DDana Desa
Antara Tujuan dan Realita
Sejak tahun 2015 dana desa telah diluncurkan oleh pemerintah, dan secara bertahap jumlahnya menunjukan kenaikan yang signifikan dalam rangka mewujudkan desa/nagari yang mandiri. Bagaimana perjalanan dan realitanya ?
Tommy TRD, S.STP 1/13/2019
DANA DESA
ANTARA TUJUAN DAN REALITA
Oleh :
Tommy TRD, S.STP Penata Tk I
NIP. 19860811 200412 1 001
Kata Pengantar
Bismillahirrahmaanirrahiim…
Assalamualaikum Wr Wb.
Dalam rangka memenuhi persyaratan ujian dinas tingkat II guna kenaikan pangkat dan golongan dari IIId ke IVa, maka saya selaku penulis membuat dan mengajukan makalah ini untuk memenuhi salah satu persyaratan yang dibutuhkan.
Makalah ini merupakan konflik internal yang penulis rasakan melihat perkembangan anggaran dan dampak dari dana desa dan dana nagari yang turun ke nagari-nagari di Kabupaten Agam, khususnya Nagari di Kecamatan Matur.
Sebagai seorang birokrat atau PNS yang saat ini bertugas sebagai Camat Matur, penulis memiliki pandangan-pandangan tersendiri atas efektifitas dana desa di Kecamatan Matur. Makalah ini akan memberikan beberapa gambaran faktual dan analisa penulis terkait kondisi empirik tersebut.
Semoga makalah ini bisa menjadi salah satu referensi yang dapat digunakan dalam membahas isu-isu terkait dana desa di Nagari yang ada di Kabupaten Agam umumnya, atau di Kecamatan Matur khususnya.
Terima kasih.
Daftar Isi
Kata Pengantar ……… 1
Daftar Isi ……… 2
BAB I
Latar Belakang ……… 3
Tujuan ……… 4
BAB II
Tujuan Dana Desa ……….... 6
Kondisi Penggunaan Dana Desa ……… 8
BAB III
Kesimpulan ……… 13
Saran ……… 14
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dana Desa dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi primadona baru dalam dunia pemerintahan di tingkat propinsi, kabupaten dan kota. Khususnya di kabupaten yang sudah pasti memiliki desa, atau nama lain yang menyesuaikan dengan kearifan lokal, dana desa menjadi tulang punggung baru dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan.
Kondisi yang dijelaskan di atas, bukan tanpa sebab. Namun besarnya nominal dari dana desa itu sendiri berbanding lurus dengan pengharapan pemerintah kabupaten, propinsi maupun pusat terhadap kemajuan desa itu sendiri.
Di Kabupaten Agam, desa disebut dengan Nagari. Nagari saat ini menjadi ujung tombak terdepan dalam menampilkan wajah Kabupaten Agam, baik untuk tingkat propinsi maupun untuk tingkat nasional. Nagari yang sebelum adanya dana desa menginduk penganggaran kepada tingkat pemerintahan yang ada di atasnya, saat ini setelah adanya dana desa menjelma menjadi daerah otonom terkecil pada negara Republik Indonesia.
Nagari memiliki sistem kepemimpinannya sendiri yang proses suksesi kepemimpinannya menyerupai suksesi kepemimpinan sebuah negara, melalui Pilwana (Pemilihan Langsung Wali Nagari). Nagari juga memiliki Badan Musyawarah Nagari yang dikenal dengan Bamus yang menjalankan fungsi seperti DPR di level pemerintahan kabupaten, propinsi bahkan pusat. Terakhir, nagari juga memiliki anggaran tersendiri yang penggunaannya ditentukan oleh Musyawarah Nagari. Persis seperti pengolalaan negara dalam bentuk yang lebih kecil.
