• Tidak ada hasil yang ditemukan

Petunjuk Praktik Islam

N/A
N/A
Nisrina Hilmi

Academic year: 2024

Membagikan " Petunjuk Praktik Islam"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MENSHOLATI JENAZAH

Malalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Ibadah Dosen Pengampu:

Dra. Nurdelima Waruwa, M.Pd.

Disusun Oleh:

Dian Lestari Hasibuan 11190182000003

Zulfa Hasanah 11190182000007

Sonia Ayu Suci Saputri 11190182000019

SEMESTER 4A

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2021

1

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT., yang sudah memberikan kemudahan, sehingga pemakalah bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu. Tentu pemakalah tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik tanpa pertolongannya. Shalawat ber-iring salam tidak lupa selalu kita hanturkan untuk Nabi Muhammad SAW, kami menantikan syafaatnya di yaumil qiamah.

Tujuan penulisan dan penyusunan artikel ini adalah untuk menyelesaikan tugas kuliah

Praktikum Ibadah”. Adapun, materi yang pemakalah bahas yaitu bertema “Mensholati Jenazah”. Selanjutnya, pemakalah sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu selama penulisan artikel ini khusunya ibu. Dra. Nurdelima Waruwu, M.Pd., sebagai pengajar mata kuliah Praktikum Ibadah yang telah membimbing pembuatan makalah secara tepat, sehingga pemakalah mendapatkan pengetahuan secara komprehensif.

Pemakalah berharap, makalah ini dapat menambah pengetahauan pembaca. Artikel ini jauh dari sempurna tentu penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan yang ada. Oleh karena nya, kritik dan saran sangat penulis harapkan agar bisa menjadi makalah yang lebih baik kedepannya. Oleh karena itu, apabila terdapat banyak kesalahan dalam artikel ini, pemakalah mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Tangerang, 15 Mei 2021

Pemakalah

i

(3)

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Identifikasi Masalah...1

C. Rumusan Masalah...1

D. Tujuan Penulisan...2

E. Manfaat Penulisan...2

F. Metode Penulisan...2

BAB II PEMBAHASAN...3

A. Mensholati Jenazah ...3

B. Membawa Jenazah Ke Kubur ...5

C. Menguburkan Jenazah...6

BAB III PENUTUP...14

A. Kesimpulan...14

B. Saran...14

DAFTAR PUSTAKA...15

ii

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Shalat jenazah merupakan salah satu praktik ibadah shalat yang dilakukan umat Muslim jika ada Muslim lainnya yang meninggal dunia. Hukum melakukan shalat jenazah ini adalah fardhu kifayah. Artinya apabila sebagian kaum muslimin telah melaksanakan pengurusan jenazah orang muslim yang meninggal dunia, maka tidak ada lagi kewajiban kaum muslim yang lainnya untuk melaksanakan pengurusan jenazah tersebut

Salah satu kajian fiqih yang paling sering dipraktekkan ditengah-tengah masyarakat adalah kajian masalah shalat jenazah, kita memandang dari aspek teori shalat jenazah merupakan salah satu masalah ibadah yang amat gampang jika dibayangkan bahkan kita menyepelekan masalah tersebut. Namun jika kita melihat dari aspek praktek masih banyak kesalahan-kesalahan yang dilakukan dimasyarakat dalam masalah pengurusan jenazah. Karena teori dengan praktek dilapangan sangatlah berbeda, apalagi saat menjalani pratek kita harus mempersiapkan segala macam, dari segi peralatan dan mental kita. Untuk itu dalam makalah ini mengangkat sebuah tema yang berkaitan dengan menyolatkan jenazah dengan tujuan sebagai pandangan bagaimana seharusnya menyolatkan jenazah dengan baik dan benar. Kemudian dalam makalah ini juga membahas bagaimana hukum dan tata cara shalat jenazah itu sendiri, membawa jenazah kekubur, dan yang terakhir ialah bagaimana tata cara menguburkan jenazah. Tujuan penyusunan makalah tersebut adalah untuk memberikan wawasan kepada masyarakat khususnya bagi mahasiswa tentunya dalam masalah cara menyolatkan jenazah, sehingga dapat meminimalisir kesalahan dan ketidak tahuan dalam masalah menyolatkan jenazah.

B. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan uraian diatas, maka pemakalah akan mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Hukum dan Tata Cara Shalat Jenzah 2. Membawa Jenazah Kekubur

3. Mengkuburkan Jenazah C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hukum dan tata cara sholat jenazah ? 2. Bagaiamana tata cara membawa jenazah kekubur ?

3

(5)

3. Bagaiamana tata cara mengkuburkan jenazah ? D. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui tata cara mesholati jenazah

2. Untuk mengetahui tata cara membawa jenazah kekubur 3. Untuk mengetahui tata cara menguburkan jenazah E. Manfaat Penulisan

Dengan ditulisnya makalah ini kami berharap bisa manambah pengetahuan dan penguasaan pembaca terkait mensholati jenazah.

F. Metode Penulisan

Metode Penulisan digunakan untuk penyusunan makalah ini ialah metode pustaka.

