BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang sempurna, yang Dimana setiap perbuatan dan ibadah sudah ditentukan oleh sumber dan panduan agama Islam yakni Al-Qur’an dan Hadits. Berbagai perbuatan baik yang bersifat ibadah maupun muamalah sudah ada di dalamnya. Contoh Ibadah yang akan dibahas kali ini adalah Sholat Jumat dan Sholat Jenazah. Dua ibadah ini adalah contoh ibadah yang kaitannya antara individu dengan Allah SWT, dan individu terhadap sesame umat Islam. Sholat Jum’at merupakan sholat yang dilaksanakan oleh setiap muslim laki-laki setiap hari jumat dan hukumnya fardhu ‘ain. Sedangkan Sholat Jenazah merupakan sholat yang dilaksanakan ketika ada saudara muslim yang meninggal dunia dan hukumnya fardu kifayah. Dua ibadah merupakan suatu ibadah inti yang umat muslim kerjakan di kehidupan bermasyarakat. Dan kali ini kita akan membahas keduanya agar menambah keilmuan dalam pemahaman ibadah dalam Islam.
B. Rumusan Masalah
Dari sedikit latar belakang diatas, dapat kita ambil rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apa pengertian sholat jumat ?
2. Apa hukum sholat jumat ?
3. Apa saja syarat wajib dan syarat sah sholat jumat ? 4. Apa saja rukun khotbah jumat ?
5. Apa hikmah dari ibadah sholat jumat ? 6. Apa pengertian sholat jenazah ? 7. Apa landasan hukum sholat jenazah ? 8. Bagaimana tata cara pengurusan jenazah ? 9. Bagaimana tata cara penguburan jenazah ? C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sholat jumat.
2. Untuk mengetahui hukum sholat jumat.
3. Untuk mengetahui syarat wajib dan syarat sah sholat jumat.
4. Untuk mengetahui rukun khotbah jumat.
5. Untuk mengetahui apa saja hukmah dalam ibadah sholat jumat.
6. Untuk mengetahui pengertian sholat jenazah.
7. Untuk mengetahui landasan hukum sholat jenazah.
8. Untuk mengetahui tata cara pengurusan jenazah.
9. Untuk mengetahui tata cara penguburan jenazah.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Sholat Jumat
Salat Jumat adalah salat wajib atau fardu ’ain yang dilaksanakan oleh setiap muslim laki-laki dalam setiap minggu. Salat Jumat dilaksanakan dua rakaat dengan berjamaah setelah khutbah pada waktu zuhur di hari jumat. Hukumnya wajib bagi laki-laki yang sudah memenuhi syarat. Salat Jumat harus dilaksanakan secara berjamaah.1
Hari Jumat adalah hari istimewa, yang memiliki keutamaan untuk beramal sholeh.
Keutamaan Hari Jumat ini digambarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadisnya, "Tidaklah matahari terbit dan tenggelam pada suatu hari yang lebih utama dari hari Jum’at." (HR. Ahmad, ‘Abdur Rozaq, Ibnu Hibban, Al Baihaqi). Pengertian sholat Jumat lainnya adalah ibadah sholat dua rakaat yang dilakukan dengan berjamaah, dilaksanakan setelah khotbah Jumat, dan pada waktu Dhuhur di hari Jumat. Hukumnya adalah wajib bagi laki-laki yang sudah memenuhi syarat.2
B. Hukum Sholat Jumat
Kewajiban sholat tersebut berdasarkan firman Allah Dalam Surat AlJumuah ayat 9 :
َنوُمَل ْعَت ْمُتنُك نإإ ْمُكّل ٌرْيَخ ْمُكإلَٰذ ۚ َعْيَبْلٱ ۟اوُرَذ َو إ ّلٱ إرْكإذ ٰىَلإإ ۟ا ْوَعْسٱَف إةَعُمُجْلٱ إم ْوَي نإم إة ٰوَلّصلإل َىإدوُن اَذإإ ۟ا ٓوُنَماَء َنيإذّلٱ اَهّيَأَٰٓي Artinya : Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
Ulama tafsir menyebutkan bahwa makna (Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat) Yang dimaksud adalah seruan azan ketika khatib telah duduk di mimbar pada hari Jum’at, sebab pada masa Rasulullah tidak ada seruan untuk shalat jum’at selain seruan tersebut. Sedangkan azan pertama pada hari Jum’at adalah seruan yang di mulai pada masa khalifah Utsman bin Affan dengan persetujuan para sahabat ketika kota Madinah semakin meluas. (maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah) Yakni bergegaslah menuju zikir kepada Allah, yaitu khutbah dan shalat Jum’at di masjid. Dan sebelumnya sibukkanlah kalian dengan persiapannya seperti mandi, berwudhu, dan berangkat. ( dan tinggalkanlah jual beli) Yakni tinggalkanlah jual beli dan muamalat lainnya, sebab jika azan telah di kumandangkan untuk shalat jum’at maka jual beli haram dilakukan.
