MAKALAH EKONOMI REGIONAL
PENGARUH PAD, TRANSFER DAERAH, DAN BELANJA MODAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI REGIONAL DI INDONESIA
DISUSUN OLEH :
ANDI NABILA KEYZA NUGRAHA (B1A122006)
Kelas E
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, karunia, dan petunjuk-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Laporan makalah mengenai “Pengaruh, PAD, Transfer Daerah, dan Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional Di Indonesia”. Laporan makalah ini saya susun sebagai salah satu tugas akhir dalam mata kuliah Ekonomi Regional tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kulliah Ekonomi Regional. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah pengetahuan mengenai pengaruh pendatpatan asli daerah, transfer daerah, dan belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi regional di Indonesia bagi para pembaca dan juga penulis.
Saya Mengucapkan Terima Kasih kepada Bapak Prof. Dr. H. Abd. Azis Muthalib, S.E., M.S. Selaku Dosen pengampu Mata kuliah Ekonomi Regional yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya menyadari bahwa Laporan makalah ini masih memiliki keterbatasan, baik dari segi materi maupun penyajian. Oleh karena itu segala masukan dan kritik yang membangun sangat saya harapkan guna penyempuraan di masa mendatang.
Kendari, 14 Desember 2023
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...2
DAFTAR ISI...3
BAB I PENDAHULUAN...5
2.5. Latar Belakang...5
1.2 Rumusan Masalah...6
1.3 Tujuan...7
BAB II PEMBAHASAN...8
2.5. Teori Pertumbuhan Ekonomi...8
2.6. Pendapatan Asli Daerah...9
2.6.1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah...9
2.6.2. Komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD)...10
2.7. Transfer Daerah atau Dana Perimbangan...13
2.7.1. Dana Alokasi Umum (DAU)...13
2.7.2. Dana Bagi Hasil (DBH)...14
2.7.3. Dana Alokasi Khusus (DAK...15
2.8. Belanja Modal...16
2.8.1. Pengertian Belanja Modal...16
2.8.2. Jenis-jenis Belanja Modal...16
2.5 Pengaruh PAD, Transfer Daerah dan Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional Di Indonesia...18
2.5.1 Pengaruh PAD Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional...18
2.5.2. Pengaruh Transfer Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional...18
BAB III PENUTUP...23
3.1. Kesimpulan...23 3.2. Saran...23 DAFTAR PUSTAKA...25
BAB I PENDAHULUAN
2.5.Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian jangka panjang, dan pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena penting yang dialami dunia belakangan ini. Proses pertumbuhan ekonomi tersebut dinamakan sebagai Modern Economic Growth. Pada dasarnya, pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai suatu proses pertumbuhan output perkapita dalam jangka panjang. Hal ini berarti dalam jangka panjang, kesejahteraan tercermin pada peningkatan output perkapita yang sekaligus memberikan banyak alternatif dalam mengkonsumsi barang dan jasa, serta diikuti oleh daya beli masyarakat yang semakin meningkat.
Pertumbuhan ekonomi juga bersangkut paut dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Dapat dikatakan, bahwa pertumbuhan menyangkut perkembangan yang berdimensi tunggal dan diukur dengan meningkatnya hasil produksi dan pendapatan. Dalam hal ini berarti terdapatnya kenaikan dalam pendapatan nasional yang ditunjukkan oleh besarnya nilai Produk Domestik Bruto (PDB).
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2022 (year on year) sebesar 5,31%, angka ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada 2021 lalu yang hanya mencapai 3,70% saja. Tidak hanya mengungguli besaran pada 2021, namun pertumbuhan ekonomi Indonesia 2022 ini merupakan capaian tertinggi sejak tahun 2013 lalu yang mencapai 5,56%. Tingginya pertumbuhan ekonomi tahun 2022 didukung oleh peningkatan persentase ekspor (16,28%) dan impor (14,75%). Perekonomian Indonesia tahun 2022 ini dihitung berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp19.588,4 triliun dan PDB per kapita mencapai Rp 71,0 juta atau US$ 4.783,9. Pertumbuhan PBD Indonesia terhitung sejak 2016 memperoleh hasil fluktiatif. Di tahun 2016, pertumbuhan mencapai 5,03%. Peningkatan terjadi dalam tahun 2017 yang mencapai 5,07%, tahun 2018 sebesar 5,17%, dan 2019
mengalami penurunan sehingga perumbuhan ekonomi hanya 5,02% saja. Angka pertumbuhan ekonomi merosot tajam hingga mencapai hasil -2,07% pada 2020.
