• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKNA RUMAH SIRIAH JO KAPALO BAREH

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "MAKNA RUMAH SIRIAH JO KAPALO BAREH"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MAKNA RUMAH SIRIAH JO KAPALO BAREH

PERKAWINAN NAGARI MUARA SAKAI INDERAPURA KECAMATAN PANCUNG SOAL KABUPATEN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

RUMAH SIRIAH JO KAPALO BAREH PADA UPACARA PERKAWINAN NAGARI MUARA SAKAI INDERAPURA

KECAMATAN PANCUNG SOAL KABUPATEN PESISIR SELATAN

ARTIKEL

OKTAVIA MULIA NIM: 11070081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG 2015

PADA UPACARA PERKAWINAN NAGARI MUARA SAKAI INDERAPURA

KECAMATAN PANCUNG SOAL KABUPATEN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)
(3)

Meaning of Home Siriah Jo Kapalo Bareh the marriage ceremony Nagari Muara District of beheading Problem sakai Inderapura South Coastal District

Oleh:

Oktavia Mulia,1Dr. Maihasni, M.Si,2Ariesta, MSi

* The Sosiology education student of STKIP PGRI Sumatera west.

** The Sosiology staff of sosiology education of STKIP PGRI Sumatera west

ABSRACT

Marriage is of significant importance because the marriage was a relationship between women and men and also the two sides of the parents, and even their families each, so in practice always initiated and accompanied by various traditional ceremonies one of which is the tradition of home siriah jo Kapalo Bareh. It can be seen from the reality that occurs in the community Nagari Muara Sakai Inderapura District of beheading Problem South Coastal District which has a tradition of home siriah jo Kapalo Bareh, without carry this tradition, the failure in the marriage because of the tradition of the house siriah jo Kapalo Bareh is conducting a given bako bride man to the bride in a wedding ceremony. The purpose of this study is to describe the implementation process siriah home jo Kapalo Bareh and describe the meaning of home siriah jo Kapalo Bareh the marriage ceremony at Nagari Muara Sakai Inderapura South Coastal District.

The theory used in this research is the theory of Phenomenology proposed by Alfred Schutz. This study used a qualitative approach with descriptive type. The method of selecting informants degan purposive sampling. Informants in this research were 9 consisting of Community Leaders like Wali Nagari, ninik mamak, Ulema, Cadiak Clever and Bako in Muara Kenagarian Sakai Inderapura the South Coastal District. Data collected by observation and interview. Data analysis is performed using iterative developed by Milles and Huberman.

The results showed below: (1) The process of implementation of the nuptial house siriah jo Kapalo Bareh in Nagari Muara Sakai Inderapura South Coastal District through the stages which begins: (a) meeting at the house bako with deliberations between bako with three furnaces sajarangan regarding delivery arranged, (b) preparing materials hantara home siriah jo Kapalo Bareh at home bako, (c) meet the bridegroom to bring home siriah jo Kapalo Bareh accompanied by the song badiki, (d) the delivery of home siriah jo Kapalo Bareh of the bako to the bride and (2) The meaning of home siriah jo Kapalo Bareh in the marriage ceremony are: (a) protection and pride for bako and three furnaces sajarangan, (b) the pride nagari, (c) obtain offspring, (d) as a way of life in a menage, (e) the existence of a form of gratitude.

Key Words: tradition, marriage

Oktavia Mulia1.Mahasiswa stkip pgri sumbar.

Dr. Maihasni, M.Si2.pembimbing 1

Ariesta, M.Si3.Pembimbing 2

(4)

ABSTRAK

MaknaRumah Siriah Jo Kapalo Barehpada Upacara Perkawinan Nagari Muara sakai Inderapura Kecamatan Pancung Soal

Kabupaten Pesisir Selatan

Perkawinan mempunyai arti penting karena perkawinan telah menjalin hubungan antara perempuan dan laki-laki maupun juga kedua pihak dari orang tua, dan bahkan keluarga mereka masing-masing, sehingga dalam pelaksanaannya senantiasa dimulai dan disertai dengan berbagai upacara-upacara tradisional salah satunya adalah tradisi rumah siriah jo kapalo bareh. Hal ini dapat dilihat dari realita yang terjadi pada masyarakat Nagari Muara Sakai Inderapura Kecamatan Pancung Soal Kabupaten Pesisir Selatan yang memiliki tradisirumah siriah jo kapalo bareh,tanpa melaksanakannya tradisi ini maka tidak terlaksananya perkawinan karena tradisirumah siriah jo kapalo bareh merupakan hantaran yang diberikan bako mempelai laki-laki untuk mempelai perempuan dalam melaksanakan upacara perkawinan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan rumah siriah jo kapalo barehdan mendeskripsikan makna rumah siriah jo kapalo bareh dalam upacara perkawinan di Nagari Muara Sakai Inderapura Kabupaten Pesisir Selatan.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Fenomenologi yang dikemukakan oleh Alfred Schutz. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe deskriptif.

Metode pemilihan informan dilakukan degan purposive sampling.Informan dalam penelitian ini berjumlah 9 orang yang terdiri dari Tokoh Masyarakat seperti Wali Nagari, ninik mamak, Alim Ulama, Cadiak Pandai dan Bako yang ada di Kenagarian Muara Sakai Inderapura Kabupaten Pesisir Selatan tersebut. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara. Analisis data penelitian ini dilakukan mengunakan interatif yang dikembangkan oleh Milles dan Huberman.

Hasil penelitian menunjukkan bawah: (1) Proses pelaksanaan upacara perkawinanrumah siriah jo kapalo bareh di Nagari Muara Sakai Inderapura Kabupaten Pesisir Selatan melalui tahapan-tahapan yang berawal dari :

(a) pertemuan di rumah bako dengan adanya musyawarah antara bako dengan tiga tungku sajaranganmengenai hantaran yang disusun, (b) menyusun bahan hantara rumahsiriah jo kapalo barehdi rumahbako, (c) menjemput mempelai laki-laki dengan membawarumah siriah jo kapalo barehyang diiringi dengan lagu badiki, (d) penyerahanrumah siriah jo kapalo barehdari pihak bako ke mempelai perempuan dan (2) Makna rumah siriah jo kapalo bareh dalam upacara perkawinan adalah: (a) perlindungan dan kebanggaan bagi bakodantiga tungku sajarangan, (b) kebangaan nagari, (c) mendapatkan keturunan, (d) sebagai pedoman hidup dalam berumah tangga, (e) adanya bentuk rasa syukur.

Kata Kunci:Perkawinan, Tradisi

Oktavia Mulia1.Mahasiswa stkip pgri sumbar.

