• Tidak ada hasil yang ditemukan

hukum islam hukum adat

Jean Valois

Academic year: 2023

Membagikan "hukum islam hukum adat"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Hukum Islam dan Hukum Adat Pengantar Hukum Indonesia

Disusun Oleh:

Amrin fa’tu as-sidiqi 010002300017

Bintang aprilianda 010002300031

Christian Jeafers 010002300039

Christiforus Listo Varanie 010002300040

Kelas A

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS TRISAKTI

(2)

Jakarta 2023/2024 KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmatnya serta petunjuk-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu dan sesuai harapan.

Di dalam makalah ini kami selaku penyusun hanya sebatas ilmu yang disajikan dengan judul Perbandingan Hukum Islam dan Hukum Adat dan kami ucapkan terima kasih kami kepada Bapak Dr. Sugeng Supartono, S.H., M.H sebagai dosen mata kuliah Pengantar Hukum Indonesia yang telah membantu dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.

Bagi kami penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih terdapat beberapa kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik membangun dari pembaca agar mampu membangun kesempurnaan pada tugas-tugas berikutnya.

Jakarta, 4 November 2023

Perwakilan Kelompok

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut sarjana Islam di Indonesia, Agama Islam yang masuk ke Indonesia berasal dari Mekah dan Mesir, dan disebarkan dengan jalan damal yaitu bersamaan dengan hubungan perniagaan. Hukum Islam dalam tata hukum di Indonesia merupakan salah satu hukum positif yang berlaku di Indonesia. Hukum Islam dianut dan ditaati oleh umat Islam yang merupakan penduduk terbesar di Indonesia. Dalam praktiknya, Hukum Islam adalah salah satu bagian sistem hukum yang berlaku di Indonesia, yang mempunyai peranan yang amat penting dan menentukan dalam mengatur kehidupan bangsa Indonesia.

Hukum Islam secara pokok terbagi dalam dua bidang hukum, meliputi:

1) Hukum yang bersifat Ubudiyah melipui hukum tentang Thaharah, tentang Ibadah, yaitu menyangkut salat, puasa, zakat dan haji.

2) Hukum tentang Kehidupan sosial, yaitu: Hukum perkawinan, hukum waris, mu'amalah, hibah, wasiat, al-sulthaniyah, hukum pidana (hukum qishas (jinayat), hukum hudud), hukum jihad, hukum tentang makanan dan penyembelihan, hukum aqdiyah (hukum-hukum pengadilan), dan hukum al khilafah (suatu susunan pemerintahan diatur menurut ajaran Agama Islam).

Konsep normatif menurut Alquran harus sejalan dengan praktik kehidupan umat Islam.

Penyimpangan terhadap konsep Alquran akan timbul keharaman yang berakibat kerusakan dalam kehidupan umat manusia. Tulisan ini salah satu upaya memberikan pemahaman dasar- dasar hukum yang tertuang dalam Alquran tentang permasalahan perkawinan, waris, wasiat, mu'amalah, qishas dan hudud, pemerintahan dan jihad/perang menurut Alquran.

Adat merupakan pencerminan kepribadian suatu bangsa, penjelmaan dari jiw bangsa yang cukup lama bahkan berabad-abad. Setiap bangsa mempunyai ada atau kebiasaan sendiri-

(4)

sendiri satu dengan yang lain tidak sama. Ketidaksama an ini memperlihatkan bahwa adat dan atau kebiasaan merupakan unsur yan penting dalam pergaulan hidup kemasyarakatan. Adat- istiadat dan kebiasaan yang sudah mentradisi inilah yang menjadi sumber terbentuknya hukum ada dan hukum kebiasaan.