Hal ini diakibatkan adanya pandemi covid-19 serta pembatasan sosial yang berdampak pada terbatasnya aktivitas perekonomian di Indonesia. Meskipun masih dalam kondisi pandemi, namun pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami peningkatan, yakni mencapai 3,70% pada 2021. [ CITATION Mel23 \l 1033 ]
Selama tahun 2022 kelompok provinsi di Pulau Jawa mewarnai struktur dan kinerja ekonomi Indonesia secara spasial dengan kontribusi sebesar 56,48 persen dan kinerja ekonomi yang mencatat pertumbuhan 5,31 persen (c-to-c).
Pemerintah daerah memiliki peranan penting dalam menggerakkan perekonomian di daerahnya. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah melalui kebijakan desentralisasi yang diterapkan oleh pemerintah. Desentralisasi fiskal merupakan salah satu komponen utama dari desentralisasi. Oates (1999:1120) menyatakan bahwa desentralisasi fiskal dapat menghasilkan alokasi sumber daya di sektor publik yang lebih efisien dan ekonomis karena pemerintah daerah lebih memahami kebutuhan daerahnya. Efisiensi tersebut akan memicu pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat di daerah dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional.
Fenomena pertumbuhan ekonomi yang tidak mencapai target yang ditetapkan APBN dan tidak meratanya pertumbuhan ekonomi dalam lingkup regional menandakan bahwa pelaksanaan desentralisasi fiskal di Indonesia belum sepenuhnya mampu mendorong pertumbuhan ekonomi.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dibuatnya makalah ini yaitu : 1. Jelaskan Teori Pertumbuhan Ekonomi
2. Jelaskan Terkait Pendapatan Asli Daerah 3. Jelaskan Terkait Transfer daerah
4. Jelaskan Terkait Belanja Modal
5. Jelaskan pengaruh PAD, Transfer Daerah, dan Belanja Modal terhadap pertumbuhan ekonomi regional di Indonesia
1.3 Tujuan
Adapun tujuan berdasarkan rumusan masalah di atas yaitu : 1. Mengetahui Teori Pertumbuhan Ekonomi
2. Mengetahui Terkait Pendapatan Asli Daerah 3. Mengetahui Terkait Transfer Daerah
4. Mengetahui Terkait Belanja Modal
5. Mengetahui Pengaruh dari PAD, Transfer Daerah dan Belanja Modal terhadap pertumbuhan ekonomi regional di Indonesia
BAB II PEMBAHASAN
2.2.Teori Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan dalam suatu perekonomian. Kemajuan suatu perekonomian ditentukan oleh besarnya pertumbuhan yang ditunjukan oleh perubahan output nasional. Adanya perubahan output dalam perekonomian merupakan analisis ekonomi jangka pendek
Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Untoro, 2010:39). Sedangkan menurut Kuznets, dalam Pertumbuhan Ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari Negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya.
Pertumbuhan ekonomi merupakan upaya peningkatan kapasitas produksi untuk mencapai penambahan output, yang diukur menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB) maupun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam suatu wilayah.Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Tekanannya pada tiga aspek, yaitu: proses, output perkapita dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses, bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu saat. Disini kita melihat aspek dinamis dari suatu perekonomian, yaitu bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Tekanannya ada pada perubahan dan perkembangan itu sendiri.
Menurut Todaro (2000), tujuan utama dari upaya pembangunan ekonomi adalah untuk menghilangkan atau mengurangi ketimpangan pendapatan dan pengangguran, kemiskinan di samping mencapai pertumbuhan ekonomi setinggi mungkin. Adanya kesempatan kerja bagi masyarakat dalam mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pembangunan daerah dilaksanakan untuk mencapai tiga tujuan penting, yaitu mencapai pertumbuhan (growth), pemerataan (equity), dan keberlanjutan (sustainability).
