dengan penyebaran di seluruh wilayah nusantara, dengan memperhatikan kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan. Setiap area memiliki posisi strategis dalam mendukung pertahanan dan keamanan nasional, serta seluruh wilayah siap untuk menjadi daya dukung jika diperlukan.
Dalam kerangka perlindungan untuk ibu kota anyar serta sistem keamanan nasional, pemerintah mengadopsi empat elemen utama sebagai fondasi untuk perlindungan dan keamanan:
a) Intelijen : Bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi ancaman sejak awal serta memberikan peringatan dan saran kebijakan terkait pencegahan dan penanganan.
b) Pertahanan : Melaksanakan doktrin Sishankamrata dengan pendekatan penangkalan yang bersifat rakyat, berbasis wilayah, dan komprehensif, memanfaatkan kekuatan militer dan nonmiliter secara terpadu untuk mempertahankan kedaulatan negara.
c) Keamanan : Mencakup aspek keamanan dalam negeri, yang mencakup pemberian peringatan kepada masyarakat, penegakan hukum, serta dukungan bagi aparat penegak hukum. Elemen ini mendukung sistem keamanan modern yang berorientasi pada teknologi dan partisipasi masyarakat (keamanan cerdas).
d) Siber : Elemen ini berfungsi untuk melindungi keamanan informasi serta sistem teknologi informasi dari ancaman dunia maya, yang kian krusial di zaman digital ini.
2.4 Bentuk Pertahanan dan Keamanan Negara
Pertahanan dan keamanan negara merupakan dua aspek strategis yang tak terpisahkan dalam menjaga eksistensi negara, melindungi kedaulatan, serta menciptakan stabilitas nasional.
Keduanya memiliki dimensi berbeda, tetapi saling mendukung dalam mencapai tujuan nasional sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945. Dalam konteks Indonesia, sistem pertahanan dan keamanan didasarkan pada prinsip pertahanan dan keamanan rakyat semesta (Sishankamrata), yaitu sistem yang melibatkan seluruh warga negara, wilayah, serta segenap sumber daya nasional sebagai satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh (Kementerian Pertahanan RI, 2021).
1. Bentuk Pertahanan Negara
Pertahanan negara adalah segala usaha untuk menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman militer maupun non-militer dari luar negeri.
Pertahanan ini dilaksanakan melalui pendekatan militer dan non-militer yang terintegrasi.
● Pertahanan Militer
Bentuk pertahanan militer merupakan usaha fisik dengan penggunaan kekuatan senjata untuk menghadapi ancaman bersifat militer dari luar negeri, seperti agresi, invasi, dan pelanggaran kedaulatan. Dalam sistem ini, Tentara Nasional Indonesia (TNI) bertindak sebagai komponen utama yang terdiri dari tiga matra: Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara. Pertahanan militer mencakup pembangunan kekuatan, penyelenggaraan operasi militer, serta pelatihan dan pembinaan kemampuan personel (Mulyana, 2022). Dalam menghadapi ancaman modern seperti perang siber dan drone, TNI juga mulai beradaptasi dengan pengembangan doktrin pertahanan
berbasis teknologi.
● Pertahanan Non-Militer
Dalam lima tahun terakhir, bentuk ancaman non-militer seperti ancaman siber, ideologi transnasional, krisis energi, dan pandemi juga menjadi fokus utama pertahanan negara.
Lembaga-lembaga seperti Badan Intelijen Negara (BIN), Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), dan Kementerian Pertahanan memainkan peran penting dalam membentuk sistem pertahanan non-militer. Pertahanan ini mencakup aspek informasi, logistik, diplomasi pertahanan, serta penguatan ideologi Pancasila melalui pendidikan bela negara (Saputra & Rachman, 2023).
2. Bentuk Keamanan Negara
Keamanan negara merupakan segala usaha untuk menciptakan stabilitas, ketertiban, dan perlindungan dari berbagai bentuk gangguan dan kejahatan yang bersumber dari dalam negeri.
Pelaksana utama sistem keamanan negara adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri). Keamanan negara bersifat preventif dan represif terhadap tindakan yang mengganggu kehidupan sosial masyarakat.