Namun yang kemudian menjadi persoalan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah, dengan dana melimpah yang bisa mencapai 2 miliar, sudahkah nagari mampu menjalankan fungsi dan mencapai tujuan dasarnya sebagai miniatur sebuah negara ?
Hampir seluruh negara yang merdeka memiliki tujuan mulia terhadap warga negaranya, begitu pun halnya dengan nagari. Sebagai sebuah miniatur dalam pengelolaan negara, nagari juga memiliki tujuan mulia yang kemudian kerap disesuaikan dengan visi dan misi dari Wali Nagari (di daerah lain Kepala Desa) terpilih. Sebagai gambaran, tujuan paling umum dari sebuah negara merdeka adalah menciptakan masyarakatnya yang adil, makmur dan sejahtera.
Makalah ini akan melihat fakta empirik dari dana desa yang dikelola oleh nagari dengan dampak yang dihasilkannya. Apakah suntikan dana yang mencapai dua miliar per tahun itu mampu mencapai tujuannya, yang salah satunya adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa/nagari dan menciptakan desa/nagari yang mandiri.
1.2 Tujuan
Selain dalam rangka pemenuhan persyaratan untuk mengikuti Ujian Dinas Tingkat II, sebagaimana yang telah disampaikan pada latar belakang penulisan makalah, makalah ini bertujuan untuk memberikan sudut pandang faktual dalam pegelolaan dana nagari dan dampak yang dihasilkannya dalam sebuah nagari, khususnya nagari-nagari yang ada di Kecamatan Matur.
Makalah ini akan mencoba membuka sisi lain atau sudut pandang lain dari dana desa yang dikelola oleh nagari dalam rangka mencapai tujuan dari dana desa itu sendiri yaitu masyarakat nagari yang sejahtera dan nagari yang mandiri. Selain
itu makalah ini diharapkan juga mampu menjadi salah satu peluang solusi terhadap penggunaan dana desa pada nagari yang mungkin belum memberikan dampak yang optimal jika dibandingkan dengan jumlah nominalnya yang luar biasa.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Tujuan Dana Desa
Sesuai dengan yang disampaikan oleh pemerintahan Presiden Republik Indonesia melalui website presidenri.go.id, bahwa tujuan pengalokasian dana desa, secara prinsip adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan pembangunan desa melalui peningkatan pelayanan publik di desa, memajukan perekonomian desa, mengatasi kesenjangan pembangunan antar desa, serta memperkuat masyarakat desa sebagai subjek dari pembangunan.
Poin-poin yang disampaikan oleh Presiden di atas, dirangkum melalui Undang- Undang Desa nomor 6 Tahun 2014, yang secara subtansi isinya menghendaki desa/Nagari menjadi mandiri.
Seperti yang disampaikan pada latar belakang penulisan makalah, desa/nagari memiliki peluang yang sangat luar biasa besar untuk menjadi mandiri. Dalam pandangan penulis, ada beberapa faktor yang bisa membuat nagari menjadi sebuah nagari yang mandiri, yaitu :
Sistem Tata Kelola Pemerintahan
Nagari memiliki sistem tata kelola pemerintahan yang bisa dikatakan otonom, karena Wali Nagari dipilih oleh masyarakatnya secara langsung. Wali Nagari bersama jajaran pemerintahan dan Bamusnya memiliki kewenangan dalam mengajukan, mengelola dan merealisasikan anggaran yang mereka miliki, dengan menyepakati Peraturan Nagari yang disepakati oleh Wali Nagari dan Badan Musyawarah Nagari. Hal ini tidak akan ditemukan di tingkat
kecamatan. Terutama di Kabupaten Agam, dimana kecamatan memiliki keterbatasan yang sangat luar biasa dalam mengatur program kerja mereka.
Dalam hal ini Pemerintah Nagari memiliki hak yang tidak dimiliki oleh pemerintah kecamatan.
Lebih jauh lagi, nagari bahkan memiliki kewenangan untuk mendirikan Badan Usaha Milik Nagari (BUMNag), yang modalnya bisa diambil dari alokasi dana desa yang mereka terima. Nyaris persis seperti Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di tingkat nasional.
Anggaran Berlapis
Anggaran berlapis di sini maksudnya adalah, selain menerima gelontoran dana desa yang bersumber dari APBN, nagari juga menerima gelontoran dana nagari yang bersumber dari APDB Kabupaten Agam. Total dua alokasi dana ini bisa mencapai dua miliar lebih.
Dengan kewenangan yang luar biasa, anggaran yang melimpah, maka seharusnya tidak banyak yang bisa menghambat kemandirian suatu nagari sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Multiple Support
Selain diberikan alokasi dana desa melalui APBN, desa/nagari juga diberikan akses yang luar biasa besar oleh Kementerian Desa dan Daerah Tertinggal.
Antara lain akses yang diberikan kerja sama lintas kementerian dalam pemanfaatan dana desa. Di Indonesia secara umum, banyak desa yang
menjalin kerja sama dengan Kementerian Pariwisata melalui Kementerian Desa dan Daerah Tertinggal dalam pemanfaatan dana desa yang mereka miliki dalam pengembangan potensi wisata yang ada di desa mereka. Contoh yang paling tersohor : Desa Ponggok, Desa Dieng, Desa Pujon Kidul, dan beberapa desa lainnya.
2.2 Kondisi Penggunaan Dana Desa
Jika melihat kondisi faktual dari alokasi dana desa dan alokasi dana nagari yang diperoleh oleh nagari-nagari yang ada di Kecamatan Matur, maka bisa disimpulkan penggunaan dana desa yang bersumber dari APBN maupun APBD Kabupaten Agam, 90% nya digunakan untuk pembangunan fisik. Dari yang 90% itu mayoritas jalan usaha tani dan jalan lingkung.
Tidak ada yang salah membangun infrastruktur menggunakan alokasi dana desa. Namun, penetapan skala prioritas perlu dipertimbangkan secara matang.
Pada banyak kesempatan, pembangunan infrastruktur menggunakan dana desa kerap tidak memberikan dampak yang maksimal diukur dari jumlah dana yang dikeluarkan.
Pada bagian ini penulis akan mencoba mengurai beberapa faktor yang menjadi penyebab, penggunaan dana desa cenderung kepada pembangunan fisik, yaitu :
Pemilihan Langsung Wali Nagari
Pemilihan langsung Wali Nagari (Pilwana) merupakan cerminan dari otonomi yang diberikan kepada nagari dalam menentukan nasibnya sendiri. Selain itu
otonomi yang diberikan juga sejalan dengan nilai-nilai demokrasi yang dianut oleh bangsa Indonesia.
Karena Wali Nagari dipilih secara langsung melalui proses politik, maka kebijakan Wali Nagari terpilih pun kerap kali adalah kebijakan politis yang populis. Ditambah lagi masa jabatan Wali Nagari yang 6 (enam) tahun dan bisa dipilih untuk 3 kali masa jabatan, maka Wali Nagari harus menjaga kekuatan politiknya agar bisa melanjutkan masa pemerintahannya. Dan yang paling sederhana dan paling mudah untuk dilihat dari masa jabatan pejabat politik adalah pembangunan infrastruktur.
Hal ini mengakibatkan penentuan skala prioritas yang lemah dipandang dari faktor stratetegis, karena keputusan yang diambil dalam musyawarah nagari kerap lebih mempertimbangkan faktor politis dan populis.
Memang tidak banyak pejabat politis yang akan berpikir strategis jangka panjang, namun kecenderungan-kecenderungan macam ini menjadikan pemanfaatan dana desa yang ada tidak pernah optimal.
Kualitas Sumber Daya Manusia
Pemanfaatan dana desa atau dana nagari yang ada di nagari ditentukan dalam sebuah musyawarah nagari yang dihadiri oleh pejabat pemerintahan di kecamatan, pejabat pemerintahan di nagari, Bamus Nagari, Ninik Mamak dan tokoh masyarakat di nagari tersebut.
Dalam musyawarah nagari tersebut semua pihak memiliki hak yang sama untuk memberikan sarannya terkait alokasi penggunaan dana nagari. Namun yang menjadi masalah adalah bukan siapa yang menyampaikan saran, tetapi adalah saran yang disampaikan oleh masyarakat luas itu sendiri.
Pada banyak kesempatan penulis menemui permintaan atau saran yang diajukan belumlah relevan untuk dilaksanakan pada saat itu. Di sinilah fungsi dari aparatur pemerintahan nagari untuk menyaring saran-saran yang memang belum memenuhi unsur skala prioritas. Namun gabungan dari tekanan politis, pola pikir yang terbatas dari sumber daya manusia yang ada, menghasilkan Musyawarah Nagari yang gagal melahirkan program-program monumental yang mampu membawa nagari itu satu langkah lebih mandiri dari sebelumnya.
Kekuatan Regulasi
Menyerahkan kewenangan dan anggaran yang besar kepada sebuah level pemerintahan yang baru dan terendah, maka dibutuhkan aturan dan regulasi yang kuat untuk menopang ketidaksiapan nagari baik dalam sapek struktur pemerintahannya, maupun dari aspek kemasyarakatannya.
Dana desa seharusnya bisa diberikan aturan yang jelas dalam alokasi penganggarannya, kuat dan mengikat. Tidak hanya diatur dalam alokasi yang digunakan untuk operasional, namun lebih detail harus ada aturan yang menjelaskan mengenai pentingnya mengalokasikan dana desa tersebut ke beberapa sektor yang berpotensi untuk menjadikan nagari tersebut mandiri.
Sebagai contoh, alokasi dana desa atau dana nagari dibuatkan regulasinya mengenai pengalokasian kepada sektor-sektor strategis dari nagari yang bersangkutan. Harus ada regulasi yang lebih kuat dalam mengalokasikan dana desa kepada Badan Usaha Milik Nagari (BUMNag).
Kegagalan Pemerintah dalam Berinvestasi Terhadap SDM
Lemahnya SDM yang mengelola dana desa di nagari bisa terlihat dari hampir tidak adanya nagari yang bisa meningkatkan kemandiriannya secara siginifikan. Dari sekian ribu desa yang ada di Pulau Jawa pun juga tidak sampai 20 desa yang bisa dikatakan benar-benar mandiri sejak dana desa diluncurkan.
Yang paling fenomenal tentu Desa Ponggok di Klaten Jawa Tengah, yang sejak dana desa diluncurkan pada tahun 2015 telah berhasil mendatangkan pendapatan asli desa sebesar 10,3 miliar pada tahun 2016 melalui BUMDes (Badan Usaha Milik Desa). Namun ada berapa desa yang bisa menjadi seperti Ponggok ? Tidak banyak. Apalagi jika menggunakan persentase jumlah desa yang ada di Indonesia.
Hal ini disebabkan antara lain karena memang secara nasional, negara kita tidak pernah cukup serius untuk berinvestasi kepada SDM yang ada.
Pemerintahan baik di tingkat pusat hinga ke kabupaten/kota belum mampu untuk menggelontorkan anggaran yang memadai untuk pengembangan sumber daya manusia dengan menyediakan pelatihan-pelatihan yang berkualitas, pendidikan yang berkualitas.
Satu hal yang membedakan Indonesia dengan beberapa negara tetangga di Asia atau Asia Tenggara adalah investasi dalam bidang sumber daya manusia ini. Korea Selatan hanya membutuhkan 60 tahun untuk mencapai derajat yang sama dengan negara-negara Eropa Barat dalam kehidupan sosial ekonominya. Sementara negara-negara Eropa Barat sendiri membutuhkan waktu lebih kurang 350 tahun untuk mencapai kondisinya saat itu. Jepang hanya membutuhkan 120 tahun untuk equivalen dengan Eropa Barat yang butuh 350 tahun.