Pada suatu daerah, tingkat pertumbuhan ekonomi juga berpengaruh terhadap jumlah penerimaan pendapatan daerah yang kemudian dapat berdampak pada proses pembangunan dan tingkat kesejahteraan dari masyarakat daerah itu sendiri. Besar kecilnya pendapatan yang diperoleh suatu daerah digunakan untuk membiayai segala kegiatan pemerintah daerah tersebut termasuk juga dalam hal pembangunan. Apabila terjadi kenaikan nilai pendapatan suatu daerah maka dapat menyebabkan peningkatan pula pada capaian pertumbuhan ekonomi (Rahmah dan Zein, 2016). Hal ini bermakna pendapatan daerah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonominya.
2.3.Pendapatan Asli Daerah
2.3.1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya di singkat PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Pendapatan asli daerah yang merupakan sumber penerimaan daerah perlu terus ditingkatkan agar dapat menanggung sebagian beban belanja yang diperlukan untuk penyelenggaraan pemerintahan dan kegiatan pembangunan yang setiap tahun meningkat sehingga kemandirian otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab dapat dilaksanakan (Darise, 2009).
Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah. Setelah diberlakukannya desentralisasi fiskal setiap daerah berlomba-lomba dalam meningkatkan PAD, karena dengan meningkatnya PAD maka daerah tersebut dapat dikatakan mampu membangun secara mandiri, yang selanjutnya berdampak pada kegiatan ekonomi yang tinggi pada setiap tahunnya, maka akan memberikan kontribusi bagi produk domestik regional bruto (Mahafir dan Soelistiyo, 2017).
PAD adalah sebagai pendapatan yang berasal dari dalam daerah yang bersangkutan untuk guna membiayai kegiatan-kegiatan daerah tersebut.
Peningkatan PAD menunjukkan adanya peningkatan partisipasi publik terhadap jalannya pemerintahan di daerahnya. (Ratakusuma & Solihin, 2002)
PAD merupakan akumulasi dari pos penerimaan pajak yang terdiri atas pajak daerah dan retribusi daerah, pos penerimaan non pajak berupa penerimaan hasil perusahaan milik daerah, serta pos penerimaan investasi serta pengelolaan sumber daya alam (Bastian, 2002).
PAD adalah penerimaan daerah yang diperoleh dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. (Halim, 2007).
2.3.2. Komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Sesuai dengan Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tetang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah pasal 6 bahwa sumber Pendapatan Asli Daerah meliputi : Pendapatan Asli Daerah terdiri dari hasil pajak daerah hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainya yang dipisahkan lain-lain. Pendapatan daerah yang sah Pendapatan berasal dari pemberian pemerintah yang terdiri sumbangan dari pemerintah, Sumbangan lain yang diatur dengan peraturan perundangan Pendapatan lain-lai yang sah, yaitu :
2.3.2.1.Pajak Daerah
Berdasarkan Undang-undang No. 34 tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 8 tahun
1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang dimaksud dengan “Pajak Daerah yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib yang dikeluarkan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggraan pemerintah daerah pembangunan daerah”.
Pajak daerah berpotensi terus digali dalam rangka menambah pendapatan daerah. Sumber pendapatan pajak lokal memberikan kontribusi signifikan bagi pendapatan daerah.(Suwarno Dan Suhartiningsih, 2008).
Pemerintahan Jenis pajak daerah menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan retribusi Daerah:
1)Jenis Pajak provinsi terdiri atas: Pajak Kendaraan Bermotor; Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; Pajak Air Permukaan; dan Pajak Rokok.
2)Jenis Pajak kabupaten/kota terdiri atas: Pajak Hotel;
Pajak Restoran; Pajak Hiburan; Pajak Reklame; Pajak Penerangan Jalan; Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Pajak Parkir; Pajak Air Tanah; Pajak Sarang Burung Walet; Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
2.3.2.2. Hasil Retribusi Daerah
Retribusi daerah menurut (Anonim, 2000) Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepent ingan orang pribadi atau badan.