(Yang demikian itu) Yakni bergegas untuk berdzikir kepada Allah dan meninggalkan jual beli.
(lebih baik bagimu jika kamu mengetahui) Yakni lebih baik daripada berjual beli dan lebih baik dari tidak bergegas, sebab dengan menjalankan perintah terdapat pahala yang besar.
Sedangkan hadist Nabi yang memerintahkan untuk melaksanakan sholat Jumat adalah dari hadist Thariq bin Syihab
Artinya : Jumatan adalah hak yang wajib atas setiap muslim dengan berjamaah, selain atas empat (golongan), yakni budak sahaya, wanita, anak kecil atau orang yang sakit." (HR. Abu Dawud)
Jadi, hukum shalat Jum’at bagi laki-laki adalah fardhu ‘ain, yakni wajib dilakukan bagi setiap laki-laki. Sedangkan bagi wanita tidak diwajibkan, namun tetap harus melaksanakan 1 Rudi A. A. dan Sumiyati, “Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti”, Jakarta: Direktorat Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, 2019, hlm. 209
2 https://www.merdeka.com/jabar/pengertian-sholat-jumat-tata-cara-dan-keutamaannya-kln.html Diakses pada tanggal 13 Maret 2024 pukul 14.56 WIB
sholat Dhuhur. Maka bagi yang diwajibkan sholat Jumat sebagaimana di atas namun tidak mengerjakan dengan uzur syar’i, hukum meninggalkan sholat Jumat adalah haram.
Artinya : Barang siapa yang meninggalkan shalat jum’at 3 (tiga) kali tanpa sebab maka Allah akan mengunci mata hatinya." (H.R. Malik)
Hadist lain pun menyebutkan Artinya : Barang siapa yang tidak mengerjakan Shalat Jum’at tiga kali karena meremehkannya maka Allah akan mengunci mata hatinya." (H.R. At Tirmidzi).3
C. Syarat Wajib dan Syarat Sah Sholat Jumat 1. Syarat Wajib Sholat Jumat
Salat Jumat dilaksanakan dengan syarat-syarat sebagai berikut :
a) Islam. Orang yang beragama non Islam tidak wajib untuk melaksanakan salat Jumat.
b) Balig. Anak-anak tidak diwajibkan untuk melaksanakan salat Jumat.
c) Berakal. Orang gila tidak wajib untuk melaksanakan salat Jumat.
d) Laki-laki. Perempuan tidak diwajibkan untuk melaksanakan salat Jumat.
e) Tidak sedang dalam keadaan sakit atau berhalangan melaksanakan salat jumat.
f) Orang yang menetap (mukim). Musafir tidak wajib melaksanakan salat Jumat.
2. Syarat Sah Sholat Jumat
Salat Jumat dianggap sah apabila memenuhi syarat berikut :
a) Dilaksanakan di tempat yang telah dijadikan tempat bermukim oleh penduduknya, baik di perkotaan maupun di perdesaan. Oleh sebab itu, salat Jumat tidak sah dilaksanakan di ladang-ladang yang penduduknya hanya singgah untuk sementara waktu.
b) Dilaksanakan secara berjamaah. Salat Jumat tidak sah hukumnya apabila dilaksanakan sendiri-sendiri. Para ulama berbeda pendapat tentang jumlah orang untuk mendirikan salat Jumat. Sebagian ulama mengatakan minimal 40 orang dan ada yang mengatakan minimal 2 orang.
c) Dilaksanakan pada waktu dhuhur. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi Saw. berikut ini.
ُسْمّشلا ُليإمَت َنيإح َةَعُمُجْلا يّلَصُي َناَك َمّلَس َو إهْيَلَع ُ ّا ىّلَص ّيإبّنلا ّنَأ ُهْنَع ُ ّا َي إضَر ٍكإلاَم إنْب إسَنَأ ْنَع دمحأو ىذمرتلاو ىراخبلا هاور)) d) Didahului oleh dua khutbah. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi Saw., yaitu
D. Rukun Khotbah Jumat
Berikut syarat dan rukun khutbah jumat :
1. Membaca hamdalah (pujian kepada Allah) di kedua khutbah.
2. Menyampaikan shalawat kepada nabi Muhammad SAW di kedua khutbah.
3. Menyampaikan wasiat agar bertakwa kepada Allah di kedua khutbah.
4. Membaca salah satu ayat Al Qur’an di salah satu khutbah.
5. Memohon ampunan kepada Allah melalui doa-doa di kutbah kedua.4 E. Hikmah Sholat Jumat
Ada beberapa hikmah yang bisa diambil dari pelaksanaan ibadah sholat jumat antara lain : 1. Makna Persatuan
Makna persatuan mengandung arti berkumpulnya umat Islam dalam satu shaf di belakang imam. Oleh karena itu, tidak sah melakukan shalat jumat kecuali dengan cara berjamaah.
3 Mahmudin Hasibuan, “Sholat Jumat”, Sekolah Tinggi agama Islam Barumun Raya Sibuhuan, hlm 2-4 4 Tim Humas Universitas Islam An-Nur Lampung, “Khutbah Jumat : Syarat, Rukun, dan Sunnah Khutbah”, https://an-nur.ac.id/khutbah-jumat-syarat-rukun-dan-sunnah-khutbah/ diakses pada tanggal 23 Maret 2024 pukul 15.27 WIB
2. Saling mencintai antar umat Islam
Shalat jumat dalam prakteknya bisa terjalin hubungan persaudaraan. Mereka meninggalkan segala aktifitas dan kesibukan yang bersifat materi, mendengarkan khutbah dan nasihat dalam rangka memperbaiki dunia dan akhirat, dan Bersama-sama mengerjakan ibadah wajib berupa sholat jumat.
3. Perantara untuk saling mengenal
Ketika umat Islam sama-sama berkumpul untuk menunaikannya, mereka yang tidak saling kenal akan terjadi perkenalan, dan merasa bersaudara.
4. Sholat Jumat hanya dua rokaat
Sholat yang terdiri dari dua rokaat berarti hanya memakan waktu yang tidak lama, orang yang sehat, tidak bepergian maupun bepergian, yang tidak memiliki kepentingan, dan memiliki kepentingan yang mendesak, semuanya ikut berkumpul untuk mengerjakannya, karena melaksanakan sholat dua rokaat merupakan waktu yang sebentar.5
F. Pengertian Sholat Jenazah
Sholat Jenazah merupakan salah satu praktik ibadah Sholat yang dilakukan umat Muslim jika ada Muslim lainnya yang meninggal dunia. Hukum melakukan Sholat Jenazah ini adalah fardhu kifayah. Artinya apabila sebagian kaum muslimin telah melaksanakan pengurusan jenazah orang muslim yang meninggal dunia akan mendapatkan pahala.6
Di dalam fiqih Islam lengkap disebutkan bahwa shalat adalah menghadapkan jiwa dan raga kepada Allah Swt. karena takwa hamba kepada tuhannya, mengagungkan kebesaran – Nya dengan khusuk dan ikhlas dalam bentuk perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, menurut cara – cara dan syarat – syarat yang telah ditentukan 2 . Menurut kalangan pakar bahasa memandang bahwa Ash – Shalah diambil dari kata Ash – Shilah (hubungan) alasannya, dengan mendirikan shalat, roh seorang mukmin pada dasarnya sedang berhubungan dengan sumber spritual yang meletakkannya pada jasad kasarnya.
Sedangkan jenazah menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah badan, tubuh orang yang sudah mati, mayat.
Sedangkan menurut Ahmad Mufid jenazah adalah bahasa Arab jinazah yang bermakna mayat beserta kerenda. Adapun jamak dari kata janazah adalah janaiz namun, kebanyakan ahli fikih (fuqaha) membacanya dengan kata janazah yang berarti mayat atau bernakna mayat yang berada di atas dipan, meja panjang atau kerenda.
Jadi yang dimaksud dengan shalat jenazah adalah jenis shalat yang dilakukan untuk jenazah muslim, setiap muslim yang meninggal baik laki - laki maupun perempuan wajib di shalati oleh muslim yang masih hidup dengan setatus hukum fardhu kifayah dengan emapat takbir.7
G. Landasan Hukum/dalil Sholat Jenazah
5 Ila Fadilasari, “Hikmah Kewajiban Shalat Jumat”, https://lampung.nu.or.id/syiar/berikut-ini-hikmah- kewajiban-shalat-jumat-rp7i8#:~:text=Shalat%20Jumat%20dalam%20praktiknya%20bisa,ibadah%20wajib
%20berupa%20shalat%20Jumat. Diakses pada tanggal 23 Maret 2024 pukul 15.46 WIB
6 Idris Amir Sihombing, “Perancangan Aplikasi Pembelajaran Visualisasi Tata Cara Sholat Jenazah Berbasis Multimedia Dengan Metode Computer Based Instruction (CBI)”, Jurnal Riset Komputer, Vol. 3(6), Desember 2016, hlm. 45
7 Tahtiman Siregar, Skripsi: “Analisa Pendapat Ibnu Hazm Tentang Pelaksanaan Shalat Jenazah Dengan Lima Takbir”, Riau, UIN Sultan Syarif Kasim, Hlm. 13-14
ُنْب ُديييِلَوْلاَو ّيِلْي َ ْلا ٍديِع َييس ُنْب ُنوُراييَهَو ٍفوُرييْعَم ُنْب ُنوُراَه اَنَثّدَح
ُنْبا اَنَثّدييَح ِناَرييَخ ْلا َلاييَق و يِنَثّدييَح ُديييِلَوْلا َلاَق ّيِنوُكّسلا ٍعاَج ُش
ْنَع ٍرييِمَن يِب َأ ِنْب ِهّللا ِدْبَع ِنْب ِكيِرَش ْنَع ٍرْخَص وُبَأ يِنَرَبْخَأ ٍبْهَو
ُهييَل ٌنْبا َتاَم ُهّن َأ ٍساّبَع ِنْب ِهّللا ِدْبَع ْنَع ٍساّبَع ِنْبا ىَلْوَم ٍبْيَرُك
ِساّنلا ْنِم ُهييَل َعييَمَتْجا اييَم ْرُظْنا ُبْيَرُك اَي َلاَقَف َناَفْسُعِب ْو َأ ٍدْيَدُقِب
ْمُه ُلوييُقَت َلاييَقَف ُهُتْرَبْخ َأَف ُهَل اوُعَمَتْجا ْدَق ٌساَن اَذِإَف ُتْجَرَخَف َلاَق ىّل َييص ِهّللا َلو ُييسَر ُتْعِم َييس يّنِإييَف ُهوُجِرْخ َأ َلاَق ْمَعَن َلاَق َنوُعَبْرَأ ىَلَع ُموييُقَيَف ُتوييُمَي ٍمِل ْييسُم ٍلييُجَر ْنِم اييَم ُلوُقَي َمّلَسَو ِهْيَلَع ُهّللا
ِهيييِف ُهّللا ْمُهَعّف َييش ّلِإ ائئْي َييش ِهّللاِب َنوُكِر ْشُي َل ئلُجَر َنوُعَبْر َأ ِهِتَزاَنَج
ْنَع ٍبْيَرييُ ك ْنَع ٍرييِمَن يِب َأ ِنْب ِكيِرَش ْنَع ٍفوُرْعَم ِنْبا ِةَياَوِر يِفَو
ٍساّبَع ِنْبا
Artinya :
“Telah menceritakan kepada kami Harun bin Ma'ruf dan Harun bin Sa'id Al Aili dan Al Walid bin Syuja' As Sakuni -Al Walid berkata- telah menceritakan kepadaku -sementara dua orang yang lain berkata- telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb telah mengabarkan kepadaku Abu Shakhr dari Syarik bin Abdullah bin Abu Namir dari Kuraib Maula Ibnu Abbas, dari Ibnu Abbas bahwa anaknya telah meninggal di kawasan Qudaid atau Usfan, maka ia pun berkata,
"Wahai Kuraib, lihatlah berapa orang yang berkumpul untuk menshalatkannya." Kuraib berkata; Maka aku pun keluar, ternyata orang-orang telah berkumpul untuk (menshalatkan) -nya. Lalu aku memberitahukannya kepada Ibnu Abbas, dan ia bertanya, "Apakah jumlah mereka mencapai empat puluh orang?" Kuraib menjawab, "Ya." Kemudian Ibnu Abbas berkata, "Keluarkanlah mayit itu, karena aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda:
'Tidaklah seorang muslim meninggal dunia, dan dishalatkan oleh lebih dari empat puluh orang, yang mana mereka tidak menyekutukan Allah, niscaya Allah akan mengabulkan do'a mereka untuknya.'" Sementara di dalam riwayat Ibnu Ma'ruf adalah dari Syarik bin Abu Namir dari Kuraib dari Ibnu Abba”s. {Muslim – 1577}
ْنَع ٍرْخَص وُب َأ يِنَرَبْخَأ ٍبْهَو ُنْبا اَنَثّدَح ّيِنوُكّسلا ٍعاَجُش ُنْب ُديِلَوْلا اَنَثّدَح
ِنْب ِهّللا ِدْبَع ِنْب ِكيِر َش
ِهْيَلَع ُهّللا ىّلَص ّيِبّنلا ُتْعِمَس َلاَق ٍساّبَع ِنْبا ْنَع ٍبْيَرُك ْنَع ٍرِمَن يِب َأ
ٍ مِلْسُم ْنِم اَم ُلوُقَي َمّلَسَو اوُعّف ُش ّلِإ ائئْي َش ِهّللاِب َنوُكِر ْشُي َل ئلُجَر َنوُعَبْرَأ ِهِتَزاَنَج ىَلَع ُموُقَيَف ُتوُمَي
ِهيِف
“Telah menceritakan kepada kami Al Walid bin Syuja'As Sakuni, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah mengabarkan kepadaku Abu Shakhr dari Syarik bin Abdullah bin Abu Namir dari Kuraib dari Ibnu Abbas, ia berkata; saya mendengar Nabi SAW bersabda:
"Tidaklah seorang muslim meninggal dunia, kemudian terdapat empat puluh orang yang
tidak mensekutukan Allah dengan sesuatupun berdiri untuk menshalatkan jenazahnya melainkan diterima syafa'at mereka untuknya." {Abu Daud – 2756}.8
H. Tata Cara Pengurusan Jenazah
Pengurusan jenazah dalam Islam terdiri dari beberapa proses, yakni : 1. Memandikan Jenazah
Setelah kematian seseorang maka hendaknya jenazah itu dimandikan sebagaimana mandi wajib karena junub, baik itu jenazah laki-laki ataupun perempuan, baik kecil maupun besar. Memandikan jenazah adalah tindakan wajib. Dengan kata lain, ini merupakan perintah kepada semua kaum muslim kecuali orang-orang yang mati syahid maka tidak dimandikan. Memandikan jenazah dimaksudkan agar segala bentuk hadas dan najis yang ada pada jenazah tersebut hilang dan bersih, sehingga jenazah yang akan dikafani dan dishalatkan dalam keadaan suci dari hadas dan najis. Hal ini didasarkan atas perintah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana hadis Rasulullah yang di riwayatkan oleh Ummu Athiyah radhiyallahu anhu.
Artinya :
“Nabi Shalallahu ‘alahi wasallam masuk menemui kami dan kami memandikan putri beliau, maka lalu belia u bersabda, “mandikanlah ia tiga kali, lima kali atau lebih dari itu jika kalian menganggapnya perlu, dengan air dan daun bidara. Dan jadikan pada tuangan terakhir kapur barus atau sedikit dari kapur barus. (Lalu apabila kalian telah selesai, beritahulah aku). Setelah kami selesai, kami memberitahu beliau, maka beliau menyodorkan kain sarungnya seraya bersabda, “bungkuslah dirinya dengannya” (HR.
Muslim no. 939)
Dalam redaksi lain dikatakan: “Mandikanlah dia secara ganjil, tiga, lima, tujuh atau melebihi dari itu menurut pertimbangan kalian. Dengan begitu memandikan jenazah adalah meratakan badannya dengan air satu kali, sekalipun ia berhadas dan haid.
Disunnahkan meletakkan mayat di tempat yang tinggi dan tidak dibalut dengan pakaian.
Diletakkan penghalang untuk menutupi auratnya. Sebaiknya orang yang memandikan adalah orang yang jujur dan saleh. Memandikannya harus dengan niat, kemudian memulai dengan meremas-remas perut mayat dengan pelan untuk mengeluarkan kotoran dan menghilangkan najis dari jasadnya. Memandikan tiga kali dengan air dan sabun atau air biasa dimulai dari bagian kanan”. Jika ia memandang perlu penambahan dari tiga karena tidak bersih atau ada sesuatu lain, hendaknya ia memandikan sampai lima atau tujuh kali. Jika jenazah itu seorang wanita disunnahkan menguraikan rambutnya, membasuh dan mengikatnya kembali serta melipatkan kebelakang kepalanya.Dikala telah selesai memandikan jenazah, hendaknya badan mayat dikeringkan agar tidak basah, setelah itu meletakan wewangian di badannya.
a) Syarat-syarat memandikan jenazah : mayitnya orang Islam, ada tubuhnya walaupun sedikit, mayat itu bukan mati syahid.
b) Yang berhak memandikan jenazah
Jika mayat itu laki-laki, maka yang memandikannya laki-laki pula. Perempuan tidak boleh memandikan jenazah laki-laki kecuali istri dan mahramnya, begitupun sebaliknya jika mayat itu perempuan. Jika suami, istri dan mahramnya sama-sama ada maka yang berhak memandikan adalah suami atau istri dari mayit tersebut. Bila seorang perempuan meninggal dan di tempat itu tidak ada perempuan, suami atau mahramnya, maka mayit itu hendaklah “ditayammumkan” saja, tidak boleh 8 Dame Siregar, “Analisis Hadis-Hadis Tentang Sholat Jenazah”, Jurnal El-Qanuny, Vol 5(2), 2019, hlm. 182-183
dimandikan oleh laki-laki yang lain. Kecuali kalau mayit itu adalah anak-anak, maka laki-laki boleh memandikannya begitu juga kalau yang meninggal adalah anak laki- laki. Jika ada beberapa orang yang berhak memandikan, maka yang lebih berhak ialah keluarga yang terdekat dengan si mayit, dengan syarat ia mengetahui kewajiban mandi serta dapat dipercaya. Kalau tidak, berpindahlah hak itu kepada keluarga jauh yang berpengetahuan serta amanah.
2. Mengkafani Mayat
Setelah jenazah dimandikan, maka langkah berikutnya adalah mengkafaninya.
Mengkafani itu dilakukan langsung setelah mayat dimandikan, sebaiknya orang yang mengkafankan mayat adalah orang yang terdekat dengannya. Pada dasarnya tujuan dari mengkafani mayat adalah untuk menutupinya dari pandangan mata dan sebagai penghormatan kepadanya. Karena menutup aurat dan menghormatinya adalah wajib selagi ia masih hidup, begitu pula ketika ia telah meninggal. Kafan sekurang-kurangnya haruslah menutupi seluruh badan jenazah, baik jenazah laki-laki maupun jenazah perempuan. Sebaiknya untuk laki-laki tiga lapis kain. Tiap-tiap kain menutupi seluruh badannya. Sedangkan jenazah perempuan sebaiknya dikafani dengan lima lembar kain yaitu basahan (kain bawah), baju, tutup kepala, kerudung dan kain yang menutupi seluruh badannya.
Di sunnahkan kain kafan yang dipergunakan hendaknya berwarna putih dan tidak terlalu mahal atau mewah. Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadis dari Aisyah radhiyallahu anhu beliau berkata :
BAB III PENUTUP