• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Hukum Kepailitan dalam Hukum Dagang Islam

N/A
N/A
NIMAS AYU NURANI -

Academic year: 2024

Membagikan "Makalah Hukum Kepailitan dalam Hukum Dagang Islam"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

Latar Belakang

Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya kepailitan maka diadakan aturan mengenai Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Dalam penundaan kewajiban pembayaran utang, debitor diberi kesempatan melakukan “perbaikan keuangan dan manajemen” untuk memperbaiki kinerja perusahaannya.

Rumusan Masalah

Jika debitor berada dalam kondisi demikian, maka debitor, kreditor ataupun pihak lain yang ditentukan didalam peraturan perundang-undangan dapat mengajukan permohonan pailit ke pengadilan.Pernyataan pailit ini haruslah dengan putusan pengadilan. Dan pengadilan yang berwenang ialah Pengadilan Niaga untuk tingkat pertama dan Mahkamah Agung untuk tingkat kasasi.

Tujuan

Makna Pailit

Syarat-Syarat Pengajuan Pailit

Badan Pengawas Pasar Modal jika debiturnya perusahaan efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian; f. Menteri keuangan jika debiturnya perusahaan asuransi, perusahaan reasuransi, dana pensiun, atau BUMN yang bergerak di bidang kepentingan publik.

Pihak yang Dapat Mengajukan Permohonan Pailit

Badan Pengawas Pasar Modal juga mempunyai kewenangan penuh dalam hal pengajuan permohonan pernyataan pailit dalam hal Debitor adalah Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian. Dalam hal debitor adalah perusahaan asuransi, perusahaan reasuransi, dana pensiun, atau badan usaha milik negara yang bergerak di bidang kepentingan publik, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh menteri keuangan. Panitera wajib menolak pendaftaran permohonan pernyataan pailit bagi institusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) UU K-PKPU jika dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan dalam ayat-ayat tersebut;.

Sidang pemeriksaan atas permohonan pernyataan pailit diselenggarakan dalam jangka waktu paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah tanggal permohonan didaftarkan;. Terhadap putusan atas permohonan pernyataan pailit tersebut menurut pasal 11 UU Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, hanya dapat dilakukan upaya hukum dalam bentuk kasasu ke Mahkamah Agung. Kasasi Upaya hokum lain yang dapat dilakukan terhadap putusan atas permohonan pernyataan pailit adalah kasasi ke Mahkamah Agung.

Permohonan kasasi diajukan diajukan dalam jangka waktu paling lambat delapan hari terhitung sejak tanggal putusan yang dimohonkan kasasi ditetapkan, kemudian didaftarkan melalui panitera pengadilan niaga yang telah menetapkan putusan atas permohonan pernyataan pailit tersebut. Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 11 ayat (1) UUKPKPU yang menyatakan bahwa upaya hukum yang dapat dialkukan terhadap Putusan atas permohonan pernyataan pailit adalah mengajukan kasasi ke Makamah Agung. Apabila pada tingkat Kasasi putusan pernyataan pailit tersebut dibatalkan, maka kepailitan bagi Debitur juga berakhir.

Setelah menerima putusan pembatalan putusan pernyataan pailit tersebut, selanjutnya Kurator wajib mengiklankan pembatalan tersebut dalam surat kabar. Apabila berakhirnya Kepailitan karena pembatalan putusan pailit pada Tingkat Kasasi atau Peninjauan Kasasi sebagaimana yang diatur Pasal 17 ayat (2) UUKPKPU menyatakan Majelis Hakim yang membatalkan putusan pernyataan pailit juga menetapkan biaya kepailitan dan imbalan Kurator. Demikian pula dengan penyelesaian terhadap sengketa kepailitan PT.PJL di Pengadilan Niaga Surabaya mediasi ini diterapkan oleh Para Pihak yang bersengketa, sehingga dalam pertimbangan Majelis Hakim pada Penetapan perkara nomor; 7/Pailit/ 2014/Pn.Niaga Sby mempertimbangkan bahwa pencabutan permohonan pernyataan pailit dicabut karena sudah ada perdamaian antara para pihak yang bersengketa.