Hukum Indonesia yang bersumber dari adat istiadat inilah yang kemudian disebut hukum adat, sedangkan yang bersumber dari kebiasaan disebut hukun kebiasaan. Adat istiadat adalah tingkah laku yang oleh dan dalam suatu masyaraka (sudah, sedang, akan) diadatkan (dibiasakan untuk dilakukan) karena merupakar perbuatan baik guna menjaga ketenteraman dan kesinambungan hidup di antara sesama anggota masyarakat. Adat istiadat yang berlangsung lama dan diikuti atau dilakukan setiap anggota masyarakat berarti telah membiasa sebagai kebiasaar (tradisi). Dengan demikian, adat istiadat sama dengan kebiasaan.

Definisi hukum adat menurut Vollenhoven sebagaimana dikutip oleh Telly Sumbu, yaitu merupakan himpunan peraturan tentang perilaku yang berlaku bagi orang-orang pribumi dan Timur Asing pada satu pihak mempunyai sanksi (karenanya bersifat "hukum") dan pada pihak lain berada dalam keadaan yang tidak dikodifikasikan (karenanya "adat").5

Dalam peraturan perundang-undangan Hindia Belanda, seperti dalam Pasal 131 IS digunakan istilah "peraturan hukum yang bertalian dengan agama dan adat kebiasaan mereka. Hukum adat bersifat "hukum" karena yang termasuk di dalamnya adat yang memiliki akibat hukum atau sanksi. Adat yang tidak memiliki akibat hukum (sanksi) bukanlah hukum adat. Hukum adat bersifat "adat" karena hukum adat itu berada dalam keadaan tidak dikodifikasi. Dalam peraturan perundang-undangan Hindia Belanda, seperti dalam Pasal 131 IS digunakan istilah

"peraturan hukum yang bertalian dengan agama dan adat kebiasaan mereka".

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa ruang lingkup dan pembidangan Hukum Islam?

2. Apa tujuan Hukum Islam?

3. Apa sumber Hukum Islam?

4. Apa asas-asas umum Hukum Islam?

5. Apa unsur-unsur Hukum Adat?

6. Apa dasar Hukum Adat?

(5)

7. Apa sifat Hukum Adat?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui ruang lingkup dan pembidangan Hukum Islam.

2. Untuk mengetahui tujuan Hukum Islam.

3. Untuk mengetahui sumber Hukum Islam.

4. Untuk mengetahui asas-asas umum Hukum Islam.

5. Untuk mengetahui unsur-unsur Hukum adat.

6. Untuk mengetahui dasar Hukum Adat.

7. Untuk mengetahui sifat Hukum Adat.

BAB II

PEMBAHASAN

(6)

2.1 Ruang lingkup dan pembidangan Hukum Islam

Ulama pada masa lalu tidak melakukan kajian tentang pembidangan hukum Islam. Namun dalam perkembangannya, pembidangan hukum Islam dilaku- kan oleh para ulama. Abdul Wahab Khalaf menjelaskan bahwa ahkam yang terkandung dalam Alquran adalah sebagai berikut :

1. Hukum keyakinan (ahkam al-itiqadiyyah), yaitu kewajiban bagi mukallaf untuk percaya pada Allah, malaikat, kitab-kitabnya, para Rasulnya, dan hari kiamat.

2. Hukum akhlak (ahkam al-khiluqiyyah), yaitu kewajiban bagi mukallaf, untuk berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya dan menjauhkan diri dari kejelekan.

3. Hukum amaliyah (ahkam al-amaliyyah), yaitu kewajiban bagi mukallaf, baik dalam perkataan, perbuatan maupun dalam tasharruf. Inilah menurut Abdul Wahab Khallaf yang disebut Fiqh Quran.

