• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah zakat dan waqaf.Kel 5

N/A
N/A
ghufron hamzah

Academic year: 2024

Membagikan "Makalah zakat dan waqaf.Kel 5"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

ZAKAT HEWAN TERNAK DAN ZAKAT PERTANIAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Zakat Dan Waqaf Dosen Pengampu : Bpk. Dr. Ghufron Hamzah, M.SI.

Disusun Oleh :

Fikria Nur Khamidah (22106021032) Muhammad Sultanul Faqih (221060210

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG

(2023-2024)

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah yang telah menciptakan alam semesta ini beserta isinya, dengan begitu indah dipandang dengan makhluknya. Dengan rahmat, hidayah dan petunjuknya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik- baiknya. Sholawat dan salam kami hanturkan buat baginda junjungan alam yakni Nabi Muhammad SAW yang telah menegakkan agama islam, tanpa merasakan letih dan lelah.

Semoga Allah melimpahkan hidayahnya diakhir zaman dan diakhir kelak nanti, aamiin ya rabbal’ alamin. Dengan makalah ini, kami sudah semaksimal mungkin untuk mengerjakan dan mempelajari, sehingga kami dapat pelajaran serta ilmu pengetahuan dan menambah wawasan luas pada kami sendiri. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan kendala penulisan makalah ini, dengan kesegalaan waktu maupun pada diri kami. Dengan suatu usaha yang semaksimal mungkin kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi kami dan teman-teman nantinya.

Makalah ini dapat terselesaikan karena atas bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Ucapan terima kasih secara khusus, kami sampaikan kepada:

a. Selaku dosen pengampu Bapak Dr. Ghufron Hamzah, M.SI.

b. Orang tua kami yang selalu membantu baik secara moral dan material

Penyusun mengakui bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Dengan dasar tersebut maka penyusun mohon kritik dan saran yang sifatnya membangun. Dengan hadirnya makalah ini, penyusun berharap semoga makalah ini dapat berguna, baik bagi penyusun, pihak-pihak lain maupun bangsa dan negara.

Semarang, 6 Mei 2024

Penulis

(3)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Zakat Peternakan B. Jenis Ternak Yang Wajib Dizakati C. Pengertian Dari Zakat Pertanian

D. Hasil Tani Yang Dapat Dizakati Dan Nishab, Perhitungan Serta Haulnya

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Zakat merupakan kewajiban bagi seluruh umat muslim yang mampu dan memiliki harta cukup dan zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan kepada harta benda. Diharapkan timbul kesadaran kaum muslimin bahwa setiap harta yang dimiliki itu pastinya ada hak dari para fakir miskin. Zakat merupakan rukun Islam yang keempat, artinya zakat merupakan kegiatan yang harus dilakukan seorang muslim. Oleh karena itu, zakat merupakan salah satu pondasi keimanan seorang muslim, dan zakat juga dapat dijadikan sebagai salah satu ciri keagungan Islam yang merupakan bentuk pengabdian kepada kerukunan umat Islam dengan umat Islam yang yang lain.

Zakat akan menginspirasi pendanaan secara langsung dan tidak langsung.1 Dalam rukun Islam ibadah yang memiliki nilai sosial adalah pelaksanaan zakat. Selain itu, zakat juga memiliki pengaruh yang luar biasa terhadap kesejahteraan masyarakat. Zakat sebagai sarana orang kaya (muzakki) untuk membagikan sebagian hartanya kepada orang fakir (mustahiq), maka dapat terjadi ikatan yang harmonis antara orang kaya dan orang miskin. Zakat juga memiliki fungsi yang sangat luas. Manfaat yang dimiliki zakat adalah mengangkat derajat orang miskin dan bantu mereka dari kesulitan dan penderitaan hidup, membantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh Gahrimin, Ibnu Sabil dan Mustahiq lainnya, menyebarkan dan membina persaudaraan antara umat Islam dan masyarakat umum, menjembatani kesenjangan antara si kaya dan si miskin dalam masyarakat, juga dalam rangka menurunkan angka kemiskinan masyarakat.2

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari zakat peternakan ? 2. Apa saja jenis ternak yang wajib dizakati ? 3. Apa pengertian dari zakat pertanian ?