● Keamanan Dalam Negeri dan Ketertiban Umum
Bentuk keamanan ini mencakup penegakan hukum, pengendalian konflik sosial,
penanganan kriminalitas, dan perlindungan terhadap hak-hak warga negara. Polri menjadi garda depan dalam menjaga keamanan domestik, termasuk melalui sistem Kepolisian Masyarakat (Polmas) dan pemanfaatan teknologi seperti CCTV dan big data dalam pengawasan (Suryono, 2022). Polri juga aktif bekerja sama dengan TNI dalam menghadapi ancaman keamanan strategis, seperti separatisme dan konflik horizontal.
● Keamanan Siber dan Informasi
Ancaman dunia maya seperti peretasan sistem pemerintah, penyebaran hoaks, dan propaganda ideologis telah menjadi fokus keamanan nasional. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) sejak 2017 menjadi lembaga yang mengkoordinasikan pertahanan dan keamanan di ruang siber. Dalam laporan terbarunya, BSSN menekankan pentingnya literasi digital dan penguatan sistem pertahanan siber nasional (BSSN, 2022).
● Penanggulangan Terorisme dan Ekstremisme
Seiring perkembangan global, ancaman terorisme tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga ideologis. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) memadukan pendekatan hard approach (penegakan hukum) dan soft approach (deradikalisasi, edukasi, dan reintegrasi sosial) dalam menanggulangi ancaman ini. Program deradikalisasi BNPT bekerja sama dengan masyarakat sipil, tokoh agama, dan akademisi untuk menciptakan sistem keamanan yang partisipatif (BNPT, 2021).
● Keamanan Berbasis Bencana dan Kemanusiaan
Dalam konteks ancaman non-tradisional, keamanan juga meliputi penanganan bencana alam, krisis kesehatan, dan pengungsian. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bertanggung jawab atas kesiapsiagaan nasional terhadap bencana, sementara TNI dan Polri sering terlibat langsung dalam misi kemanusiaan. Pandemi COVID-19 menunjukkan bahwa keamanan kini harus mencakup aspek kesehatan publik dan logistik strategis (Widodo & Handayani, 2021).
2.5 Struktur dan Komponen Pertahanan dan Keamanan Negara
Sistem pertahanan dan keamanan negara Indonesia dirancang berdasarkan prinsip pertahanan dan keamanan rakyat semesta yang telah menjadi bagian dari falsafah nasional sejak masa kemerdekaan. Prinsip ini tertuang dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, khususnya pada Pasal 30, serta dijabarkan lebih rinci dalam UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara dan UU No. 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara. Inti dari prinsip ini adalah bahwa seluruh warga negara, wilayah, serta sumber daya nasional merupakan bagian integral dari sistem pertahanan dan keamanan negara. Hal ini membuat struktur HANKAM Indonesia bersifat menyeluruh (komprehensif), terorganisasi, dan terintegrasi, dengan memadukan unsur militer dan non- militer secara sinergis.
Secara struktural, sistem HANKAM Indonesia dibagi menjadi dua pilar utama, yaitu pertahanan negara dan keamanan negara. Pertahanan negara dikelola oleh Kementerian Pertahanan Republik Indonesia (Kemenhan) dan dilaksanakan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI), sedangkan keamanan negara menjadi tanggung jawab Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) dan beberapa lembaga pendukung seperti Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Badan Intelijen Negara (BIN), Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), serta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Kemenhan berperan sebagai penyusun kebijakan strategis pertahanan nasional dan pengelola pengadaan Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista), sementara TNI melaksanakan tugas operasional untuk menjaga keutuhan wilayah dan kedaulatan negara dari ancaman eksternal. Struktur ini memungkinkan pelaksanaan fungsi pertahanan dan keamanan secara efisien dengan pembagian tugas yang jelas dan pengawasan berlapis (Kementerian Pertahanan RI, 2021).
Dalam pelaksanaan tugas pertahanan, Indonesia mengenal tiga jenis komponen pertahanan negara, yaitu komponen utama, komponen cadangan, dan komponen pendukung, sebagaimana dijelaskan dalam UU No. 3 Tahun 2002 dan diperkuat melalui UU No. 23 Tahun 2019.