Dalam pertimbangannya juga menimbang bahwa pencabutan permohonan pernyataan pailit diajukan karena para pihak yang bersengketa telah berdamai.

Hukum Acara Perkara Pailit

Upaya Hukum

Walaupun debitor kehilangan hak untuk menguasai dan mengurus kekayaan tersebut, debitor pailit masih wewenang melakukan perbuatan dalam bidang harta kekayaannya sepanjang perbuatan-perbuatan tersebut membawa keuntungan bagi harta. Pada UU Kepailitan, memberikan tujuan dari diterapkan gijzeling semata-mata agar debitor pailit kooperatif selama proses kepailitan dan memberikan keterangan yang dibutuhkan oleh kurator selama mengurus harta pailit. Sedangkan pada HIR, tujuan dari paksa badan menekankan kepada memberikan tekanan kepada debitor pailit secara paksa untuk membayar utangnya meskipun debitor sudah tidak mempunyai harta dengan harapan bahwa kerabat dari debitor pailit untuk turut ikut dalam pembayaran utang.

Berbeda dengan Perma No.1 Tahun 2000, yang memberikan paksa badan kepada debitor pailit yang sebenarnya mampu untuk melunasi utangnya kepada kreditor tapi tidak mau untuk membayarnya.17 Pada putusan kepailitan yang bersifat inkracht dan dilakukan. Pasal 213 HIR sebagai salah satu dasar bagi pelaksanaan paksa badan memperbolehkan adanya pengajuan perlawanan terhadap penjalanan penyanderaan, dimana keberatan tersebut diajukan kepada pengadilan niaga yang mengeluarkan putusan yang berisi paksa badan terhadap debitor pailit. Pertama, berdasarkan Pasal 213 HIR secara langsung setelah surat perintah upaya paksa badan dikeluarkan pengadilan niaga, debitor pailit memberikan surat keberatan sebelum dikenakan paksa badan terhadap debitor pailit, yang dimana dibutuhkan suatu pernyataan dari debitor pailit bahwa perbuatan itu melawan hukum dan atas itu ia meminta keputusan dengan segera, maka ia harus memasukkan surat kepada ketua pengadilan negeri dalam bidang kepailitan yaitu kepada ketua pengadilan niaga yang memerintahkan penyanderaan itu atau jika orang itu menghendaki, supaya ia dibawa menghadap pegawai yang di dalam kedua hal itu akan memutuskan dengan segera, patut atau tidaknya orang yang berutang itu disanderakan dahulu, menunggu keputusan pengadilan.

Pada penjelasan Pasal 218 menjelaskan debitor pailit yang tidak mengajukan perlawanan sebelum dilakukan penyanderaan, tetap tidak kehilangan haknya untuk dibatalkan paksa badan pada dirinya dengan memberikan keterangan bahwa Tindakan penyanderaan terhadap dirinya berlawanan dengan cara sama dengan Pasal 213 HIR atau dengan Pasal 211 HIR tentang larangan penyanderaan kepada saudara sedarah semenda dan Pasal 212 HIR tentang tempat yang dilarang untuk dilakukan penyanderaan namun dengan perantaraan penjaga penjara. Pengadilan berwenang dalam melepaskan debitor pailit dari tindakan paksa badan atas dirinya dengan ketentuan yaitu adanya usul hakim pengawas atau atas permohonan dari debitor pailit itu sendiri dimana dengan adanya jaminan uang dari pihak ketiga, yang penghitungan mengenai seberapa besar jaminan yang harus diberikan oleh pihak ketiga ditentukan oleh pengadilan. Penggunaan uang jaminan yang diberikan oleh pihak ketiga ditujukan bagi beberapa keadaan debitor pailit yang disesuaikan dengan Pasal 98, Pasal 110 dan Pasal 121 ayat (1) dan (2), yang merupakan alasan bagi debitor sehingga dapat diterapkan paksa badan terhadapnya, dimana pada pokoknya debitor tidak mengikuti kewajibannya sebagai seseorang yang pailit yaitu mengikuti segala prosedur dalam hal permintaan keterangan yang berkaitan dengan pailitnya debitor.