1 Zulkifli Rusby, Ekonomi Islam (Pekanbaru: Pusat Kajian Pendidikan Islam UIR, 2017), 11.

2Ali Ridlo, “Zakat Dalam Perspektif Islam”, Al-'Adl, Vol. 7, No. 1 (2014), 11. Diakses melalui https://any.flip.com, pada hari Kamis 08 April 2021 pukul 21.30 WIB.

(5)

4. Apa saja hasil tani yang dapat dizakati dan berapa nishab, perhitungannya?

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Zakat Peternakan

Menurut istilah fiqih, zakat adalah kadar harta tertentu yang diberikan kepada kelompok tertentu dengan berbagai syarat tertentu.3Allah SWT berfirman dalam (QS. Nomor 16: 66) yang artinya: “Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu, kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya”. Terdapat tiga macam hewan yang wajib dizakatkan yakni unta, sapi (kerbau) dan domba (kambing). Syarat zakat hewan ternak yang dimiliki adalah harus melewati satu tahun (sampai haul) qamariyah penuh. Dalam fiqih Islam, binatang ternak dibagi ke dalam beberapa kelompok :

1. Pemeliharaan hewan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhankebutuhan pokok atau alat produksi, semisal memelihara kerbau yang dimanfaatkan untuk untuk kepentingan membajak sawah, atau kuda dimanfaatkan sebagai alat transportasi (penarikan delman) dan lain-lain.

2. Hewan yang dipelihara untuk tujuan memproduksi suatu hasil komoditas tertentu, seperti binatang yang disewakan atau hewan pedaging atau hewan susu perahan. Binatang semacam ini termasuk jenis binatang ma’lufat (binatang ternak yang dikandangkan).

3. Hewan yang digembalakan untuk tujuan peternakan (pengembangbiakan).

Jenis hewan ternakan seperti inilah yang termasuk dalam kategori aset wajib zakat binatang ternak (zakat an’am).

Ketentuan binatang ternak kategori aset wajib zakat binatang tenak (an’am) jika:

a. Peternakan sudah berlangsung lebih dari masa haul.

b. Binatang ternak digembalakan ditempat-tempat umum (ranch). Dalam istilah fiqih binatang ternak seperti ini disebut saimah. Selain itu,

3 Anis, Muhammad. "Zakat Solusi Pemberdayaan Masyarakat." El-Iqthisady: Jurnal Hukum Ekonomi Syariah (2020): 42-53.

(6)

binatang ternak tersebut tidak dimanfaatkan untuk kepentingan alat produksi (pembajak sawah).

c. Ketentuan volume zakat yang wajib dikeluarkan sudah ditentukan dengan karakteristik tertentu dan diambil dari binatang ternak itu sendiri, selain itu ketentuan tersebut tidak bisa digantikan yang setara dengan nilai uang.

d. Zakat yang dikeluarkan tidak harus dri hewan yang berkualitas unggul dan tidak pula dianjurkan dari hewan dengan kualitas yang terendah (cacat misalnya). Maka zakat ini diambil dari jenis yang memiliki kualitas sedang.4

Adapun syarat-syarat yang harus terpenuhi dalam zakat peternakan ini adalah:

a. Jumlahnya mencapai nishab .

b. Telah melewati masa satu tahun (haul).

c. Digembalakan di tempat penggembalaan umum. Yakni tidak diberi makan dikandangnya, kecuali jarang sekali.

d. Tidak digunakan untuk keperluan pribadi pemiliknya, seperti untuk mengangkut barang, membajak sawah dan sebaginya.5

Kewajiban zakat ternak kalau sudah memenuhi 6 syarat berikut:

a. Islam b. Merdeka

c. Hak milik yang sempurna d. Genap satu nishab

e. Genap satu tahun

f. Digembalakan di padang6

Empat imam mazhab sepakat tentang wajibnya zakat binatang, yaitu unta, sapi, domba (kambing) dengan syarat telah mencapai nishab, tetap pemiliknya, mencapai haul, dan pemiliknya adalah orang merdeka dan muslim.