Komponen utama adalah Tentara Nasional Indonesia (TNI), yang merupakan garda terdepan dalam menghadapi ancaman militer. TNI terbagi atas tiga matra yaitu TNI Angkatan Darat (AD), TNI Angkatan Laut (AL), dan TNI Angkatan Udara (AU). Ketiganya memiliki peran strategis dalam menjaga integritas wilayah dari ancaman di darat, laut, dan udara. Selain sebagai komponen utama, TNI juga berperan dalam operasi militer selain perang (OMSP) seperti penanggulangan bencana, pemberantasan terorisme, serta membantu tugas Polri dalam kondisi tertentu (Mulyana, 2022).
Selanjutnya, komponen cadangan adalah warga negara yang telah melalui pelatihan militer dasar dan siap dikerahkan dalam keadaan darurat pertahanan. Pembentukan komponen cadangan ini dimulai secara aktif sejak tahun 2021 oleh Kemenhan dan TNI, sebagai wujud konkret dari keterlibatan masyarakat sipil dalam upaya bela negara. Para peserta Komcad direkrut secara sukarela dan ditempatkan pada matra yang relevan sesuai pelatihan, serta tetap kembali ke kehidupan sipil setelah masa pelatihan selesai. Komcad dapat dipanggil kembali oleh negara ketika terjadi eskalasi ancaman nasional, baik berupa agresi militer asing maupun gangguan keamanan besar berskala nasional (Ramadhan, 2021).
Sementara itu, komponen pendukung meliputi seluruh sumber daya nasional yang dapat diberdayakan untuk kepentingan pertahanan, baik manusia, alat produksi, teknologi, informasi,
hingga lembaga pendidikan dan industri strategis. Contoh nyata dari komponen pendukung adalah perusahaan-perusahaan BUMN seperti PT Pindad (produsen senjata), PT PAL Indonesia (galangan kapal), dan PT Dirgantara Indonesia (produsen pesawat), yang menyediakan alat utama sistem persenjataan bagi TNI. Selain itu, universitas dan lembaga riset berperan dalam mendukung inovasi dan pendidikan bela negara. Dalam praktiknya, komponen pendukung ini tidak terlibat langsung dalam operasi militer, tetapi memiliki peran vital dalam menjaga kesiapan logistik, komunikasi, dan sumber daya strategis bangsa (Hendrayana, 2020).
Pada aspek keamanan dalam negeri, Polri memegang peran sentral dalam menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat sipil. Tugas Polri mencakup penegakan hukum, pencegahan kejahatan, serta perlindungan terhadap masyarakat dari ancaman terorisme, narkoba, dan kejahatan transnasional. Polri bekerja sama dengan BNPT untuk penanggulangan ekstremisme, dengan BIN untuk deteksi dini terhadap potensi kerusuhan, dan dengan BSSN dalam hal keamanan siber. Sementara itu, BNPB dan instansi lain turut mengambil bagian dalam manajemen keamanan berbasis bencana dan krisis kemanusiaan, yang juga merupakan bagian dari sistem keamanan nasional yang menyeluruh (BSSN, 2022).
Dengan tantangan pertahanan dan keamanan yang semakin kompleks, struktur dan komponen HANKAM Indonesia dirancang untuk dapat berkembang secara dinamis. Tidak hanya mengandalkan kekuatan militer konvensional, tetapi juga melibatkan seluruh lapisan masyarakat dan institusi nasional sebagai bagian dari sistem pertahanan negara. Dalam konteks ini, konsep pertahanan tidak hanya berbicara soal senjata dan pertempuran, melainkan juga penguatan sistem hukum, edukasi bela negara, pengelolaan informasi, dan kerja sama internasional sebagai komponen integral dari keamanan nasional Indonesia yang berkelanjutan.
