PRAKTIK PENGELOLAAN WAKAF DI BERBAGAI NEGARA MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Mata Kuliah : Manajemen ZISWAF Dan Perpajakan
Dosen Pengampu : Dr. H. Irpan Jamil, MA
Anggota Kelompok 5 :
Daffa Aliga Prasetiya : 6020221044 Nabila Afwa Aulia : 6020221062 Nesya Nabila Supartika S : 6020221063
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS SURYAKANCANA
2022/2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga tugas makalah mata kuliah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Dalam pembuatan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,untuk itu saya ucapkan terimakasih kepada Bapak H.Dr Irfan Jamil., M.A. Adapun tujuan dari pembuatan makalah mata kuliah Manajemen ZISWAF dan Perpajakan yang membahas tentang “Praktik Pengelolaan Wakaf di Berbagai Negara” yaitu untuk melengkapi tugas kelompok kami. Kami menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan isi makalah ini..
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.
Cianjur, 17 November 2022
Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI ... ii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.2 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan ... 2
BAB 2 PEMBAHASAN ... 3
2.1 Wakaf di Indonesia ... 3
2.2 Wakaf di Malaysia... 3
2.3 Wakaf di Brunei Darussalam ... 4
2.4 Wakaf di Singapura ... 5
2.5 Wakaf di Arab Saudi ... 7
2.6 Wakaf di Turki ... 7
BAB III KESIMPULAN ... 10
DAFTAR PUSTAKA ... 11
1
BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang
Wakaf sebagai perangkat ekonomi yang penting dan mendapat porsi perhatian serius dalam diskursus fiqh Islam, sebagai upaya menjembatani dan mengembalikan relasi/interaksi dalam masyarakat. tidak diragukan lagi bahwa manajemen wakaf terkait langsung dengan prilaku atau trend perekonomian bagi seorang muslim dalam meanstream umum bagi aktifitas kemanusiaan secara kolektif dan mengandung acuan yang jelas tentang teknis bagaimana seorang hamba berinteraksi dengan penciptanya dalam bingkai keimanan dan etika.Dengan demikian Nampak bahwa nilai-nilai Islam mampu menggerakkan roda kegiatan perekonomian menuju kemaslahatan umum.
Tata cara pengelolaan wakaf dalam Islam telah diatur berdasarkan Alquran dan Sunah Rasulullah SAW. Harta wakaf, menurut ajaran Islam, hanya diambil manfaatnya, sementara barang asalnya harus tetap. Dalam sejarah Islam lembaga ini telah memainkan peran ekonomi dan sosial yang penting. secara tradisional institusi ini berfungsi sebagai sumber pembiayaan bagi masjid-masjid, sekolah-sekolah, pengkajian dan penelitian, rumah-rumah sakit, pelayanan sosial dan pertahanan.
Amalan ibadah wakaf telah dilaksanakan semenjak zaman Rasulullah saw. Sedangkan pada masa Khulafa ar Rasyidin ibadah wakaf ini berterusan diamalkan, kemudian secara berkelanjutan diamalkan pula oleh umat Islam di berbagai negara hingga sekarang ini. 187 Dalam perkembangannya praktik wakaf menjadi lebih luas pada masa pemerintahan Islam sesudah masa Khulafaur Rasyidin. Sri Nurhayati dalam tulisannya yang bertajuk Akuntansi Syariah di Indonesia memaparkan bahwa pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah dan Abbasiyah, semua orang berduyun-duyun untuk melaksanakan wakaf. Pada masa itu, wakaf tidak hanya untuk orangorang fakir dan miskin saja, tetapi wakaf menjadi modal untuk membangun lembaga pendidikan, membangun perpustakaan dan membayar gaji para stafnya, gaji para guru dan beasiswa untuk para siswa dan mahasiswa.