Mereka juga sepakat tentang syarat penggembalaan, kecuali Maliki yang berpendapat: Wajib zakat atas unta dan sapi yang dipekerjakan dan domba yang

4 M. Arief Mufraini, Akutansi dan Manajemen Zakat Mengomunikasikan Kesadaran dan Membangun Jaringan , Jakarta: Kencana Predina Media Group, 2006, Hlm. 100-101

5 Muhammad Bagir Al-Habsyi, Fiqih Praktis Menurut Al-Qur’an As-Sunnah dan Pendapat Para Ulama,. Hal 294

6Moh. Rifa’I dkk, Terjemah Kifayatul Afyar, hlm. 124

(7)

dicarikan rumput, seperti wajibnya atas hewan ternak yang digembalakan di padang rumput.7 Dimaksud dengan hewan ternak di sini adalah unta, sapi (kerbau) dan kambing (domba). Adapun hewan ternak selain yang disebutkan itu, seperti ungags (ayam, bebek, burung dan semacamnya) dan perikanan tidak dikenakan zakat peternakan atasnya. Akan tetapi jika hewan tersebut dijadikan sebagai usaha perdagangan, seperti usaha peternakan ayam, bebek atau tambak, maka dikenakan zakat perdagangan dan berlaku segala ketentuanketentuan zakat perdagangan. Binatang ternak diciptakan oleh Allah untuk manusia.

Sebagian dari binatang-binatang itu diciptakan oleh Allah dengan manfaat yang berbedabeda bagi manusia untuk kebutuhan hidupnya. Maka dari sebagian binatang ternak itu diciptakan untuk menjadi tunggangan dan sebagian lainnya untuk dimakan dan diambil manfaat-manfaat lain yang ada pada binatang itu.

Maka sudah sepatutnya Allah “meminta” hak dari para pemilik binatang ternak itu untuk membayar zakatnya sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah. Hewan ternak yang terkena wajib zakat harus memenuhi ketentuanketentuan sebagai berikut:

a) Digembalakan

Sengaja diurus sepanjang tahun atau dalam mayoritas satu tahun untuk memproleh susu, daging dan hasil pengembangbiakannya. Ternak gembalaan adalah ternak yang memperoleh makanan di lapangan pengembalaan terbuka atau milik sendiri.

b) Tidak untuk dipekerjakan

Seperti untuk membajak, mengairi tanaman, digunakan alat transportasi dan sebagainya.

Usaha bidang ternak terbagi menjadi dua macam yaitu ternak gembalaan dan ternak bisnis. Ternak gembalaan (kambing, sapi, kuda) dizakatkan setiap kali panen, sedangkan ternak bisnis produktif (burung puyuh, itik, ayam dan sebagainya) merupakan zakat yang dianalogikan dengan zakat hasil usaha.

B. Jenis Ternak Yang Wajib Dizakati

7 Syaikh al-Allamah Muhammad bin ‘Abdurrahman ad-Dimasyqi, Terjemah “Rahmah alUmmah fi Ikhtilaf al- A’immah ”, Bandung: Hasyimi, 2010 hlm. 130

(8)

Hanya ada beberapa jenis binatang ternak dalam teks hadits yang secara khusus wajib di zakati, yaitu unta, sapi/kerbau dan kambing/domba :

a) Unta

b) Sapi atau kerbau

Sapi / kerbau adalah salah satu binatang yang wajib dikeluarkan zakatnya apabila sudah memenuhi syarat wajib zakat. Sapi baru wajib dizakati setelah berjumlah 30 ekor dan digembala. Ketika mencapai 30 ekor, juga setelah berlalu satu tahun, maka zakatnya adalah seekor tabi’

betina (anak sapi yang berumur satu tahun). Tidak ada kewajiban lain setelah itu, kecuali bila jumlah sapi mencapai 40 ekor. Jika jumlah sapi mencapai 40 ekor, zakatnya adalah seekor musinnah (sapi betina yang berumur 2 tahun). Tidak ada kewajiban lain setelah itu kecuali bila sapinya itu sudah mencapi 60 ekor. Saat itu, dia harus mengeluarkan zakatnya berupa 2 ekor tabi’. Jika mencapai 70 ekor, zakatnya berupa seekor musinnah dan tabi’. Jika mencapai 80 ekor, zakatnya berupa 2

(9)

ekor musinnah. Jika mencapai 90 ekor, zakatnya berupa 3 ekor tabi’. Jika mencapai 100 ekor, zakatnya berupa seekor musinnah dan 2 ekor tabi’.

