• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI KONSEPSI DAN PANDANGAN KOLEKTIF KEBANGSAAN INDONESIA DALAM KONTEKS PERGAULAN DUNIA

N/A
N/A
Putri

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI KONSEPSI DAN PANDANGAN KOLEKTIF KEBANGSAAN INDONESIA DALAM KONTEKS PERGAULAN DUNIA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI KONSEPSI DAN PANDANGAN KOLEKTIF KEBANGSAAN INDONESIA DALAM KONTEKS PERGAULAN DUNIA

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah pendidikan kewarganegaraan Dosen pengampu: Prof. Dr. Azainil, M.Si.

Disusun Oleh:

Putri Lia Farha 2202096053 Reva Ayu Kartika 2202096058 Adilah Khairunnisa 2202096063

Fitriyah Nabilah 2202096068 Awang Rasyid Syadaffa 2202096093

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA 2023

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... I KATA PENGANTAR ... II

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan ... 2

BAB II ... 3

PEMBAHASAN ... 3

A. Konsep dan Urgensi Wawasan Nusantara ... 3

B. Alasan Diperlukannya Wawasan Nusantara ... 4

C. Sumber Historis, Sosiologis, dan Politik tentang Wawasan Nusantara ... 6

D. Dinamika dan Tantangan Wawasan Nusantara... 9

E. Esensi dan Urgensi Wawasan Nusantara ... 10

BAB III ... 15

PENUTUP ... 15

A. Kesimpulan ... 15

B. Saran ... 15

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah S.W.T. sehingga makalah ini yang berjudul "Wawasan Nusantara Sebagai Konsepsi dan Pandangan Kolektif Kebangsaan Indonesia Dalam Konteks Pergaulan Dunia" dapat tersusun dengan lancar. Makalah ini dibuat guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada Prof. Dr. Azainil, M.Si. selaku dosen pengampu yang telah membimbing Kami hingga dapat terselesaikannya makalah ini. Dalam proses penyusunannya, Kami menjumpai hambatan, namun berkat dukungan lain dari berbagai pihak, akhirnya Kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan cukup baik, oleh karena itu melalui kesempatan ini tak lupa Kami sampaikan terima kasih sebagai penghargaan kepada semua pihak terkait yang telah membantu. Tentunya makalah yang Kami buat masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena Kami harap pembaca bisa memberikan segala saran dan kritik yang membangun sebagai perbaikan pada tugas selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi Kami dan pembaca.

Samarinda, 30 Maret 2023

Penyusun

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi yang semakin maju menyebabkan persebaran arus informasi antar negara menjadi sangat cepat. Hal ini menyebabkan banyak pertukaran kebudayaan yang masuk dan keluar dalam suatu negara.

Kebudayaan-kebudayaan asing yang masuk ke suatu negara dapat membawa pengaruh positif maupun negatif. Adanya pengaruh negatif disebabkan oleh adanya sikap dari masyarakat yang tidak memilah atau menyaring terlebih dahulu kebudayaan-kebudayaan asing tersebut, sehingga secara perlahan dan tidak sadar akan melunturkan jati diri bangsa Indonesia. Hal ini perlu dihindari oleh generasi muda. Salah satu caranya adalah dengan menanamkan konsep Wawasan Nusantara kepada setiap elemen masyarakat melalui pengembangan pendidikan karakter yang baik pada tiap-tiap tingkat pendidikan. Dengan memiliki wawasan nusantara dapat maka dapat memperkuat dan memperteguh jati diri bangsa Negara Indonesia

Wawasan nusantara merupakan wawasan nasional (national outlook) bangsa Indonesia yang selanjutnya dapat disingkat wasantara. Wawasan nasional merupakan cara pandang bangsa terhadap diri dan lingkungan tempat hidup bangsa yang bersangkutan. Cara bangsa memandang diri dan lingkungannya tersebut sangat mempengaruhi keberlangsungan dan keberhasilan bangsa itu menuju tujuannya. Bagi bangsa Indonesia, wawasan nusantara telah menjadi cara pandang sekaligus konsepsi berbangsa dan bernegara. Wasantara menjadi landasan visional bangsa Indonesia. Konsepsi wawasan mengalami dinamika yang terus tubuh dalam praktik kehidupan bangsa. Wawasan nusantara, dicetuskan sejak 1957 melalui deklarasi djuanda yang kemudian sampai sekarang mengalami dinamika yang terus tubuh dalam praktik kehidupan bangsa.

