• Tidak ada hasil yang ditemukan

Feminisme Islam

N/A
N/A
Muhammad Zaid Abil

Academic year: 2025

Membagikan " Feminisme Islam"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ADVOKASI ANAK DAN PEREMPUAN Feminisme Islam

Disusun Oleh:

Syafiq Hizam : 23021320040

Kelas : 2352 B

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. Rr. Rina Antasari

,

S.H. M. Hum.

Program Studi Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang 2024/2025

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia- Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis berupa makalah dan tanpa suatu kendala berarti. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Advokasi Anak dan Perempuan, Ibu Prof. Dr. Rr. Rina Antasari, S.H. M. Hum. Begitu pula kepada teman-teman seperjuangan yang telah memberi masukan dan pandangan kepada kami selama menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini berjudul “Feminisme Islam” disusun untuk memenuhi tugas semester 3 dalam mata kuliah Advokasi Anak dan Perempuan. Kami mohon maaf jika terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Karenanya, kami menerima kritik serta saran yang membangun dari pembaca agar kami dapat menulis makalah secara lebih baik lagi dalam kesempatan berikut nya. Besar harapan kami makalah ini dapat bermanfaat dan berdampak besar sehingga dapat memberikan ilmu bagi pembaca.

Palembang, 30 November 2024

PEMAKALAH

(3)

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……… ii

DAFTAR ISI ……….………….. iii

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

A. Latar Belakang ……… 1

B. Rumusan Masalah ……….. 1

C. Tujuan ………. 1

BAB II PEMBAHASAN ……… 2

A. Landasan Teologis Feminisme Islam ………... 2

B. Peran Perempuan Dalam Sejarah Islam .………... 2

C. Tantangan dan Strategi Feminisme Islam ……….. 3

D. Konsep Kesetaraan Gender Dalam Perspektif Islam ………... 4

E. Sejarah dan Perkembangan Feminisme Islam di Indonesia ……… 4

F. Kontribusi Feminisme Islam Bagi Perempuan di Indonesia ………... 5

G. Masa Depan Feminisme Islam di Indonesia ………... 5

BAB III PENUTUP ……….... 7

A. Kesimpulan ………...….. 7

DAFTAR PUSTAKA ……….……… 8

(4)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Feminisme Islam muncul sebagai respons terhadap interpretasi patriarkal ajaran agama yang sering menempatkan perempuan pada posisi tidak setara. Gerakan ini berusaha menafsirkan ulang teks-teks suci, seperti Al-Qur'an, untuk menegaskan bahwa Islam mendukung keadilan dan kesetaraan gender. Dengan fokus pada hak perempuan dalam keluarga, pendidikan, dan masyarakat, feminisme Islam berupaya menciptakan keseimbangan antara prinsip keadilan gender dan nilai-nilai keislaman.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud landasan teologis feminisme Islam?

2. Apa peran perempuan dalam sejarah Islam?

3. Bagaimana tantangan dan strategi feminisme Islam?

4. Bagaimana konsep kesetaraan gender dalam perspektif Islam?

5. Bagaimana sejarah dan perkembangan feminisme Islam di Indonesia?

6. Apa saja kontribusi feminisme Islam bagi perempuan di Indonesia?

7. Bagaimana masa depan feminisme Islam di Indonesia?

C. Tujuan

1. Memberikan pemahaman tentang landasan teologis feminism Islam.

2. Mengidentifikasi peran perempuan dalam sejarah Islam.

3. Menguraikan tantangan dan strategi feminisme Islam.

4. Menjelaskan konsep kesetaraan gender dalam perspektif Islam.

5. Menjelaskan sejarah dan perkembangan feminisme Islam di Indonesia.

6. Memberikan pemahaman tentang kontribusi feminisme Islam bagi perempuan di Indonesia.

7. Menguraikan masa depan feminisme Islam di Indonesia.

(5)

2

BAB II PEMBAHASAN

A. Landasan Teologis Feminisme Islam

Feminisme Islam merupakan gerakan yang bertujuan untuk mempromosikan kesetaraan gender dengan landasan ajaran Islam. Gerakan ini muncul sebagai tanggapan atas ketidakadilan yang dialami perempuan dalam konteks sosial, budaya, dan politik, yang sering kali dibenarkan atas nama agama. Feminisme Islam berusaha untuk menginterpretasikan ulang teks-teks agama agar sesuai dengan prinsip keadilan gender yang sejalan dengan nilai-nilai Islam.1