Jika mencapai 120 ekor, zakatnya berupa 3 ekor musinnah dan 4 ekor tabi’. Demikianlah caranya, setiap penambahan 30 ekor, zakatnya berupa seekor tabi’ dan setiap penambahan 40 ekor, zakatnya berupa seekor musinnah.8

c) Kambing atau domba

Adapun Nishab bagi zakat kambing / domba, dalam hadits riwayat Anas bin Malik di atas dapat disimpulkan bahwa nishab kambing/domba adalah jika sudah mencapai 40 ekor, maka zakatnya adalah 1 ekor domba usia 1 tahun atau kambing usia 2 tahun. Dan jika mencapai lebih dari 120 ekor, maka zakatnya adalah 2 ekor Domba usia 1 tahun atau kambing usia 2 tahun. Dan jika jumlahnya lebih dari 200 ekor, maka zakatnya adalah 3 ekor domba usia 1 tahun atau kambing usia 2 tahun. Setelah itu, pada setiap seratus ekor, zakatnya seekor domba (usia 1 tahun) atau kambing (usia 2 tahun). Salah satu syarat wajib zakat itu adalah haul, yakni barang/harta yang wajib dizakati itu sudah mencapai 1 tahun, maka jika barang/harta yang wajib dizakati itu belum mencapai 1 tahun maka ia belum wajib zakat. Jika kambing, sapi atau unta yang jumlahnya sudah mencapai nishab, kemudian di tengah- tengah haul (tahun buku usaha peternakan)-nya itu terlahir anak-anak dari hewan ternak itu, maka haul anak-anak itu mengikuti haul induknya.

Dengan demikian wajiblah ia pada akhir haul induk-induk hewan ternaknya mengeluarkan zakat atas semuanya (induk beserta anak- anaknya).9

C. Pengertian Dari Zakat Pertanian 1. Pengertian Zakat Pertanian

Zakat merupakan rukun Islam yang keempat, artinya zakat merupakan kegiatan yang harus dilakukan seorang muslim. Oleh karena itu, zakat merupakan

88 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2002 . Hal 538

9 Muhammad Bagir Al-Habsyi, Fiqih Praktis Menurut Al-Qur’an As-Sunnah dan Pendapat Para Ulama, Jakarta:

Darul Fath,2004, Hal 296

(10)

salah satu pondasi keimanan seorang muslim, dan zakat juga dapat dijadikan sebagai salah satu ciri keagungan Islam yang merupakan bentuk pengabdian kepada kerukunan umat Islam dengan umat Islam yang yang lain. Zakat akan menginspirasi pendanaan secara langsung dan tidak langsung.10 Dalam rukun Islam ibadah yang memiliki nilai sosial adalah pelaksanaan zakat. Selain itu, zakat juga memiliki pengaruh yang luar biasa terhadap kesejahteraan masyarakat. Zakat sebagai sarana orang kaya (muzakki) untuk membagikan sebagian hartanya kepada orang fakir (mustahiq), maka dapat terjadi ikatan yang harmonis antara orang kaya dan orang miskin. Zakat juga memiliki fungsi yang sangat luas. Manfaat yang dimiliki zakat adalah mengangkat derajat orang miskin dan bantu mereka dari kesulitan dan penderitaan hidup, membantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh Gahrimin, Ibnu Sabil dan Mustahiq lainnya, menyebarkan dan membina persaudaraan antara umat Islam dan masyarakat umum, menjembatani kesenjangan antara si kaya dan si miskin dalam masyarakat, juga dalam rangka menurunkan angka kemiskinan masyarakat.11

Pertanian merupakan sumber pendapatan dan perekonomian karena memiliki tanah dan tanaman membuat seseorang menjadi kaya, maka wajib dikeluarkan zakatnya yaitu zakat pertanian sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 267 :

اَهُّيَأٰٓ ـَي ٱ َنيِذَّل َن ِ م مُكَل اَنْج َرْخَأ ٰٓاَّمِم َو ْمُتْبَسَك اَم ِت ـَبِ يَط نِم ۟اوُقِفنَأ ۟ا ٰٓوُنَماَء ِض ْرَ ْلْٱ

۟اوُمَّمَيَت َلَ َو ۖ َثيِبَخْلٱ

َو ۚ ِهيِف ۟اوُضِمْغُت نَأ ٰٓ َّلَِإ ِهيِذ ِخأَـِب مُتْسَل َو َنوُقِفنُت ُهْنِم ۟ا ٰٓوُمَلْعٱ

َّنَأ ََّللّٱ ىِنَغ ٌديِمَح ٢٦٧

“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” QS. Al-Baqarah (2):267.