Pembahasan tentang Wawasan Kebangsaan merupakan suatu hal yang penting dan mutlak harus selalu dilakukan secara terus menerus sejalan dengan dinamika proses kehidupan berbangsa dan bernegara. Wawasan kebangsaan dapat dianggap sebagai ruh atau jiwa atau semangat dari

(5)

kehidupan berbangsa yang tentu saja akan mewarnai dan bahkan ikut menentukan eksistensi dan maju mundurnya suatu negara. Untuk mengetahui secara mendalam terkait dinamika wawasan nusantara hingga saat ini maka penyusun mengkajinya dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dan urgensi wawasan nusantara?

2. Mengapa wawasan nusantara diperlukan?

3. Apa saja sumber historis, sosiologis, dan politik tentang wawasan nusantara?

4. Apa saja argumen yang mendukung terjadinya dinamika dan tantangan wawasan nusantara?

5. Bagaimana esensi dan urgensi wawasan nusantara?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep dan urgensi wawasan nusantara.

2. Untuk mengetahui alasan diperlukannya wawasan nusantara.

3. Untuk mengetahui apa saja sumber historis, sosiologis, dan politik tentang wawasan nusantara.

4. Untuk mengetahui apa saja dinamika dan tantangan wawasan nusantara.

5. Untuk mengetahui bagaimana esensi dan urgensi wawasan nusantara.

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep dan Urgensi Wawasan Nusantara

Wawasan Nusantara dibedakan dalam dua pengertian yakni pengertian etimologis dan pengertian terminologi. Secara etimologi, kata Wawasan Nusantara berasal dari dua kata wawasan dan nusantara. Wawasan dari kata wawas (bahasa Jawa) yang artinya pandangan. Sementara kata “nusantara”

merupakan gabungan kata nusa yang artinya pulau dan antara. Kata ”nusa”

dalam bahasa Sanskerta berarti pulau atau kepulauan. Sedangkan dalam bahasa Latin, kata ”nusa” berasal dari kata nesos yang dapat berarti semenanjung, atau suatu bangsa. Merujuk pada pernyataan tersebut, maka kata ”nusa” juga mempunyai kesamaan arti dengan kata nation dalam bahasa Inggris yang berarti bangsa. Dari sini bisa ditafsirkan bahwa kata ”nusa” dapat memiliki dua arti, yaitu kepulauan dan bangsa. Kata kedua yaitu ”antara”

memiliki padanan dalam bahasa Latin, in dan terra yang berarti antara atau dalam suatu kelompok. ”Antara” juga mempunyai makna yang sama dengan kata inter dalam bahasa Inggris yang berarti antar (antara) dan relasi.

Sedangkan dalam bahasa Sanskerta, kata ”antara” dapat diartikan sebagai laut, seberang, atau luar. Bisa ditafsirkan bahwa kata ”antara” mempunyai makna antar (antara), relasi, seberang, atau laut. Dari penjabaran di atas, penggabungan kata ”nusa” dan ”antara” menjadi kata ”nusantara” dapat diartikan sebagai kepulauan yang di antara laut atau bangsa-bangsa yang dihubungkan oleh laut. Ada pendapat lain yang menyatakan nusa berarti pulau, dan antara berarti diapit atau berada di tengah-tengah. Nusantara berarti gugusan pulau yang diapit atau berada ditengah-tengah antara dua benua dan dua samudra (Pasha, 2008).

Kata nusantara sendiri secara historis bermula dari bunyi Sumpah Palapa dari Patih Gajah Mada yang diucapkan dalam upacara pengangkatannya sebagai Mahapatih di Kerajaan Majapahit tahun 1336 M, tertulis di dalam Kitab Pararaton. Penamaan nusantara ini berdasarkan sudut pandang Majapahit (Jawa), mengingat pada waktu itu belum ada sebutan yang cocok untuk menyebut seluruh kepulauan yang sekarang bernama Indonesia dan juga

(7)

Malaysia. Nusantara pada waktu itu diartikan pulau-pulau di luar Majapahit (Jawa). Dalam Kitab Negarakertagama karangan Mpu Tantular, arti nusantara adalah pulau-pulau di luar Jawa dengan Majapahit sebagai ibu kotanya.

Kata Nusantara digunakan oleh Ki Hajar Dewantara untuk menggantikan sebutan Hindia Belanda (Nederlandsch-Indie). Pada acara Kongres Pemuda Indonesia II tahun 1928 (peristiwa Sumpah Pemuda), digunakan istilah Indonesia sebagai pengganti Nusantara. Nama Indonesia berasal dari dua kata bahasa Yunani, yaitu indo/indu yang berarti Hindu/India dan nesia/nesos yang berarti pulau. Dengan demikian kata nusantara bisa dipakai sebagai sinonim kata Indonesia, yang menunjuk pada wilayah (sebaran pulau-pulau) yang berada di antara dua samudra yakni Samudra Hindia dan Samudra Pasifik dan dua benua yakni Benua Asia dan Australia.