Akibat- akibat Hukum Pernyataan Pailit

Pembatalann ini hanya dapat dilakukan ketika dapat dibuktikan perbuatan hukumnya, debitor dan pihak terkait perbuatan hukum dilakukan mengetahui atau mengetahui akibat kerugian bagi kreditor. Namun perbuatan hukum debitor yang wajib dilakukannya berdasarkan perjanjian dan atau undang-undang misalnya kewajiban pembayaran pajak. Pada pasal lain, pasal 43 undang-undang kepailitan menjelaskan bahwa hibah yang dilakukan oleh debitor dapat dimintai pembatalan kepada pengadilan, asalkan kurator mampu membuktikan pada saat hibah tersebut yang dilakukan debitor telah mengetahui atau jelas mengetahui bahwa tindakan tersebut akan mengakibatkan kerugian bagi kreditor.

Terkhusus terhadap kreditor yang memegang hak tanggungan, hak gadai atau hak agunan atau kebendaan lainnya dapat mengeksekusi haknya seolah-olah tidak terjadi kepailitan. Richard Burto Simatupang mengatakan lebih lanjut mengenai hal itu.20 Bahwa akibat hukum lainnya adalah adanya hak retensi yang diatur dalam Pasal 59 yaitu hak kreditur untuk menahan barang-barang kepunyaan debitor hingga dibayarnya suatu utang tidak kehilangan hak untuk menahan barang dengan diucapkannya pernyataan pailit.

Pengurusan Harta Pailit

Kornisaris".21 Dalam hal untuk mengawasi pengurusan dan pemberesan harta kepailitan, dalam putusan pernyataan kepailitan hakim pengadilan mengangkat atau menunjuk seorang Hakim Pengawas yang berasal dan Hakim Pengadilan Niaga, atau bukan hakim yang mengadili perkara kepail itan yang bersangkutan. Dalam Pasal 65 Undang-Undang Nomor 37 tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan PKPU (kemudian disebut UUK), menjelaskan bahwa tugas Halum Pengawas adalah mengawasi pengurusan dan pemberesan harta kepailitan.23 Kemudian, dalam Pasal 66 UUK dinyatakan bahwa sebelum mengambil suatu ketetapan dalam suatu hal mengenai pengurusan dan pemberesan harta kepailitan, Pengadilan hams lebih dahulu mendengar Hakim pengawas.24. Dengan demikian, berdasarkan ketentuan tersebut tugas pokok dan Hakim Pengawas adalah melakukan pengawasan terhadap pengurusan dan pemberesan harta kepailitan, serta memberikan pertimbangan dan saran kepada Pengadilan dalarn memutuskan suatu hal yang berkaitan dengan pengurusan dan pemberesan harta kepailitan.

Oleh karena itu, dalam melakukan tugasnya Hakim Pengawas harus memperhatikan kepentingan para kreditomya dengan sungguh-sungguh.25. Urusan ini harus diserahkan kepada kurator; kuratorlah yang melakukan pengurusan dan pemberesan harta kepailitan tersebut. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 15 ayat (2) UUK, yaitu dalam hal debitor atau kreditor tidak mengajukan usul pengangkatan kurator lain kepada Pengadilan, maka Balai Harta Peninggalan bertindak sebagai kurator Sebelumnya, dalam Pasal 15 ayat (1) dan Pasal yang sama dinyatakan bahwa dalam putusan peryataan kepailitan harus diangkat seorang Hakim Pengawas yang ditunjuk dan Hakim Pengadilan dan kurator.