2.6 Bentuk Ancaman terhadap Sistem Pertahanan dan Keamanan Negara
Ancaman terhadap pertahanan dan keamanan negara terus berkembang seiring dinamika zaman. Perubahan teknologi, geopolitik, sosial, dan ideologi menjadikan bentuk ancaman semakin kompleks, multidimensional, dan sulit diprediksi. Oleh karena itu, negara perlu memahami dengan baik semua bentuk ancaman tersebut agar dapat merancang sistem pertahanan yang adaptif dan tangguh. Menurut UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, ancaman adalah segala bentuk usaha dan kegiatan yang bersifat militer maupun
nonmiliter yang dinilai membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa. Berdasarkan berbagai literatur dan peraturan, ancaman terhadap HANKAM dapat diklasifikasikan menjadi lima bentuk utama, yaitu:
1. Ancaman Militer
Ancaman militer merupakan bentuk ancaman konvensional yang berasal dari kekuatan bersenjata, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, yang secara langsung mengancam kedaulatan dan integritas wilayah negara. Jenis ancaman ini melibatkan penggunaan senjata dan kekuatan fisik untuk menyerang atau melemahkan negara. Contoh nyata dari ancaman militer antara lain agresi militer oleh negara lain, pelanggaran wilayah oleh kapal perang asing, dan pemberontakan bersenjata yang ingin menggulingkan pemerintahan yang sah. Dalam konteks Indonesia, bentuk ancaman ini pernah terjadi dalam sejarah, seperti agresi militer Belanda pada masa awal kemerdekaan dan pemberontakan Darul Islam (DI/TII) pada 1950-an.
Meskipun saat ini ancaman militer secara langsung dinilai relatif kecil, potensi konflik di kawasan seperti Laut Natuna Utara tetap menjadi perhatian serius karena menyangkut pelanggaran wilayah dan sengketa klaim zona ekonomi eksklusif (ZEE) oleh negara lain. Oleh karena itu, kekuatan militer nasional harus tetap dipertahankan dalam kondisi siap tempur dan profesional. (Kementerian Pertahanan RI, 2023)
2. Ancaman Non-Militer
Ancaman non-militer adalah jenis ancaman yang tidak menggunakan kekuatan senjata secara langsung, tetapi dapat menimbulkan dampak besar terhadap stabilitas nasional. Bentuk ancaman ini mencakup berbagai aspek seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, teknologi, informasi, dan lingkungan hidup. Contohnya adalah terorisme dan radikalisme yang bertujuan menciptakan ketakutan massal dan mengganggu harmoni sosial; penyalahgunaan narkoba yang merusak moral dan fisik generasi muda; serta separatisme yang ingin memisahkan diri dari NKRI. Di era digital, ancaman juga datang dari serangan siber yang menargetkan sistem pertahanan, infrastruktur kritikal, hingga lembaga keuangan negara. Selain itu, penyebaran hoaks, disinformasi, dan ujaran kebencian di media sosial telah menjadi instrumen efektif untuk memecah belah masyarakat dan menurunkan kepercayaan publik terhadap pemerintah. Ancaman ini bersifat tersembunyi, sistemik, dan sulit dideteksi secara langsung, sehingga diperlukan pendekatan multidisipliner dan lintas sektor dalam menghadapinya. (Suryono, 2020).
3. Ancaman Hibrida (Hybrid Threats)
Ancaman hibrida atau hybrid threats merupakan bentuk ancaman yang menggabungkan unsur militer dan non-militer secara simultan dan saling melengkapi. Karakteristik utama ancaman ini adalah penggunaan taktik tidak konvensional seperti perang informasi, serangan siber, infiltrasi ideologi, propaganda, serta penggunaan aktor non-negara yang didukung oleh kekuatan asing. Dalam praktiknya, ancaman hibrida sering kali tidak terdeteksi secara langsung karena menyusup dalam aspek sosial dan politik masyarakat. Misalnya, serangan siber yang dilakukan bersamaan dengan penyebaran disinformasi politik di masa pemilu dapat memecah belah rakyat dan melemahkan legitimasi pemerintahan yang sah. Ancaman ini juga terlihat dalam konteks global, seperti intervensi Rusia melalui media dan operasi intelijen dalam konflik Ukraina, atau infiltrasi kelompok separatis melalui narasi internasional terhadap isu Papua. Hybrid threats menjadi bentuk konflik dominan di abad ke-21 karena sifatnya yang fleksibel, kompleks, dan sulit direspons dengan pendekatan militer semata. Oleh karena itu, strategi pertahanan negara harus berkembang secara dinamis untuk menghadapi tantangan ini.