Feminisme Islam berakar pada prinsip-prinsip Al-Qur’an yang menekankan persamaan derajat manusia. Ayat seperti QS. Al-Hujurat: 13 menunjukkan bahwa Allah menciptakan manusia dari laki-laki dan perempuan untuk saling mengenal, tanpa menyebut adanya hierarki gender. Selain itu, QS. An-Nisa: 1 menegaskan pentingnya kesetaraan dalam penciptaan manusia. Feminisme Islam berpendapat bahwa nilai-nilai ini mendukung peran perempuan di ranah publik dan domestik.2

Tafsir modern terhadap ayat-ayat Al-Qur’an ini menunjukkan bahwa Islam memberikan ruang bagi perempuan untuk berkontribusi di berbagai bidang. Namun, interpretasi yang patriarkal sering kali membatasi peran tersebut, sehingga feminisme Islam hadir untuk meluruskan kesalahpahaman ini.3

B. Peran Perempuan dalam Sejarah Islam

Sejarah Islam mencatat bahwa perempuan telah memainkan peran penting sejak masa Nabi Muhammad. Khadijah binti Khuwailid, misalnya, adalah seorang pengusaha sukses yang mendukung penuh dakwah Nabi. Aisyah binti Abu Bakar, istri Nabi, adalah seorang cendekiawan yang menjadi rujukan dalam ilmu hadis dan fiqh. Feminisme Islam menganggap

1 Musdah Mulia. 2007. Islam Menggugat Poligami, (Jakarta: Kompas), hlm. 15.

2Nasaruddin Umar. 2010. Argumen Kesetaraan Gender: Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Paramadina), hlm. 34.

3Siti Musdah Mulia. 2005. Islam dan Inspirasi Kesetaraan Gender. (Jakarta: KPG), hlm. 42.

(6)

3

bahwa sejarah ini membuktikan bahwa perempuan memiliki hak untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan masyarakat.4

Namun, dalam perkembangan sejarah, patriarki yang masuk ke dalam tradisi Islam sering kali menyingkirkan perempuan dari peran-peran publik. Feminisme Islam berupaya mengembalikan perempuan ke posisi yang setara dengan laki-laki, sebagaimana dicontohkan dalam sejarah awal Islam.5

C. Tantangan dan Strategi Feminisme Islam

Feminisme Islam menghadapi tantangan berupa resistensi dari kelompok konservatif yang menganggap gerakan ini sebagai ancaman terhadap nilai-nilai tradisional. Kelompok ini sering kali menolak reinterpretasi teks agama yang dilakukan oleh feminis Muslim dengan alasan bahwa tafsir tersebut dianggap menyimpang dari tradisi ulama klasik.6

Selain itu, feminisme Islam juga menghadapi tantangan struktural, seperti minimnya akses perempuan Muslim terhadap pendidikan dan posisi strategis dalam pemerintahan. Hal ini membuat suara perempuan sering kali terabaikan dalam pengambilan keputusan yang memengaruhi hidup mereka.

Tantangan lain adalah stereotip negatif yang dilekatkan pada feminisme, baik dari kalangan sekuler maupun agama. Feminisme Islam dianggap terlalu liberal oleh kelompok agama, namun dinilai terlalu kompromistis oleh feminis sekuler. Hal ini menempatkan feminisme Islam pada posisi yang sulit dalam memperjuangkan kesetaraan gender.7

Footnote: Lies Marcoes, Perempuan dalam Bingkai Keluarga Sakinah (Yogyakarta: LKiS, 2010), hlm. 73.

Sebagai strategi, feminisme Islam berusaha untuk meningkatkan literasi agama perempuan dan laki-laki agar mereka dapat memahami bahwa Islam adalah agama yang menghormati

4Ibid. hlm. 52.

5 Luthfi Assyaukanie.2009. Islam dan Kebebasan: Politik Ideologi di Dunia Arab, (Jakarta: Freedom Institute), hlm.

74.

6 Komaruddin Hidayat. 2007. Psikologi Agama: Memahami Peran Agama dalam Kehidupan Manusia (Jakarta: UI Press), hlm. 89.

7Lies Marcoes. 2010. Perempuan dalam Bingkai Keluarga Sakinah. (Yogyakarta: LKiS), hlm. 73.