Retribusi daerah merupakan salah satu jenis penerimaan daerah yang dipungut sebagai pembayaran atau imbalan langsung atas pelayanan yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada masyrakat.
Menurut undang-undang No. 28 tahun 2009 tentang pajak Daerah dan Retribusi dearah, yang dimaksud retribusi pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.
Fungsi Retribusi Daerah, dimana Pemungutan retribusi daerah yang dilaksanakan pemerintah memiliki fungsi sebagai berikut; Fungsi Penerimaan, Pungutan retribusi dijadikan alat untuk mengumpulkan dana bagi pemerintah daerah terutama yang menyangkut kelancaran penyediaan jasa dan pelayanan kepada masyarakat, Fungsi Pengaturan, Pungutan retribusi dipakai sebagai alat untuk menata kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat, Fungsi Manfaat, Retribusi daerah hendaknya dapat meningkatkan kemampuan pembiayaan Pendapatan Asli Daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi.
2.3.2.3.Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah lainnya yang Dipisahkan
Penerimaan PAD lainnya yang menduduki peran penting setelah pajak Daerah dan retribusi Daerah adalah bagian pemerintah daerah atas laba BUMD. Tujuan didirikannya BUMD adalah dalam rangka penciptaan lapangan kerja atau mendukung pembagunan ekonomi daerah setelah itu, BUMD juga membantu dalam melayani masyarakat dan merupakan salah satu sumber penerimaan daerah. Jenis pendapatan yang termasuk hasil-hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan menurut Pasal 6 ayat 3 Undang-undang Nomor 33 meliputi (a) bagian laba perusahaan milik daerah,(b) bagian laba lembaga keuangan bank, (c) bagian laba lembaga keuangan non bank, dan (d) bagian labaatas pernyataan modal/investasi.
2.3.2.4.Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Hasil suatu pendapatan daerah adalah berasal dari pendapatan asli daerah, Dana yang bersumber dari pendapatan asli daerah tersebut merupakan salah satu fakor penunjang dalam melaksanakan kewajiban daerah untuk membiayai belanja rutin serta biaya pembangunan daerah.
Dan juga merupakan alat untuk memasukan uang sebanyak-banyaknya ke kas daerah guna menunjang pelaksanaan pembangunan daerah, serta untuk mengatur dan meningkatkan kondisi sosial ekonomi pemakai jasa tersebut. Tentu dalam hal ini tidak terlepas dari adanya badan yang mengenai atau yang diberi tugas untuk mengatur hal tersebut. Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004, Pasal 6 ayat 3 Lain-lain PAD yang sah meliputi: a) bagian laba perusahaan milik daerah, (b) bagian laba lembaga keuangan bank, (c) bagian laba lembaga keuangan non bank, dan (d) bagian laba atas pernyataan modal/investasi.
2.4.Transfer Daerah atau Dana Perimbangan
Sebagai wujud desentralisasi fiskal yang merupakan transfer dana dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang terdiri dari DAU, DBH, dan DAK.
2.4.1. Dana Alokasi Umum (DAU)
Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah disebutkan pengertian DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU berperan dalam pemerataan horizontal (horizontal equalization), yaitu dengan menutup celah fiskal (fiscal gap) yang berada diantara kebutuhan fiskal dan potensi ekonomi yang dimiliki daerah.
DAU dialokasikan Pemerintah pusat berdasarkan persentase tertentu dari pendapatan dalam negeri neto yang ditetapkan dalam APBN. DAU ditetapkan berdasarkan kriteria tertentu untuk suatu daerah yang
menekankan aspek pemerataan dan keadilan yang selaras dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang formula dan perhitungan DAU- nya ditetapkan sesuai Undang-Undang.
Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU merupakan general purpose grant (bantuan umum), yaitu dana yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah tanpa adanya syarat penggunaan tertentu atas dana tersebut. DAU bersifat block grant dimana penggunaannya diserahkan kepada daerah sesuai dengan prioritas dan kebutuhan daerah untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah.