Dr. Maihasni, M.Si2.pembimbing 1

Ariesta, M.Si3.Pembimbing 2

(5)

PENDAHULUAN

Manusia dalam perjalanan hidupnya memiliki tingkatan-tingkatan dan masa-masa tertentu yang disebut dengan daur hidup yang dimulai dari masa dalam kandungan, masa bayi, anak-anak, remaja, dewasa, masa tua, sampai masa meninggal. Peralihan antara masa remaja dengan masa dewasa dinilai sangat penting. Pada masa tersebut seseorang sudah diperbolehkan menginjak masa perkawinan (Koentjaraningrat, 1995:90). Perkawinan menurut ketentuan pasal 1 Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 adalah ikatan lahir-bathin antara seorang pria dan seorang perempuan sebagai suami-istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Perkawinan mempunyai arti penting, maka dalam pelaksanaannya senantiasa dimulai dan disertai dengan berbagai upacara-upacara tradisional (Setiady, 2009:225). Minangkabau terkenal dengan berbagai macam adat dan tradisi yang beranekaragam, seperti adat perkawinan yang memiliki tata cara yang lama dan panjang, pelaksanaan upacara perkawinan di Minangkabau berbeda pada masing-masing daerah karena upacara tersebut dilaksanakan berdasarkan adat istiadat yang dianut masyarakat setempat. Pada upacara perkawinan terdapat tradisi yang dilaksanakan pada masyarakat tersebut, yang bertujuan untuk memeriahkan pesta perkawinan (Helmi, 1995:74).

Begitu juga halnya dengan masyarakat Nagari Muara Sakai Inderapura Kecamatan Pancung Soal Kabupaten Pesisir Selatan yang memiliki tradisi dalam pelaksanaan perkawinan.

Tradisi-tradisi yang dilaksanakan dalam pelaksanaan perkawinan diantaranya tradisi biliak ketek (maundang urang), tradisi biliak gadang (pengumpulan dana dan musyawarah), dan tradisi rumah siriah jo kapalo bareh (maagiah). Tradisirumah siriah jo kapalo bareh merupakan suatu hantaran yang diberikan bako mempelai laki-laki untuk mempelai perempuan dalam melaksanakan upacara perkawinan.

Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat dari data yang didapatkan di Kantor Urusan Agama (KUA), pada tahun 2015 ternyata banyak masyarakat yang melaksanakan tradisi rumah siriah jo kapalo bareh berjumlah 94 pasangan, sehingga tradisi ini merupakan sebuah adat yang berlangsung secara turun-temurun pada pelaksanaan perkawinan. (wawancara Bapak Mail tanggal 3 Mei 2015).

Realitas ini menunjukan bahwa tradisi rumah siriah jo kapalo bareh ini merupakan sebuah hantaran yang diberikan oleh bako

mempelai laki-laki untuk mempelai perempuan dalam melaksanakan upacara perkawinan berupa hantaran yang berbentuk rumah yang cukup besar karena rumah tersebut terdapat adanya atap rumah, pintu masuk dan juga jendela, di dalam rumah tersebut terdapat pakaian, kain, payung, sendal, make up, sikat gigi, handuk, sisir dan selalu diiringi lagu badiki(membaca salawat nabi) dengan bawaan, beras kuning, beras empat kg dalam dulang, lamang pagating, abu kayu, kelapa tumbuh, kelapa tiga jirek, rokok nipah, padi, bibit terung, bibit mentimun, bibit kacang panjang, bibit pepaya, bibit oyong, bibit batik, siriah, pinang, cabe, maupun adanya kayu seperti perahu, perahu dayung, kapak, parang (ladiang),kayu saikek,cangkul dan pisau.

Pelaksanaan tradisi rumah siriah jo kapalo barehyang dibawapun terlihat rumit dan unik yang dilihat dari hantaran yang diberikan oleh bako mempelai laki-kaki untuk mempelai perempuan dalam melaksanakan upacara perkawinan namun tradisi ini masih tetap dilaksanakan dan bahkan arus modernisasi tidak mampu membuat masyarakat meninggalkan tradisi yang kerap masyarakat lakukan, melainkan tetap dipertahankan oleh masyarakat Nagari Muara Sakai Inderapura Kecamatan Pancung Soal Kabupaten Pesisir Selatan.

Sehingga melihat hal inilah yang mendorong penulis untuk tertarik mengetahui lebih dalam mengenai “Makna Rumah Siriah Jo Kapalo BarehDalam Upacara Perkawinan di Nagari Muara Sakai Inderapura Kecamatan Pancung Soal Kabupaten Pesisir Selatan.

Berdasarkan uraian teori Alfred Schutz secara singkat dapat dikatakan bahwa interaksi sosial terjadi dan berlangsung melalui menafsiran dan pemahaman tindakan masing- masing baik individu maupun antar kelompok.

Pelaksanaan tradisi rumah siriah jo kapalo bareh yang dilakukan masyarakat di Nagari Muara Sakai Inderapura Kecamatan Pancung Soal Kabupaten Pesisir Selatan ini juga didasari oleh tindakan kegiatan manusia dan tindakan bersama yang terlihat dari interaksi dan saling memahami atas tindakan dalam pelaksanaan rumah siriah jo kapalo bareh,dalam proses ini terlihat adanya hantaranrumah siriah jo kapalo bareh yang dibawa oleh bako mempelai laki- laki untuk mempelai perempuan seperti rumah yang cukup besar di dalam rumah tersebut terdapat pakaian, kain, payung, sendal,make up, sikat gigi, handuk, sisir dan selalu diiringi lagu badiki dengan bawaan, beras kuning, beras empat kg dalamdulang,lamang pagating,abu kayu, kelapa tumbuh, rokok nipah, padi, bibit

(6)

terung, bibit mentimun, bibit kacang panjang, bibit pepaya, bibit oyong, bibit batik, siriah, pinang, cabe, maupun adanya kayu seperti perahu, perahu dayung, kapak, parang (ladiang), kayu saikek, cangkul dan pisau. Sehingga di dalam kegiatan dilakukan masyarakat tentulah mengandung makna dan realita sosial yang dapat diketahui dari kenyataan gejala kehidupan manusia dan tindakannya karena tidak keseluruhan gejala kehidupan sosial mampu diamati, karena itu perhatian harus dipusatkan kepada gejala yang penting dari tindakan manusia yang dilihat dari pelaksanaan rumah siriah jo kapalo barehpada upacara perkawinan di Nagari Inderapura Kecamatan Pancung Soal Kabupaten Pesisir Selatan.

METODE PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

Pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan yang bermaksud untuk memahami tentang yang dialami oleh subjek penelitian dan menganalisis data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati (Moleong, 2010:6). Sedangkan tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif. Tipe penelitian deskriptif adalah tipe penelitian yang memadu penelitian untuk mengeksplorasi atau memotret situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam (Sugiyono, 2009:289). Tipe deskriptif dipilih karena penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan rumah siriah jo kapalo bareh dan mendeskripsikan makna tradisirumah siriah jo kapalo bareh dalam upacara perkawinan di Nagari Muara Sakai Kecamatan Pancung Soal Kabupaten Inderapura Pesisir Selatan.