Kemudian, secara terminologi pengertian yang dihubungkan dengan konteks istilah tersebut dikemukakan pula. Pengertian terminologi umumnya adalah pengertian istilah menurut para ahli atau tokoh dan lembaga yang mengkaji konsep tersebut. Berdasar pengertian terminologi, wawasan nusantara merupakan pandangan bangsa Indonesia terhadap lingkungan tempat berada termasuk diri bangsa Indonesia itu sendiri. Ibaratkan diri sebagai individu.

B. Alasan Diperlukannya Wawasan Nusantara

Diketahui bahwa wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan tanah airnya sebagai negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang beragam. Dengan demikian, Wawasan Nusantara secara umum dapat diartikan sebagai cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan segala kondisi geografisnya dalam rangka mencapai tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia. Yang termasuk Wawasan Nusantara antara lain adalah konsep- konsep geopolitik pada ide-ide tentang Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Negara Kepulauan.

Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara".

(8)

Wawasan Nusantara harus dilaksanakan secara sistematis melalui proses yang berkelanjutan secara berjenjang dimulai secara dini dari anak-anak sebagai generasi penerus bangsa Indonesia mengenal dirinya sebagai anak Indonesia sampai dengan akhir hayatnya sebagai bangsa Indonesia. Hakikat Wawasan Nusantara adalah sebagai pemersatu keberagaman yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keberagaman yang ada dapat menyatukan bangsa Indonesia namun dapat juga disalahgunakan untuk memecah belah kan bangsa Indonesia oleh pihak-pihak tertentu. Pengaruh globalisasi menimbulkan tantangan baru terutama pada bidang sosial budaya dan pertahanan-keamanan. Wawasan Nusantara akan meningkatkan komitmen masyarakatnya dalam menjaga keutuhan bangsa Indonesia. WOleh karena itu wawasan Nusantara sangat berperan penting dalam mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia.

Wawasan nusantara sangat penting untuk disosialisasikan dan direalisasikan pada masyarakat luas, terutama bagi pelajar dan mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa. Maka dari itu, Pendidikan Kewarganegaraan sangatlah penting untuk menjadi sarana pemahaman akan Wawasan Nusantara serta untuk mengembangkan nilai-nilai nasionalisme dan karakter bangsa. Dengan Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan dapat meningkatkan kesadaran mahasiswa akan pentingnya persatuan dan keutuhan NKRI. Dan adapun cuplikan pidato Ir. Soekarno, tanggal 1 Juni 1945, berikut ini: Tanah air itu adalah satu kesatuan Allah SWT membuat peta dunia, menyusun peta dunia. Jika dilihat melalui peta, maka akan terlihatlah kesatuan gerombolan pulau-pulau di antara dua lautan yang besar Lautan Pasifik dan lautan Hindia, dan di antara dua benua, yaitu benua Asia dan benua Australia.

Di peta tersebut akan nampak pulau-pulau di Indonesia seperti Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Halmahera, Nusa tenggara, Maluku, dan lain-lain pulau kecil di antaranya, semua adalah satu kesatuan. Menurut geopolitik, maka Indonesia ialah tanah air bangsa ini. Indonesia yang bulat, bukan Jawa saja, bukan Sumatera saja, atau Kalimantan saja atau Sulawesi saja, atau Ambon saja, atau Maluku saja, tetapi segenap kepulauan yang menjadi satu kesatuan antara dua benua dan dua samudera, itulah tanah air.

(9)

C. Sumber Historis, Sosiologis, dan Politik tentang Wawasan Nusantara Ada sumber historis (sejarah), sosiologis, dan politis terkait dengan munculnya konsep Wawasan Nusantara. Sumber-sumber itu melatarbelakangi berkembangnya konsepsi Wawasan nusantara ialah sebagai berikut.

1. Latar Belakang Historis Wawasan Nusantara

Lahirnya konsepsi wawasan nusantara bermula dari Perdana Menteri Ir.

H. Djuanda Kartawidjaja yang pada tanggal 13 Desember 1957 ketika mengeluarkan deklarasi yang selanjutnya dikenal sebagai Deklarasi Djuanda. Isi pokok deklarasi ini adalah menyatakan lebar laut teritorial Indonesia 12 mil yang dihitung dari garis yang menghubungkan pulau terluar Indonesia. Dengan garis teritorial yang baru ini wilayah Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah. Laut di antara pulau bukan lagi sebagai pemisah, karena tidak lagi laut bebas, tetapi sebagai penghubung pulau.