2.4.2. Dana Bagi Hasil (DBH)
DBH adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah dengan memperhatikan potensi daerah penghasil berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi (UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah).
Dana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Tujuan DBH adalah untuk memperbaiki keseimbangan vertikal antara pusat dan daerah dengan memperhatikan potensi daerah penghasil. Sama halnya dengan DAU, DBH merupakan general purpose grant (bantuan umum) dimana penggunaannya tidak memiliki adanya syarat penggunaan tertentu atas dana tersebut.
DBH yang ditransfer pemerintah pusat kepada pemerintah daerah terdiri dari 2 jenis, yaitu DBH pajak dan DBH Bukan Pajak (Sumber Daya Alam). Dana Bagi Hasil Pajak terdiri dari pajak penghasilan, yaitu PPh
pasal 21 dan PPh pasal 25/29 wajib pajak orang pribadi dalam negeri, pajak bumi bangunan, bea atas perolehan tanah dan bangunan, sedangkan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam terdiri dari kehutanan, perikanan, minyak bumi, gas alam, dan pertambangan umum.
DBH lebih berfungsi sebagai penyeimbang fiskal antara pusat dan daerah dari pajak dan sumber daya alam (SDA) yang dibagihasilkan, termasuk sebagai pengoreksi atas eksploitasi SDA selama ini. DBH menjadi salah satu sumber pembiayaan yang berguna dalam menunjang kegiatan- kegiatan sektor publiknya. Daerah yang memiliki kekayaan SDA dan penghasilan pajak tinggi maka akan memiliki porsi pendapatan yang juga tinggi
2.4.3. Dana Alokasi Khusus (DAK
DAK adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk membantu membiayai kebutuhan tertentu. DAK adalah salah satu mekanisme transfer keuangan pemerintah pusat ke daerah yang bertujuan antara lain untuk meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana fisik daerah sesuai prioritas nasional serta mengurangi kesenjangan laju pertumbuhan antar daerah dan pelayanan antar bidang.
Dilihat dari karakteristiknya, DAK merupakan jenis transfer specific-purpose grant (bantuan khusus). Jenis dana transfer ini dapat mengharuskan penerima untuk menyediakan dana pendamping tertentu (matching) atau tanpa dana pendamping (non-matchingi). Transfer yang bersifat matching dapat berbentuk open-ended (pemberi transfer akan menyanggupi berapapun dana yang dibutuhkan sesuai dengan kemampuan penerima) atau closed- ended (pemberi transfer membatasi jumlah dana yang akan ditransfer sesuai dengan anggaran yang dimiliki). DAK termasuk dalam specific matching closed-ended grant.
Dalam Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menyatakan
bahwa dana alokasi khusus adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1999, kebutuhan khusus adalah kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus alokasi umum atau kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional.
2.5. Belanja Modal
2.5.1. Pengertian Belanja Modal
Berdasarkan Peraturan Menteri dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007, belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan.
Belanja Modal merupakan Belanja Pemerintah Daerah yang manfaatnya melebihi 1 tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok belanja administrasi umum (Halim, 2004). Belanja modal untuk masing-masing Kab/Kota dapat dilihat dalam Laporan Realisasi APBD.
Belanja Modal adalah belanja yang dilakukan pemerintah yang menghasilkan aktiva tetap tertentu (Nordiawan,2006). Belanja modal dimaksudkan untuk mendapatkan aset tetap pemerintah daerah, yakni peralatan, bangunan, infrastruktur, dan harta tetap lainnya. Secara teoritis ada tiga cara untuk memperoleh aset tetap tersebut, yakni dengan membangun sendiri, menukarkan dengan aset tetap lainnya, atau juga dengan membeli.
2.5.2. Jenis-jenis Belanja Modal 1) Belanja Modal Tanah
Belanja Modal Tanah adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/pembelian/pembebasan penyelesaian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurungan, peralatan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat, dan pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai.
2) Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Belanja Modal Peralatan dan Mesin adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian, dan peningkatan kapasitas peralatan dan mesin serta inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai.
3) Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Belanja Modal Gedung dan Bangunan adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan pembangunan gedung dan bangunan yang menambah kapasitas sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai
4) Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian/peningkatan pembangunan pembuatan serta perawatan dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksudkan dalam kondisi siap pakai.
5) Belanja Modal Fisik lainnya
Belanja Modal Fisik lainnya adalah pengeluaran /biaya yang digunakan untuk pengadaan, penambahan, penggantian, peningkatan
pembangunan, pembuatan serta perawatan terhadap fisik lainnya yang tidak dapat dikategorikan ke dalam kriteria belanja modal tanah, peralatan dan mesin, Gedung dan bangunan, dan jalan irigasi dan jaringan, termasuk dalam belanja ini adalah belanja modal kontrak sewa beli, pembelian barang-barang kesenian, barang perbekala dan barang untuk museum, hewan ternak dan tanaman, buku-buku, dan jurnal ilmiah.
2.5 Pengaruh PAD, Transfer Daerah dan Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional Di Indonesia
2.5.1 Pengaruh PAD Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional
Pengaruh PAD menyatakan bahwa semakin tinggi PAD suatu daerah, maka tingkat ketergantungan fiskal daerah tersebut kepada pemerintah pusat semakin berkurang, sehingga daerah lebih leluasa dan fleksibel dalam merencanakan alokasi anggaran sesuai dengan agenda ekonominya (Hendriwiyanto, 2014).
Setyawati (2007) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa PAD berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur tahun 2001 s.d. 2005. Setyawati mengungkapkan bahwa semakin tinggi PAD, maka semakin meningkat laju pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan pajak dan retribusi daerah dikembalikan kepada masyarakat untuk mengembangkan dan menumbuhkan perekonomian daerah.
Pemerintah daerah yang memiliki PAD dengan jumlah yang besar lebih leluasa dan fleksibel dalam merencanakan alokasi anggaran belanja untuk kegiatan pembangunan sesuai dengan agenda ekonomi daerah. Salah satunya dengan belanja yang langsung terkait dengan percepatan pembangunan fasilitias pelayanan publik dan ekonomi sehingga mampu meningkatkan aktivitas ekonomi rakyat dan menunjang pertumbuhan ekonomi yang optimal. Peningkatan penerimaan PAD mampu meningkatkan kemandirian fiskal pemerintah daerah sehingga pemerintah
daerah memiliki kemampuan untuk membiayai program-program sesuai dengan kebutuhan daerah yang mendukung pertumbuhan ekonomi.
2.5.2. Pengaruh Transfer Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional
2.5.2.1.Pengaruh DAU
Hasil Penelitian Permanasari (2013) yang menyatakan bahwa DAU berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi disebabkan peran DAU sangat signifikan karena belanja daerah leih didominasi oleh jumlah DAU. DAU berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dapat disebabkan karena nilai DAU yang diterima kabupaten/kota cukup besar, dilihat dari jumlah rata-rata DAU yang diterima kabupaten/kota merupakan jumlah pendapatan daerah terbesar, sehingga DAU berperan penting dalam membiayai kebutuhan daerah yang mendorong pertumbuhan ekonomi seperti belanja pegawai, belanja infrastruktur, dan belanja daerah lainnya.
Secara umum, sebagian besar pemerintah daerah memanfaatkan DAU untuk belanja pegawai. Bila dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi dapat dipicu oleh konsumsi masyarakat yang merupakan pegawai pemerintah daerah, dimana penghasilannya berasal dari belanja pegawai yang dananya bersumber dari DAU. Selain untuk belanja pegawai, nilai DAU yang cukup besar dialokasikan oleh pemerintah daerah untuk program- program pemerintah daerah yang bertujuan meningkatkan pelayanan publik atau belanja infrastruktur yang dapat menjadi pemacu pertumbuhan ekonomi regional maupun ekonomi nasional.