10 Zulkifli Rusby, Ekonomi Islam (Pekanbaru: Pusat Kajian Pendidikan Islam UIR, 2017), 11.

11 Ali Ridlo, “Zakat Dalam Perspektif Islam”, Al-'Adl, Vol. 7, No. 1 (2014), 11. Diakses melalui https://any.flip.com, pada hari Kamis 08 April 2021 pukul 21.30 WIB.

Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah (Jakarta : Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI), 67.

(11)

2.

Syarat Wajib Zakat Pertanian a. Islam

Hanya muslim yang wajib mengeluarkan zakat, non muslim tidak wajib berzakat meskipun memiliki harta benda yang di nishab untuk dizakati.

b. Merdeka

Yang wajib mengeluarkan zakat adalah orang yang merdeka, budak tidak wajib mengeluarkan zakat karena tidak mempunyai hak milik.

c. Baligh dan Berakal

Menurut mazhab Hanafi, baligh dan akal dianggap sebagai syarat wajib zakat.

Oleh karena itu, zakat tidak diwajibkan untuk harta anak kecil dan orang gila karena juga tidak termasuk dalam peraturan tentang yang wajib melakukan ibadah, seperti shalat, sedangkan menurut jumhur keduanya tidak wajib. Milik Sempurna

d. Cukup Nisab

Nishab berarti harta tersebut telah mencapai batas minimal yang ditentukan untuk setiap jenisnya. Artinya adalah bahwa nishab telah diidentifikasi oleh syara' sebagai tanda kekayaan seseorang dan rasio berikut membuat zakat wajib.

e. Tanaman hasil usaha manusia dan bukan tumbuh sendiri seperti tumbuhan liar, dihanyutkan air, dan sebegainya. Berdasarkan cara pendayagunaan lahan dan hasil pertanian, maka kita dapati beberapa keadaan berikut ini :

1. Apabila pemilik menggarap lahannya secara individu, maka diwajibkan membayar zakatnya mengikuti aturan yang telah diterangkan ketika hasilnya telah mencapai nisab.

2. Apabila pemilik lahan memberikan kepada orang lain untuk menggarap lahannya tanpa menerima imbalan apa pun, maka penggarap lahan yang membayar zakat dengan mengikuti kaidah-kaidah yang. diterangkan ketika hasilnya telah melebihi nisab.

3. Apabila berserikat atau kerja sama di mana si pemilik lahan menawarkan lahannya dan orang lain yang menggarapnya dengan kesepakatan bagi hasil di antara keduanya menurut bagian yang telah diketahui mengikuti peraturan syariat murabahah maka ketika pihak yang berserikat

(12)

berkewajiban untuk membayar zakat sesuai dengan bagian masing- masing apabila telah mencapai nisabnya.

4. Apabila pemilik menyewakan lahannya kepada orang lain dengan sewa tertentu, baik pembayaran sewa berbentuk barang atau uang, maka si penyewa lahan wajib mengeluarkan zakat, karena zakat ada hukum tanam.

3. Hasil Pertanian Yang Wajib Zakat

Pada uraian sebelumnya telah dijelaskan bahwa produk pertanian dikenakan zakat, jika memenuhi persyaratan. Namun, para ulama berbeda pendapat tentang jenis tanaman yang toleran zakat. Penjelasannya adalah sebagai berikut :

a. Ibnu Umar dan sebagian ulama Salafi berpendapat bahwa zakat hanya diwajibkan untuk empat jenis tanaman, yaitu hintah (gandum), puisi (sejenis gandum), kurma, dan anggur.

b. Imam Malik dan Syafi'i menyatakan bahwa tanaman yang diwajibkan zakat merupakan kebutuhan pokok masyarakat seharihari, seperti padi, jagung, sorgum. Selain kebutuhan pokok, zakat tidak memungut biaya.