Sebelum keluarnya Deklarasi Djuanda, wilayah Indonesia didasarkan pada Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonnantie 1939 (TZMKO 1939) atau dikenal dengan nama Ordonansi 1939, sebuah peraturan buatan pemerintah Hindia Belanda. Isi Ordonansi tersebut pada intinya adalah penentuan lebar laut lebar 3 mil laut dengan cara menarik garis pangkal berdasarkan garis air pasang surut atau countour pulau/darat. Dengan peraturan zaman Hindia Belanda tersebut, pulau-pulau di wilayah Nusantara dipisahkan oleh laut di sekelilingnya dan setiap pulau hanya mempunyai laut di sekeliling sejauh 3 mil dari garis pantai. Laut setelah garis 3 mil merupakan lautan bebas yang berarti kapal asing boleh dengan bebas melayari laut yang memisahkan pulau-pulau tersebut. Laut dengan demikian menjadi pemisah pulau-pulau di Indonesia. Konsepsi wawasan nusantara semakin kuat setelah adanya keputusan politik negara yakni dimasukkannya ke dalam Pasal 25 A UUD NRI 1945, yang menyatakan

“Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang”. Menurut pasal tersebut, negara Indonesia didirikan berdasar wilayahnya.

Guna memperkuat kedaulatan atas wilayah negara tersebut dibentuklah undang-undang sebagai penjabarannya. Setelah keluarnya Deklarasi Djuanda 1957 dibentuklah Undang-Undang No. 4 Prp Tahun 1960 tentang

(10)

Perairan Indonesia. Sampai saat ini telah banyak peraturan perundangan yang disusun guna memperkuat kesatuan wilayah Indonesia. Tidak hanya melalui peraturan perundangan nasional, bangsa Indonesia juga memperjuangkan konsepsi wawasan nusantara berdasar Deklarasi Djuanda ini ke forum internasional agar mendapat pengakuan bangsa lain atau masyarakat internasional. Melalui perjuangan panjang, akhirnya Konferensi PBB tanggal 30 April 1982 menerima dokumen yang bernama

“The United Nation Convention on the Law of the Sea” (UNCLOS).

Berdasarkan Konvensi Hukum Laut 1982 tersebut diakui asas Negara Kepulauan (Archipelago State). Indonesia diakui dan diterima sebagai kelompok negara kepulauan, Indonesia.

2. Latar Belakang Sosiologis Wawasan Nusantara

Berdasar sejarah, wawasan nusantara bermula dari wawasan kewilayahan. Mengingat Deklarasi Djuanda 1957 sebagai perubahan atas Ordonansi 1939 yang berintikan mewujudkan wilayah Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah, tidak lagi terpisah-pisah. Sebagai konsepsi kewilayahan, bangsa Indonesia mengusahakan dan memandang wilayah sebagai satu kesatuan. Namun seiring tuntutan dan perkembangan, konsepsi wawasan nusantara mencakup pandangan akan kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan, termasuk persatuan sebagai satu bangsa. Sebagaimana dalam rumusan GBHN 1998 dikatakan Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Ini berarti lahirnya konsep wawasan nusantara juga dilatarbelakangi oleh kondisi sosiologis masyarakat Indonesia. Berdasar pada kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia, wawasan nusantara yang pada awalnya berpandangan akan

“kesatuan atau keutuhan wilayah” diperluas lagi sebagai pandangan akan

“persatuan bangsa”. Bangsa Indonesia tidak ingin lagi terpecah-pecah dalam banyak bangsa. Untuk mewujudkan persatuan bangsa itu dibutuhkan penguatan semangat kebangsaan secara terus menerus.

Semangat kebangsaan Indonesia sesungguhnya telah dirintis melalui peristiwa Kebangkitan Nasional 20 Mei 1908, ditegaskan dalam Sumpah

(11)

Pemuda 28 Oktober 1928, dan berhasil diwujudkan dengan Proklamasi Kemerdekaan bangsa pada tanggal 17 Agustus 1945. Oleh karena itu, jauh sebelum Deklarasi Djuanda 1957, konsep semangat dan kesatuan kebangsaan sudah tumbuh dalam diri bangsa. Bahkan semangat kebangsaan inilah yang berhasil membentuk satu bangsa merdeka.

keadaan sosiologis masyarakat Indonesia dan juga keberlangsungan penjajahan yang memecah belah bangsa, telah melatarbelakangi tumbuhnya semangat dan tekad orang-orang di wilayah nusantara ini untuk bersatu dalam satu nasionalitas, satu kebangsaan yakni bangsa Indonesia.