Informan dalam penelitian ini adalah orang yang akan memberikan informasi tentang situasi dan kondisi mengenai apa yang diteliti (Moleong, 2010:132). Adapun informan dalam penelitian ini adalah di Nagari Muara Sakai Kecamatan Pancung Soal Kabupaten Inderapura Pesisir Selatan. Dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu menentukan kelompok peserta yang menjadi informan sesuai dengan keteria terpilih yang relavan dengan masalah tertentu (Bungin, 2011:107). Adapun kriteria masyarakat yang memiliki pengetahuan tentang tradisi rumah siriah jo kapalo barehini adalah sebagai berikut:

1. Tokoh masyarakat tigo tungku sajarangan yang terdiri darininiak mamak(yaitu orang yang tegabung dalam kerapatan adat nagari yang mengerti tentang selak belut adat

Minangkabau), alim ulama (oang yang memiliki kemampuan kualitas kearifan ilmu dan juga karakter ilmu bedasarkan al-quran dan sunah dan memiliki akidah islamiyah dan cadiak pandai (orang yang memiliki kemampuan, keilmuan dan mengunakan dalam kegiatan stategis dalam masyarakat).

2. Masyarakat yang terlibat dalam pelaksanaan tradisi rumah siriah jo kapalo bareh dan Masyarakat yang mengetahui tentang tradisi rumah siriah jo kapalo bareh.

ANALISIS DATA

Analisis data adalah proses yang sistematis untuk menentukan bagian bagian dan saling keterkaitan antara bagian-bagian dan keseluruhan data yang telah dikumpulkan untuk menghasilkan klasifikasi. Analisis data kualitatif adalah mereduksi data, menyajikan data dan menarik kesimpulan ( Miles dan Huberman dalam Afrizal, 2014: 174). Analisis Data dilakukan dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Analisis data ini diharapkan mendapatkan makna melalui pengetahuan masyarakat dan proses-proses yang dilakukan dalam tradisirumah siriah jo kapalo barehyang diawali dengan proses penelitian sampai kepada pembuatan laporan penelitian.

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Nagari Muara Sakai terletak pada ketinggian 26-1.724 meter diatas permukaan laut. Jarak ke pusat ibu kota Kabupaten 128 Km dengan waktu tempuh 3 jam sedangkan jarak kepusat Provinsi 212 Km dengan waktu tempuh 5 jam. Secara Astronomis kenagarian Muara Sakai terletak pada posisi 1˚, 41, 2˚, 24 LS dan 100˚, 51, 101˚1 7 BT. Kenagarian ini berbatasan dengan:

- Sebelah Barat berbatas dengan Nagari Pulau Rajo

- Sebelah Timur berbatas dengan Nagari Inderapura Barat

- Sebelah Utara berbatas dengan Nagari Tluk Kualo Inderapura dan Kec.Linggo Sari Baganti

- Sebelah Selatan berbatas dengan Nagari Tluk Amplu dan Kecamatan Lunang Silaut.

(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Deskripsi Tradisi Rumah Siriah Jo Kapalo Bareh dalam Upacara Perkawinan

Tradisi merupakan sebuah aktivitas masyarakat yang sudah menjadi kebiasaan yang dilaksanakan secara turun-temurun. Tradisi dapat dilaksanakan dalam berbagai macam-macam upacara diantaranya seperti upacara adat, upacara kematian, upacara keagamaan dan upacara perkawinan. Dalam penelitian ini pelaksanaan tradisi dilihat dari upacara perkawinan. Salah satu pelaksanaan tardisi perkawinan di Nagari Muara Sakai yaitu pelaksanaan rumah siriah jo kapalo bareh.

Rumah siriah jo kapalo barehmerupakan suatu tindakan yang dilakukan masyarakat secara bertahap berdasarkan aktivitas-aktivitas yang telah dilaksanakan, sehingga pelaksanaannya dapat diartikan sebagai proses kegiatan bersama- sama untuk mencapai tujuan tertentu yang dilakukan olehbako mempelai laki-laki sebagai perlindungan dan penghormatan kepada mempelai perempuan.

Berdasarkan penjelasan di atas tradisi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu adat kebiasaan dan kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun dan dipelihara oleh masyarakat setempat. Tradisi rumah siriah jo kapalo bareh adalah hantaran pemberian bako kepada mempelai laki-laki untuk mempelai perempuan yang dilaksanakan masyarakat Nagari Muara Sakai Inderapura Pesisir Selatan Kecamatan Pancung Soal dan tradisi rumah siriah jo kapalo bareh memiliki suatu makna yang berawal dari aktivitas yang masyarakat lakukan berupa nilai, norma, adat, dan ciri khas yang dilakukan oleh masyarakat dalam setiap melaksanakan proses perkawinan karena itu tradisi ini dinamakan rumah siriah jo kapalo bareh oleh masyarakat Muara Sakai.

Musyawarahkan biaya atau dana yang sudah diberikan oleh bako-bakountuk mempelai laki- laki untuk membeli hantaran yang akan diberikan seperti pakaian, handuk, sisir namun sumber hantaraan tersebut bukan hanya dari biaya dana saja tetapi juga dari perkebunanbako sendiri dan kegiatan ini dilanjutkan pada hari kedua yaitu penyusunan bahan hantaran rumah siriah jo kapalo bareh, dan selanjutnya menjemput mempelai laki-laki hingga sampai pada penyerahanrumah siriah jo kapalo bareh pada pukul 17.30 WIB sampai pukul 18.00 WIB.

2. Proses Pelaksanaan Tradisi Rumah Siriah Jo Kepalo Bareh

Tradisi rumah siriah jo kapalo bareh sudah menjadi sebuah kebiasaan yang terlihat dari aktivitas masyarakat dalam melaksanakan upacara perkawinan yaitu berupa hantaran yang diberikan bako mempelai laki-laki untuk mempelai perempuan. Hal ini terlihat bahwa pelaksanaan tradisi rumah siriah jo kapalo bareh yang dijalankan masyarakat sekarang, sama dengan masyarakat dahulunya seperti menyediakan bahan untuk syarat yang diperlukan dalam proses pelaksanaan rumah siriah jo kapalo bareh berupa kelapa 3 jirek, beras kuning,beras didalam dulang,abu kayu, rokok nipah, padi, bibit terung, bibit mentimun, bibit kacang panjang, bibit pepaya,bibit oyong, bibit batik, siriah, pinang, cabe, maupun adanya kayu seperti perahu, perahu dayung, kapak, parang (ladiang), kayu saikek, cangkul dan pisau.