Pembidangan hukum Islam dapat dibagi menjadi dua bagian. Pertama, bidang ibadah, yaitu aturan yang mengatur hubungan hamba dengan Allah 36. Kedua, bidang muamalah dalam arti luas dan ini dibagi lagi menjadi lima bagian berikut :

1. Bidang ahwal al-syakhsiyyah atau hukum keluarga.

2. Bidang fiqh muamalah (dalam arti sempit), al-ahkam madaniyah.

3. Bidang jinayah atau Hukum Pidana Islam.

4. Bidang fiqh qadha atau ahkam al-murafa'at.

5. Bidang figh siyayash (politik Islam) 2.2 Tujuan Hukum Islam

Abu Ishaq al-Shatibi (m.d. 790/1388) merumuskan lima tujuan hukum Islam, yakni:

- memelihara agama - memelihara jiwa

(7)

- memelihara akal - memelihara harta - memelihara keturunan 1. Pemeliharaan Agama

Merupakan tujuan pertama Hukum Islam. Sebabnya adalah karena agama merupakan pedoman hidup manusia, dan di dalam agama Islam terdapat komponen-komponen, seperti:

Akidah yang merupakan pegangan hidup setiap muslim; Akhlak yang merupakan sikap hidup seorang muslim; dan juga syariat yang merupakan jalan hidup seorang muslim, baik dalam berhubungan dengan Tuhannya maupun dalam berhubungan dengan manusia lain dan benda.

2. Pemeliharaan jiwa

Merupakan tujuan kedua Hukum Islam, di mana Hukum Islam wajib memelihara hak manusia untuk hidup dan mempertahankan kehidupan- nya. Oleh karena itu, Hukum Islam melarang melakukan pembunuhan. Hal ini disebutkan dalam Alquran Surah Al-Isra' ayat 33, yang berbunyi: "Dan janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah (mem- bunuhnya), kecuali dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sungguh, Kami telah memberi kekuasaan ke- pada walinya, tetapi janganlah walinya itu melampaui batas dalam pembunuhan. Sesungguhnya dia adalah orang yang mendapat pertolongan sebagai upaya menghilangkan jiwa manusia dan melindungi berbagai sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk mempertahankan kemaslahatar hidupnya."

3. Pemeliharaan akal

Akal sangat dipentingkan dalam hukum Islam, karena dengan mempergunakan akalnya, manusia dapat berpikir tentang Allah, alam semesta, dan dirinya sendiri. Dengan mempergunakan akalnya manusia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Tanpa akal manusia tidak mungkin pula menjadi pelaku dan pelaksana hukum Islam. Peng- gunaan akal harus atau sesuatu hal-hal yang bermanfaat bagi kepentingan manusia, tidak untuk hal-hal yang merugikan kepentingan hidup manu- sia. Dan untuk memelihara akal itu

(8)

manusia dilarang meminum minuman keras, seperti minuman yang memabukkan yang disebut dengan istilah Khamar.

4. Pemeliharaan keturunan

Dilakukan agar kemurnian darah dapat dijaga dan kelanjutan umat manusia dapat diteruskan.

5. Pemeliharaan harta

Harta dalam hukum Islam harus dipelihara. Harta adalah pemberian Tuhan kepada sebagai karunia untuk melanjutkan kehidupan. Hukum Islam melindungi hak manusia untuk memperoleh harta dengan cara- cara yang halal yang telah diatur oleh Allah melalui ketentuan-ketentuan Alquran, dan melindungi kepentingan harta seseorang, masyarakat, dan negara.

2.3 Sumber Hukum Islam

Sumber Hukum Islam terbagi menjadi 2, yaitu sumber pokok dan sumber pelengkap.

Sumber pokok : 1. Al-Quran

Alquran adalah wahyu-wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad selama jangka waktu 23 tahun, yaitu 13 tahun ketika berada di Mekah dan 10 tahun ketika hijrah ke Madinah. Waktu yang diturunkan di Mekah disebut ayat Makiyah, isinya kebanyakan mengatur tentang keimanan. Adapun ayat yang turun di Madinah disebut ayat Madaniyah, isinya kebanyakan mengatur kehidupan manusia dalam hal mu'amalah, hukum, pemerintahan, dan lain-lain. Alquran terdiri atas 30 juz, 114 surah, dan 6666 ayat. Di mana 4547 ayat perlu ditafsir. Tafsir ialah pemberian keterangan atau arti supaya dapat jelas yang dimaksudkan.

2. Sunah

Yang dimaksud dengan sunah adalah cara-cara hidup Nabi Muhammad sehari-hari. Cara- cara hidup ini menyangkut:

(9)

a. Sunah al-Qauliyah, yaitu perkataan Nabi Muhammad;

b. Sunah al- Fi'il, yaitu perbuatan Nabi Muhammad;

C. Sunah takririyah (keadaan diam Nabi). Ada perbuatan sahabat yang disampaikan kepada Nabi dan Nabi tidak melarang juga tidak menyuruh.

3. Ijma'

Ijma' ialah kebulatan pendapat para ulama besar pada suatu masa dalam merumuskan suatu yang baru sebagai hukum Islam. Tolok pangkal perumusannya didasarkan kepada dalil-dalil Alquran dan hadis.

4. Qiyas

Menurut hukum Islam, qiyas artinya menetapkan suatu hukum dari suatu masalah baru yang belum pernah disebutkan hukumnya dengan memerhatikan masalah lama yang sudah ada hukumnya yang mempunyai kesamaan pada segi alasan dari masalah baru itu.

Sumber pelengkap :

1. Al-Istihsan, yakni penyimpangan terhadap nash tertentu dari aturan yang pertama pada aturan lain karena alasan hukum yang lebih relevan bagi penyimpangan tersebut.

2. Al-Istilah, yaitu ketentuan yang belum terjadi lebih dahulu karena kemauan masyarakat luas, yang tidak di tunjukan oleh Alquran maupun sunah.

3. Al-urf, yaitu kebiasaan atau adat suatu masyarakat tertentu, baik perkataan atapun perbuatan/tindakan.

2.4 Asas-asas umum Hukum Islam

Asas umum hukum Islam adalah asas hukum yang meliputi semua bidang dan lapangan hukum Islam. Ada beberapa asas umum yang ada dalam umum, atau keberadaan yang menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat sebagai berikut:

1. Asas Keadilan

(10)

Asas keadilan adalah asas yang penting dan mencakup semua asas dalam bidang hukum Islam. Akibat dari pentingnya asas dimaksud sehingga Allah mengungkapkan di dalam Alquran lebih dari 1.000 kali, terbanyak disebut setelah kata "Allah" dan "ilmu pengetahuan". Banyak ayat Alquran yang me- merintahkan manusia untuk berlaku adil dan menegakkan keadilan.

2. Asas kepastian hukum

Asas kepastian hukum adalah asas yang menyatakan bahwa tidak ada suatu perbuatan yang dapat dihukum kecuali atas kekuatan ketentuan peraturan yang ada dan berlaku pada perbuatan itu. Oleh karena itu, tidak ada sesuatu pelanggaran sebelum ada ketentuan hukum yang mengaturnya.

3. Asas Kemanfaatan

Asas kemanfaatan adalah asas yang menyertai asas keadilan dan kepastian hukum. Dalam melaksanakan asas keadilan dan kepastian hukum, seyogianya dipertimbangkan asas kemanfaatannya, baik kepada yang bersangkutan sendiri maupun kepada kepentingan masyarakat.

2.5 Unsur-unsur Hukum Adat

Unsur-unsur hukum adat ada 3 (tiga), yaitu adat-istiadat bangsa Indonesia (bentuk tidak tertulis dan tertulis), hukum agama, serta kebiasaan (unsur asing). Ada 3 (tiga) persyaratan agar adat atau kebiasaan dapat menjadi hukum adat atau hukum kebiasaan, yakni sebagai berikut:

1. Syarat material, adanya kebiasaan atau tingkah laku yang tetap (ajeg) diulang-ulang, artinya suatu rangkaian perbuatan yang sama, yang ber- langsung untuk beberapa waktu lamanya. Harus dapat ditunjukan adanya perbuatan yang berlangsung lama, harus ada yang dinamakan longa et inveterate consetude.

2. Syarat intelektual (oponio necessitatis), artinya kebiasaan atau adat itu harus menimbulkan keyakinan pendapat umum demikianlah seharusnya (oponio necessitatis), bahwa perbuatan itu merupakan kewajiban hukum. Kebiasan itu harus dilakukan karena

(11)

keyakinan, bahwa hal itu patut secara objektit dilakukan, bahwa dengan melakukan itu berkeyakinan telah melakukar kewajiban hukum.

3. Adanya akibat hukum atau menimbulkan akibat hukum apabila adat atau kebiasaan itu dilanggar.

2.6 Dasar berlakunya Hukum Adat

1. Dasar Yuridis

A. Sebelum Indonesia Merdeka Pasal 134 ayat (2):

“Kalau terjadi perselisihan antara orang Indonesia asli yang beragama Islam maka hakim harus mempergunakan hukum adat dan hukum agama untuk menyelesaikan perselisihan tadi."

B. Sesudah Indonesia Merdeka

1) Pasal 1 aturan peralihan UUD 1945 yang sudah diamandemen.

2) Pasal 104 ayat (1) UUDS 1950:

"Segala keputusan pengadilan harus berisi alasan-alasan, aturan-aturan hukum positif, dan aturan-aturan hukum adat yang menjadi dasar hukuman tersebut."

3) Pasal 5 Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960. Hukum adat sebagai dasar bagi hukum agraria.

4) Undang-Undang Pokok Kekuasaan Kehakiman Nomor 19 Tahun 1964 jo. UU No. 14 Tahun 1970 jo. UU No. 35 Tahun 1999 jo. UU No. 4 Tahun 2004. Hakim dalam menyelesaikan suatu sengketa bila tidak ada undang- undangnya dapat menggunakan hukum yang menyentuh perasaan keadilan masyarakat banyak.

2. Dasar Sosiologis

(12)

Dasar sosiologis berkaitan dengan efektivitas hukum. Menurut teori kekuasaan hukum, efektivitas karena berlakunya dipaksakan oleh penguasa. Menurut teori pengakuan hukum efektivitas bila diterima dan diakui keberadaannya oleh masyarakat. Dasar sosiologis berlakunya hukum adat menurut Surjono Soekanto berkaitan erat dengan eksistensi dari hukum adat itu sendiri, yaitu sebagian besar masyarakat Indonesia tinggal di pedesaan dan di pedesaan ini berlaku hukum adat ehingga secara sosiologis hukum adalah yang berlaku bagi masyarakat Indonesia.

3. Dasar Filosofis

Adapun yang dimaksud dasar filosofis dari hukum adat adalah sebenar- nya nilai-nilai dan sifat hukum adat itu sangat identik dan bahkan sudah terkandung dalam butir-butir Pancasila. Sebagai contoh, religio magis gotong royong, musyawarah mufakat, dan keadilan. Dengan demikian Pancasila merupakan kristalisasi dari hukum adat.

2.7 Sifat Hukum Adat

Hukum adat di Indonesia memiliki sifat tersendiri yang bersifat khas, di antaranya sebagai berikut :

1. Sifat religio-magis, yaitu pembulatan atau perpaduan kata yang mengandung unsur animisme, pantangan, ilmu gaib, dan lain-lain. Sifat ini diartikan sebagai pola pikir yang didasarkan pada religiusitas, yakni keyakinan masyarakat tentang adanya sesuatu yang bersifat sakral. Sebelum masyarakat adat mengenal agama, sifat religius ini diwujudkan dalam cara berpikir yang tidak logis, animisme, dan kepercayaan pada hal-hal yang bersifat gaib. Menurut kepercayaan masyarakat pada masa itu bahwa di alam semesta ini benda-benda itu serba berjiwa (animisme), benda-benda itu punya daya gerak (dinamisme), di sekitar kehidupan manusia ada roh-roh halus yang mengawasi ke…

2. Sifat commun/komunal (kebersamaan), yaitu mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan sendiri. Menurut pandangan Hukum Adat setiap individu, anggota masyarakat merupakan bagian integral dari masyarakat secara keseluruhan. Hubungan antara anggota masyarakat yang satu dan yang lain dida- sarkan oleh rasa kebersamaan,

(13)

kekeluargaan, tolong-menolong, dan gotong royong. Masyarakat Hukum Adat meyakini bahwa setiap kepentingan individu sewajarnya disesuaikan dengan kepentingan masyarakat karena tidak ada individu yang terlepas dari masyarakatnya.