(BSSN, 2023)
4. Ancaman Geopolitik dan Geostrategis
Ancaman geopolitik dan geostrategis muncul dari dinamika hubungan antarnegara, terutama di kawasan strategis yang menjadi jalur lalu lintas perdagangan internasional dan arena persaingan kekuatan besar. Indonesia, sebagai negara kepulauan yang berada di antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia, memiliki posisi geostrategis yang sangat penting.
Namun, posisi ini juga membawa risiko tinggi terhadap pengaruh eksternal. Salah satu contoh nyata adalah meningkatnya ketegangan di Laut China Selatan, yang berpotensi menimbulkan konflik terbuka antara negara-negara besar dan berdampak langsung pada wilayah perairan Indonesia, khususnya di Laut Natuna Utara. Selain itu, persaingan global antara Amerika Serikat dan Tiongkok juga dapat menyeret negara-negara berkembang seperti Indonesia dalam tekanan politik dan ekonomi. Ketergantungan terhadap kekuatan asing, baik dalam bidang pertahanan maupun investasi ekonomi, dapat menjadi celah bagi negara lain untuk memengaruhi kebijakan dalam negeri Indonesia. Dalam menghadapi ancaman ini, Indonesia harus mengedepankan diplomasi pertahanan, kerja sama regional, serta memperkuat kemandirian ekonomi dan teknologi (Nugroho, 2019).
5. Ancaman Internal Terhadap Keamanan Negara
Ancaman terhadap HANKAM juga dapat berasal dari dalam negeri sendiri, baik disebabkan oleh konflik horizontal, lemahnya institusi negara, maupun ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintahan. Ketimpangan sosial ekonomi, pengangguran, kemiskinan, dan ketidakadilan hukum menjadi faktor utama pemicu instabilitas. Ketika institusi penegak hukum dan pertahanan tidak berfungsi secara optimal atau justru terlibat dalam praktik korupsi dan pelanggaran HAM, kepercayaan publik terhadap negara akan menurun drastis. Dalam kondisi tersebut, potensi konflik sosial dan pemberontakan dapat meningkat, seperti yang terjadi dalam berbagai kerusuhan daerah yang melibatkan etnis, agama, atau golongan tertentu. Selain itu, politik identitas yang dimainkan selama kontestasi politik elektoral juga dapat memperuncing polarisasi dan memecah persatuan bangsa. Oleh karena itu, penguatan tata kelola pemerintahan yang bersih, adil, dan transparan merupakan bagian tak terpisahkan dari strategi pertahanan dan keamanan nasional. (BNPT, 2021).
2.7 Strategi Peningkatan Pertahanan dan Keamanan Negara
Pertahanan dan keamanan negara merupakan fondasi utama bagi keberlangsungan suatu bangsa. Dalam menghadapi tantangan abad ke-21 yang bersifat asimetris, siber, dan hibrida, Indonesia memerlukan strategi pertahanan dan keamanan yang tidak hanya kuat dari sisi militer, tetapi juga mencakup aspek sosial, teknologi, ekonomi, dan diplomasi. Strategi peningkatan pertahanan dan keamanan harus bersifat preventif, kolaboratif, dan berorientasi jangka panjang.
1. Modernisasi Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista)
Modernisasi alutsista merupakan elemen utama dalam meningkatkan kemampuan tempur Tentara Nasional Indonesia (TNI). Hal ini mencakup pembaruan senjata, kendaraan tempur, pesawat, kapal perang, serta sistem komando dan kontrol (C4ISR). Indonesia melalui Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pertahanan 2020–2024 telah berupaya memperkuat postur pertahanan melalui pembelian alutsista modern seperti jet tempur Rafale, kapal selam Scorpene, dan radar canggih. Selain pembelian, Indonesia juga menekankan pentingnya alih teknologi dan penguatan industri pertahanan nasional melalui BUMN strategis seperti PT Pindad dan PT PAL (Kementerian Pertahanan RI, 2021).
2. Penguatan Pertahanan Siber dan Keamanan Informasi
Dalam era digital, ancaman terhadap pertahanan negara tidak hanya datang dari darat, laut, dan udara, tetapi juga dari dunia maya. Serangan siber terhadap infrastruktur vital, lembaga pemerintah, dan data strategis bisa melumpuhkan fungsi negara. Oleh karena itu, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) bersama Kemenhan telah menyusun Strategi Keamanan Siber Nasional yang bertujuan untuk memperkuat ketahanan digital negara, meningkatkan kapabilitas sumber daya manusia (SDM) di bidang siber, serta memperkuat kerja sama internasional. Pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk mendeteksi ancaman siber secara dini juga menjadi bagian penting dalam strategi ini. (BSSN, 2022).
3. Pembangunan Komponen Cadangan dan Pertahanan Rakyat Semesta
Strategi pertahanan Indonesia berlandaskan pada prinsip pertahanan rakyat semesta, yaitu melibatkan seluruh warga negara dalam upaya pertahanan nasional. Hal ini diatur dalam UU No. 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional. Pemerintah telah membentuk Komponen Cadangan (Komcad) sebagai bagian dari kekuatan pertahanan non-permanen yang siap dikerahkan saat negara dalam kondisi darurat. Komcad terdiri dari warga sipil terlatih yang disiapkan melalui pendidikan militer singkat. Strategi ini bertujuan meningkatkan kesiapsiagaan nasional secara menyeluruh, memperkuat pertahanan teritorial, serta membangun rasa bela negara di masyarakat. (Ramadhan, 2021)
4. Diplomasi Pertahanan dan Kerja Sama Regional
Strategi pertahanan modern tidak dapat dilepaskan dari pendekatan diplomatik. Indonesia aktif menjalin kerja sama pertahanan dengan berbagai negara dan organisasi internasional seperti ASEAN, Australia, Jepang, dan Amerika Serikat dalam bentuk latihan militer bersama (Latma), dialog pertahanan, dan pendidikan militer. Di kawasan ASEAN, Indonesia memainkan peran penting dalam forum ADMM+ (ASEAN Defence Ministers' Meeting Plus) untuk mendorong kerja sama keamanan kawasan dalam menghadapi ancaman transnasional seperti terorisme, pembajakan laut, dan bencana. Diplomasi pertahanan juga digunakan untuk menjaga stabilitas di kawasan Laut Natuna Utara dengan cara memperkuat posisi Indonesia di tengah rivalitas negara besar. (Sutanto & Prasetya, 2023)
5. Peningkatan Kapasitas SDM dan Pendidikan Bela Negara
Sumber daya manusia merupakan kunci keberhasilan pertahanan negara. Untuk itu, strategi peningkatan keamanan nasional juga menekankan pentingnya pendidikan bela negara, pelatihan kepemimpinan militer, dan peningkatan kualitas personel TNI, Polri, dan komponen pendukung lainnya. Pemerintah melalui Kementerian Pertahanan dan Kemendikbudristek telah memperkuat program Pendidikan Bela Negara di sekolah dan universitas guna menanamkan nilai-nilai nasionalisme, disiplin, dan cinta tanah air. Selain itu, profesionalisme TNI terus ditingkatkan melalui reformasi pendidikan militer dan penerapan teknologi modern dalam pelatihan tempur. (Hendrayana, 2020)
6. Penguatan Hukum dan Tata Kelola Pertahanan