(7)

4

keadilan gender. Selain itu, gerakan ini juga mendorong dialog antara feminisme dan ulama untuk mencari solusi yang dapat diterima oleh semua pihak.8

D. Konsep Kesetaraan Gender dalam Perspektif Islam

Kesetaraan gender dalam Islam didasarkan pada ajaran bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sama di hadapan Allah. QS. Al-Ahzab: 35 menjelaskan bahwa laki- laki dan perempuan yang beriman akan memperoleh pahala yang sama tanpa diskriminasi.

Ayat ini sering dijadikan dasar oleh feminis Muslim untuk menegaskan bahwa Islam tidak memihak gender tertentu.

Namun, interpretasi yang patriarkal sering kali menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an secara bias, sehingga memperkuat dominasi laki-laki. Feminisme Islam berupaya melawan bias ini dengan menggunakan metode tafsir yang kontekstual dan historis. Pendekatan ini mencoba memahami bahwa beberapa ayat Al-Qur’an berkaitan dengan konteks sosial masyarakat Arab abad ke-7, yang tidak relevan untuk diterapkan secara literal di era modern.

Dalam Hadis, terdapat banyak contoh yang menunjukkan penghormatan Nabi Muhammad terhadap perempuan. Misalnya, Nabi menganjurkan para laki-laki untuk memperlakukan istri mereka dengan baik (HR. Tirmidzi). Feminisme Islam mengangkat nilai-nilai ini untuk menantang narasi patriarki yang seringkali mengabaikan peran perempuan dalam masyarakat.9

E. Sejarah dan Perkembangan Feminisme Islam di Indonesia

Feminisme Islam di Indonesia berakar pada perjuangan perempuan Muslim yang terorganisir sejak awal abad ke-20. Organisasi seperti Aisyiyah (1917) dan Muslimat Nahdlatul Ulama (1946) menjadi pelopor dalam memperjuangkan hak-hak perempuan Muslim. Fokus utama mereka adalah pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan perempuan, yang sejalan dengan prinsip-prinsip Islam.

Pada era Orde Baru, feminisme Islam mengalami tantangan karena kebijakan politik yang cenderung menempatkan perempuan pada peran domestik. Namun, pasca-reformasi 1998, gerakan feminisme Islam di Indonesia semakin berkembang. Banyak organisasi masyarakat sipil, seperti Rahima dan Fahmina Institute, mengambil peran dalam pendidikan kesetaraan gender berbasis Islam.

8Nurul Huda. 2012. Islam dan Keadilan Gender (Bandung: Mizan), hlm. 112.

9K.H. Husein Muhammad. 2004. Islam Agama Ramah Perempuan. (Yogyakarta: LKiS), hlm. 45.

(8)

5

Gerakan ini juga berkembang melalui wacana akademik, dengan banyaknya kajian tentang feminisme Islam di perguruan tinggi Islam. Para akademisi dan aktivis berkontribusi dalam merumuskan tafsir gender yang inklusif, yang bertujuan untuk mengatasi ketidakadilan terhadap perempuan.10

F. Kontribusi Feminisme Islam bagi Perempuan di Indonesia

Feminisme Islam telah memberikan kontribusi besar dalam meningkatkan kesadaran gender di Indonesia. Salah satu pencapaiannya adalah peningkatan akses perempuan Muslim terhadap pendidikan. Organisasi seperti Aisyiyah telah mendirikan banyak sekolah dan perguruan tinggi yang fokus pada pendidikan perempuan.

Dalam bidang hukum, feminisme Islam berkontribusi dalam advokasi perubahan hukum- hukum yang diskriminatif terhadap perempuan. Misalnya, perjuangan untuk menaikkan batas usia minimum pernikahan perempuan di Undang-Undang Perkawinan merupakan salah satu contoh nyata dari gerakan ini.

Feminisme Islam juga berperan dalam membangun narasi baru tentang perempuan dalam Islam. Melalui tafsir-tafsir progresif, perempuan Muslim didorong untuk mengambil peran aktif dalam kehidupan sosial, politik, dan ekonomi, tanpa harus meninggalkan identitas religius mereka.11

G. Masa Depan Feminisme Islam di Indonesia

Masa depan feminisme Islam di Indonesia sangat bergantung pada keberhasilan pendidikan gender di masyarakat. Lembaga-lembaga pendidikan Islam, seperti pesantren, memiliki peran penting dalam menyebarluaskan nilai-nilai keadilan gender. Dengan pendekatan berbasis agama, pesantren dapat menjadi agen perubahan dalam mendekonstruksi pandangan patriarkal.