Dalam sejarah umat Islam, ditemukan bukti bahwa harta wakaf telah memiliki peran sosial ekonomi yang besar dalam masyarakat Islam. Bahkan Monzer Kahf, mengemukakan telah didapat informasi bahwa wakaf di Istambul, Jerussalem, Kairo dan kota-kota lainnya meliputi sebahagian besar dari keseluruhan wilayah yang dipergunakan oleh masyarakat. Di berbagai kawasan dunia Islam terdapat wakaf dalam satu atau lain bentuk dan negara-negara Muslim modern mempunyai deparetemen yang mengurusi wakaf atau paling tidak departemen urusan Islam / keagamaan dibawah mana urusan wakaf ditempatkan.
Hal ini menunjukkan betapa peran wakaf sebagai salah satu lembaga sosial Islam mendapatkan perhatian yang cukup serius dari para pemegang kebijakan dalam dunia Islam.
hal ini mengindikasikan bahwa wakaf erat kaitannya dengan sosial ekonomi masyarakat.
walaupun wakaf merupakan lembaga Islam yang hukumnya sunnah, namun lembaga ini
2
dapat berkembang dengan baik di beberapa negara misalnya Brunei Darussalam, Singapura, Malaysia, Saudi Arabia, dan Turki.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah perkembangan pengelolaan wakaf di Indonesia ? 2. Bagaimanakah perkembangan pengelolaan wakaf di Malaysia ?
3. Bagaimanakah perkembangan pengelolaan wakaf di Brunei Darussalam ? 4. Bagaimanakah perkembangan pengelolaan wakaf di Singapura ?
5. Bagaimanakah perkembangan pengelolaan wakaf di Arab Saudi?
6. Bagaimanakah perkembangan pengelolaan wakaf di Turki ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami perkembangan pengelolaan wakaf di Indonesia ? 2. Untuk mengetahui dan memahami perkembangan pengelolaan wakaf di Malaysia ? 3. Untuk mengetahui dan memahami perkembangan pengelolaan wakaf di Brunei
Darussalam ?
4. Untuk mengetahui dan memahami perkembangan pengelolaan wakaf di Singapura ? 5. Untuk mengetahui dan memahami perkembangan pengelolaan wakaf di Arab Saudi?
6. Untuk mengetahui dan memahami perkembangan pengelolaan wakaf di Turki ?
3
BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Wakaf di Indonesia
Pengelola wakaf di Indonesia dilakukan oleh lembaga wakaf yang secara khusus mengelola wakaf dalam bentuk aset tetap dan atau wakaf tunai, serta beroperasi secara nasional adalah Badan Wakaf Indonesia (BWI). Tugas lembaga ini adalah mengkoordinir - yang sudah ada dan mengelola secara mandiri terhadap harta wakaf yang dipercayakan kepadanya. Sedangkan, wakaf yang ada dan sudah berjalan di tengah-tengah masyarakat dalam bentuk wakaf benda tidak bergerak (fixed asset), maka perlu dilakukan pengamanan.
Badan Wakaf Indonesia (BWI) mempunyai fungsi sangat strategis diharapkan dapat membantu, baik dalam pembiayaan, pembinaan maupun pengawasan terhadap para untuk dapat melakukan pengelolaan wakaf secara produktif. Pembentukan BWI bertujuan untuk menyelenggarakan administrasi pengelolaan secara nasional, mengelola sendiri harta wakaf yang dipercayakan kepadanya, khususnya yang berkaitan dengan tanah wakaf produktif strategis terutama benda wakaf terlantar dan internasional dan promosi program yang diadakan oleh BWI dalam rangka sosialisasi kepada umat Islam.
BWI dikelola secara profesional independen, dalam hal ini pemerintah berfungsi sebagai fasilitator, motivator dan regulator. Penglolaan wakaf yang ada di Indonesia telah memiliki standardisasi wakaf uang profesional, tapi belum memiliki standar akuntansi yang baku. Hal ini menjadi pemikiran bersama seiring dengan berkembangan wakaf yang cukup pesat baik jumlah lembaganya maupun dana yang dihimpun.