3. Sifat contant (tunai), mempunyai arti logis terhadap satu sama lain. Sifat ini mempunyai makna bahwa suatu perbuatan selalu diliputi oleh suasana yang serba konkret, terutama dalam hal pemenuhan prestasi. Bahwa setiap pemenuhan prestasi selalu diiringi dengan kontra prestasi yang diberikan secara serta-merta. Prestasi dan kontra prestasi dilakukan secara bersama-sama pada waktu itu juga. Dalam Hukum Adat segala sesuatu yang terjadi sebelum dan sesudah timbang terima secara kontan adalah di luar akibat hukum, perbuatan hukum telah selesai seketika itu juga.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hukum Islam merupakan salah satu bagian sistem hukum yang berlaku di Indonesia, yang memiliki suatu peran vital dalam mengatur kehidupan bangsa Indonesia.

Sumber hukum Islam berasal dari Al-Quran, Sunnah, Ijma, dan Qiyas. Hukum adat adalah hukum asli masyarakat Indonesia yang mencerminkan budaya Indonesia, memiliki corak khas yang berbeda dengan negara lainnya. Perbedaan antara kebiasaan dan adat adalah perbedaan asal. Adat bersifat sakral dan berhubungan dengan tradisi rakyat Indonesia sedangkan kebiasaan berasal dari negara lain dan/atau berlakunya wilayah kota. Kebiasaan belum/tidak merupakan tradisi rakyat.

3.2 Saran

(14)

Penulis berharap agar pembaca dapat mengkritik jika terdapat suatu kesalahan kata yang dapat berakibat kesalahpahaman. Penulis juga menyarankan pembaca agar membaca buku–buku yang menyangkut Hukum Islam dan Hukum Adat karena materi dalam makalah ini tidak mencakup keseluruhan informasi pada materi Hukum Islam dan Hukum Adat.

DAFTAR PUSTAKA

Panji adam, S.Sy.,M.H. (2019). Pengantar Hukum Indonesia, Sejarah dan Pokok – pokok hukum di Indonesia. Jakarta : Sinar Grafika.

Prof. Dr. Palmawati Tahir, M.H. (2018). HUKUM ISLAM. Jakarta : Sinar Grafika.

Dr. Siska Lis Sulistiani. (2021). HUKUM ADAT DI INDONESIA. Jakarta : Sinar Grafika.

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Internasional Dosen Pengampu : Holyone. Nama

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam. Dosen Pembimbing: ADE NAWAWI

Makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Jadi, tujuan utama pembuatan makalah karya ilmiah ini adalah untuk memenuhi tugas akhir dari

Makalah ini disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Fiqih Kontemporer Perbankan Dosen Pengampu : Imam Mustofa, S.H.I., M.S.I. Disusun Oleh :

Buku perkuliahan ini disusun sebagai salah satu sarana pembelajaran pada mata kuliah Hukum Adat yang berjudul Ilmu Hukum Adat. Secara rinci buku ini memuat

Pengaruh intervensi hukum adat Minangkabau terhadap prinsip dan praktik hukum Islam dapat memberikan kontribusi dalam harmonisasi antara hukum adat dan hukum Islam di masyarakat

Kasus penyimpangan di pendidikan adalah makalah yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar

Dokumen ini merupakan sebuah makalah yang berjudul "Hukum Pidana" sebagai syarat nilai mata kuliah Pengantar Ilmu