Teknologi digital juga menawarkan peluang baru bagi feminisme Islam. Media sosial dapat menjadi platform untuk menyebarkan pesan kesetaraan gender berbasis Islam kepada audiens

10Lies Marcoes. 2001. Fikih Perempuan: Refleksi Kiai atas Wacana Agama dan Gender. (Yogyakarta: LKiS), hlm. 12.

11Nasaruddin Umar. Op. Cit. hlm. 85.

(9)

6

yang lebih luas. Namun, tantangan seperti penyebaran hoaks dan ujaran kebencian juga perlu diatasi dengan strategi yang tepat.

Dengan pendekatan yang inklusif dan berbasis agama, feminisme Islam memiliki potensi besar untuk terus berkembang. Gerakan ini dapat menjadi model bagi negara-negara Muslim lainnya dalam memperjuangkan kesetaraan gender tanpa meninggalkan nilai-nilai Islam.12

12 Siti Musdah Mulia. Op. Cit. hlm. 110.

(10)

7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Feminisme Islam merupakan gerakan yang berupaya mempromosikan kesetaraan gender berdasarkan nilai-nilai teologis yang tertanam dalam Al-Qur’an dan Hadis. Gerakan ini lahir sebagai respons terhadap ketidakadilan yang dialami perempuan, yang sering kali dibenarkan atas nama agama melalui interpretasi patriarkal terhadap teks-teks suci. Dengan menggunakan pendekatan tafsir kontekstual dan historis, feminisme Islam menghadirkan perspektif baru yang menegaskan peran aktif perempuan baik di ranah domestik maupun publik.

Sejarah Islam menunjukkan banyaknya kontribusi perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti yang diteladani oleh tokoh-tokoh seperti Khadijah binti Khuwailid dan Aisyah binti Abu Bakar. Namun, dominasi patriarki dalam tradisi Islam di masa-masa selanjutnya telah menghambat perempuan untuk berpartisipasi secara penuh di masyarakat.

Feminisme Islam hadir untuk mengoreksi ketimpangan tersebut, mengembalikan posisi perempuan sebagaimana yang diajarkan dalam sejarah awal Islam.

Di Indonesia, feminisme Islam telah memberikan dampak positif melalui pendidikan, advokasi hukum, dan reinterpretasi nilai-nilai agama. Organisasi-organisasi seperti Aisyiyah dan Muslimat NU berperan penting dalam meningkatkan kesadaran gender. Namun, tantangan berupa resistensi konservatif, stereotip negatif, dan hambatan struktural masih menjadi kendala yang perlu diatasi.

Dengan memanfaatkan teknologi digital dan memperkuat pendidikan berbasis gender di lembaga-lembaga Islam, feminisme Islam memiliki potensi besar untuk terus berkembang di masa depan. Gerakan ini tidak hanya menjadi alat perjuangan kesetaraan gender, tetapi juga menjadi model harmoni antara nilai-nilai agama dan keadilan sosial di tengah kompleksitas masyarakat Muslim modern.

(11)

8

DAFTAR PUSTAKA

K.H. Husein Muhammad. Islam Agama Ramah Perempuan. Yogyakarta: LKiS, 2004.

Komaruddin Hidayat, Psikologi Agama: Memahami Peran Agama dalam Kehidupan Manusia.

Jakarta: UI Press, 2007.

Lies Marcoes. Fikih Perempuan: Refleksi Kiai atas Wacana Agama dan Gender Yogyakarta:

LKiS, 2001.

Lies Marcoes. Perempuan dalam Bingkai Keluarga Sakinah. Yogyakarta: LKiS, 2010.

Luthfi Assyaukanie, Islam dan Kebebasan: Politik Ideologi di Dunia Arab. Jakarta: Freedom Institute, 2009.

Musdah Mulia, Islam dan Inspirasi Kesetaraan Gender. Jakarta: KPG, 2005.

Musdah Mulia, Islam Menggugat Poligami. Jakarta: Kompas, 2007.

Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Gender: Perspektif Al-Qur’an. Jakarta: Paramadina, 2010.

Nurul Huda, Islam dan Keadilan Gender. Bandung: Mizan, 2012.

Referensi

Dokumen terkait

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas. Mata Kuliah:

Makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Jadi tujuan utama pembuatan karya ilmiah ini adalah memenuhi tugas makalah dari hasil

Tugas membuat makalah dengan topik Hukum Islam dan Hukum Adat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pengantar Hukum

Tugas makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Qawaid Tafsir

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah “Strategi Pembelajaran

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Sosiologi

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas UAS mata kuliah Studi

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Relasi