Pengolaan wakaf oleh nazhir dalam upaya memberdayakan dan meningkatkan nilai tambah aset wakaf berdasarkan prinsip keadilan, kejujuran, akuntable, mandiri, wajar dan bertanggung jawab untuk kepentingan stakeholder-wakif, masyarakat sekitarnya dan umumnya bagi kemasyalahatan umat muslim pada umumnya-berdasarkan prinsip prinsip syariah, perundang undangan yang berlaku.
Nazhir yang sudah memiliki lisensi dari otoritas harus menjalankan tugasnya dengan baik, membuat petunjuk, baik yang bersifat umum maupun khusus, tentang tata kelola nazhir, setelah itu otoritas akan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kinerja dan kepatuhannya pada aturan syariah yang berlaku.
2.2 Wakaf di Malaysia
Wakaf di Malaysia Pelaksanaan wakaf di negara Malaysia pada umumnya tidak jauh berbeda dengan negara-negara muslim lainnya. Pelaksanaan wakaf di Malaysia sudah mulai subur dan berkembang sejak 1800-an, yang dipelopori oleh para pedagang Malaysia.
Lembaga yang berwewenang dan mengurus wakaf atau masalah keagamaan lainnya di
4
Malaysia adalah Majelis Agama Negeri. Perwakafan di Malaysia tidak terbatas hanya dalam bentuk pembangunan masjid.
Yayasan Dakwah Islamiah Malaysia (Yadim) merupakan salah satu lembaga yang bertugas mengelola skim wakaf berdasarkan konsep pelaksanaan wakaf menurut Islam.
Yadim telah menawarkan 14 juta saham wakaf, yaitu harga keseluruhan pusat latihan Yadim di Semungkis, Hulu Langkat. Saham wakaf ditawarkan kepada masyarakat umum dengan harga RM1 per saham. Yadim juga membeli suatu bangunan di suatu pusat perdagangan yang strategis untuk meneruskan skim wakaf. Dengan cara inilah masyarakat Islam di Malaysia memiliki bangunan perdagangan yang bisa mereka sewakan kepada pedagang muslim dengan harga sewa yang relatif rendah. Dengan cara tersebut, wakaf boleh dipergunakan untuk berbagai tujuan kebajikan dan pembangunan umat Islam di negara Malaysia.
Adapun undang-undang yang berkenaan dengan wakaf di negara Malaysia, yaitu undang-undang tentang harta yang cukup komprehensif dan jelas, jika dibandingkan dengan undang-undang mengenai berbagai hak waris, wasiat, baitul mal, dan asuransi. Undang- undang tersebut berusaha mengatur dan mengarahkan manajerial harta yang diwakafkan dengan satu sistem pengelolaan yang tidak membedakan jenis-jenis wakaf’am, wakaf khas, dan nazar’am.
2.3 Wakaf di Brunei Darussalam
Wakaf di Brunei Darussalam menyerahkan segala urusan mengenai wakaf kepada Majlis Ugama Islam, berdasarkan peruntukan undang-undang yang tercantum dalam Undang- Undang Negara Brunei Darussalam, yaitu Akta Majelis Ugama Islam dan Mahkamah- Mahkamah Kadi Penggal 77 dalam bab 98 dan 100.
Secara umum, sistem perwakafan di Brunei Darussalam terbagi menjadi dua bentuk, yaitu terdaftar dan tidak terdaftar:
1. Secara terdaftar Sistem perwakafan seperti ini terjadi apabila seorang hamba Allah mewakafkan jenis-jenis harta tidak bergerak, seperti tanah dan bangunan, dengan menentukan pergantian nama pemilik secara sah menurut peraturan perundang-undangan.
2. Secara tidak terdaftar
a. Sistem perwakafan ini terjadi apabila seorang hamba Allah mewakafkan sesuatu kepada pihak-pihak tertentu, seperti uang, kelengkapan peralatan, dan lain-lain, secara tidak bertulis, hanya dilafalkan secara lisan. Ijab kabul kedua belah pihak diperlukan secara lisan apabila kedua belah pihak setuju untuk memberi dan menerima harta yang diwakafkan.
b. Kadang-kadang perwakafan bisa terjadi tanpa diketahui oleh pihak kedua, yaitu orang yang menerima harta wakaf tersebut. Contohnya, seorang hamba Allah mewakafkan sebuah Al-Quran di masjid tanpa diketahui oleh pegawai dan pengurus masjid.