Metode perpustakaan adalah metode yang dilakukan dengan menggunakan metode berikut cara mengumpulkan informasil yang berasal dari berbagai sumber diantaranya, buku, jurnal, internet, dsb.

(6)

BAB II PEMBAHASAN A. Menshalati Jenazah

1. Hukum Melaksanakan Shalat Jenazah

Melaksanakan sholat jenazah hukumnya adalah fardhu kifayah. Yang dimaksud dengan fardhu kifayah ialah kewajiban yang dibebankan atas sekelompok orang, apabila sudah ada orang yang menunaikannya, yang lain terbebas dari tuntutan kewajiban tersebut. Sebaliknya, jika tidak seorang pun yang melakukannya, seluruhnya berdosa.

Adapun syarat-syarat shalat jenazah sama dengan shalat fardhu, yaitu: suci dari hadats, menutup aurat, dan menghadap kiblat.1

2. Hukum Shalat Jenazah di Pemakaman

Pada dasarnya, ketika berbicara tentang tempat mana yang afdhol untuk mengerjakan sholat jenazah, maka jawabannya adalah ditempat yang memang telah disiapkan untuk sholat jenazah seperti musholla atau tempat sholat jenazah. Namun boleh juga dilaksanakan di masjid seperti yang telah dikerjakan oleh Nabi Muhammad SAW.2

3. Tata Cara Shalat Jenazah

a. Setelah jenazah dimandikan dan dikafankan, diletakkan di sebelah kiblat orang yang melakukan shalat. Letak kepala jenazah di sebelah kanan dan kakinya di sebelah kiri (di hadapan orang yang melakukan shalat).

b. Shalat jenazah dapat dilakukan sendiri-sendiri dan lebih utama dengan berjamaah.

c. Setelah berdiri di depan jenazah, dimulai dengan niat (dalam hati) sambil mengucapkan takbir, “Allahu Akbar”, kemudian bersedekap.

d. Setelah takbir yang pertama, dilakukan dengan membaca surah al-Fatihah.

e. Melakukan takbir yang kedua, setelah itu membaca shalawat atas Nabi saw.,

ِلآ َىلَع َو َمْيِها َرْْْبِإ َىلَع َتْيَل َْْص َاْْمَك ٍدَم َحُم ِلآ َىلَع َو ٍدَم َحُم َىلَع ِلَص َمُهَللَا

َاْْمَك ٍدَم َحُم ِلآ َىلَع َو ٍدَمَحُم َىلَع ْك ِرَاْْب َمُهَللَا ٌدْْْيِجَم ٌدْْْيِمَح َك َْْْنِإ َمْيِهاَرْْْبِإ

ٌدْيِجَم ٌدْيِمَح َكَْنِإ َمْيِهاَرْبِإ ِلآ َىلَع َو َمْيِهاَرْبِإ َىلَع َتْكَرَاب

1 Abdul Kadir Nuhuyanan, Pedoman & Tuntutan Shalat Lengkap, (Jakarta: Gema Insani, 2002), Cet-1, Hal.46 2 Syafri Muhammad Noor, Lc, Shalat Jenazah Yang Sudah Dimakamkan. hal.7.

(7)

Artinya: “Ya Allah, berilah rahmat kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, berilah keberkahan kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan keberkahan kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia”.

f. Selanjutnya, takbir ketiga dan membaca doa.,

ُهْل ِْْس ْغا َو ُهَْْل َخ ْدُم ّْع ِْْس َو َو ُهَلُزُن ْم ِرْكَأ َو ُهْنَع ُفْعا َو ِهِفاَع َو ُهْمَح ْرا َو ُهَل ْرِفْغا َمُهَللا

ِسَنَدْْلا َنِم َضَيْبَلا َب ْوَثلا َتْيَقَن اَْْمَك اَْْياَط َخْلا َنِم ِهِقَن َو ِد َرَْْبْلا َو ِجْلَثلا َو ِءاَْْمْلاِب

ِهِْْج ْوَز ْنِم اًرْْْيَخ اًْْج ْوَز َو ِهِْْلْهَأ ْنِم اًرْْْيَخ ًلْهَأ َو ِه ِراَد ْنِم اًرْْْيَخ اًراَد ُهْْْلِدْبَأ َو

ِراَنلا ِباَذَع ْنِم ْوَأ ِرْبَقْلا ِباَذَع ْنِم ُه ْذِعَأ َو َةَن َجْلا ُهْلِخ ْدَأ َو

Artinya: “Ya Allah, ampunilah dan rahmatilah dia. Bebaskanlah dan maafkanlah dia. Luaskanlah kuburnya dan mandikanlah ia dengan air, salju dan embun. Sucikan ia dari seluruh kesalahan seperti dibersihkannya kain putih dari kotoran. Berikan ia rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), keluarga yang lebih baik dari keluarganya, pasangan yang lebih baik dari pasangannya. Lalu masukkanlah ia ke dalam surga dan lindungilah ia dari cobaan kubur dan azab neraka”.

g. Kemudian melakukan takbir yang keempat, setelah itu membaca doa sebagai berikut.

ُهَل َو اَنَل ْرِف ْغا َو ُهَد ْعَب اَنِتْفَت َل َو ُه َر ْجَأ اَنْم ِر ْحَت َل َمُهَللا

Artinya: “Ya Allah, jangan haramkan kami dari pahalanya dan jangan cobai kami sepeninggalnya. Ampunilah kami dan ampunilah dia”.

h. Setelah itu mengucapkan salam

ُهُتاَك َرَب َو ِ َا ُةَم ْح َر َو ْمُكْيَلَع ُمَلَسلا

Artinya: “Semoga keselamatan rahmat Allah dan berkah-Nya limpahkan kepada kalian”.3

3 Ibid 47-48

(8)

5 B. Membawa Jenazah ke Kubur

1. Tata Cara Membawa ke Kubur

a) Jenazah dipanggul oleh para lelaki di pundak-pundak mereka. Berjalan dengan agak cepat, namun tidak berlebihan.

b) Boleh berjalan di samping, di belakang atau didepan jenazah.

c) Para wanita sebaiknya tidak ikut dalam mengiringi jenazah.

d) Tidak boleh ada suara dalam mengiringinya. Pengiring jenazah hendaknya hening, khidmat dan banyak memikirkan tentang kematian,serta berdzikir kepada Allah dengan suaratidak dikeraskan.

e) Jenazah tidak boleh diiringi dengan api dan ratapan.4 2. Adab Mengiringi Jenazah

a) Mengiringi Jenazah di sunnahkan mengiringi dan berjalan bersama jenazah hingga ia di kuburkan. Ini merupakan hak seorang muslim atas saudaranya, sebagaimana telah di sebutkan dalam adab persaudaraan.

b) Tidak mengiringi jenazah denga di sertai ratapan. Meskipun mengiringi jenazah memiliki keutamaan yang sangat besar sebagaimana yang telah di sebutkan, tetapi telah shahih di riwayatkan dari Nabi Saw. Tentang larangan mengiringi jenazah apabila di sertai dengan ratapan. Di sebutkan dalam sebuah hadits: “Rasulullah Saw. Melarang mengiringi jenazah di sertai rannah5.”

c) Cukup kaum laki-laki saja yang memikul jenazah. Hendaknya yang memikul jenazah adalah kaum laki-laki, bukan kaum wanita, kecuali jika kaum laki-laki tidak ada sama sekali.

d) Orang yang berkendaraan mengiring di belakang jenazah dan orang yang berjalan kaki boleh berjalan sekehendaknya. Jumhur mengatakan bahwa orang yang berjalan kaki di sunahkan berjalan didepan jenazah. Akan tetapi, al-Bukhari telah meriwayatkan sebuah aṡar dari Anas yang menunjukkan kepada apa yang kami sebutkan. Hal ini sejalan dengan perintah menyegerakan jenazah. Sebab, tidak mungkin dapat menyegerakan jenazah apabila semua orang berjalan didepan, sedangkan mereka memiliki kemampuan berjalan yang berbeda-beda.

e) Menyegerakan Jenazah Hendaknya orang yang memikul jenazah menyegerakan sampainya jenazah ke pekuburan.

4Abu Utsman Kharisman, Tata Cara Mengurus Jenazah Sesuai Sunai Nabi Shollallaahualaihi Wasallam (Syarh Kitab Al-Janaiz Min Bulughilmaram), (Yogyakarta:Pustaka Hudaya), 2013, hlm. 165-166

5

(9)

f) Tidak duduk kecuali setelah jenazah diletakkan Hendaknya orang yang mengiringi jenazah hingga sampai di pekuburan guna menyaksikan penguburan jenazah berdiri dan tidak duduk kecuali setelah jenazah di turunkan dan di letakkan di atas tanah sebelum di kuburkan.

g) Mengucapkan lafaẑ Ta’ziyah yang Di Riwayatkan dari Rasulullah Saw.

Rasulullah Saw. Mengirim seorang utusan kepada putri beliau ketika anaknya sedang menghadapi sakaratul maut, lalu beliau bersabda,

“Sesungguhnya milik Allah-lah segala yang dia ambil dan milik-Nya segala yang ia beri. Segala sesuatu memiliki ajal yang telah di tetapkan disisi-Nya. Maka dari itu bersabarlah dan berharaplah pahala.”

Ini adalah sebaik-baiknya lafaẑ ta’ziyah. Tidak selayaknya seorang muslim berpaling darinya dan menggantinya denga ucapan lain. Akan tetapi, boleh menambahnya dengan yang lain, seperti: “Mudah-mudahan Allah mengampuni jenazah kalian.” atau “Semoga Allah memperbaiki kesedihan.

C. Menguburkan Jenazah 1. Perihal Makam

Kewajiban selanjutnya terhadap jenazah adalah menguburknnya. Sebelum melakukan penguburan, liang kubur harus sudah dipersiapkan. Dalam liang kubur kira-kira sekitar dua meter agar tidak tercium baunya, tidak dimakan oleh binatang buas. Yang demikian juga menjaga kehormatan jenazah, disamping itu masyarakat juga tidak terganggu dengan bau busuk. 6Sebagaimana sebuah hadis Nabi :

((اوُن ِس ْحَأ َو اوُع ِس ْوَأ َو اوُرِف ْحا يذمرتلا هاور …

“Galilah dan luaskanlah, dan baguskanlah kuburan mereka.” (HR At Tirmidzi)

Yang menguburkan mayat adalah kaum lelaki, meskipun mayat tersebut wanita. Hal ini karena beberapa hal:

a. Bahwasannya hal ini dikerjakan oleh kaum muslimin pad zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga apad zaman sekarang.

b. Karena kaum lelaki lebih kuat untuk mengerjakannya.

c. Jika hal ini dikerjakan oleh kaum wanita, maka akan menyebabkan terbukanya aurat wanita di hadapan lelaki yang bukan mahramnya.

Dalam masalah ini, wali dari mayit merupakan orang yang paling berhak menguburkannya, berdasarkan keumuman firman Allah:

6 Mufid A. R, Risalah Kematian: Merawat Jenazah, Tahlil, Tawasul, Ta’ziah dan Ziara Kubur, hal. 35- 38

(10)

7

ٍضْعَبِب ىٰل ْوَا ْمُهُضْعَب ِماَح ْرَ ْلا اوُلوُاَو

“Dan orang yang memiliki hubungan kerabat sebagian diantaranya mereka lebih berhak dari pada yang lain”. (Al-Anfal: 75)

Dalam penguburan hendaknya jangan dilakukan pada malam hari. Kecuali dalam keadaan darurat, seperti apabila tidak segera dimakamkan maka jenazah tersebut akan membusuk atau takut sibuk dalam menghadapi musuh jika dimakamkan pada siang hari (dalam peperangan) atau karena mereka harus pergi dan lain sebagainya. Sebagiamana sabda Nabi yang diriwatkan oleh Jabir RA. “Janganlah kalian memakamkan jenzah kalian pada malam hari kecuali dalam keadaan terpaksa.”7

Ulama fiqih sepakat bahwa menguburkan mayat hukumnya fardhu kifayah.

Karena jika meninggalkannya dibumi (tidak dikuburkan) maka menodai kehormatan mayat itu, dan orang-orang akan terganggu baunya, seperti firman Allah dalam Al- Qur’an:

[26] اًتاَفِك َض ۡرَ ۡلا ِلَع ۡجَن ۡمَلَا [25]اًتاَو ۡمَاّو ًٓءاَي ۡحَا Artinya: “Bukankah Kami menjadikan bumi (tempat berkumpul, orangorang hidup dan orang-orang mati.8” (Q.S Al-Mursalat: 25-26)

Pelaksanaan penguburan jenazah dianjurkan dengan sesegera mungkin, artinya setelah seseorang meninggal dunia maka harus segera diurus fardhu kifayahnya, hal ini disampaikan oleh Rasulullah dalam haditsnya :

ٌرْيَخَف ًةَحِلاَص ُكَت ْنِإَف ِةَزاَنِجْلاِب اوُعِرْسَأ :َلاَق ملسو هيلع ا ىلص ِيِبّنلا ْنَع هنع ا يضر َةَرْيَرُه يِبَأ ْنَع

ْمُكِباَقِر ْنَع ُهَنوُعَضَت ّرَشَف َكِلَذ ىَوِس ُكَي ْنِإَو اَهَنوُمِدَقُت Artinya: “Dari Abi Hurairah ra dari Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda: lekas- lekaslah urus jenazah itu, kalau mayat itu shaleh, berarti kalian menyerahkan mayat itu kepada kebaikan, dan kalau ia itu tidak baik, maka berarti kalian telah meletakkan yang tidak baik dipundakmu” Muttafaq’alaih9

2. Tata Cara Penguburan

Para ahli fiqih memiliki tiga pendapat tentang penurunan mayat ke dalam kubur10. Hanafi berpendapat, mayat dimasukkan ke dalam kubur dengan mengarah kiblat jika kondisinya memungkinkan, sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi SAW

7 Syaikh M Nashiruddin Al Albani, Menyelenggarakan Jenazah Antara Sunnah dan Bid’ah, hal. 199 8 Departemen Agama, Al-Qur‟an Terjemah Perkata, (Bandung: SYGMA, 2012), hal. 74

9 Muhammad Nasruddin al-bani, Mukhtasar shahih Imam Al-bukhori, Juz 1, hal. 310

10 Wahbah az-Zuhaili, Terjemah Fiqh Islam Wa Adillatuhu 1,penerjemah Abduh Hayyi AlKhattani dkk, (Jakarta: Gema Insani 2010), hal. 594

(11)

yaitu jenazah diletakkan disisi kiblat dari kuburan, lalu mayat diangkat dan diletakan dalam lahat, sedangkan posisi pengambilan jenazah menghadap ke kiblat untuk memuliakan kiblat. Hal ini jika tidak dikhawatirkan bila kuburan akan longsor, sedang jika tidak maka diletakkan diarah kepala atau kedua kakinya.

Disunnahkan menutup kuburan dengan kain ketika melakukan penguburan, baik itu laki-laki maupu perempuan, dan perempuan lebih dianjurkan. Abu Fadl bin Abdan, salah satu kami berpendapat, “yang disunnahkan khusus bagi perempuan”.

Adapun pendapat yang diikuti mazhab Syafi’i adalah pendapat yang pertama.11 Disunnahkan pula bagi orang yang memasukkan mayat ke dalam kuburan untuk membaca:

: َلاَق َمّلَسَو ِهْيَلَع ُ ّا ىّلَص ِ ّا َلوُسَر ّنَأ ُهْنَع ُا َيِضَر َةَرْيَرُه يِبَأ ْنَع ّلِإ َةّنَجْلا َنوُلُخْدَي يِتّمُأ ّلُك

ْنَم

َلوُسَر اَي : اوُلاَق ، ىَبَأ ىَبَأ ْدَقَف يِناَصَع ْنَمَو َةّنَجْلا َلَخَد يِنَعاَطَأ ْنَم : َلاَق ؟ ىَبْأَي ْنَمَو ِ ّا

Artinya: “Dengan menyebut nama Allah dan atas agama Rasulullah SAW.12” (HR. Al- Baihaqi, No.6851).

Apabila mayat dibaringkan diliang lahat, maka dibaringkan dengan menekan atau menidurkan pundak sebelah kanannya dan menghadap kiblat atau merapat kedindng ke liang lahat. Juga tidak terlentang menghadap ke atas dan punggungnya disandarkan ke kayu atau sejenisnya. Meletakkan mayat kearah kiblat wajib hukumnya.13 Ini diperkuat Jumhur Ulama, mereka mengatakan, “Seandainya dikubur dengan menghadap ke bawah atau menghadap ke atas, maka harus digali kembali dan dihadapkan ke kiblat, selagi baunya belum berubah, jika ternyata baunya sudah berubah maka tidak harus digali.

Hendaknya bentuk kuburan dibuat punuk.14 Hal ini sesuai hadits Sufyan At- Tammar, ia berkata: “Saya melihat kuburan Nabi Muhammad SAW dan juga kuburan Abu Bakar serta Umar, semuanya dibuat punuk”. Hendaknya kuburan itu diberi tanda dengan batu atau yang lain, agar keluarga yang meniggal bisa dimakamkan didekatnya.

Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam rangka mengubur mayat adalah sebagai berikut:15

a) Memperdalam galian lobang kubur agar tidak tercium bau si mayat dan tidak dapat dimakan oleh burung atau binatang pemahan bangkai.

11 Ibid.,

12 Abu Abdirrahman Ahmad bin Syuaib an-Nisa’i, Sunan al-Kubra jilid 6, (Bairuj Muassasa ar- Risalah 2001), hal. 541

13 Ibid., hal. 594 14 Ibid.,

15 Dr. Marzuki, M.Ag, Perawatan Jenazah, hal. 9-10

(12)

9

b) Cara menaruh mayat di kubur ada yang ditaruh di tepi lubang sebelah kiblat kemudian di atasnya ditaruh papan kayu atau yang semacamnya dengan posisi agak condong agar tidak langsung tertimpa tanah ketika mayat ditimbuni tanah.

Bisa juga dengan cara lain dengan prinsip yang hampir sama, misalnya dengan menggali di tengah-tengah dasar lobang kubur, kemudian mayit ditaruh di dalam lobang itu, lalu di atasnya ditaruh semacam bata atau papan dari semen dalam posisi mendatar untuk penahan tanah timbunan. Cara ini dilakukan bila tanahnya gembur. Cara lain adalah dengan menaruh mayit dalam peti dan menanam peti itu dalam kubur.

c) Cara memasukkan mayat ke kubur yang terbaik adalah dengan mendahulukan memasukkan kepala mayat dari arah kaki kubur.

d) Mayat diletakkan miring ke kanan menghadap ke arah kiblat dengan menyandarkan tubuh sebelah kiri ke dinding kubur supaya tidak terlentangkembali.

e) Para ulama menganjurkan supaya ditaruh tanah di bawah pipi mayat sebelah kanan setelah dibukakan kain kafannya dari pipi itu dan ditempelkan langsung ke tanah. Simpul tali yang mengikat kain kafan supaya dilepas.

f) Waktu memasukkan mayat ke liang kubur dan meletakkannya dianjurkan membaca doa seperti:

ِهِرْبَق يِف ُهَل ْعِسَوَو ُهَلَخْدَم ْعِسَوَو ُهَلُزُن ْمِرْكَأَو ِهِحوُرِل ِٓءاَمّسلا َباَوْبَأ ْحَتْفا ّمُهّللا ، ِا ِلوُسَر ِةّنُس/ِةّلِم ىَلَعَو ِا ِمْسِب Artinya: “Dengan nama Allah dan atas agama Rasulullah” (HR. at-Tirmidzi dan Abu Daud).

g) Untuk mayat perempuan, dianjurkan membentangkan kain di atas kuburnya pada waktu dimasukkan ke liang kubur. Sedang untuk mayat laki-laki tidak dianjurkan.

h) Orang yang turun ke lobang kubur mayit perempuan untuk mengurusnya sebaiknya orang-orang yang semalamnya tidak mensetubuhi isteri mereka.

i) Setelah mayat sudah diletakkan di liang kubur, dianjurkan untuk mencurahinya dengan tanah tiga kali dengan tangannya dari arah kepala mayit lalu ditimbuni tanah.

j) Di atas kubur boleh dipasang nisan sebagai tanda. Yang dianjurkan, nisan ini tidak perlu ditulisi.

(13)

k) Setelah selesai mengubur, dianjurkan untuk mendoakan mayat agar diampuni dosanya dan diteguhkan dalam menghadapi pertanyaan malaikat.

l) Dalam keadaan darurat boleh mengubur mayat lebih dari satu dalam satu lubang kubur.

m) Mayat yang berada di tengah laut boleh dikubur di laut dengan cara dilempar ke tengah laut setelah selesai dilakukan perawatan sebelumnya.

n) Beberapa larangan yang perlu diperhatikan terkait dengan mengubur jenazah di antaranya adalah:

1) Jangan membuat bangunan di atas kubur 2) Jangan mengapuri dan menulisi di atas kubur 3) Jangan menjadikan tempat shalat di atas kubur

4) Jangan duduk di atas kubur dan jangan berjalan di sela-sela kubur dengan memakai alas kaki

5) Jangan menyembelih binatang di sisi kubur

6) Jangan melakukan perbuatan-perbuatan di sekitar kubur yang didasari 7) oleh sisa kepercayaan-kepercayaan lama yang tidak ada kebenarannya

dalam Islam.

3. Ziarah

Ziarah diambil dari kata ِيزَاَ ةر berarti yangَ رُ وْ زُ َي – رَ از – menziarahi, mengunjungi.16 Secara etimologi, kata ziarah kerasal dari bahasa Arab yaitu ziyarah yang berarti kunjungan, mengujungi atau mendatangi (Mohd. Idris, 1350 H: 272).

Sementara kata kubur, yaitu lobang yang digali di tanah berukuran 1x2 meter berbentuk persegi panjang disertai liang lahat yang merupakan tempat penyimpanan mayat/jenazah manusia. (W.J.S. Poerwadarminta, 1987: 179).

Jadi, ziyarah atau ziarah merupakan asal kata dari bahasa Arab, yang secara terminologi berarti mengunjungi sewaktu-waktu kuburan orang yang sudah meninggal dunia untuk memohonkan rahmat Tuhan bagi orang-orang yang dikubur di dalamnya serta untuk mengambil ibarat dan peringatan supaya hidup ingat akan mati dan nasib di kemudian hari di akhirat (Hariz al-Farisi, 2003: 10)17

Dengan demikian, ziarah kubur adalah kunjungan ke tempat pemakaman umum/pribadi yang dilakukan secara individu atau kelompok masyarakat pada waktu

16 Nurlela, Wisata Ziarah dan Kesadaran Keberagamaan Masyarakat Lokal, dalam Skripsi, IAIN SMH Banten 2017. P. 40

17 Jamaluddin, Tradisi Ziarah Kubur Dalam Masyarakat Melayu Kuantan, dalam Skripsi UIN Sultan Syarif Kasim Riau. P.15. (diakses pada 19 Mei 2021).

(14)

11

tertentu, dengan tujuan mendoakan saudara atau keluarga yang telah meninggal dunia supaya diberikan kedudukan atau posisi yang layak di sisi Allah SWT., sehingga arwahnya diharapkan bisa tenang dengan adanya permohonan doa dari keluarganya yang masih hidup.18

Abu Hurairah meriwayatkan, “Nabi SAW. menziarahi makam ibunya, beliau menangis, sehingga para sahabat yang bersamanya juga menangis. Beliau bersabda

“Aku memohon pada Tuhanku agar diperkenankan memohonkan ampun bagi ibuku, tetapi dia tidak berkenan. Dan aku memohon untuk diperkenankan menziarahi makamnya, dan Dia memperkenankan. Karena itu, berziarahlah ke makam, karena dapat mengingatkan kalian akan kematian.” (HR. Ahmad, muslim dan Ash-habus- Sunan kecuaki tirmidzi)19

Namun demikian, ziarah kubur itu memiliki beberapa adab yang sebaiknya kita amalkan ketika ziarah ke kubur adalah mengucapkan salam. Kemudian, ketika sampai dikuburan, letakkan tangan kita di atas kuburan seraya membaca surat alFatihah, surat al-Qadr, tujuh kali, surat al-Ikhlas sebelas kali, ayat kursi, serta membaca bagian awal dan bagian akhir surat al-Baqarah. Bila masih mempunyai waktu, bacalah surat Yasiin. Setelah itu, membaca doa. Namun, jika waktu sedikit, kita cukup membaca surat al-Faatihah, surat al-Ikhlas, surat al-Falaq, dan surat an- Naas, masing-masing satu kali. Setelah itu, membaca tawasul kepada Rasulullah SAW. dan keluarganya agar si mayat tidak diazab oleh Allah SWT.20

Oleh karena itu, Nabi SAW memerintahkan para peziarah kubur agar berdoa untuk ahli kubur agar mendapat ampunan, rahmat, dan memintakan maaf saja. Namun beliau tidak memerintahkan kita untuk berdoa (meminta) kepada ahli kubur, tidak berdoa dengan wasilah mereka, dan tidak melaksanakan salat di sisinya. Adapun tujuan utama ziarah kubur adalah mengingat kematian ditengah suasana pemakaman.

Walau hal ini dapat dilakukan dimana saja, suasana pemakaman lebih dekat untuk mengingatkan akan kematian dan kita bisa mendoakan ahli kubur yang kita kunjungi juga muslim-muslim dan Mu’minin-Mu’minat lainnya.21

4. Ta’ziyah

18 Ibid.,

19 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunah, Terj. Dr. Muhammad Taufik Hulaimi M.A.,M.Ed, Fiqih Sunah,. (Jakarta Timur: Al-I’tishom 2010), P. 121

20 Ahmad Zainal Abidin, Untaian Hikmah Ulama Ahlussunnah, (Yogyakarta: DIVA Press, 2015), p.

176.

21 Bachtiar Nasir, Anda Bertanya Kami Menjawab, (Jakarta: Gema Insani, 2012), hal. 97

(15)

Adapun anjuran untuk meringankan beban keluarga yang berduka, yakni anjuran melakukan ta’ziyah. Anjuran Rasullullah SAW untuk meringankan beban keluarga yang di timpa musibah kematian. Di antara cara meringankan beban tersebut adalah dengan melakukan ta’ziyah. Ta’ziyah asal katanya ialah “izza” artinya sabar.

Maka ta’ziyah berarti menyabarkan atau menghibur orang yang ditimpa musibah dengan menyebut hal-hal yang dapat menghapus dosa dan meringkankan penderitannya.

Ta’ziyah hukumnya sunnah walau terdapat dzimmi sekalipun. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW. “Telah menceritakan kepada kai Malik ibn Isma’il, telah menceritakan kepada kami Isra’il dari ‘Ashim dari Abi Utsman dari Usamah: Saya bersama Rasulullah SAW. Ketika datang kepadnya utusan dar salah satu putri belaiu dan bersamanya juga Sa’ad dan Ubay ibn Ka’ab dan Mu’adz, bahwa putranya meninggal dunia. Makan Nabi mengirim kepadanya: “Dan milik Allah apa yang diambil –Nya dan yang diberikan –Nya, dan segala sesuatu memiliki jangka waktu yang diambil –Nya dan yang diberikan –Nya, dan segala sesuatu memiliki jangka waktu tertentu, maka hendaklah bersabar dan menabahkan hati”.22

Berdasarkan hadist ini dapat dinyatakan, bahwa ta’ziah adalah suatu ibadah yang dianjurkan, baik datang langsung ke rumah keluarga yang berduka maupun dengan titipan pesan. Terlihat bahwa tidak ada Nabi yang menyuruh untuk mengadakan acara khusus tentang ta’ziyah, apalagi sudah menyibukkan dan menyusahkan keluarga yang berduka.

Berkata beberapa orang ulama: "Jika seorang Muslim berta'ziyah kepada Muslim lainnya, hendaklah ia mengucapkan: 'َ َكَتِيَم َمِحَرَو َكاَزَع َنَسْحَأَو َكَرْجَأ ُا َمَظْع ('Adzamallahu ajraka wa ahsana 'azaaka wa rahima mayyataka). Semoga Allah memberimu pahala yang besar dan menghibur hatimu sebaik-baiknya, serta memberi rahmat bagi keluargamu yang meninggal.'"

Adapun jawaban ta'ziyah itu ialah mengucapkan "amin" dari pihak yang dikunjunginya serta mengiringinya dengan "Semoga Allah memberimu pahala!"

Menurut Ahmad, jika ia mau, ia dapat menyalami orang yang berta'ziyah, jika tidak, juga tidak apa.

Beberapa ulama juga berkata “jika seorang Muslim berta’ziah kepada Muslim lainnya hendaknya ia mengucapkan: Semoga Allah memeberimu pahala yang besar

22 Shahih Bukhari 61112

(16)

13

dan menghibur hatimu sebaik-baiknya, serta memberi keampunan bagi keluargamu yang meninggal.

Jika seorang Muslim berta’ziyah kepada orang kafir. Hendaknya ia mengucapkan: Semoga Allah memeberimu pahala yang besar dan menghibur hatimu sebaik-baiknya.23

23 Dr. Mardani, Hadis Ahkam (Jakarta: PT. Grafindo Persaja, cet 1, 2012) hal. 298

(17)

A. Kesimpulan

Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa shalat jenazah merupakan salah satu praktik ibadah shalat yang dilakukan umat Muslim jika ada Muslim lainnya yang meninggal dunia. Hukum melakukan shalat jenazah ini adalah fardhu kifayah, di lakukan dengan / takbir dan bacaan pada masing-masing takbir adalah Al-Fatihah, Sholawat kepada Nabi SAW, membaca do’a “Allahummaghfir lahu warhamhu wa’aafihii wa’fu

‘anhu.” dan doa “Allahumma la tahrimna ajrahu wa laa taftinnaa ba’dahu waghfir lanaa wa lahu,” serta di akhiri dengan salam.

Allah SWT menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini agar ia bertanggung jawab dan menyadari segala perbuatan yang telah dilakukannya. Sebab hanya Allah SWT yang dapat menciptakan makhluk hidup dan segala yang ada di bumi, kepada-Nya pula kita kembali.

Suatu proses dimana kehidupan dan kematian telah diatur oleh Sang Pencipta Allah SWT. Orang mukmin memiliki bebrapa kewajiban terhadap mayit mukmin, yaitu : memandikan, mengkafankan, mensholatkan, mengahantarkan jenazah ke kubur, menguburkannya, dan ziarah

Beberapa kewajiban ini hukumnya fardhu kifayah dengan demikian tugas sebagai orang muslim menjadi lengkap tatkala ia mampu peduli kepada sesama muslim, sebab selain mengutamakan kewajiban kaum muslim. Sebab selain mengutamakan kewajiban kaum muslim, juga bisa belajar dan mengambil hikmah dari setiap peristiwa yang telah abadi

B. Saran

Menurut saya di lingkungan masyarakat masih banyak hal yang memerlukan berbagai perbaikan. Adapun hal dasar yang paling utama yaitu rajin untuk membaca buku yang berkaitan dengan jenazah agar jika hal itu terjadi dilingkungan kita, nantinya kita bisa praktekkan dengan baik sesuai dengan syariat Agama. Semoga materi ini tidak hanya kalian baca saja, namun juga bisa kalian terapkan pada kehidupan sehari-hari kalian.

14

(18)

15

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Ahmad Zainal. Untaian Hikmah Ulama Ahlussunnah, Yogyakarta:

DIVA Press. 2015.

Abu Abdirrahman Ahmad bin Syuaib an-Nisa’i. Sunan al-Kubra jilid 6. Bairuj Muassasa ar-Risalah. 2001

Albani, Syaikh M Nashiruddin Al. Menyelenggarakan Jenazah Antara Sunnah dan Bid’ah

Al-bani, Muhammad Nasruddin. Mukhtasar shahih Imam Al-bukhori. Juz 1

Az-Zuhaili, Wahbah. Terjemah Fiqh Islam Wa Adillatuhu 1. Penerjemah Abduh Hayyi AlKhattani dkk. Jakarta: Gema Insani. 2010

Bukhari, Shahih. 61112

Departemen Agama, Al-Qur‟an Terjemah Perkata. Bandung: SYGMA. 2012 Dr. Mardani, Hadis Ahkam. Jakarta: PT. Grafindo Persaja. Cet 1. 2012.

Jamaluddin, Tradisi Ziarah Kubur Dalam Masyarakat Melayu Kuantan.

Dalam Skripsi UIN Sultan Syarif Kasim Riau.

Kharisman, Abu Utsman. Tata Cara Mengurus Jenazah Sesuai Sunai Nabi Shollallaahualaihi Wasallam (Syarh Kitab Al-Janaiz Min Bulughilmaram). Yogyakarta:

Pustaka Hudaya. 2013

Marzuki. Perawatan Jenazah

Nasir, Bachtiar. Anda Bertanya Kami Menjawab. Jakarta: Gema Insani. 2012 Noor, Syafri Muhammad. Lc, Shalat Jenazah Yang Sudah Dimakamkan.

Nurlela, Wisata Ziarah dan Kesadaran Keberagamaan Masyarakat Lokal, dalam Skripsi. IAIN SMH Banten. 2017

Nuhuyanan, Abdul Kadir. Pedoman & Tuntutan Shalat Lengkap. Jakarta:

Gema Insani. Cet-1. 2002

R, Mufid A. Risalah Kematian: Merawat Jenazah, Tahlil, Tawasul, Ta’ziah dan Ziara Kubur

Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunah, Terj. Dr. Muhammad Taufik Hulaimi M.A.,M.Ed, Fiqih Suna. Jakarta Timur: Al-I’tishom. 2010

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu cara untuk mengingat mati adalah sering-seringlah ber-ta’ziyyah (mendatangi keluarga yang terkena musibah meninggal dunia), mengurus jenazah, mulai dari

1) cara-cara yang harus ditempuh untuk mengatasi kesulitan yang dialami siswa 2) Bantuan yang diberikan disesuaikan dengan jenis kesulitan yang dialami siswa 3) Menjaga agar

 Pelayanan orientasi secara langsung, diantaranya dilakukan dengan metode bimbingan klasikal, dengan cara sharing dan diskusi mengenai cara beradaptasi bagi siswa kelas

Pemberian dengan cara yang sopan dan elegan, dengan kita mendatangi rumahnya langsung atau pemberiannya diberikan melalui perantara orang lain, untuk menjaga perasaan hutang

Dalam bagian abstrak memuat lima hal pokok, yaitu latar belakang, tujuan makalah atau tujuan penelitian, metode atau kerangka kerja yang digunakan untuk menyusun makalah, hasil atau

Adapaun penjelasan dari masing-masing kriteria tersebut adalah : 1 Etika berkaitan dengan tingkah laku, cara berpakian dan sopan santun mahasiswa selama melaksanakan KP / Magang di

Makalah manajemen investasi dan portofolio untuk membantu mahasiswa memahami teori dan praktek manajemen investasi secara

Makalah mengenai nilai kesantunan dalam kehidupan bermasyarakat dan cabaran dalam era digital serta pentingnya menjaga adab