Semangat bersatu itu pada awalnya adalah bersatu dalam berjuang membebaskan diri dari penjajahan, dan selanjutnya bersatu dalam wadah kebangsaan Indonesia.

3. Latar Belakang Politis Wawasan Nusantara

Secara politis, ada kepentingan nasional bagaimana agar wilayah yang utuh dan bangsa yang bersatu ini dapat dikembangkan, dilestarikan, dan dipertahankan secara terus menerus. Kepentingan nasional itu merupakan turunan lanjut dari cita-cita nasional, tujuan nasional, maupun visi nasional.

Cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alinea II adalah untuk mewujudkan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur sedangkan tujuan nasional Indonesia sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV salah satunya adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.

Visi nasional Indonesia menurut ketetapan MPR No VII/MPR/2001 tentang visi Indonesia untuk masa depan adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang religius, manusiawi, bersatu, demokratis, adil, sejahtera, maju, mandiri, serta baik dan bersih dalam penyelenggaraan negara.

Wawasan nusantara yang bermula dari Deklarasi Djuanda 1957 selanjutnya dijadikan konsepsi politik kenegaraan. Rumusan wawasan nusantara dimasukkan dalam naskah Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai hasil ketetapan MPR mulai tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998. Setelah GBHN tidak berlaku disebabkan MPR tidak lagi diberi kewenangan menetapkan GBHN, konsepsi wawasan nusantara dimasukkan pada rumusan Pasal 25 A UUD NRI 1945 hasil Perubahan

(12)

Keempat tahun 2002. Cobalah Anda telusuri kembali rumusan-rumusan Wawasan Nusantara tersebut sejak dari GBHN 1973 sampai rumusan GBHN 1998.

D. Dinamika dan Tantangan Wawasan Nusantara

Konsepsi wawasan nusantara juga mengajak seluruh warga negara untuk memandang keluasan wilayah dan keragaman yang ada di dalamnya sebagai satu kesatuan. Kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan dalam kehidupan bernegara merupakan satu kesatuan. Luas wilayah Indonesia tentu memberikan tantangan bagi bangsa Indonesia untuk mengelolanya. Hal ini dikarenakan luas wilayah memunculkan potensi ancaman dan sebaliknya memiliki potensi keunggulan dan kemanfaatan.

Untuk itu, wawasan nusantara menjadi nilai yang menjiwai segenap peraturan perundang-undangan yang berlaku pada setiap dan strata di seluruh wilayah negara, sehingga menggambarkan sikap dan perilaku, paham serta semangat kebangsaan atau nasionalisme yang tinggi yang merupakan identitas atau jati diri bangsa Indonesia. Dalam mewujudkan tujuan nasional pasti banyak mengalami kendala, baik dalam konsep maupun implementasinya. Setiap bangsa memiliki wawasan tersendiri, begitu pun bagi masing-masing negara. Dalam penyelenggaraan kehidupan yang tidak terlepas dari pengaruh lingkungan di mana negara itu berada pasti didasarkan pada hubungan timbal balik dalam semua aspek di dalam suatu negara.

Wawasan nusantara telah menjadi landasan visional bagi bangsa Indonesia guna memperkokoh kesatuan wilayah dan persatuan bangsa. Upaya memperkokoh kesatuan wilayah dan persatuan bangsa akan terus menerus dilakukan. Hal ini dikarenakan visi tersebut dihadapkan pada dinamika kehidupan yang selalu berkembang dan tantangan yang berbeda sesuai dengan perubahan zaman.

Dinamika yang berkembang misalnya, pada masa lalu penguasaan wilayah dilakukan dengan pendudukan militer maka sekarang ini lebih ditekankan pada upaya perlindungan dan pelestarian alam di wilayah tersebut. Tantangan yang berubah, seperti adanya perubahan dari kejahatan konvensional menjadi

(13)

kejahatan di dunia maya. Sementara tantangan yang akan dihadapi dalam Implementasi Wawasan Nusantara di Era Modern, di antaranya:

1. Kesadaran Warga Negara Pandangan Indonesia tentang Hak dan Kewajiban Manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama. Kesadaran bela negara dalam mengisi kemerdekaan perjuangan yang dilakukan adalah perjuangan non fisik untuk memerangi keterbelakangan, kemiskinan, kesenjangan sosial, penguasaan IPTEK, peningkatan kualitas SDM, memberantas KKN, transparan dan pemeliharaan persatuan.