5
Institusi yang bertanggung jawab mengurus harta wakaf secara terdaftar adalah Majlis Ugama Islam. Pengurusan yang dijalankan harus berdasarkan jenis wakaf yang dilafazkan oleh orang yang berwakaf. Perlaksanaan awal atau prosedur yang akan dilakukan oleh pihak yang berwakaf adalah sebagai berikut:
1. Mengantar surat permohonan untuk berwakaf.
2. Apabila wakaf diterima, dapat melafazkan wakaf di hadapan hakim.
3. Disampaikan ke Jabatan Tanah Brunei.
4. Perlaksanaan wakaf oleh pihak-pihak berkenaan mengikut jenis wakaf yang dilafazkan.
Terhadap wakaf yang tidak terdaftar, pengurusannya diserahkan kepada pihak yang diberikan atau menerima harta wakaf tersebut. Misalnya, sebuah masjid menerima wakaf 100 kitab suci Al-Quran maka masjid itu sendiri yang akan mengurus segala hal yang berkaitan dengannya.
Harta wakaf yang diurus dan dikendalikan oleh Majelis Ugama Islam dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Wakaf khas Wakaf khas adalah wakaf yang telah ditentukan sendiri oleh orang yang berwakaf. Contohnya, sebidang tanah telah diwakafkan oleh seorang hamba Allah dan tanah yang diwakafkannya telah ditentukan untuk kegunaan-kegunaan tertentu, misalnya untuk didirikan masjid.
2. Wakaf am Wakaf am adalah wakaf yang tidak ditentukan secara khusus kegunaannya oleh orang yang berwakaf. Majlis Ugama Islam bebas menentukan harta wakaf akan digunakan untuk apa
2.4 Wakaf di Singapura
Wakaf di Singapura Menurut sejarah, wakaf telah dipraktikkan di Singapura sejak awal pendirian negara tersebut. Para imigran yang berasal dari Hadramaut (Yaman) berperan besar dalam mengembangkan wakaf di Singapura. Di antara mereka yang paling awal datang ke Singapura adalah dua saudagar kaya raya dari Palembang, yaitu Syekh Mohammed bin Harun Aljunied dan keponakannya, Syekh Omar bin Ali Aljunied. Bersama keluarga lain, seperti Alkaff dan Alsagoff, mereka telah berkontribusi dalam pembangunan rumah, sekolah, serta fasilitas lainnya untuk para imigran dari latar belakang yang berbeda-beda.
Pada 1820, Syekh Omar bin Ali Aljunied mewakafkan tanahnya yang terletak di tepi selatan Sungai Singapura, tepatnya berada di Keng Cheow Street Off Havelock Road, dan kemudian beliau mendirikan sebuah masjid yang diberi nama Masjid Omar Kampung Melaka. Masjid tersebut merupakan wakaf pertama sekaligus sebagai masjid pertama yang dibangun di Singapura. Sebagai filantropis, kontribusi beliau tidak hanya tercatat sebagai orang yang membangun Masjid Omar Kampung Melaka, beliau juga mewakafkan tanahnya dan membangun masjid di Bencoolen Street dan membuat sumur dekat Fort Canning untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat sekitar. Beliau juga mewakafkan sebidang tanah miliknya di daerah Victoria Street untuk tempat pemakaman. Selanjutnya, pada 1844, beliau
6
mewakafkan tanah dan ikut membangun Rumah Sakit Tan Tock Seng yang berada di Victoria Street dan Arab Street.
Wakaf juga dipraktikkan oleh para pedagang yang datang dari India. Mereka membangun Masjid Jamae pada 1820-an, diikuti oleh masjid-masjid lain, dan mereka mendirikan sejumlah wakaf, seperti wakaf dari Ahna Ally Mohammad Kassim, sehingga Singapura sekarang memiliki total 14 wakaf yang berasal dari masyarakat India. Selain dari imigran Hadramaut (Yaman) dan India, ada juga wakaf yang dibuat oleh keturunan suku Bugis dari Indonesia, yaitu wakaf Hajjah Daeng Tahira binti Daeng Tadaleh.
Para filantropis tersebut, selain mewakafkan masjid, juga mewakafkan aset komersial untuk disewakan. Uang hasil dari penyewaan tersebut digunakan untuk biaya pemeliharaan masjid yang mereka wakafkan. Hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak hanya membangun masjid, tetapi mereka juga menciptakan usaha yang produktif (wakaf produktif) untuk memastikan agar masjid-masjid itu mempunyai pendapatan untuk biaya pemeliharaannya dan untuk aktivitas keagamaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa mereka telah mengembangkan model usaha (wakaf produktif) untuk kepentingan sosial keagamaan pada masa awal pendirian negara Singapura, yaitu sekitar 1850.
Masyarakat muslim Singapura juga memiliki wakaf produktif berupa 114 ruko, 30 perumahan, serta 12 gedung apartemen dan perkantoran. Dari hasil pengelolaan wakaf produktif tersebut, digunakan untuk kegiatan sosial dan kemanusiaan, seperti beasiswa, operasional masjid, dan untuk kepentingan anak yatim serta kaum duafa.
Semua wakaf di Singapura dikendalikan oleh Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS).
MUIS adalah badan hukum yang berada di bawah Kementerian Pembangunan Masyarakat, Pemuda, dan Olahraga (MCYS). MUIS didirikan pada 1968 saat Undang-Undang Administrasi Hukum Islam (AMLA) mulai berlaku.
Sebelum munculnya AMLA, seluruh wakaf diatur dalam Dewan Penyokong Bagi Pemeluk Islam dan Hindu (the Muhammedan and Hindu Endowments Ordinance) yang diundangkan sejak 8 September 1905. Setelah disahkannya AMLA pada 1 Juli 1968, otoritas pengelolaan dan administrasi wakaf di Singapura beralih menjadi di bawah kendali Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS). Berdasarkan AMLA tersebut, muslim di Singapura dapat mempraktikkan kegiatan keagamaan, termasuk wakaf, secara bebas. Dengan demikian, muslim Singapura dapat mengaplikasikan ajaran wakaf secara bebas dan masih berpandukan pada syariat Islam sehingga manfaat dari harta wakaf tersebut dapat dirasakan oleh mereka.
MUIS memiliki beberapa fungsi utama, antara lain:
1. Administrasi urusan Islam, seperti zakat, wakaf (sumbangan), naik haji, dan sertifikasi halal.
2. Pembangunan dan administrasi pengembangan serta pengelolaan masjid.
3. Administrasi madrasah dan pendidikan Islam.
4. Penerbitan fatwa (keputusan keagamaan).
7
5. Penyediaan bantuan keuangan kepada umat muslim yang miskin dan membutuhkan.
Peran utama MUIS menurut hukum adalah memberi masukan kepada Presiden Singapura mengenai semua ihwal Islam serta kepentingan keagamaan dan isu-isu yang dihadapi komunitas muslim di Singapura. MUIS memiliki menteri yang bertanggung jawab terhadap muslim affairs (urusan muslim). Semua urusan administrasi dan manajemen sehubungan dengan penjualan dan pengembangan aset wakaf akan diputuskan oleh manajemen senior dan dewan MUIS. Jika terjadi masalah syariat, harus didiskusikan dalam Komite Fatwa.
Departemen yang mengawasi administrasi wakaf (Zakat dan Wakaf Strategis Unit MUIS) akan mengawasi seluruh kepatuhan berkaitan dengan tiga jenis administrator wakaf, yaitu Trustee yang merupakan pribadi dan korporasi; pengawas, yaitu BMT (Baitul Maal wa Tamwil); dan Warees Investments Pte Ltd yang bertindak sebagai agen MUIS Wakaf yang tidak dikelola oleh dua kelompok lainnya.
MUIS memainkan peran regulasi, sedangkan Pengawas dan Mutawallis memainkan peran manajerial serta mereka akan melaporkan dan meminta persetujuan, misalnya kasus- kasus seperti penjualan dan pembelian aset. Setiap tahun, tanpa gagal mereka perlu mengirimkan set lengkap akun untuk MUIS selama waktu yang ditentukan sesuai dengan Act. Jika tidak ada pengawas swasta untuk wakaf tertentu, MUIS akan bertindak sebagai pembina.
2.5 Wakaf di Arab Saudi
Wakaf di Arab Saudi untuk memperkuat kedudukan harta wakaf, pemerintah Arab Saudi membentuk Kementerian Haji dan Wakaf. Kementerian ini mempunyai kewajiban mengembangkan dan mengarahkan wakaf sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh wakif. Untuk itu, Pemerintah Kerajaan Arab Saudi membuat peraturan bagi Majelis Tinggi Wakaf dengan ketetapan No. 574 tanggal 16 Rajab 1386 sesuai dengan Surat Keputusan Kerajaan No. M/35, tanggal 18 Rajab 1386.
Majelis Tinggi Wakaf diketuai oleh Menteri Haji dan Wakaf, yakni menteri yang mengawasi wakaf dan menguasai permasalahan-permasalahan perwakafan sebelum dibentuk Majelis Tinggi Wakaf. Anggota Majelis Tinggi Wakaf terdiri atas wakil Kementerian Haji dan Wakaf, ahli hukum Islam dari Kementerian Kehakiman, wakil dari Kementerian (Departemen) Keuangan dan Ekonomi, Direktur Kepurbakalaan, serta tiga anggota dari kalangan cendekiawan dan wartawan.
2.6 Wakaf di Turki
Pada sejarah turki utsmani, wakaf merupakan kategori fiskal ketiga dalam perekonomian setelah system pembendaharaan negara dan system timar yaitu pajak pendapatan dari lahan yang kebanyakan dari lahan pertanian (Babacan, 2014). Turki Usmani telah sukses membangun negaranya dengan berlandaskan wakaf. Lembaga wakaf berhasil menunjukkan signifikansinya dalam membangun perekonomian dengan menyediakan barang publik untuk memberikan layanan layanan sosial. Setidaknya ada 5 sektor yang dibangun
8
melalui wakaf, yaitu pertama adalah sektor infrastrukur seperti jembatan, trotoar, saluran air, dan jalan. Kedua adalah sektor pendidikan diantaranya adalah universitas, perpustakaan, dan kompleks bangunan yang terdiri dari masjid sebagai pusatnya serta dikelilingi oleh lembaga pendidikan, rumah sakit, dapur umum, pemandian, dan layanan sosial lainnya. Ketiga adalah sektor kesehatan. Keempat adalah sektor keagamaan seperti masjid, mushalla, dan pondok.
Kelima adalah sektor ekonomi seperti penginapan dan bazaar.
Setelah kejayaan Turki Usmani runtuh, yaitu pada tahun 1926 rezim republik sekular Turki pernah mengganti nama wakaf dengan nama “Ta’sis”. Pengubahan nama “wakaf”
selama 41 tahun (1926-1967) berdampak pada merosotnya minat masyarakat beramal.
Tercatat hanya 73 wakaf baru didirikan antara 1923-1967 (Babacan, 2014). Nama wakaf dikembalikan dalam UU sipil pada 13 Juli 1967. Pengembalian nama wakaf ini langsung menarik masyarakat kembali berwakaf. Setidaknya dalam rentang waktu 10 tahun sejak dikembalikannya nama “Wakaf”(1967-1977) jumlah pewakaf jauh melampaui periode nama
“Ta’sis”selama 41 tahun (https://www.republika.co.id). Wakaf di Turki pada masa sekarang adalah dikelola oleh Direktorat Jendral Wakaf serta dikelola oleh lembaga wakaf serta mutawalli yang bisa berbentuk lembaga pendidikan,NGO, dan lembaga sosial lainnya.