a. Pertemuan di RumahBako

Pertemuan di rumah bako mempelai laki- laki merupakan tahapan awal sebelum melaksanakan hantaran rumah siriah jo kapalo bareh, sebelum adanya pertemuan maka terlebih dahulu bako menentukan tempat untuk berkumpul yaitu disalah satu di rumah bako yang bernama (MR), disini peneliti melihat bahwa adanya pembincangan antara bako dengan niniak mamak, alim ulama dan cadiak pandai mengenai hantaran yang disusun dan hantaran yang dibawapun harus dipersiapkan oleh indukbakojobapakbakosehingga tinggal untuk disusun sesuai dengan tradisi atau aturan yang telah ada. Proses awal yang dilakukan bertujuan untuk bermusyawarah, kegiatan ini dilakukan selama lima hari sampai penyerahan hantaran selesai. Sesuai dengan kesepakatan bersama, pertemuan dilakukan pada pukul 10.00 WIB hingga selesai. Berdasarkan pengamatan dari musyawarah yang dilakukan pada saat pertemuan tersebut, ternyata hantaran yang akan diberikan juga terdapat dari keluarga yang berhubungan dengan keluarga bako, seperti sanak saudara daribako dan juga tetangga dari bako yang langsung mengantarkan ke rumah bako yang bernama (MR), dengan senang hati bako telah menerima pemberian pertolongan dari semua keluarga. Pada saat diadakan musyawarah itu juga terlihat bahan-bahan rumah siriah jo kapalo bareh yang telah dikumpulkan sepertim kelapo 3 jirek, pinang, siriah, macam-macam bibit, pisau, kapak, parang. Berdasarkan pernyataan diatas dapat

(8)

diketahui bahwa dalam tahap awal mengadakan tradisi rumah siriah jo kapalo bareh ini yaitu adanya pertemuan dengan cara mengadakan musyawarah serta mengumpulkan bahan-bahan hantaran sehingga bahan yang disediakan mudah diketahui langsung siapa saja yang menyediakan bahanrumah siriah jo kapalo bareh itu semua.

Kegiatan pertemuan tersebut dimulai pukul 10.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB. Melalui musyawarah yang dilakukan tersebut maka bako juga melihat dan memperhatikan bahan-bahan apa saja yang kurang, supaya bahan-bahan yang diberikan tidak ada kekurangannya pada saat penyerahan, karena tradisi ini merupakan kewajiban dan kesepakatan bersama. Pertemuan tersebut merupakan aturan yang telah ada sesuai dengan tradisi yang dijalaankan selama ini, dalam pertemuan tersebut dapat mempermudah bako dalam menyusun bahan hantaran tradisi rumah siriah jo kapalo bareh.

b. Menyusun Bahan Hantaran Rumah Siriah Jo Kepalo Barehdi RumahBako Tahapan yang kedua adalah menyusun bahan hantaranrumah siriah jo kapalo bareh di rumah bako (MR), kegiatan ini dilakukan pada hari selasa pukul 10.00 WIB sampai pukul 17.00 WIB. Penyusunan bahan hantaran disini maksudnya untuk mempermudah bako pada saat penyerahan dan hantaranrumah siriah jo kapalo bareh yang diberikanpun bisa tersusun rapi sesuai dengan bahan-bahan yang dipersiapkan sebelumnya, dan tujuan dari penyusunan bahan hantaran ini dilakukan agar tradisirumah siriah jo kapalo bareh dapat berjalan dengan baik.

Bahan hantaran yang telah dipersiapkan sebelumnya seperti adanya beras kuning, beras empat kg dalamdulang,lamang pagating,abu kayu, kelapa tumbuh, kelapa tiga jirek, rokok nipah, padi, bibit terung, bibit mentimun, bibit kacang panjang, bibit pepaya,bibit oyong,bibit batik, siriah, pinang, cabe, maupun adanya kayu seperti perahu, perahu dayung, kapak, parang (ladiang), kayu saikek, cangkul dan pisau.

Namun ternyata bahan hantaran ini tidak hanya dibeli melainkan disediakan sendiri oleh bako mempelai laki-laki dari perkebunan yang diolah bako. Kegiatan penyusunan yang dilakukan dimulai dari adanya beras dan kelapa tigajirek.

Bahan yang disusun pertama adalah beras dan kelapa tiga jirek, beras yang disediakan ini merupakan beras yang telah ditanam sendiri olehbako bernama (DL) bukan beras yang dibeli, tujuan dari memberikan beras yang ditanam sendiri adalah agar supaya mempelai laki-laki tahu bagaimana menjadi

kepala keluarga dan dapat menafkahi istri dan anak nantinya. Sedangkan kelapa tiga jirek tersebut didapatkan dari kebun bako sendiri, yang mana kelapa tiga jirek dipanjat dan dipilih tiga buah yang bagusnya supaya kelapa itu nantinya dapat digunakan untuk masak ke dapur dengan tujuannya supaya mempelai laki-laki dan perempuan tahu bahwa kelapa yang diberikan tersebut berasal dari bako sebagai tanda agar dalam berumah tangga tetap dapat dapat menghormati niniak mamak, cadiak pandai, alim ulama dan masyarakat meskipun nantinya sudah berumah tangga. Setelah tahap pertama selesai barulah pembuatan perahu, perahu dayung, kapak, parang (ladiang), kayu saikek,cangkul dan pisau.

Pembuatannya diawali dari pencaharian kayu jati oleh bako yang bernama (DL), pencaharian kayu jati tidak begitu susah karena di tempat bako tinggal mudah didapatkannya karena salah satu diantara bako ada yang memiliki pohon batang kayu jati, setelah kayu jati didapatkan maka bapak bako langsung membuat benda yang berbentuk seperti perahu, perahu dayung, kapak, parang (ladiang),kayu saikek,jangkul dan pisau, benda ini di ukur sebagus mungkin agar mirip seperti benda aslinya yang tujuannya nanti agar benda ini dapat dapat dijadikan sebagai pedoman hidup dalam mencari nafkah keluarga. Kegiatan yang dilakukan selanjutnya yang dilakukan (WS) adalah memilih tanaman yang bisa dijadikan bibit dan kemudian dibersihkan.

setelah itu memasukan bibit-bibit didalam wadah kecil yang tujuannya agar nanti dalam berumah tangga mempelai laki-laki dan mempelai perempuan bisa menghidupi keluarganya untuk mencari nafkah dengan cara berkebun baik itu disawah. Kemudian barulah pembuatan lamang bagatiang, pembuatan lamang baagtiang ini berasal dari beras pulut dengan mengunakan santan, dan dimasak diatas kayu abu, setelah dimasak lamang bagatiang dimasukakn kedalam bambu agar menjadi sebuah lamang, dan didiamkan agar dingin setelah itu diluluik mengunakan kunyit kemudian dibungkus mengunakan kain supaya mempermudah anak untuk mengendonglamang bagatiangtersebut.

Jadi disimpulkan bahwa ternyata pembuatan lamang bagatiang tidak mengunakan beras biasa melainkan beras pulut dan proses yang dilakukan mengunakan santan dan setelah masak barulah dimasukkan kedalam buluh dan ternyata adanya makna yang terkanduang dari pembuatan lamang bagatiang supaya nantinya mempelai perempuan memiliki

(9)

keturunan, dan keturunannya nanti akan meneruskan tradisi rumah siriah jo kapalo bareh. Pembuatan terakhir adalah pemuatan rumah siriah, kelapa tumbuah yang dibentuk seperti kembang body (hiasan untuk menutupi kelapa tumbuah). Dapat diketahui bahwa cara pembuatan rumah siriah ini dengan cara menyediakan kertas karton yang tebal, lem dan guntiang, pembuatan ini sedikit rumit dan menghabiskan waktu lama, pembuatan rumah siriah ini harus berbentuk rumah asli makna dari tujuannya pembuatan rumah ini adalah sebagai tempat perlindungan mempelai laki-laki dan perempuan setelah pembuatan rumah siriah selesai barulah pembutan bendera, pembuatan berdera ini akan dipasang diatas rumah siriah tersebut agar semua masyarakat dapat melihat bahwa pelaksanaan rumah siriah jo kapalo bareh dapat berjalan baik sampai saat penyerahan sedangkan kelapa tumbuh tersebut dibungkus dengan mengunakan kertas hias yang disebut dengan kembang body agar kelihatan indah dipandang yang bertujuan agar pelaksanaan hantaran rumah siriah jo kapalo barehini dipadang masyarakat sebagai petunjuk dalam hidup karena setiap manusia saling menghargai dan membutuhkan.

Pelaksanaanya bahan yang ingin disusun diatas ternyata tidak semudah dilihat karena kepala beras tersebut tidak dipegang malahan dijunjung, dalam menyusun rumah siriah jo kapalo bareh ini harus ditata rapi sesuai dengan aturan yang telah ada seperti beras harus diletakkan diatas dulang tidak boleh tumpah, cabe ditusuk diatas terung, kelapa dibungkus dengan kertas warna yang namanya kembang body, lamang bagatiang digendong dengan mengunakan kain pengendong dengan dioleskan kunyit, dan selanjutnya pinang,siriah, bibit-bibit disusun rapi didalam rumah siriah yang terbuat dari kertas karton yang dibentuk seperti rumah sehingga tertata rapi.

c. Menjemput Mempelai Laki-Laki dengan Membawa Rumah Siriah Jo Kepalo Barehyang Diiringi dengan LaguBadiki

Setelah penyusunan bahan hantaran selesai dilakukan maka tahap selanjutnya yaitu menjemput mempelai laki-laki dengan membawa rumah siriah jo kapalo bareh yang diiringi dengan lagu badiki menuju ke rumah mempelai perempuan, namun sebelum hantaran dibawa maka yang harus diperhatikan terlebih dahulu yaitu menyimpan sebagian hantaran yang di bawa diantaranya kain dan baju sebagai pegangan laki-laki untuk dibawa kerumah perempuan nantinya, sehingga tidak semuanya dibawa tujuannya agar diwaktu pulang kerumah

mempelai perempuan bisa membawa pakaian tanpa tangan kosong. Setelah itu induk bako, bapak bako, ninik mamak, sumando, alim ulama, cadiak pandai, dan masyarakat untuk berkumpul bersama membawa hantaran rumah siriah jo kapalo bareh, hingga semua rombongan dari mempelai laki-lakipun berangkat dengan berjalan kaki yang diiringi dengan lagu badiki dengan bembaca salawat nabi yang dibacakan oleh para ulama-ulama dan didegarkan oleh semua rombongan yang membawa hantaran tersebut yang bertujuan agar pelaksanaan rumah siriah jo kapalo bareh dapat berjalaan lanjar tanpa ada hambatan. Pada saat menjemput mempelai laki-laki dengan membawa rumah siriah jo kapalo bareh yang diiringi lagu badiki menuju rumah mempelai perempuan maka semua bako, ninik mamak, cadiak pandai, alim ulama dan masyarakat memiliki peran penting untuk dapat membantu memudahkan proses pelaksanaan hantaran tersebut melalui kerja sama yaitu membawa hantaran secara berombongan, setelah semua berkumpul itu barulah semua menuju ke rumah mempelai perempuan yang diiringi denga lagu badiki, pada tahapan ini juga peran cadiak pandai amatlah penting dalam membawa lagu islami selain itu masing-masing hantaran tersebut tidak terasa berat karena saat diperjalanan tersebut adanya kegiatan lagu-lagu salawat nabi, keberangkatan tersebut dimulai pada pukul 16.00 WIB dan lagu yang dinyanyikan bertujuan agar kegiatan yang dilakukan bisa berjalan dengan baik tanpa ada masalah yang tidak diiginkan.

d. Penyerahan Rumah Siriah Jo Kepalo Barehdari PihakBako Ka Anak Daro

Penyerahan rumah siriah jo kapalo bareh dari pihak bako laki-laki ka anakdaro dilaksanakan pukul 17.30 WIB sampai pukul 18.00 WIB. Penyerahanrumah siriah jo kapalo bareh ini merupakan sebuah kegiatan terakhir yang dilakukan. penyerahan tersebut melibatkan, tokoh masyarakat (niniak mamak, cadiak pandai, alim ulam), keluarga laki-laki dan masyarakat. Setelah hantaranrumah siriah jo kapalo bareh dibawa peneliti melihat yang mana rembongan keluarga mempelai perempuan telah menunggu di luar pelaminan untuk menanti kedatangan bako untuk menyambut bawaan hantaran yang diberikan bako, dalam kegiatan tersebut terlihat adanya urang tuo sumando yang merupakan salah satu perwakilan yang sedang berdiri di tengah- tengah antara kedua belah pihak sambil pemberian jarano yang bertada adanya adat

(10)

yang bejalan baik sehingga kemudian penyerahan tersebut diterima dengan baik bagi keluarga perempuan. Sesudah pembawaanbako selesai diserahkan, kemudian semua keluarga dipersilahkan untuk duduk mendengarkan pantun baik dari keluarga memepelai perempuan dan keluarga laki-laki, dapat disimpulkan bahwa hantaran rumah siriah jo kapalo bareh diserahkan pada pukul 17.30 WIB. Penyerahan tersebut diwakili salah satu dari keluarga mempelai perempuan dan dimeriahkan bukan hanya dari bako saja tetapi juga ada niniak mamak, alim ulama, cadiak pandai dan masyarakat, setelah proses penyerahan diterima barulah mendengarkan pantun nasehat dari cadiak pandai. Nasehat yang didegarkan tersebut memiliki tujuan tersendiri bagi masyarakat Muara Sakai. Dalam hal ini masyarakat Muara Sakai bisa menjalin hubungan silahturahmi dan membangun realitas sosial yang telah mereka warisi, dengan cara melestarikan tradisi rumah siriah jo kapalo bareh. Proses pelaksanaan tradisirumah siriah jo kapalo barehmenunjukan bahwa pada upacara perkawinan di Nagari Muara Sakai merupakan suatu fenomena dalam kehidupan masyakat secara turun-temurun sampai sekarang dan tidak akan hilang karena berdasarkan dari penjelasan dari informan tersebut secara prinsip rumah siriah jo kapalo bareh merupakan pemberian bako kepada pempelai laki-laki untuk mempelai perempuan yang harus dilestarikan karena tradisi ini salah satu ciri khas masyarakat Muara Sakai dalam melaksanaan upacara perkawinan. Sehingga tradisi ini memiliki nilai-nilai makna tertentu sesuai dengan aktivitas yang dilakukan masyarakat Nagari Muara Sakai dalam upacara perkawinan dan masing-masing bahan yang di susun oleh bako memliki manfaat tertentu bagi keluarga yang melaksanakan upacara perkawinan. Hal ini sesuai dengan ungkapan Schutz bahwa suatu kegiatan dalam kehidupan sosial merupakan fenomena yang dihadapi seprti adanya kepercayaan, peraturan, dan nantinta dijadikan sebagai ciri khas bagi masyarakat Nagari Muara Sakai.

2 Makna Rumah Siriah Jo Kepalo Bareh dalam Upacara Perkawinan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada proses upacara perkawinan tangggal 3 Mei 2015 sampai 8 Mei 2015 dan juga melihat proses perkawinan pada tempat yang berbeda meskipun nagari yang sama pada tanggal 14 Mei 2015 sampai 17 Mei 2015.

Peneliti juga melakukan wawancara pada tanggal 13 Mei 2015 sampai 27 Mei dengan

tokoh masyarakat dan anggota masyarakat.

Ternyata adanya makna-makna pada proses pelaksanaan perkawinanrumah siriah jo kapalo bareh sehingga segala aktivitas yang dilakukan masyarakat merupakan sesuatu yang memiliki arti dan tujuan. Proses pelaksanaan tersebut tetap dilaksanakan hingga sekarang dan telah menjadi kebiasan bagi masyarakat di Nagari Muara Sakai dan selalu dilakukan dalam setiap upacara sehingga tradisi yang dijalankan telah menjadi kebutuhan bagi masyarakat setempat karena masyarakat tersebut memiliki keyakinan dan keyakinan tersebutlah dapat menghasilkan sebuah tindakan dalam beberapa kegiatan tersebut juga memiliki makna tersendiri. Oleh karena itu pada bagian ini penulis akan membahas makna-makna yang terdapat pada hantaran tradisi rumah siriah jo kapalo bareh yang diberikan tersebut supaya masyarakat akan menginggat dan mempertahankan tradisi yang telah ada, dan selalu melaksanakan kegiatan rumah siriah jo kapalo bareh dalam upacara perkawian yaitu sebagai berikut.

a. Tradsi Rumah Siriah Jo Kepalo Bareh Sebagai Perlindungan Maupun Kebanggan Bagi Bako dan Tiga Tungku Sajarangan.

Tradisi rumah siriah jo kapalo bareh merupakan suatu tindakan atau aktivitas yang dilakukan dalam setiap pelaksanaan upacara perkawinan didalam pelakasanaan tersebut adanya tindakan manusia. Menurut Schutz struktur kesadaran yang diperlukan untuk terjadinya saling bertindak atau berinteraksi dan saling memahami antar sesama manusia, secara singkat dapat dikatakan bahwa aktivitas dan interaksi sosial terjadi dan berlangsung melalui penafsiran dan pemahaman tindakan antar manusia (Ritzer, 2013:60). Tradisirumah siriah jo kapalo bareh yang telah menjadi kebiasan yang dilakukan pada proses upacara perkawinan memiliki pemahaman sebagai perlindungan dan kebangaan bagi bako, ninik mamak, cadiak pandai, alim ulama dan masyarakat dengan demikian kegiatan yang telah dilakukan bukan hanya untuk mencapai tujuan pribadi dari individu melainkan tujuan bersama, dapat diketahui bahwa tradisi rumah siriah jo kapalo bareh sudah lama dilakukan oleh masyarakat Muara Sakai. Hal ini bermula adanya bawaan rumah siriah yang mana mereka yakin akan tetap hidup bersama-sama karena dengan adanya tradisi ini maka didalam proses pelaksnaanya adanya perlindungan dari bako sebagai contoh agar didalam berumah tangga suami harus bisa bertanggung jawab dalam

(11)

memberikan nafkah serta menjadi kepala rumah tangga, dan selain itu juga bako bangga karena dengan terlaksananya tradisi ini mereka telah dihormati karena tradisi ini merupakan ciri khas dalam pelaksanaan upacara perkawinan. Karena itulah hingga sekarang masyarakat Muara Sakai tetap meyakini dan tetap melakukan tradisi rumahsiriah jo kapalo barehini.

Hal ini dapat di analisis mengunakan teori fenomenologi yaitu melihat sebagaimana caranya mendapatkan makna tentang tindakan sosial, maksudnya untuk memahami tentang makna tindakan dan memusatkan perhatian kepada kenyataan yang penting atau alamiah (natural attitude) alasannya adalah tidak keseluruhan gejala kehidupan sosial mampu diamati sehingga dalam hal ini terlihat bagaimana adanya sebuah perlindungan dari hantaran yang diberikan bako untuk mempelai laki-laki dan kebanggan bako, niniak mamak, alim ulama, cadiak pandai memperoleh makna dari tindakan yang dilakukan secara bersama- sama, dengan adanya rasa kepedulian tersebut maka hubungan kekeluarga terjalin erat dan tidak ada perpecahan.

b. Pelaksanaan Tradisi Rumah Siriah Jo Kepalo Bareh dianggap Kebanggaan Nagari

Seperti yang kita ketahui, setiap orang dilahirkan dari kebudayaan yang berbeda satu sama lain. Dimana budaya itu bervariasi dari cara masyarakat berpikir dan bertindak. Oleh karena itu tradisi dan setiap budaya yang ada tentu berbeda juga keunikan dan kerakteristiknya. Dalam suatu kebudyaan biasanya terdapat banyak tradisi. Salah satunya tradisi perkawinan, seperti tradisi pelaksanaan rumah siriah jo kapalo bareh, pemberian hantaranrumah siriah jo kapalo bareh kerumah mempelai perempuan telah menjadi suatu keunikan yang membedakan budaya yang satu dengan budaya yang lainya, dapat disimpulkan bahwa masyarakat Muara Sakai melakukan tradisi ini karena mereka meyakini bahwa tradisi ini merupakan suatu kebanggan tersendiri oleh masyarakat dan nagari dalam melaksanakan proses upacara perkawinan. Hal ini dapa dilihat dari salah satu bawaan hantaran yang diberikan yakninya adanya kelapa tumbuh dan bendera yang terdapat diatasrumah siriahsehingga pada saat hantaran dibawa maka seluruh masyarakat keluar rumah untuk melihat petapa indahnya hantaran ini dilaksanakan. Masyarakat juga meyakini bahwa hantaran yang dibawa sangatlah unik karena tradisi ini hanya dilakukan oleh

masyarakat di Nagari Muara Sakai. Hal di atas dapat di analisis menggunakan teori yang dikemukan oleh Schutz. Menurut Schutz adanya struktur kesadaran yang diperlukan untuk terjadinya tindakan atau interaksi yang saling memahami antar sesama manusia. Berdasarkan hal terebut, interaksi sosial terjadi dan langsung melalui penafsiran dan pemahaaman tindakan masing-masing antar individu maupun antar kelompok,. Jadi diketahui bahwa tradsi rumah siriah jo kepalo bareh di Nagari Muara Sakai ini terjadi karena adanya kesadaran dan interaksi yang dilihat dari kepedulian dan hubungan yang telah terjalin lama antara bako, ninik mamak, cadiak pandai, alim ulama dan masyarakat dengan mempelai laki-laki sehingga tradisi ini telah menjadi ciri khas bagi masyarakat tersendiri dan dengan kesadaran itulah tradisi ini tetap dipertahankan hingga sekarang.

c. Pelaksanaan Tradisi Rumah Siriah Jo Kepalo Bareh Dianggap Untuk Mendapatkan Keturunan

Menurut Barudin selakucadiak pandai mengatakan tradisi rumah siriah jo kepalo bareh yang dilaksanakan tersebut telah mengandung makna tersendiri bagi masyarakat di Nagari Muara Sakai yang terlihat dari salah satu hantaran yang terdapat dari lamang bagatiang yang mana lamang bagatiang tersebut dibungkus kain pendukung yang mana kain pendukung dianggap sebagai kain yang sedang mengendong seorang anak. Hingga sekarang masyarakat masih tetap menganggap dengan melaksanakaan tradsi ini mereka telah memiliki keturunan yang baik, dapat diketahui bahwa kegiatan tradisi rumah siriah jo kapalo bareh ini dilaksanakan oleh masyarakat dapat memiliki keturunan, karena masyarakat di Nagari Muara Sakai percaya dan meyakini bahwa apabila tradisi ini dilaksanakan akan mendapatkan keturunan yang baik maka dilaksakanlah pembuatan lamang bagatiang, yang mana hal ini dapat dilihat bahwa lamang bagatiang merupakan makanan yang terbuat dari beras kentan yang dimasukan di dalam buluh dengan mengunakan kain pengendong yang dibawa anak kecil agar nantinya memeliki tujuan agar anak atau keturunan bisa menjadi anak yang sholeh dan sholeha, sehingga hal ini bertujuan agar keterunannya nanti dapat melestarikan tradisi ini. Menurut greetz, makna terletak pada simbol, simbollah yang melihat hubungan antara nilai dan makna. Degan demikian tindakan manusia menjadi suatu

(12)

hubungan sosial bila manusia memberikan arti atau makna tertentu terhadap tindakannya dan manusia lain memahami pula tindakannya itu sebagai sesuatu yang penuh arti. Jadi tradisi rumah siriah jo kapalo bareh tersebut dilakukan oleh masyarakat agar nantinya berharap agar keturunannya nanti akan melestarikan tradisi ini.

d. Sebagai Pedoman Hidup dalam Berumah Tangga

Tradisi rumah siriah jo kapalo bareh yang dilakukan masyarakat di Nagari Muara Sakai merupakan kebiasaan yang sudah menjadi tujuan bersama selain untuk memelihara nilai- nalai dan norma. ternyata tujuan yang terdapat dari salah satu proses dari tradisirumah siriah jo kapalo bareh adalah sebagai pedoman hidup dalam berumah tangga, hal tersebut dapat dilihat bahwa berumah tangga merupakan sebagai sesuatu yang berkenaan dengan urusan kehidupan di rumah.

bahwa Perkawinan merupakan ikatan lahir-bathin antara suami dan istri untuk berumah tangga. Sehingga pada dasarnya berumah tangga bukan hanya menjalin hubungan antara suami dan istri saja tetapi juga hubungan silahturahmi dengan orang lain. Jadi dalam berumah tangga seseorang suami harus bisa memberi nafka istri dan istri harus bisa menghormati suami dengan usaha-usaha yang dilakukannya. Melalui tradisi rumah siriah jo kapalo bareh tersebut telah dijelaskan bahwa dari tradisi ini bertujuan sebagai pedoman hidup baik bagi masyarakat yang telah melaksanakan tradisi ini, dengan melakukan tradisi rumah siriah jo kapalo bareh ini dapat dijadikan pedoman hidup yang terlihat dari pemberian sebuah benda seperti kayu yang dibentuk perahu, perahu dayung parang dan pisau, dapat diyakini bahwa hantaran tersebut memiliki makna bermanfaat tersendiri dalam berumah tangga dalam bekerja. Menurut Greetz, makna terletak pada simbol, simbollah yang melihat hubungan antara nilai dan makna. Dengan demikian nilai budaya berfungsi sebagai suatu sistem tata kelakuan. Maka masyarakat yang melaksanakan tradisirumah siriah jo kapalo bareh memaknai bahwa tradisi rumah siriah jo kapalo bareh adalah sebagai pedoman hidup dalam memenuhi kebutuhan dalam berumah tangga dan bermasyarakat artinya dalam melaksanakan tradisi ini maka masyarakat telah mempertahankan tradisi ini hingga sekarang.

e. Sebagai Bentuk Rasa Syukur Rasa syukur dalam tradisirumah siriah jo kapalo bareh merupakan suatu wujud usaha yang dilakukan manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa agar tujuan dari rasa syukur ini dapat diyakini agar kegiatan-kegiatan yang dilakukan masyarakat bisa berjalan dengan baik. Rasa Syukur dalam tradisi rumah siriah jo kapalo bareh merupakan usaha yang dilakukan manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan cara berdoa dan membaca salawat nabi bersama dan didengarkan oleh masyarakat Muara Sakai sehingga masyarakat yakin bahwa tuhan akan mendengarkan dan mengabulkan doa mereka agar tradisi ini dapat berjalan dengan baik tanpa ada hambatan, ternyata dari kegiatan yang dilaksanakan merupakan keyakinan yang dilaksanakan masyarakat untuk mengharapkan keselamatan agar tujuan tradisirumah siriah jo kapalo bareh ini berjalan dengan lancar dan rasa syukur yang diberikan ini dapat diyakini agar dapat diberikan pertolongan dan keselamatan dalam melaksankan tradisi ini.

Masyarakat juga meyakini bahwa setelah melakukan tradisi ini hati dan perasaan masyarakat selalu merasakan nyaman setelah mendengarkan salawat nabi, seperti membaca do’a.

Hal ini dapat dianalisis menggunakan teori fenomenologi yang dikemukakan oleh Schutz, tindakan manusia menjadi suatu hubungan sosial bila manusia memberi arti atau makna tertentu pada tindakan dan manusia lain memahami pula tindakannya itu dengan penuh arti. Pemahaman yang subjektif terhadap suatu tindakan sangat menentukan terhadap kelangsungan proses interaksi sosial baik bagi orang yang memberikan arti terhadap tindakannya tersendiri maupun pihak lain yang akan menerjemaahkan dan memahaminya serta yang akan bereaksi atau bertindak sesuai yang dimaksud oleh orang tersebut. Jadi berdasarkan keterangan-keterangan diatas dapat dipahami bahwa makna rumah siriah jo kapalo bareh juga mempegaruhi aktivitas-aktivitas yang dilakukan semua anggota keluarga yang melaksanakan perkawinan berupa sebuah tradisi yang berarti bagian-bagian warisan sosial khusus yang tidak memenuhi syarat saja tetapi masih tetap bertahan hingga di masa kini.

