• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN PADAT “TEKNOLOGI BENTUK SEDIAAN PADATAN PIL”

N/A
N/A
Rahmadani Eriskikaa

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN PADAT “TEKNOLOGI BENTUK SEDIAAN PADATAN PIL”"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN PADAT

“TEKNOLOGI BENTUK SEDIAAN PADATAN PIL”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 20

PUTRI USAMI 61608100821088

R. KHALDA

RACHEL BINTANG RAHMADANI ERISKIKA

DOSEN PENGAMPU:

Apt. SRI BUDIASIH Ssi. MSc

TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN PADAT PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA

BATAM

2023

(2)

DAFTAR ISI

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sediaan farmasi yang ada di pasaran sangat bervariasi, mulai yang berbentuk padat, setengah padat, dan cair. Sediaan padat misalnya kapsul, tablet, supositoria dan serbuk. Sediaan setengah padat misalnya salep, kream, pasta, dan gel. Sediaan cair misalnya sirup, emulsi, elixir dan obat kumur. Semua sediaan dibuat dengan mempertimbangkan kestabilan kandungan bahan berkhasiat, kenyamanan, keamanan, dan tujuan terapi yang maksimal dengan efek samping yang minimal.

Bentuk sediaan obat merupakan sediaan farmasi dalam bentuk tertentu sesuai dengan kebutuhan, mengandung satu zat aktif atau lebih dalam pembawa yang digunakan sebagai obat dalam ataupun obat luar. Ada berbagai bentuk sediaan obat di bidang farmasi, yang dapat diklasifikasikan menurut wujud zat dan rute pemberian sediaan. Berdasarkan wujud zat, bentuk sediaan obat dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sediaan bentuk cair (larutan sejati, suspensi, dan emulsi), bentuk sediaan semipadat (krim, lotion, salep, gel, supositoria), dan bentuk sediaan solida/padat (tablet, kapsul, pil, granul, dan serbuk). Perkembangan dalam bidang industri farmasi telah membawa banyak kemajuan khususnya dalam formulasi suatu sediaan, salah satunya adalah bentuk sediaan solida.

Sediaan solida memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan sediaan bentuk cair, antara lain: takaran dosis yang lebih tepat, dapat menghilangkan atau mengurangi rasa tidak enak dari bahan obat, dan sediaan obat lebih stabil dalam bentuk padat sehingga waktu kadaluwarsa dapat lebih lama (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013).

Obat dalam kehidupan sehari-hari sering dikaitkan dengan fungsinya untuk mencegah, menyembuhkan, meningkatkan dan memulihkan kesehtan. Pembuatan obat melalui sebuah proses yang panjang dan rumit, serta mempertimbangkan berbagai faktor seperti rute pemberian, kondisi pasien, dan penyakit yang diderita (hosea, et all, 2020).

Perancangan obat juga memperhatikan zat aktif dan zat tambahan. Zat aktif merupakan unsur yang berkhasiat terapeutik pada obat. Zat berkasiat harus diatur sehingga stabil secara kimia dan fisik, dapat dilepaskan dan tepat dosis sesuai dengan desain yang telah dirancangkan. Sedangkan zat tambahan dapat dihubungkan sebagai unsur non terapeutik yang dengan penambahannya akan meningkatkan penampilan obat, memberikan nilai tambah obat, juga sebagai pendukung efek terpeutik obat (hosea, et all, 2020).

Sediaan farmasi dapat dikatakan berbentuk padat karena sediaan tersebut memiliki tekstur yang kompak. Manfaat umum secara umum obat dibuat dalam bentuk sediaan padat adalah mampu melindungi zat aktif dari degradasi akibat lembab, oksidasi, dan asam lambung (hosea, et all, 2020).

(4)

BAB II ISI

2.1 Pengertian

Pil atau pilliue adalah salah satu sediaan farmasi yang memiliki bentuk seperti bola kecil. Sediaan farmasi yang berbentuk bola tersebut memiliki beragam bobot, dimana setiap perbedaan bobot tersebut pil memiliki nama yang berbeda beda (heri wijaya,2023).