Dengan dernikian, yang menjadi kurator atau yang bertugas melakukan pengurusan dan pemberesan harta kepailitan bisa BHP ataupun kurator lain. Berbeda dengan hakim pengawas dan kurator, pembentukan lembaga panitia kreditor ini bersifat fakultatif, sepanjang diperlukan untuk menurusi hal-hal yang berkaitan dengan hak dan kepentingan para kreditor dalam proses kepailitan.27. Tugas pokok panitia kreditor ini sudah barang tentu memberikan pertimbangan, saran dan nasihat serta usul kepada kurator dalam melakukan pengurusan dan atau pemberesan harta kepailitan28.

Berakhirnya Kepailitan

  • PKPU (Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang)

Dari sini para pihak akan memahami posisinya masing- masing sehingga tawar menawar akan terjadi di antara mereka, dan penyelesaian sengketa diharapakan diselesaikan secara seimbang dan tanpa. Syahril Abbas menegaskan bahwa mediasi jika dilihat dari segi kebahasaan lebih menitik beratkan pada keberadaan pihak ketiga sebagai fasilitator para pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan suatu perselisihan. Dalam penyelesaian sengketa juga sangat penting mempertimbangkan esensi dari asas itikad baik dari para pihak.

Pada tahap proses mediasi mediator akan memulai proses mediasi pemanggilan terhadap para pihak untuk mengikuti tahap mediasi sesuatu dengan ketentuan mediasi. Pemberlakuan presedur mediasi berdasarkan perma memerlukan pembatasan-pembatasan tertentu, antara lain, sepanjang tidak mencederai hak-hak para pihak, atau dalam hal disetujui oleh Para Pihak. Namun demikian, apabila kedua belah pihak yang bersengketa menghendaki ada mediasi tersebut secara sukarela maka masih dimungkinkan mediasi dilakukan sebagaimana yang diatur pada pasal 4 ayat (4) Perma Nomor 1 tahun 2016 sehingga dapat dikatakan bahwa untuk menggunakan presedur mediasi dalam perkara kepailitan tersebut sepenuhnya merupakan hak para pihak untuk menentukannya menggunakan atau tidak mengunakan prosedur mediasi.

Dengan demikian perkara kepailitan dapat diselesaikan dengan proses mediasi dengan syarat para pihak yang menghendaki mediasi tersebut. Penerapan prosedur ini oleh para pihak dirasakan sebagai jalan keluar terbaik yang mengakibatkan para pihak dapat memenuhi kepentingannya secara seimbang. Adapun alasan dari diajukannya pencabutan gugatan sangat bervariasi diantaranya adalah gugatan yang diajukan tidak sempurna atau dalil gugatannya tidak kuat atau barangkali gugatan bertentangan dengan hukum ada atau karena para pihak yang sedang bersengketa sudah sepakat untuk berdamai.

Pailit/2014/Pn.Niaga.Sby di dasarkan pada adanya kesepakatan antara para pihak yang bersengketa sehingga menghasilkan suatu perdamaian yang menguntungkan semua pihak. Dengan adanya mediasi yang dilakukan oleh para pihak dalam menyelesaikan sengketa kepailitan tersebut maka presedur mediasi tersebut diserap ke dalam UUKPKPU agar adanya kepastian hukum, mengingat banyaknya manfaat dari mediasi tersebut yaitu perusahaan yang dimohon pailit dapat diselamatkan dari keadaan pailit, sehingga ratusan Karyawan yang bekerja pada perusahaan tersebut juga terselamatkan dari pemutusan hubungan kerja.

Referensi

Dokumen terkait

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah PTHI Dosen pengampu : Yulia Shopiaty, M.pd. Ditulis

Untuk memenuhi tugas Mata kuliah Bahasa Arab..

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah FIQIH IBADAH. Disusun

Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan Konseling Islam dengan judul Layanan Konseling Perorangan.. Dosen Pengampu: Rahmad, M.Pd Disusun Oleh: Kelompok VI

MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN. SEMESTER GENAP

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila. Disusun

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Islam Indonesia

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Struktur Data dan sebagai bahan ujian semester ganjil tahun ajaran 2012/2013 dengan topik Quick