Direktorat Jendral Wakaf bekerja sama dengan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata dalam mengelola wakaf untuk museum, serta bangunan dan benda kebudayaan. Direktorat Jendral Wakaf bersama Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata memiliki 3 fungsi, yaitu pelayanan sosial, investasi dan perawatan kekayaan budaya. Pertama, fungsi pelayanan sosial terdiri dari pemenuhan kebutuhan dasar seperti makanan,tunjangan untuk masyarakat miskin, dan beasiswa pendidikan. Kedua, fungsi investasi ditujukan untuk pembangunan rumah susun berbasis lahan (flat for land based construction).Sejak tahun 2003, metode ini telah mengevaluasi 519 lahan sebagai rumah, toko, kantor, vila,apartemen dan sekolah swasta.
Selain itu juga memiliki fungsi restorasi atau pemulihan melalui model conditional leasing on restoration. Sejak tahun 2003, melalui model ini beberapa lahan telah dievaluasi menjadi pusat perdagangan, perkantoran, hotal, stasiun pengisian bahan bakar, apartemen, rumah sakit, sekolah swasta, asrama mahasiswa, rumah, kawasan industry, serta beragam fasilitas seperti olah raga, pariwisata, komersial, pendidikan, dan fasilitas kesehatan. Selanjutnya adalah fungsi rekonstruksi melalui conditional leasing on reconstruction, dimana sejak tahun 2003 melalui model ini beberapalahan dievaluasi sebagai hotel, tempat kerja, penginapan, perpustakan, pabrik, madrasah, serta berbagai fasilitas seperti kesehatan berbasis kebudayaan, pariwisata berbasiskebudayaan, pendidikan berbasis pariwisata, dan fasilitas kebudayaan berbasis komersil. Ketiga adalah fungsi perawatan kekayaan budaya seperti museum, bangunan budaya serta benda budaya
Wakaf di Turki, wakaf ada yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Wakaf dan ada pula yang dikelola mutawalli. Direktorat Jenderal Wakaf ditunjuk oleh perdana menteri dan berada di bawah Kantor Perdana Menteri. Di samping mengelola wakaf, Direktorat Jenderal Wakaf juga melakukan supervisi dan kontrol terhadap wakaf yang dikelola oleh mutawalli maupun wakaf yang baru.
Dalam peraturan perundang-undangan di Turki, lembaga wakaf harus mempunyai dewan manajemen dan hasil pengembangan wakaf di Turki harus diaudit dua tahun sekali.
9
Dalam hal ini, Direktorat Jenderal Wakaf mendapat 5% dari pendapatan bersih wakaf sebagai biaya supervisi dan auditing, namun tidak boleh lebih dari TL1 juta.
Meskipun Turki negara sekuler, peran dan fungsi pemberdayaan ekonomi umat melalui zakat serta wakaf mendapat perhatian serius dari pemerintah. Sektor yang mendapat perhatian khusus adalah bidang pendidikan dan dakwah.
10
BAB III KESIMPULAN
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan wakaf semakin berkembang dari masa ke masa. Wakaf yang dirintis oleh Rasulullah SAW dan dilanjutkan oleh Khulafa’ ar-Rasyidin, sekarang semakin berkembang dan semakin bertambah. Wakaf yang sangat produktif juga ada di beberapa negara Islam, sehingga dengan semakin bertambah waktu, semakin bertambah pula jumlah wakaf Islam.
Di Turki misalnya, tanah wakaf pertanian juga tercatat sepertiga banyaknya dari seluruh jumlah tanah pertanian ketika Turki baru berubah menjadi negara republik pada masa seperempat abad pertama di abad ke-20. Jumlah tanah wakaf sebesar itu juga tercatat sebagai kekayaan rakyat di Syiria, Palestina, Iraq, Sudan, Turki, Kuwait, Yordania, Aljazair, Maroko dan di Arab Saudi. Hal ini menunjukkan betapa besarnya aset wakaf ini, jika dikelola dengan baik dan diproduktifkan, maka ini merupakan potensi yang besar dalam meningkatkan kesejahteraan umat.
11