2.5.2.2. Pengaruh DBH.
Hendriwiyanto (2014) menjelaskan bahwa alokasi DBH sebagai sumber pembiayaan infrastruktur berupa sarana dan prasarana ekonomi akan menunjang kegiatan produksi barang dan jasa oleh investor baik dari masyarakat setempat ataupun dari luar daerah yang bersangkutan. Kegiatan investasi yang dilakukan akan menciptakan
kesempatan kerja dan memberikan multiplier effect sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Pemanfaatan DBH diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah daerah, sehingga pemerintah daerah memiliki fleksibilitas memanfaatkan DBH untuk mendanai program-program sesuai kebutuhan daerah dan menunjang pertumbuhan ekonomi seperti belanja infrastruktur dan pelayanan publik.
2.5.2.3. Pengaruh DAK
Hasil Penelitian Setyawati (2007) dan bahwa DAK tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi disebabkan karakteristik DAK yang peruntukannya cukup spesifik. Belum optimalnya dampak yang diberikan dari DAK terhadap pertumbuhan ekonomi dapat disebabkan kurang tepatnya pengalokasian dan kelemahan-kelemahan tata kelola implementasi DAK (Bappenas, 011:119). Perencanaan dan pengalokasian DAK kepada daerah-daerah dilakukan secara top-down, dimana daerah tidak terlibat secara langsung dalam perencanaan program atau kegiatan-kegiatan yang akan didanai dengan DAK. Hal tersebut berakibat pada kemungkinan bahwa DAK tidak diarahkan pada program atau kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan dan prioritas pembangunan daerah.
Pada tahun anggaran 2016 terdapat perubahan kebijakan DAK dimana DAK terbagi menjadi DAK Fisik dan Non Fisik serta perubahan mekanisme pengalokasian DAK dari mekanisme penentuan oleh pemerintah pusat (Top-Down) menjadi mekanisme pengajuan proposal (proposal based) oleh daerah kepada pemerintah pusat.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani (dalam news.detik.com tanggal 26 Maret 2018) menyatakan dalam evaluasi DAK fisik dan non fisik ditemukan sejumlah permasalahan pelaksanaan DAK dari 2015, 2016, dan 2017 yang disampaikan oleh sejumlah pimpinan
daerah. Permasalahan yang ditemui antara lain dari sisi pelaporan, persyaratan pencairan anggaran dan penyerapan yang tidak maksimal.
Atas termuan tersebut terdapat permasalahan sebagai berikut: terdapat daerah yang memperoleh alokasi DAK melebihi jumlah yang diajukan dalam proposal; terdapat daerah-daerah yang tidak mengusulkan proposal DAK untuk bidang Jalan/Jembatan dan bidang irigasi, namun justru mendapatkan alokasi tambahan DAK fisik; dan terdapat daerah- daerah yang mengusulkan proposal DAK untuk bidang jalan/jembatan, irigasi/air minum, perdagangan pasar, namun tidak mendapatkan alokasi tambahan DAK fisik. Hal tersebut menunjukkan perlu adanya evaluasi penyerapan DAK terkait koordinasi antara kementerian, lembaga, dan daerah.
3.5.3.Pengaruh Belanja Modal Terhadap Petumbuhuhan Ekonomi Regional
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nopiani (2016) juga menunjukkan yaitu belanja modal berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi ditingkat daerah. Hasil yang signifikan dan positif antara belanja modal dan pertumbuhan ekonomi menunjukkan bahwa belanja modal yang digunakan pemerintah daerah dialokasikan pada belanja infrastruktur secara produktif dan juga hasil alokasi belanja modal sudah dapat dinikmati dalam kurun waktu yang pendek atau pembangunan infrastruktur telah berjalan dengan baik.
Belanja modal terutama belanja infrastruktur, mampu memberikan multiplier effect sehingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.