Aspek hukum menjadi landasan penting dalam menyusun dan menjalankan kebijakan pertahanan yang efektif. Dalam lima tahun terakhir, pemerintah memperkuat regulasi di bidang pertahanan dengan menyempurnakan sistem hukum seperti UU No. 23 Tahun 2019 dan Peraturan Presiden terkait keamanan siber, intelijen, dan penanggulangan terorisme. Selain itu, transparansi dan akuntabilitas dalam pengadaan alutsista serta anggaran pertahanan menjadi perhatian utama untuk mencegah korupsi dan konflik kepentingan di sektor ini. Penguatan lembaga pengawasan seperti BPK dan KPK dalam sektor pertahanan juga menjadi bagian dari upaya membangun pertahanan negara yang bersih dan berintegritas. (Siregar, 2022)
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Pertahanan dan keamanan negara merupakan tanggung jawab bersama seluruh elemen bangsa Indonesia, tidak hanya TNI dan Polri, tetapi juga seluruh warga negara. Sistem pertahanan dan keamanan nasional Indonesia mengacu pada prinsip Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata) yang bersifat menyeluruh, terpadu, dan berdasarkan pada Pancasila serta UUD 1945. Dalam menghadapi ancaman yang semakin kompleks, baik militer maupun non-militer, Indonesia harus memperkuat struktur dan komponen pertahanan yang mencakup komponen utama (TNI), cadangan (Komcad), dan pendukung (sumber daya nasional). Selain itu, strategi peningkatan pertahanan harus mencakup modernisasi alutsista, penguatan pertahanan siber, diplomasi pertahanan, serta pendidikan bela negara yang berkelanjutan. Pertahanan dan keamanan nasional tidak hanya mencakup aspek militer, tetapi juga sosial, ekonomi, teknologi, dan diplomasi untuk menjaga keutuhan NKRI.
3.2 Saran -
DAFTAR PUSTAKA
1. Sumarno, I. A. P., SAP, M., Herlina Tarigan, M. P. P. M., Sarjito, I. A., Susanto, M., Sulistiyanto, S. E., & Ir Edy Saptono, M. M. (2025). Manajemen Pertahanan
Modern: Tantangan Modernisasi Militer dan Integrasi AI. Indonesia Emas Group.
{referensi poin 3]
-Mulyana, R. (2022). Peran TNI dalam Sistem Pertahanan Negara Modern. Jurnal Pertahanan, 8(2), 115–130.
-Saputra, D., & Rachman, A. (2023). Strategi Non-Militer dalam Meningkatkan Pertahanan Nasional. Jurnal Ketahanan Nasional, 29(1), 75–89.
-Suryono, B. (2022). Peran Polri dalam Menjaga Keamanan Dalam Negeri di Era Digital.
Jurnal Keamanan Nasional, 7(1), 90–104.
-Widodo, J., & Handayani, R. (2021). Keamanan Nasional dan Penanganan Pandemi di Indonesia. Jurnal Manajemen Bencana dan Kesehatan, 3(1), 10–24.
-Hendrayana, B. (2020). Pemberdayaan Komponen Pendukung dalam Pertahanan Negara.
Jurnal Bela Negara, 6(1), 45–62.
-BNPT. (2021). Strategi Nasional Penanggulangan Terorisme. Jakarta: BNPT.
-Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). (2023). Strategi Nasional Keamanan Siber.
-BSSN. (2022). Strategi Keamanan Siber Nasional Indonesia. Jakarta: Badan Siber dan Sandi Negara.
-Kementerian Pertahanan RI. (2023). Buku Putih Pertahanan Indonesia.
-Kementerian Pertahanan RI. (2021). Renstra Kemhan 2020–2024. Jakarta: Kemenhan RI.
-Nugroho, R. (2019). Strategi Pertahanan Negara di Tengah Geopolitik Global. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
-Ramadhan, A. (2021). Strategi Penguatan Komponen Cadangan dalam Sistem Pertahanan Negara. Jurnal Ketahanan Nasional, 27(2), 215–228.
-Siregar, D. (2022). Reformasi Tata Kelola Pertahanan Nasional: Menuju Sistem yang Transparan dan Efektif. Jurnal Ilmu Hukum dan Keamanan, 7(2), 113–130.
-Suryono, A. (2020). Ketahanan Nasional dan Ancaman Non-Militer di Era Globalisasi.
Jakarta: Prenada Media.
-Sutanto, R. & Prasetya, W. (2023). Diplomasi Pertahanan Indonesia dalam Menjaga Stabilitas Kawasan. Jurnal Pertahanan dan Bela Negara, 13(1), 65–82.