Studi dan riset menunjukan bahwa apa yang membuat Jepang dan Korea Selatan mampu begitu digdaya adalah investasi mereka pada human capital, pada sumber daya manusia yang mereka miliki. Satu hal yang belum banyak kita miliki di Indonesia. Maka kelemahan ini menjadi sebuah kelemahan yang terpusat sekaligus menjadi kelemahan yang terdistribusi hingga ke tingkat daerah paling rendah yaitu nagari.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas, maka terdapat beberapa kesimpulan yang dapat penulis sampaikan, yaitu :
Penggunaan dana desa di nagari yang pada hakikatnya bertujuan untuk membentuk suatu nagari yang mandiri, belum berjalan optimal.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi optimalisasi pengunaan dana desa untuk menuju nagari yang mandiri, antara lain : faktor politis (sistem pemilihan wali nagari) dan faktor sumber daya manusia.
Belum ada regulasi yang kuat dan lebih detail untuk mengawal pengalokasian dan pemanfaatan dana desa di nagari.
Pemerintah mulai dari tingkat pusat hingga daerah belum mampu memprioritaskan pengembangan sumber daya manusia yang berdaya saing tinggi demi kehidupan bernegara hingga bernagari yang lebih baik di masa yang akan datang.
3.2 Saran
Diperlukan brain storming dan pelatihan mendetail yang bertujuan untuk melatih para Wali Nagaru dan perangkat Pemerintahan Nagari dalam menyusun program yang visioner dan mendatangkan manfaat berkesinambungan bagi nagari. Dalam hal ini bisa diambil contoh kecil,
memandu nagari dalam pendirian dan pengelolaan Badan Usaha Milik Nagari sesuai dengan potensi yang ada pada nagari tersebut.
Tim Pemerintah Kabupaten perlu membentuk sebuah tim penilai atau evaluasi kinerja Wali Nagari dan perangkatnya, yang tidak berpatokan kepada realisasi anggaran, namun berpatokan kepada outcome yang diterima oleh nagari tersebut dalam pemanfaatan dana desa. Hasil evaluasi dan penilaian diumumkan kepada publik. Hal ini digunakan untuk menekan faktor-faktor politis yang sejatinya tidak equivalen secara langsung dengan pembangunan atau kemajuan suatu nagari.
Perlu dirumuskan suatu regulasi yang kuat dan detail mengenai porsi pengalokasian dana desa yang ada pada nagari. Sehingga kelemahan Pemerintah Nagari dalam merencanakan alokasi anggaran bisa sedikit ditekan. Sebagai contoh, sebaiknya pemerintah menetapkan range anggaran yang harus dialokasikan nagari untuk BUMNag, untuk peningkatan kualitas SDM, dan hal-hal lain yang bersifat strategis.
Sudah saatnya pemerintah mulai dari level pusat hingga nagari, menanamkan saham dalam pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas dan berkarakter. Investasi ini tentu tidak akan bisa dilihat dalam waktu singkat, namun jelas ini adalah langkah yang benar untuk menuju negara dan nagari yang mandiri.
Daftar Pustaka
Acemoglu, D, Robinson,JA. 2017. Mengapa Negara Gagal. Subiyanto A, penerjemah. Jakarta (ID) : Gramedia. Terjemahan dari: Why Nations Fail.
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3611930/dulunya-miskin-sekarang- desa-ponggok-jadi-makmur
http://presidenri.go.id/program-prioritas-2/dana-desa-dan-penyusunan-kewenangan- desa.html
http://www.berdesa.com/penetapan-prioritas-penggunaan-dana-desa-tahun-2018- kemendesa/