2. Perkembangan Pesat Teknologi Perkembangan teknologi serta perkembangan masyarakat global dikaitkan dengan dunia tanpa batas yang tentu saja menjadi tantangan tersendiri untuk Wawasan Nusantara, mengingat perkembangan ini dapat mempengaruhi pola pikir, pola sikap dan pola tindak masyarakat dalam berbangsa dan bernegara. Kenichi Ohmae dalam bukunya Borderless World dan The End of Nation State menyatakan dalam perkembangan masyarakat global, batas-batas wilayah negara dalam arti geografi dan politik relatif masih tetap, namun kehidupan dalam satu negara tidak mungkin dapat membatasi kekuatan global yang berupa informasi, investasi, industri dan konsumen yang semakin individual.

3. Kapitalisme, yang merupakan suatu sistem ekonomi berdasarkan kepada hak milik swasta atas beragam barang dan kebebasan individu untuk mengadakan perjanjian dengan pihak lain dan berkecimpung dalam aktivitas-aktivitas ekonomi yang dipilihnya sendiri berdasarkan kepentingan sendiri serta mencapai laba untuk dirinya sendiri.

E. Esensi dan Urgensi Wawasan Nusantara

Diketahui esensi atau hakikat dari wawasan nusantara adalah kesatuan wilayah dan persatuan bangsa Indonesia. Setelah adanya Deklarasi Djuanda tanggal 13 Desember 1957, wilayah Indonesia barulah merupakan satu kesatuan, di mana laut tidak lagi merupakan pemisah tetapi sebagai penghubung. Wilayah Indonesia sebagai satu kesatuan memiliki keunikan antara lain:

(14)

1. Bercirikan negara kepulauan (Archipelago State) dengan jumlah 17.508 pulau.

2. Luas wilayah 5.192 juta km2 dengan perincian daratan seluas 2.027 juta km2 dan laut seluas 3.166 juta km2. Negara kita terdiri 2/3 lautan / perairan 3. Jarak utara selatan 1.888 km dan jarak timur barat 5.110 km.

4. Terletak di antara dua benua dan dua samudra (posisi silang).

5. Terletak pada garis khatulistiwa.

6. Berada pada iklim tropis dengan dua musim.

7. Menjadi pertemuan dua jalur pegunungan yaitu Mediterania dan Sirkum Pasifik.

8. Berada pada 60 LU- 110 LS dan 950 BT – 1410 BT.

9. Wilayah yang subur dan habittable (dapat dihuni).

10. Kaya akan flora, fauna, dan sumber daya alam.

Wawasan nusantara yang pada awalnya beresensi sebagai kewilayahan, kini berkembang menjadi kebangsaan. Artinya wawasan nusantara tidak hanya berpandangan keutuhan wilayah, tetapi juga persatuan bangsa. Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang heterogen. Heterogenitas bangsa ditandai dengan keragaman suku, agama, ras, dan kebudayaan. Bangsa yang heterogen dan beragam ini juga harus mampu bersatu. Bangsa Indonesia sebagai kesatuan juga memiliki keunikan yakni:

1. Memiliki keragaman suku, yakni sekitar 1.128 suku bangsa (2010).

2. Memiliki jumlah penduduk besar, sekitar 242 juta (2011).

3. Memiliki keragaman ras.

4. Memiliki keragaman agama.

5. Memiliki keragaman kebudayaan, sebagai konsekuensi dari keragaman suku bangsa.

Konsep Wawasan Nusantara menciptakan pandangan bahwa Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah merupakan satu kesatuan politik, sosial budaya, ekonomi serta pertahanan dan keamanan. Atau dengan kata lain perwujudan wawasan nusantara sebagai satu kesatuan politik, sosial budaya, ekonomi dan pertahanan dan keamanan. Pandangan demikian penting sebagai landasan visional bangsa Indonesia terutama dalam melaksanakan pembangunan.

1. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Politik Memiliki makna:

(15)

a. Bahwa kebulatan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya merupakan satu kesatuan wilayah, wadah, ruang hidup, dan kesatuan matra seluruh bangsa serta menjadi modal dan milik bersama bangsa.

b. Bahwa bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan berbicara dalam berbagai bahasa daerah serta memeluk dan meyakini berbagai agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa harus merupakan satu kesatuan bangsa yang bulat dalam arti yang seluas luasnya.

c. Bahwa secara psikologis, bangsa Indonesia harus merasa satu, senasib sepenanggungan, sebangsa, dan setanah air, serta mempunyai tekad dalam mencapai cita-cita bangsa.

d. Bahwa Pancasila adalah satu-satunya falsafah serta ideologi bangsa dan negara yang melandasi, membimbing, dan mengarahkan bangsa menuju tujuannya.

e. Bahwa kehidupan politik di seluruh wilayah Nusantara merupakan satu kesatuan politik yang diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

f. Bahwa seluruh Kepulauan Nusantara merupakan satu kesatuan sistem hukum dalam arti bahwa hanya ada satu hukum nasional yang mengabdi kepada kepentingan nasional.

g. Bahwa bangsa Indonesia yang hidup berdampingan dengan bangsa lain ikut menciptakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial melalui politik luar negeri bebas aktif serta diabdikan pada kepentingan nasional. Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan politik akan menciptakan iklim penyelenggaraan negara yang sehat dan dinamis. Hal tersebut tampak dalam wujud pemerintahan yang kuat, aspiratif, dan terpercaya yang dibangun sebagai penjelmaan kedaulatan rakyat.

2. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Ekonomi Memiliki makna:

a. Bahwa kekayaan wilayah Nusantara baik potensial maupun efektif adalah modal dan milik bersama bangsa, dan bahwa keperluan hidup sehari-hari harus tersedia merata di seluruh wilayah tanah air.

(16)

b. Tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan seimbang di seluruh daerah, tanpa meninggalkan ciri khas yang dimiliki oleh daerah dalam pengembangan kehidupan ekonominya.

c. Kehidupan perekonomian di seluruh wilayah Nusantara merupakan satu kesatuan ekonomi yang diselenggarakan sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan dan ditujukan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat. Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan ekonomi akan menciptakan tatanan ekonomi yang benar-benar menjamin pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata. Di samping itu, implementasi wawasan nusantara pada aspek ekonomi mencerminkan tanggung jawab pengelolaan sumber daya alam yang memperhatikan kebutuhan masyarakat antar daerah secara timbal balik serta kelestarian sumber daya alam itu sendiri.

3. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Sosial Budaya Memiliki makna:

a. Bahwa masyarakat Indonesia adalah satu, kehidupan bangsa harus merupakan kehidupan bangsa yang serasi dengan terdapatnya tingkat kemajuan masyarakat yang sama, merata dan seimbang, serta adanya keselarasan kehidupan yang sesuai dengan tingkat kemajuan bangsa.

b. Bahwa budaya Indonesia pada hakikatnya adalah satu, sedangkan corak ragam budaya yang ada menggambarkan kekayaan budaya bangsa yang menjadi modal dan landasan pengembangan budaya bangsa seluruhnya, dengan tidak menolak nilai–nilai budaya lain yang tidak bertentangan dengan nilai budaya bangsa, yang hasil-hasilnya dapat dinikmati oleh bangsa. Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan sosial budaya akan menciptakan sikap batiniah dan lahiriah yang mengakui segala bentuk perbedaan sebagai kenyataan hidup sekaligus karunia Tuhan. Implementasi ini juga akan menciptakan kehidupan masyarakat dan bangsa yang rukun dan bersatu tanpa membedakan suku, asal usul daerah, agama, atau kepercayaan, serta golongan berdasarkan status sosialnya. Budaya Indonesia tidak menolak nilai-nilai budaya asing asalkan tidak bertentangan dengan nilai budaya bangsa sendiri dan hasilnya dapat dinikmati.

(17)

4. Perwujudan Kepulauan Nusantara Sebagai Satu Kesatuan Pertahanan dan Keamanan Memiliki makna:

a. Bahwa ancaman terhadap satu pulau atau satu daerah pada hakikatnya merupakan ancaman terhadap seluruh bangsa dan negara.

b. Bahwa tiap-tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam rangka pembelaan negara dan bangsa. Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan pertahanan dan keamanan akan menumbuhkan kesadaran cinta tanah air dan bangsa, yang lebih lanjut akan membentuk sikap bela negara pada tiap warga negara Indonesia.

Kesadaran dan sikap cinta tanah air dan bangsa serta bela negara ini menjadi modal utama yang akan mengerakkan partisipasi setiap warga negara Indonesia dalam menghadapi setiap bentuk ancaman.

(18)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Berawal dari wawasan kewilayahan dengan dicetuskannya Deklarasi Djuanda tanggal 13 Desember 1957, Wawasan Nusantara tak hanya menjadi wawasan dengan konsepsi kewilayahan saja. Namun, seiring waktu berkembang menjadi konsepsi politik kenegaraan sebagai cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri dan lingkungan tempat tinggalnya sebagai satu kesatuan wilayah dan persatuan bangsa. Esensi dari wawasan ini mencakup pandangan akan satu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan yang menjadi perwujudan sila ke-3 Pancasila yaitu Persatuan Indonesia. Maka dari itu kita sebagai warga negara dalam kehidupan bermasyarakat yang berbangsa bernegara perlu mendalami dan memahami konsep, esensi, serta urgensi dari wawasan yang menjadi cara kita dalam memandang suatu bangsa, Wawasan Nusantara. Orang-orang yang berwawasan nusantara akan selalu menjaga ketertiban, keamanan dan ketenangan, serta mematuhi tata tertib dan peraturan yang ditentukan oleh undang-undang dan hukum yang telah diatur dalam tatanan ketatanegaraan.

B. Saran

Untuk menjunjung tinggi jiwa nasionalisme Indonesia, wawasan nusantara dapat diimplementasikan ke dalam kehidupan sehari-hari oleh setiap warga negara dengan menjadikan Pancasila sebagai pedoman hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hal itu dapat dicerminkan seperti dengan nilai religius, kekeluargaan atau kekerabatan, bersikap saling menghargai dan saling toleransi dengan semua orang tanpa pandang bulu. Selain itu, wawasan nusantara juga dapat diimplementasikan dengan membela bangsa Indonesia, mengenalkan dan membawa citra yang baik bangsa Indonesia ke dunia luar, dan selalu mementingkan kepentingan umum terlebih dahulu di atas kepentingan pribadi atau golongan tertentu. Orang-orang yang berwawasan nusantara akan selalu menjaga ketertiban, keamanan dan ketenangan, serta mematuhi tata tertib dan peraturan yang ditentukan oleh undang-undang dan hukum yang telah diatur dalam tatanan ketatanegaraan.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, H. M., & Najicha, F. U. (2022). Upaya Memperkuat Jati Diri Bangsa Melalui Pemahaman Wawasan Nusantara di Era Gempuran Kebudayaan Asing. Jurnal Kewarganegaraan, 6(1).

Aminullah, R., & Umam, M. (2020). Pancasila Sebagai Wawasan Nusantara. Al-Allam, 1.

Dewi Ratih, L., & Ulfatun Najicha, F. (2021). Wawasan Nusantara Sebagai Upaya Membangun Rasa dan Sikap Nasionalisme Warga Negara: Sebuah Tinjauan Literatur. Jurnal Global Citizen, 59–

64.

http://ejurnal.unisri.ac.id/index.php/glbctz/article/view/....http://ejurnal.unisri.ac.id/index.

php/glbctz/article/view/....

HIbur, E., Fransiska, Jariska, Ahadinata, M. N., & Asni, N. (2017). Wawasan Nusantara Sebagai Konsepsi dan Pandangan Kolektif Kebangsaan Indonesia dalam Konteks Pergaulan Dunia.

Hiqmal. (n.d.). Tantangan Wawasan Nusantara. Visione.co.id.

Mahardika, F. P. (n.d.). Alasan Diperlukannya Wawasan Nusantara.

Margaretha Pramestyarani, A. (2020). Pentingnya Pemahaman Wawasan Nusantara bagi

Mahasiswa dalam Meningkatkan Eksistensi Negara.

https://www.researchgate.net/publication/346442944

Pasha, M. K. (2003). Pendidikan Kewrganegaraan. Citra Karsa Mandiri.

Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. (2016). Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

dasar Wawasan Nusantara sebagai geopolitik Indonesia adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis

Implementasi atau penerapan wawasan nusantara harus tercermin pada pola pikir, pola sikap, dan pola tindak yang senantiasa mendahulukan kepentingan bangsa dan

Sedangkan Wawasan Nusantara adalah konsep politik bangsa Indonesia yang memandang Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah, meliputi tanah (darat), air (laut) termasuk dasar laut

2) Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Sosial Budaya Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan sosial budaya akan menciptakan sikap batiniah dan

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, secara sederhana wawasan nusantara berarti cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri dan lingkungannya. Wawasan Nusantara sebagai

 Membangun nilai-nilai peduli pentingnya wawasan nusantara dalam konteks negara kesatuan republik indonesia3. KI 2 IPK

Implementasi atau penerapan wawasan nusantara harus tercermin pada pola pikir, pola sikap, dan pola tindak yang senantiasa mendahulukan kepentingan bangsa dan negara

Sementara pengertian Wawasan Nusantara menurut dokumen ketetapan MPR tahun 1999 menyatakan: “Wawasan nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa mengenai diri dan lingkungan yang