Syafi'i juga menunjukkan kurma dan anggur harus dikeluarkan zakatnya.12

c. Imam Ahmad memandang bahwa biji-bijian yang kering dan dapat ditimbang (diukur), seperti beras, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau dikenakan zakat. Demikian pula, seperti kurma dan anggur, dikeluarkan zakatnya. Namun, buah dan sayuran tidak wajib zakat.

Pendapat Imam Ahmad juga sejalan dengan pendapat Abu Yusuf dan Muhammad (murid dan sahabat Imam Hanafi).

d. Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa semua hasil pertanian untuk tujuan mencari nafkah wajib mengeluarkan zakat, meskipun itu bukan makanan pokok. Abu Hanifah tidak membedakan antara tanaman yang tidak bisa dikeringkan dan disimpan dalam waktu lama atau yang tidak sama seperti sayuran, mentimun, labu dan lain-lain. Landasan yang digunakan Abu Hanifah adalah ayat 267 Surat alBaqarah seperti tersebut atas. Ini mengikuti keumuman bunyi ayat tersebut, sedangkan mereka yang tidak memasukkan sayur-sayuran mengklaim bahwa ayat umum

12 Ibid., 54

(13)

itu ditegaskan oleh hadits Nabi. Disebutkan sebelumnya, Abu Hanifah juga merujuk pada sabda Nabi yang artinya: “Sesuatu yang disiram dengan hujan, zakatnya 10% disiram, zakat 5% terlepas dari jenis tumbuh-tumbuhan, apakah itu makanan pokok atau tidak semua sama."

4. Nisab Zakat Pertanian

Nisab zakat pertanian dan perkebunan, sebagian besar fuqaha berpendapat bahwa zakat hasil pertanian dan perkebunan tidak selalu wajib dikeluarkan sampai mencapai nisab yang pasti yaitu 5 Sya`. Adapun tanaman yang tidak dapat ditimbang, bersama kapas, linen, dan sayuran, nisabnya adalah 5 Sya` atau sama dengan 200 dirham. Sedangkan nisab zakat pertanian dan perkebunan adalah 5 wasaq. Jadi nisab zakat hasil pertanian dan perkebunan adalah 5 wasaq setara dengan 300 Sha’ atau setara dengan 653 kg. Dapat diketahui 1 wasaq setara dengan 60 sha’ dan 1 sha’ setara dengan 2,176 kg. Atau 1 sha’ setara dengan 4 mud dan 4 mud setara dengan dua telapak tangan penuh pria dewasa.13

5. Persentase Zakat Pertanian

Zakat pertanian dan perkebunan dihitung baik itu yang berbentuk barang maupun uang sebagai berikut.

a. Berdasarkan jumlah total hasil lahan baik itu yang berbentuk barang atau uang.

b. Penentuan utang, harga sewa dan pajaknya begitu juga biaya produksi dan pengairannya.

c. Penentuan nilai yang wajib dizakatkan adalah setelah mengurangi utang- utang harga sewa pajak dan biaya produksi dari hasil total dan hal tersebut diikuti dengan pencapaian nisabnya.

d. Penentuan metode pengairan lahan dengan tada hujan atau irigasi, dengan kemudian Apabila sudah mencapai nisab, maka jumlah tersebut dikalikan dengan presentase zakat.

e. Apabila sudah mencapai nisab, maka jumlah tersebut dikalikan dengan presentase zakat.

13 Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat: Mengomunikasikan Kesadaran Dan Membangun Jaringan, 87.

(14)

Berikut persentase zakat pertanian ditentukan dari sistem pengairan yang digunakan untuk pertanian maupun perkebunan tersebut, persentase zakatnya sebagai berikut:

a. Persentase zakatnya 10% (1/10) dari hasil pertanian, jika pengaiannya ditentukan oleh curah hujan, air sungai, mata air, dan lainnya (lahan tadah hujan) yang mana diperoleh tanpa mengalami kesulitan.

b. Persentase zakatnya adalah 5% (1/20), jika pengairannya menggunakan alat yang beragam (bendungan irigasi), sebab kewajiban petani atau tanggungan bertambah untuk biaya pengairan dan dapat mempengaruhi tingkat nilai kekayaan.

c. Persentase zakat 7,5% dari hasil pertanian, jika pengairan yang digunakan menggunakan curah hujan dan melalui irigasi.

6. Waktu Menunaikan Zakat Pertanian

Zakat ini dikeluarkan setiap kali panen dan sampai pada nisabnya, tidak perlu menunggu (haul). Zakat hasil panen dan buahbuahan dibayarkan ketika panen meskipun masa panen terjadi beberapa kali dalam setahun. Zakat ini tidak diwajibkan untuk mencapai jangka waktu (haul). Menurut mazhab Hanafi, harta jenis ini tidak wajib untuk mencapai nisab, sedangkan menurut mayoritas ulama harta harus mencapai nisab. Tidak ada kewajiban membayar zakat pertanian kecuali setelah panen.

D. Hasil Tani Yang Dapat Dizakati Dan Nishab, Perhitungan Serta Haulnya 1. Hasil tani yang wajib dizakati

Jenis hasil pertanian merupakan salah satu aspek penting dalam zakat hasil pertanian. Hal ini karena tidak semua hasil pertanian wajib dizakati. Hanya jenis hasil pertanian tertentu yang memenuhi syarat untuk dizakati.

a. PadidanGandum

Padi dan gandum merupakan jenis hasil pertanian yang paling umum dizakati. Hal ini karena padi dan gandum merupakan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat dunia.

(15)

b. Jagung

Jagung juga termasuk jenis hasil pertanian yang wajib dizakati. Jagung merupakan makanan pokok bagi masyarakat di beberapa daerah, seperti Amerika Serikat dan Meksiko.

c. Buah-buahan

Buah-buahan juga termasuk jenis hasil pertanian yang wajib dizakati.

Buah-buahan merupakan makanan yang penting bagi kesehatan tubuh.

d. Sayuran

Sayuran juga termasuk jenis hasil pertanian yang wajib dizakati.

Sayuran merupakan makanan yang penting bagi kesehatan tubuh.

Selain jenis-jenis hasil pertanian tersebut, masih banyak jenis hasil pertanian lainnya yang wajib dizakati. Misalnya, kacang-kacangan, umbi-umbian, dan rempah-rempah. Jenis hasil pertanian yang wajib dizakati adalah jenis hasil pertanian yang dapat dikonsumsi manusia dan memiliki nilai ekonomi.

2. Nisab

Nisab adalah batas minimal harta yang wajib dizakati. Dalam zakat hasil pertanian, nisab adalah 5 wasaq atau setara dengan 653 kilogram. Artinya, seorang petani wajib mengeluarkan zakat hasil pertaniannya apabila hasil panennya telah mencapai 653 kilogram atau lebih.Nisab merupakan komponen penting dalam zakat hasil pertanian karena menjadi penentu apakah seseorang wajib mengeluarkan zakat atau tidak. Apabila hasil panen belum mencapai nisab, maka petani tidak wajib mengeluarkan zakat. Sebaliknya, apabila hasil panen telah mencapai nisab, maka petani wajib mengeluarkan zakat.Contoh nyata nisab dalam zakat hasil pertanian adalah sebagai berikut. Seorang petani memanen padi sebanyak 700 kilogram. Karena hasil panennya telah mencapai nisab (653 kilogram), maka petani tersebut wajib mengeluarkan zakat sebesar 10% dari hasil panennya, yaitu sebesar 70 kilogram padi.Dengan memahami nisab dalam zakat hasil pertanian, petani dapat mengetahui kewajiban zakatnya dengan jelas. Hal ini penting untuk memastikan bahwa zakat hasil pertanian dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan syariat Islam.

3. Perhitungan serta haul zakat pertanian

Terdapat dua cara dalam menghitung zakat pertanian, yaitu:

a. Jika terdapat biaya irigasi, maka zakatnya sebesar 1/20 atau sama dengan 5%, Zakat Pertanian = Hasil panen x 5%.

(16)

b. Jika tidak terdapat biaya irigasi atau lahan hanya diairi dengan air sungai, hujan, atau mata air, maka zakatnya sebesar 1/10 atau sama dengan 10%, Zakat Pertanian = Hasil panen X 10%

Contoh:

Bapak Budi adalah seorang petani, ia memiliki sawah yang luasnya 2 Ha dan ia tanami padi. Selama pemeliharaan ia mengeluarkan biaya sebanyak Rp 5.000.000,-. Ketika panen hasilnya sebanyak 10 ton beras.

Berapakah zakat hasil tani yang harus dikeluarkannya?

Jawab:

Ketentuan Zakat Hasil Tani:

a) Nisab = 524 kg beras b) Tarif = 5%

c) Waktu penyerahan = Ketika panen (menghasilkan) Dengan demikian, perhitungan zakatnya :

Hasil panen 10 ton = 10.000 kg (melebihi nisab) 10.000 x 5% = 500 kg Jika harga jual beras adalah Rp10.000, maka 10.000 kg x Rp10.000 = Rp100.000.000

100.000.000 x 5% = Rp5.000.000,-

Maka zakatnya adalah 500 kg beras atau Rp5.000.000,-

(17)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Zakat merupakan rukun Islam yang keempat, artinya zakat merupakan kegiatan yang harus dilakukan seorang muslim. Oleh karena itu, zakat merupakan salah satu pondasi keimanan seorang muslim, dan zakat juga dapat dijadikan sebagai salah satu ciri keagungan Islam yang merupakan bentuk pengabdian kepada kerukunan umat Islam dengan umat Islam yang yang lain.

Dalam rukun Islam ibadah yang memiliki nilai sosial adalah pelaksanaan zakat. Selain itu, zakat juga memiliki pengaruh yang luar biasa terhadap kesejahteraan masyarakat. Zakat sebagai sarana orang kaya (muzakki) untuk membagikan sebagian hartanya kepada orang fakir (mustahiq), maka dapat terjadi ikatan yang harmonis antara orang kaya dan orang miskin. Zakat juga memiliki fungsi yang sangat luas. Manfaat yang dimiliki zakat adalah mengangkat derajat orang miskin dan bantu mereka dari kesulitan dan penderitaan hidup, membantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh Gahrimin, Ibnu Sabil dan Mustahiq lainnya, menyebarkan dan membina persaudaraan antara umat Islam dan masyarakat umum, menjembatani kesenjangan antara si kaya dan si miskin dalam masyarakat, juga dalam rangka menurunkan angka kemiskinan masyarakat

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Zulkifli Rusby, Ekonomi Islam (Pekanbaru: Pusat Kajian Pendidikan Islam UIR, 2017), 11.

Ali Ridlo, “Zakat Dalam Perspektif Islam”, Al-'Adl, Vol. 7, No. 1 (2014), 11.

Diakses melalui https://any.flip.com, pada hari Kamis 08 April 2021 pukul 21.30 WIB.

Anis, Muhammad. "Zakat Solusi Pemberdayaan Masyarakat." El-Iqthisady:

Jurnal Hukum Ekonomi Syariah (2020): 42-53.

M. Arief Mufraini, Akutansi dan Manajemen Zakat Mengomunikasikan Kesadaran dan Membangun Jaringan , Jakarta: Kencana Predina Media Group, 2006, Hlm. 100-101

Muhammad Bagir Al-Habsyi, Fiqih Praktis Menurut Al-Qur’an As-Sunnah dan Pendapat Para Ulama,. Hal 294

Moh. Rifa’I dkk, Terjemah Kifayatul Afyar, hlm. 124

Syaikh al-Allamah Muhammad bin ‘Abdurrahman ad-Dimasyqi, Terjemah

“Rahmah alUmmah fi Ikhtilaf al-A’immah ”, Bandung: Hasyimi, 2010 hlm. 130 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2002 . Hal 538 Muhammad Bagir Al-Habsyi, Fiqih Praktis Menurut Al-Qur’an As-Sunnah dan Pendapat Para Ulama, Jakarta: Darul Fath,2004, Hal 296

Zulkifli Rusby, Ekonomi Islam (Pekanbaru: Pusat Kajian Pendidikan Islam UIR, 2017), 11.

Ali Ridlo, “Zakat Dalam Perspektif Islam”, Al-'Adl, Vol. 7, No. 1 (2014), 11.

Diakses melalui https://any.flip.com, pada hari Kamis 08 April 2021 pukul 21.30 WIB.

Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah (Jakarta : Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI), 67.

Ibid., 54

Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat: Mengomunikasikan Kesadaran Dan Membangun Jaringan, 87.

Diakses pada hari selasa, 7 mei 2024 pukul 7 : 51

Referensi

Dokumen terkait