2.2 perkembangan pil

Sebelum kapsul dan tablet, pil telah menjadi sediaan pilihan untuk pengobatan. Pil merupakan sediaan pilihan untuk obat-obat tradisional.

Masyarakat pada zaman dahulu memilih sediaan pil dibandingkan sediaan serbuk atau cairan untuk pengobatan tradisional, karena obat tradisional/jamu yang dibuat dalam bentuk pil dapat menutupi rasa pahit pada obat, dan sediaan pil mudah untuk ditelan(heri wijaya et all,2023).

Teknologi farmasi yang semakin berkembang dan semakin canggih menjadikan dunia farmasi menghasilkan sediaan-sediaan farmasi yang semakin beragam, ini menjadi salah satu alasan kenapa saat ini pil sudah jarang menjadi pilihan pengobata. Padahal secara fungsi pengobatan pil memiliki beberapa keuntungan dalam pembuatannya. Pil merupakan sediaan farmasi yang mudah dalam proses pembuatannya dan dosis obat dapat ditentukan bersamaan pembuatan massa pil. Pil merupakan sediaan farmasi yang banyak menjadi pilihan untuk obat-obat tradisional atau jamu. Hal ini karena pembuatan pil yang sederhana dengan basis pil yang terdiri dari bahan bahan yang sederhana(heri wijaya et all,2023).

Sediaan pil yang mempunyai fungsi dapat menutupi rasa pahit pada obat dikembangkan menjadi sediaan farmasi lainnya seperti tablet, dan kapsul. Hal ini menyebabkan pil menjadi sediaan farmasi yang sudah jarang ditemui (heri wijaya et all,2023).

2.3 keuntungan dan kerugian sediaan pil

Setiap sediaan farmasi yang dibaut memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Begitu juga dengan sediaan pil.

Pil dipilih karena memiliki beberapa keuntungan seperti:

a. Mudah ditelan b. Mudah digunakan

c. Dapat menutupi rasa tidak nayaman seperti pahit

d. Lebih stabil jika dibandingkan dengan sediaan serbuk atau larutan e. Baik untuk sediaan yang penyerapan yang diiginkan lambat

(heri wijaya et all,2023).

(5)

Namun, selain kelebihan yang dimiliki pil juga memiliki kekurangan. adapun kekurangan sediaan pil adalah tidak tepat digunakan jika efek yang diinginkan cepat dan beberapa obat yang dibuat dalam bentuk pil dapat mengiritasi lambung ketika mengandung larutan pekat (heri wijaya et all,2023).

2.4 jenis jenis sediaan pil

Menurut farmakope indonesia ada 4 jenis pill berdasarkan perbedaan bobotnya, anatara lain adalah:

a. bolus

bolus atau boli merupakan pil memiliki bobot lebih dari 300mg.

Sediaan obat yang dibuat dengan bobot lebih dari 300mg biasanya pil yang ditunjukkan untuk pengobatan hewan.

b. pill

pill merupakan obat berbentuk bulat yang memiliki bobot normal yang dibuat dengan tujuan pengobatan oral untuk manusia. Bobot ideal untuk oat yang dibuat dalam bentuk pil adalah 50-500mg

c. granula

menurut farmakope indonesia, granul atau granula merupakan pil yang memiliki bobot pil maksimal 30mg dam jika tidak dinyatakan lain, zat aktif yang terdapat didalam granul sebanyak 1mg. Granul dibuat dengan campuran radix liquiritae dan succus, dimana sebanyak 60 granul dibuthkan 300mg succus dan 1,2gr radix liquiritae. Massa pil yang plastis.

d. parvul

parvul atau parvule merupakan jenis pil yang memiliki bobot paling kecil, bobot jenis pil ini adalah kurang dari 20mg per buah.

2.5 komponen pil dan fungsinya

Pil merupakan sediaan yang dibuat dengan mencampurkan bahan aktif dengan bahan pengikat dana bahan pembasah sebagai bahan tambahan.

Komponen dalam pembuatan pill adalah sebagai berikut:

1. Zat utama

Zat utama merupakan zat yang memiliki aktifitas pengobatan yang terbukti secara farmakologis pada tubuh manusia. Zat utama dalam pembuatan pil berupa bahan yang harus memenuhi pesyaratan farmakope misalnya paracetamol, asetosal, garam ferro, dan lain-lain(heri wijaya et all,2023).

2. Zat pengisi

Zat pengisi dalam sediaan pil yang berfungsi untuk memperbesar volume massa pil agar mudal dibuat. Contoh bahan yang digunakan sebagai zat pengisi adalah akar manis (radix liquiritae), bolus alba, atau bahan lain yang cocok seperti amilum, glukosa dan lain-lain(heri wijaya et all,2023).

(6)

3. Zat pengikat

Zat pengikat digunakan dalam campuran pembuatan pil dengan tujuan untuk meningkatkan daya lekat antar bahan dengan cara meningkatkan daya kohesi dan daya adhesi massa pil. Kemudian dietetsi dengan bahan pembasah yang biasanya digunakan aqua gliserinata sambil digerus dan ditekan sampai diperoleh massa yang kali/plastis. Massa pil yang sudah plastis dan kohesif tersebut dibuat bentuk batang dengan cara menekan sampai massa pil memenuhi panjang alat pemotong pil dikehendaki. Penambahan bahan penabur dilakukan pada massa pil, pada alat pencetak pil, pada alat penggulung pil, hal ini bertujuan agar massa pil tidak melekat pada alat dalam proses pembuatan. Penyalutan pil dapat ditambahkan jika perlu, penambahan bahan penyalut pil dilakukan pada saat pil sudah kering. Pengeringan pil dilakukan didalam alat pengering atau ruang pengering. Dan saat penyalutan bahan penabur yang masih menempel pada pil harus dibersihkan terlebih dahulu(heri wijaya et all,2023).

2.6 ketentuan umum pembuatan pil a) Bobot pil

Bobot tiap pil berikisar 100-150mg dengan rata-rata 120mg. Jika jumlah zat aktif dan zat tambahan yang beragam, campuran massa pil tersebut harus memenuhi bobot yang ditentukan. Persyaratan ini kadang tidak dapat terpenuhi jika didalam formulasi pembuatan pil memiliki lebih dari satu zat aktif, dan beragam zat tambahan(heri wijaya et all,2023).

b) Pemilihan zat pengisi

Pemilihan zat pengisisebaiknya dipilih radix liquiritae jika memungkinkan, karena zat pengisi tersebut dapat menjadikan massa pil menjadil lebih kenyal, yang jika dibuat dengan sejumlah zat pengikat yang tepat maka akan mudah pecah dilambung. Zat pengisi radix liquiritae dipilih terutama jika pil yang akan dibuat memiliki zat yang sedikit. Jika penggunaan radix liquiritae menimbulkan reaksi maka zat pengisi dapat diganti menjadi bolus alba. Radix liquritae biasanya digunakan sebanyak dua kali dari jumlah zat pengikat (biasanya succus luqiritae). Saat jumlah obat yang sedikit maka dapat menggunakan istilah pulvis pro piulis (ppp) yaitu campuran dari radix liquiritae dan succus liquiritae yang jumlahnya sama banyak (heri wijaya et all,2023).

c) Pemilihan zat pengikat

Zat pengikat yang dipilih dalam proses pembauatn pil biasanya adalah succus liquiritae, dalam pembautan 60 pil dibutuhkan 2 gr succus liquiritae.

Jumlah tersebut selalu cukup jika zat aktifnya yang dugunakan banyak maka perlu ditambahkan dari zat pengingat yang jumlahnya sama banyak. Jika dengan succus liquiritae terjadi rekasi maka dapat diganti dengan adeps,

(7)

dimana adeps selain sebagai pengikat juga dapat berfungsi berbagai pembasah (heri wijaya et all,2023).

d) Penggunaan zat pengikat lain selain succus liquiritae

Zat pengikat yang lain seperti pulvis gommosus. Pulvis gommosus adalah campuran dari saccharum, gummi arabicum, dan tragacanth dalam jumlah yang sama. Dibutuhkan 500mg jumlah besar, maka perludilakukan penguapan terlebih dahulu, kemudian ditambahkan radix secukupnya(heri wijaya et all,2023).

2.7 syarat pil

Pil yang baik, harus memenuhi persyatan dibawah ini:

1. Memiliki waktu hancur yang memenuhi syarat yang tertera pada tablet pada farmakope indonesia edisi III. Waktu hancur pil yang disarankan adalah tidak lebih dari 15 menit, dan untuk pil yang bersalut waktu hancur tidak lebih dari 60 menit.

2. Memenuhi syarat keseragaman bobot sesuai farmakope indonesia edisi III 3. Selama penyimpanan, bentuk pil tidak mengalami perubahan, pil tidak begitu

keras, dan diaharapkan dapat hancur pada saluran pencernaan.

2.8 pengujian keseragaman bobot pil

Sebanyak 20 pil ditimbang satu persatu, kemudia hitung bobot rata-rata pil tersbut. Berdasarkan farmakope indonesia edisi III, standar penyimpanan bobot rata – rata pil dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Bobot rata – rata Penyimpangan terbesar terhadap bobot rata – rata yang diperbolehkan (%)

18 pil 2 pil

100 – 250 mg 10% 20%

251 – 500 mg 7,5 % 15%

2.9 penyimpanan pil

Penyimpanan pil sama halnya penyimpnan tablet yang disesuaikan dengan sifat zat aktif dan zat tambahan yang terkandung didalamnya (heri wijaya et all,2023).

(8)

2.10 formulasi resep

Dibawah ini merupakan beberapa formulasi resep pil yang mungkin dapat dibuat dalam pengobatan:

1. Resep 1

R/ folia digitalis 1,5 m.f pil dtd no xxx s.i. dd. Pil 1

Pro : yanto Usia : 50 tahun

2. Resep 2

R/ ekstrak belladon 50mg Quinin hcl 100mg

m.f.pil.dtd no xxx

Pro : zahid Usia : 10 tahun Alamat: jl. gajah

Resep diatas adalah resep pembuatan pil dengan ekstrak kental. Terdapat ekstrak belladon yang dalam pembuatannya dibuat dalammortir hangant/panas. Cara kerja pembuatan pil pada resep2 adalah sebagai berikut:

a. Timbang seluruh bahan

b. Masukkan ekstrak belladone kedalam mortir yang sudah dipanaskan/dihangatkan, tetesi sipiritus dilutus dan keringkan menggunakan radix liquiritae.

c. Masukkan quinin hcl dalam campuran diatas, aduk sampai homogen

d. Tambahkan succus liquiritae sebagai zat pengikat kedalam mortir, aduk hingga homogen. Kemudian ditetesi sedikit demi sedikit aqua glicerinata sebagai zat pembasah hingga terbentuk massa pil yang plastis.

e. Cetak massa pil diatas pillen plan yang sudah dibersihkan, bentuk massa pil memanjang sesuai panjang 30 pil, kemudian potong.

f. Bulatkan massa pil yang sudah terpotong tadi dengan pembulatan, yang

sebelumnyasudah ditaburi talk sebagai zat penabur untuk mencegah pil yang sudah terbentuk saling menempel.

g. Masukkan pul yang sudah terbentuk kedalam wadah melalui lubang yang ada pad alat pembulat, dihitung jumlah pil dalam wadah dan diberi etiket sesuai pada resep

Referensi

Dokumen terkait