Pembangunan infrastruktur seperti jalan akan membantu kelancaran bidang transportasi sehingga mempercepat pergerakan roda perekonomian suatu daerah. Pembangunan irigasi dan darainase lahan pertanian akan meningkatkan produktivitas hasil pertanian. Pengaruh belanja modal ini terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dampaknya dua periode
berikutnya. Oleh karena itu, pemerintah daerah harus jeli memilih jenis infrastruktur yang didanai dari belanja modal, karena dengan efek ekonominya akan terasa dua periode berikutnya bisa mengakibatkan shortfall penerimaan daerah yang tentunya akan mengganggu cash flow daerah. Lebih jauh bisa berdampak pengelolaan keuangan daerah under budgetary stress.
BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan
1. Pengaruh PAD, bahwa semakin tinggi PAD suatu daerah, maka tingkat ketergantungan fiskal daerah tersebut kepada pemerintah pusat semakin berkurang, sehingga daerah lebih leluasa dan fleksibel dalam merencanakan alokasi anggaran sesuai dengan agenda ekonominya
2. Pengaruh transfer daerah yaitu DAU berperan penting dalam membiayai kebutuhan daerah yang mendorong pertumbuhan ekonomi seperti belanja pegawai, belanja infrastruktur, dan belanja daerah lainnya.
3. DBH pun berperan penting sebagai sumber pembiayaan infrastruktur berupa sarana dan prasarana ekonomi akan menunjang kegiatan produksi barang dan jasa oleh investor baik dari masyarakat setempat ataupun dari luar daerah yang bersangkutan.
4. Sedangkan Pengaruh DAK tidak terlalu signifikan karena Perencanaan dan pengalokasian DAK kepada daerah-daerah dilakukan secara top-down, dimana daerah tidak terlibat secara langsung dalam perencanaan program atau kegiatan-kegiatan yang akan didanai dengan DAK.
5. belanja modal berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi ditingkat daerah. Karena belanja modal yang digunakan pemerintah daerah dialokasikan pada belanja infrastruktur secara produktif dan juga hasil alokasi belanja modal sudah dapat dinikmati dalam kurun waktu yang pendek atau pembangunan infrastruktur telah berjalan dengan baik.
3.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka ada beberapa saran yang dapat diberikan yaitu :
1. Pemerintah daerah tetap berupaya meningkatkan kemandirian fiskal dengan berusaha meningkatkan penerimaan PAD melalui intensifikasi dan
ekstensifikasi sumber-sumber penerimaan daerah dengan memahami potensi wilayah masing-masing. Pemerintah daerah perlu melakukan kajian lebih lanjut dalam mempertimbangkan alokasi DAU untuk belanja pegawai, belanja infrastruktur, dan belanja daerah lainnya sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi yang optimal.
2. Pemerintah dapat mengoptimalkan pemanfaatan DBH sesuai dengan kebijakan pemerintah pusat dengan mengalokasikan minimal 25% dari DBH untuk belanja infrastruktur dan untuk membiayai prioritas kebutuhan daerah lainnya yang mendorong pertumbuhan ekonomi.
3. Pemanfaatan DAK yang berbasis output perlu ditekankan dengan serangkaian indikator kinerja yang relevan dengan standar pelayanan minimal masing-masing bidang DAK.
4. Pemerintah daerah tetap perlu berupaya meningkatkan kualitas belanja modal dengan mengalokasikan sebagian besar belanja modal untuk belanja infrastruktur dan melakukan pengawasan terhadap belanja infrastruktur yang dilakukan agar berjalan dengan baik dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Syaharani, M. (2023, Februari 8). Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Dalam 10 Tahun Terakhir. Diambil kembali dari Good Stats:
https://data.goodstats.id/statistic/melasyhrn/pertumbuhan-ekonomi- indonesia-dalam-10-tahun-terakhir-fivcI
Alvaro, R. (2022). Pengaruh PAD, DAU, DBH dan belanja daerah terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten daerah tertinggal. Jurnal Budget Vol.7.
Wahyudin, A. (2014). Analisis Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa. Accounting Analysis Journal.
Sulaeman, V. S. (2019). Pendapatan Asli Daerah, Transfer Daerah, dan belanja modal, Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional di Indonesia. Politeknik Keuangan Negara STAN.
Nasir, M. S. (2019). Analisis Sumber-sumber pendapatan asli daerah setelah satu dekade otonomi daerah. Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan.