• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN TIDAK RAMAH LINGKUNGAN

N/A
N/A
Nadila Rahmah

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN TIDAK RAMAH LINGKUNGAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN TIDAK RAMAH LINGKUNGAN

Oleh:

Fazlur Rahman Yusuf (07220210002) Fauziah Nata Purnama (07220210006)

Nadila Rahmah (07220210012)

JURUSAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA 2023

i

(2)

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini yang berjudul

“Makalah Teknologi penangkapan Ikan Tidak Ramah Lingkungan” yang merupakan salah satu alat tangkap yang tidak ramah lingkungan.

Penulis menyadari bahwa selama penulisan makalah ini, kami banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan banyak rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberi kesehatan dan keselamatan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Dr. Ir. Ihsan, M. Si selaku dosen pengampuh matakuliah Teknologi Penangkapan Ikan atas ilmu dan bimbingan yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena masih memiliki banyak kekurangan, baik dalam hal ini maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhirannya, semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi penulis dan bagi pembaca. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Makassar, 18 Oktober 2023

ii

(3)

Penulis

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN...3

1.1 Latar Belakang...3

1.2 Rumusan Masalah...3

1.3 Tujuan Masalah...3

BAB II PEMBAHASAN...4

2.1 Alat Tangkap yang Tidak Ramah Lingkungan...4

2.2 Dampak yang Ditimbulkan...5

2.2.1 Dampak Trawl Pada Lingkungan...7

2.2.2 Dampak Penggunaan Trawl Pada Konsisi Sosial Masyarakat...8

2.3 Upaya yang Dilakukan... SIMPULAN...10

REFERENSI...11

iii

(5)

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia, bangsa dengan karakteristik kemaritiman bukanlah merupakan hal baru. Sejak zaman dahulu peghuni nusantara sudah menggeluti berlayar sebagai mata pencaharian. Dalam memenuhi mata pencaharian tersebut, alat alat yang digunakan juga mengalami perkembangan, dari cara mengakap ikan dengan cara sederhana hingga cara yang kompleks, dan dari alat sederhana hingga alat yang modern.

Ada begitu banyak alat penangkap ikan yang sering digunakan, khususnya di indonesia ada tombak, mata pancing sederhana, hingga trawl.

Trawl atau pukat hela atau pukat harimau merupakan alat penangkap ikan yang saat ini ilegal untuk digunakan.

1.2 Rumusan Masalah

 Apa itu alat tangkap yang tidak ramah lingkungan?

 Apa dampak yang ditimbukan dari alat tangkap yang tidak ramah lingkungan?

 Apa upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalah di atas?

1.3 Tujuan Masalah

 Untuk mengetahui alat tangkap yang tidak ramah lingkungan.

 Untuk mengetahui apa saja dampak yang ditimbukan dari alat tangkap yang tidak ramah lingkungan.

 Untuk mengetahui upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut.

(6)

2

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Alat Tangkap yang Tidak Ramah Lingkungan

Alat tangkap tidak ramah lingkungan adalah alat atau metode yang digunakan dalam kegiatan penangkapan ikan atau kegiatan lain yang dapat merusak ekosistem laut dan lingkungan secara keseluruhan. Alat tangkap seperti ini seringkali mempunyai dampak negatif terhadap keanekaragaman hayati laut dan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan yang signifikan.

Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat jumlah alat penangkapan ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WWP) Indonesia sebanyak 830 ribu. Dan dari jumlah tersebut terdapat sebanyak 4000-an atau 0,5 persen pengguna atau pelaku perikanan yang masih menggunakan alat tangkap tidak ramah lingkungan.

Pasal 9 ayat (1) Undang-undang No. 45 tahun 2009 tentang Perikanan disebutkan “setiap orang dilarang memiliki, menguasai, membawa, dan/atau alat bantu penangkapan ikan yang mengganggu dan merusak keberlanjutan sumber daya ikan dikapal penangkap ikan di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia”. Berdasarkan pada pasal ini dimaksudkan bahwa setiap orang diwilayah perairan Indonesia, pengelolaan perikanan harus menggunakan alat tangkap ikan yang ramah lingkungan. Bila mana dalam proses penangkapan ikan dilakukan dengan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan dan berpotensi mengganggu dan merusak sumber daya ikan dapat dipidana sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dibidang perikanan.

(7)

Sejalan dengan hal yang disebutkan diatas, Mentri Susi Pudjiastuti pada eranya juga mengeluarkan kebijakan melalui Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia mengeluarkan Peraturan Menteri No. 2/PERMENKP/2015 Tentang Larangan Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Pukat Hela (Trawls) Dan Pukat Tarik (Seine Nets) Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.

Trawl atau pukat hela atau pukat harimau adalah perangkap untuk menangkap ikan dalam jumlah yang banyak. Cara kerjanya adalah dibenamkan ke dalam air, hingga mencapai dasar laut. Kemudian pukat akan menangkap ikan yang terperangkap, baik ikan kecil atau ikan besar sekalipun. Trawl atau yang sering disebut pukat hela atau pukat harimau merupakan alat penangkap ikan terbuat dari jaring berkantong yang dilengkapi dengan atau tanpa alat pembuka mulut jaring dan pengoperasiannya dengan cara dihela di sisi atau di belakang kapal yang sedang melaju. Kontruksi alat tangkap ini terdiri dari kantong, badan, sayap, pemberat, pelampung, tali pemberat, tali pelampung, tali selambar dan papan pembuka mulut jaring. Trawl atau pukat hela atau pukat harimau merupakan alat penangkap ikan terbuat dari jaring berkantong yang dilengkapi dengan atau tanpa alat pembuka mulut jaring. Ukuran besar-kecilnya pukat hela (panjang total dan keliling mulut jaring) sangat beragam, tergantung dari ukuran tonase kapal dan daya motor penggerak kapal.

Alat penangkapan ikan pukat hela (Trawl) dibedakan atas beberapa macam antara lain yaitu pukat hela dasar berpalang (Beam trawls), pukat hela dasar

(8)

4

berpapan (Otter trawls), pukat hela dasar dua kapal (Pair trawls), nephrops trawl (Nephrops trawls), pukat hela dasar udang (Shrimp trawls).

Kemudian, spesifikasi alat tangkap pukat hela (trawls) terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut ini:

 Sayap/kaki pukat: bagian pukat yang terletak di ujung depan dari pukat hela. Sayap pukat terdiri dari sayap atas dan sayap bawah

 Medan jaring atas: bagian pukat yang menjorok ke depan pada bagian mulut pukat atas. Square merupakan selisih antara panjang sayap bawah dengan sayap atas

 Badan puka:t bagian pukat yang terletak di antara bagian kantong dan bagian sayap pukat

 Kantong jaring: bagian pukat yang terpendek dan terletak di ujung belakang dari pukat hela

 Keliling mulut jaring: bagian badan pukat yang terbesar dan terletak di ujung depan dari bagian badan pukat

 Papan rentang kelengkapan pukat hela arad yang terbuat dari papan kayu berbentuk empat persegi panjang, yang dipergunakan sebagai alat pembuka mulut pukat

 Tali ris atas: berfungsi untuk menggantungkan dan menghubungkan kedua sayap pukat bagian atas, melalui bagian square

 Tali ris bawah: berfungsi untuk menghubungkan kedua sayap pukat bagian bawah, melalui mulut pukat bagian bawah

(9)

 Tali selambar: berfungsi sebagai penghela pukat hela di belakang kapal yang sedang berjalan dan penarik pukat hela arad ke atas geladak kapal

 Panel jaring lembaran susunan konstruksi jaring yang terdiri dari 2 panel.

2.2 Dampak yang Ditimbulkan

Adanya kegiatan illegal fishing menyebabkan stok sumberdaya laut yang mulai berkurang. Lalu, kenapa sih alat tangkap ikan tersebut dilarang? Pengoperasian alat tangkap ikan pukat hela dilakukan dengan cara menghela pukat di sisi atau di belakang kapal yang sedang melaju.

Pengoperasiannya dilakukan pada kolom maupun dasar perairan, umumnya untuk menangkap ikan pelagis ataupun ikan demersal. Alat tangkap trawl atau pukat hela atau pukat harimau dilarang karena dinilai kurang ramah lingkungan dan bisa menggaruk biota hingga dasar laut. Jika lingkungan laut rusak, maka yang rugi justru nelayan sendiri, karena jumlah ikan akan semakin berkurang.

Bukan hanya ikan, biota laut lainnya seperti lumba-lumba, penyu dan banyak lagi, juga akan ikut terseret dan tertangkap. Hal in yang menjadi dasar kenapa pukat sangat dilarang. Karena akan membahayakan bahkan mengancam ekosistem laut. Banyak nelayan yang protes dan keberatan dengan penggunaan alat ini.

Mengenai pelarangan alat tangkap pukat hela (trawls) dan pukat tarik (seine nets) tetap saja masih banyak nelayan nelayan yang

(10)

6

menggunakan trawl, hal ini terjadi karena adanya nelayan nelayan nakal maupun kurangnya edukasi bagi para nelayan.

Meskipun pukat harimau telah digunakan selama bertahun-tahun, para peneliti telah menyimpulkan bahwa penggunaan alat ini tidak hanya membahayakan tetapi juga dapat menyebabkankerusakan ekosistem ikan itu sendiri. Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai negara di dunia telah mengadopsi beberapa peraturan yang melarang penggunaan alat tangkap ini. Berikut adalah tujuh alasan mengapa penggunaan pukat harimau dilarang di berbagai negara di dunia.

Penggunaan trawl dapat berdampak kepada lingkungan maupun pada kondisi sosial masyarakat.

2.2.1 Dampak penggunaan Trawl pada lingkungan

 Penggunaan trawl atau pukat hela atau pukat harimau dapat menyebabkan kematian pada berbagai jenis hewan laut. Pukat harimau menggunakan jaring yang ditarik laut, yang dapat menangkap hewan laut yang lebih kecil daripada yang dimaksudkan. Jaring juga bisa menangkap hewan laut yang sedang melahirkan, yang dapat menyebabkan kematian anak-anak mereka.

 Penggunaan trawl atau pukat hela atau pukat harimau dapat membahayakan keseimbangan ekosistem laut. Pukat harimau menangkap berbagai jenis ikan, termasuk ikan yang mungkin tidak dimaksudkan untuk ditangkap. Hal ini dapat mengganggu

(11)

keseimbangan ekosistem laut dengan mengurangi populasi ikan tertentu.

 Penggunaan trawl atau pukat hela atau pukat harimau dapat menyebabkan kerusakan pada habitat laut. Jaring-jaring yang digunakan dapat menangkap dan merusak koral, kerang, dan berbagai jenis organisme lainnya yang hidup di dasar laut.

 Penggunaan trawl atau pukat hela atau pukat harimau dapat membahayakan para nelayan. Pukat harimau dapat menyebabkan luka bakar dan luka lainnya pada nelayan. Jaring juga bisa menarik tangan dan lengan nelayan, yang dapat menyebabkan cedera parah.

 Penggunaan trawl atau pukat hela atau pukat harimau dapat menyebabkan pencemaran laut. Pukat harimau menggunakan bahan kimia berbahaya seperti logam berat dan bahan kimia lainnya untuk membuat jaring. Bila jaring tersebut terlepas, bahan kimia ini dapat memasuki laut dan menyebabkan pencemaran laut.

 Penggunaan trawl atau pukat hela atau pukat harimau dapat mengganggu ekosistem laut. Pukat harimau dapat menangkap berbagai jenis hewan laut, termasuk ikan yang dijadikan makanan oleh hewan laut seperti paus dan hiu. Hal ini dapat mengganggu makanan yang tersedia untuk hewan laut lainnya.

 Penggunaan trawl atau pukat hela atau pukat harimau dapat menyebabkan kepunahan spesies. Penggunaan yang berlebihan dari

(12)

6

pukat harimau dapat menyebabkan kepunahan spesies. Hal ini karena populasi hewan laut yang menjadi sasaran pukat harimau

(13)

 dapat menurun drastis dalam waktu singkat, membuat mereka rentan terhadap kepunahan.

2.2.2 Dampak penggunaan trawl pada kondisi sosial masyarakat:

 Overfishing, Jika trawl digunakan secara tidak terkontrol, dapat menyebabkan overfishing dan penurunan stok ikan. Ini berpotensi merusak mata pencaharian jangka panjang nelayan dan menyebabkan kelaparan masyarakat.

 Bytatch, trawl sering kali menangkap spesies non-target yang tidak diinginkan, termasuk spesies yang terancam punah. Ini mengurangi keragaman sumber daya ikan dan dapat mengancam keberlanjutan ekosistem.

 Ketidaksetaraan sosial, penggunaan trawl besar yang mahal dapat mengarah pada ketidaksetaraan sosial dalam industri perikanan.

Nelayan kecil dan tradisional mungkin kesulitan bersaing dengan armada trawl besar.

 Konflik sosial, penggunaan trawl yang tidak terkontrol dan persaingan untuk sumber daya ikan yang semakin berkurang dapat memicu konflik di antara nelayan dan komunitas lokal.

 Kerusakan Lingkungan, Trawl merusak habitat laut dan ekosistem bawah laut, yang memiliki dampak jangka panjang pada keanekaragaman hayati laut dan lingkungan masyarakat yang bergantung pada ekosistem ini.

2.3 Upaya yang Dilakukan

(14)

9

Ada beberapa cara untuk men ada beberapa cara untuk mencari ikan dengan cara yang ramah lingkungan. Adapun cara yang disebutkan ini didasarkan pada Code of Conduct for Responsible Fisheries, FAO 1995.

 Diusahakan untuk menangkap ikan yang telah ditargetkan.

 Gunakan alat tangkap yang tidak merusak habitat, tempat tinggal, serta lokasi perkembangbiakan ikan.

 Menggunakan alat tangkap yang aman bagi nelayan. Ikan ditangkap dalam kondisi segar atau hidup.

 Ikan harus aman dikonsumsi atau tidak mengandung bahan kimia berbahaya.

 Alat tangkap aman untuk kelestarian sumber daya hayati.

 Tidak menangkap spesies yang dilindungi undang-undang atau terancam punah.

 Tidak bertentangan dengan budaya masyarakat sekitar.

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono resmi mengeluarkan aturan tentang larangan alat penangkapan ikan yang dapat merusak lingkungan. Salah satunya adalah cantrang. Aturan tersebut tercantum dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen KP) Nomor 18 Tahun 2021 tentang Penempatan Alat Penangkapan Ikan dan Alat Bantu Penangkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia dan Laut Lepas serta Penataan Andon Penangkapan Ikan.

(15)

Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Muhammad Zaini menambahkan bahwa peraturan tersebut merupakan gabungan dari beberapa peraturan sebelumnya. Selain itu juga merupakan amanat dari Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 27 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Kelautan dan Perikanan.

Permen KP ini merupakan eloborasi dari Permen KP Nomor 26 Tahun 2014 tentang Rumpon, Permen KP Nomor 25 Tahun 2020 tentang Andon Penangkapan Ikan, Permen KP Nomor 59 Tahun 2020 tentang Jalur Penangkapan Ikan dan Alat Penangkapan Ikan serta Kepmen KP Nomor 6 Tahun 2020 tentang alat Penangkapan Ikan di WPPNRI,”

paparnya.

Tidak hanya tentang alat penangkapan ikan yang dilarang maupun diperbolehkan. Terdapat substansi lain dalam peraturan ini, yaitu jalur penangkapan ikan, alat bantu penangkapan ikan, penempatan alat penangkapan ikan serta alat bantunya di WPPNRI dan pengaturan dan penangkapan ikan.

(16)

11

BAB III KESIMPULAN

Alat tangkap tidak ramah lingkungan adalah alat atau metode yang digunakan dalam kegiatan penangkapan ikan atau kegiatan lain yang dapat merusak ekosistem laut dan lingkungan secara keseluruhan. Alat tangkap seperti ini seringkali mempunyai dampak negatif terhadap keanekaragaman hayati laut dan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan yang signifikan.

Penggunaan trawl dalam indusri perikanan menimbulkan bahaya ekologis yang signifikan, termasuk overfishing, kerusakan habitat dasar laut, dan bycacth yang mengancam spesien non target. Overfishing dapat mengakibatkan penurunan drastis populasi ikan, sementara trawl yang merusak habitat laut mengganggu ekosistem bawah laut yang penting. Bycacth juga mengakibatkan adanya tangkapan yang tidak diingankan termasuk spesies terancam punah yang dapat membahayakan keberlanjutan lingkungan laut. Oleh karena itu tindakan regulasiyang ketat diperlukan untuk mengatasi bahaya ini dan menjaga keberlanjutan sumber daya perikanan serta ekosistem laut.

(17)

REFERENSI

Amiruddin. (2012). Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Andi Hamzah. (2001). Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Makassar Bambang Waluyo. (2002). Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta.

Barda Nawawi Arief. (2002). Kebijakan Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Djoko Tribawono. (2013). Hukum Perikanan Indonesia, Citra Aditya Bhakti, Bandung.

M. Solly Lubis. (1994). Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung.

Mardjono Reksodipuro. (1997). Kriminologi dan Sistem Peradilan Pidana Kumpulan Karangan Buku Kedua, Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum Lembaga Kriminologi Universitas Indonesia, Jakarta.

Moch Iqbal. (2012). Penegakan Hukum Pidana Illegal Fishing (Penelitian Asas, Teori, Norma dan Praktek Penerapannya, Jakarta.

Moeljatno. (2002). Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Dalam Hukum Pidana, Bina Aksara, Yogyakarta.

Rudiansyah dan Erdianto. (2001). Dasar-Dasar Sosiologi Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Palembang.

Soerjono Soekanto. (1986). Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Soerjono Soekanto. (2012). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

(18)

13

Tim Penyusun Fakultas Unimal. (2016). Panduan Akademik Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh, Unimal Press, Lhokseumawe.

Zainuddin Ali. (2009). Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta.

Puji, Pukat Harimau dan Efeknya terhadap Kelestarian Laut, https://

www.kaskus.co.id/ thread/ 516054040a75b41477000007/ pukat – harimau – dan – efeknya – terhadap - kelestarian-laut/, diakses pada tanggal 18 Oktober 2023 Rusdy. Perangkap Ikan, http://Perangkap ikan,blogspot.co.id.Alat Tangkap Pukat Harimau, diakses pada tanggal 18 Oktober 2023

Republik Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Republik Indonesia, Keputusan Presiden Nomor 39 Tahun 1980 tentang Penghapusan Jaring Trawl

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 2/PERMEN-KP/2015 tentang Larangan Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Pukat Hela (Trawls) dan Pukat Tarik (Seine nets)

Referensi

Dokumen terkait

M6N6R6T [NTERN6T[@N6L @NIVERSITV Office of the Controller of Examinations Mid-Term Examination

[r]