Masyarakat Muara Sakai juga menjelaskan bahwa mereka juga memaknai bahwa tradisi ini dilakukan agar masyarakat harus tetap bersyukur atas kegiatan yang dilakukan demi keselamatan dalam melakukan kegiatan yang dilakukan dalam melaksanakan tradisi rumah

(13)

siriah jo kapalo bareh. Jadi data dari informan- informan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa ternyata hantaranrumah siriah jo kapalo bareh yang dibawa memiliki tujuan atau makna yang di inginkan yaitu terjalinnya hubungan baik antara keluarga bako mempelai laki-laki dan mempelai perempuan yang mana hubungan tersebut dapat digambarkan dari penyerahan rumah siriah jo kapalo bareh sehingga tradisi tersebut masih dipertahankan dengan cara melaksanakan tradisi rumah siriah jo kapalo sehingga sampai sekarang tradisi ini tetap dilaksanakan sesuai yang telah disampaikan oleh informan-informan diatas.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan peryataan dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat dikemukakan simpulkan mengenai makna rumah siriah jo kepalo bareh dalam upacara perkawinan di Nagari Muara Sakai Inderapura Kecamatan Pancung Soal Kabupaten Pesisir Selatan sebagai berikut:

1. Proses pelaksanaanrumah siriah jo kapalo bareh dalam upacara perkawinan di Nagari Muara Sakai Inderapura Pesisir Selatan memiliki tahapan-tahapan yang berawal dari, a). Bertemu di rumah bako, dalam hal ini adanya pemincangan antara bako dengan tiga tungku sajarangan mengenai hantaran yang disusun, proses awal bertujuan untuk bermusyawarah, dan kegiatan ini dilakukan selama lima hari sebelum penyerahan rumah siriah jo kapalo bareh diberikan, b). Tahapan kedua adalah menyusun bahan hantaran di rumah bako, bahan yang dipersiapkan berupa beras kuniang, beras yang terdapat didalam dulang, lamang bagatiang, abu kayu, kelapo tumbuh, kelapa tiga jirek, rokok nipah, padi, bibit terung, bibit mentimun, bibit kacang panjang, bibit pepaya, bibit oyong, bibit batik, siriah, pinang, cabe, maupun adanya kayu seperti perahu, perahu dayung, kapak, parang (ladiang), kayu saikek,cangkul dan pisau, c). Tahap selanjutnya adalah menjemput mempelai laki-laki dengan membawa rumah siriah jo kapalo bareh yang diiringi dengan lagu badiki dengan membaca salawat nabi beserta didengarkan oleh semua rombongan yang membawa hantaran tersebut, d). Sampailah akhirnya pada penyerahanrumah siriah jo kapalo barehdari pihak bako ke anak daro, penyerahan tersebut di sambut oleh salah satu perwakilan dari keluarga mempelai perempuan untuk pemberian jarano yang bertanda adanya rumah siriah jo kapalo bareh berjalan dengan baik.

2. Makna rumah sirih jo kapalo barehdalam upacara perkawinan di Nagari Muara Sakai Inderapura Pesisir Selatan Kecamatan Pancung Soal Kabupaten Pesisir Selatan yaitu :

1). Tradisirumah siriah jo kepalo barehsebagai perlindungan dan kebanggaan bagi bako dan tiga tungku sajarangan agar dapat melindugi mempelai laki-laki dari masalah berumah tangga dan kebanggan bako, niniak mamak, alim ulama,cadiak pandaidan masyarakat yang terlihat dari pemberian yang dilihat dari aktivitasnya secara bersama-sama secara bermusyawarah agar nantinya mempelai laki- laki dan memepelai perempuan dapat menghormati bako, niniak mamak cadiak pandai, alim ulama dan masyarakat, 2).

Kebanggaan nagari karena dari pemberian hantaranrumah siriah jo kapalo barehkerumah mempelai perempuan telah menjadi suatu keunikan yang membedakan budaya yang satu dengan budaya lainnya, 3). Untuk mendapatkan keturunan karena masyarakat di Nagari Muara Sakai percaya bahwa apabila tradisi ini dilaksanakan akan mendapatkan keturunan yang baik, 4). Sebagai pedoman hidup dalam berumah tangga dan bekerja agar nantinya dalam berumah tangga mempelai perempuan bisa bekerja jadi ibu rumah tangga yang baik dan suami harus bisa bekerja untuk memberi nafkah istri sesuai dengan usaha yang di lakukan manusia semestinya. 5). adanya bentuk rasa syukur, tujuan dari rasa syukur ini dapat diyakini masyarakat agar kegiatan-kegiatan yang dilakukan bisa berjalan dengan baik.

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran-saran yang dapat diberikan diantaranya:

1. Kepada tokoh adat nagari dan masyarakat Muara Sakai Inderapura Pesisir Selatan Kecamatan Pancung Soal Kabupaten Pesisir Selatan untuk dapat memberikan motivasi kepada pemuda-pemudi untuk dapat melestarikan tradisi-tradisi yang berkembang di Nagari Muara Sakai terutama pada tradisi rumah siriah jo kapalo bareh pada upacara perkawinan.

2. Bagi mempelai laki-laki dan mempelai perempuan sendiri agar mengetahui makna dan nilai dari tradisirumah siriah jo kepalo bareh di Nagari Muara Sakai Inderapura Pesisir Selatan supaya bangga bahwa tradisi tersebut telah menjadi kebanggaan dari Nagari.

3. Kepada penulis dan pembaca supaya dapat dijadikan sebagai penambah

(14)

Wawasan ilmu pengetahuan tentang tradisi yang ada di Nagari Muara Sakai Kecamatan Pancung Soal Kabupaten Pesisir Selatan dan juga sebagai sumber informasi.

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal. 2014.Metode Penelitian Kualitatif.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Bungin, Burhan. 2011. Metodelogi Penelitian Kualitatifaktulisasi Metodologis Ke Arah Ragam Varian Kontemporer.Jakarta: PT.

Raja Grafindo. Persada.

Helmi, Aswan. 1995. Proses dan Strategi Adaptasi Warga Masyarakat Transmingran di Desa Makarti Jaya Sumatera Selatan. Jakarta: Deklibud Koentjaraningrat, 1995. Beberapa Pokok

Antropologi Sosial. Jakarta: PT. Dian Rakyat

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Ritzer, George. 2013. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadingma Ganda.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Setiady, Tolib. 2009. Intisari Hukum Adat Indonesia.Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. Bandung:

Alpabeta.

Http://Www.Lbh-Apik.Or.Id/Uu Perk_Penjelasan.Htm.com /2014/10/17

Referensi

Dokumen terkait

Thus, it is seen that the value of F arithmetic 42,959> F table 2.49 so that the hypothesis Ha which states leadership X1, compensation X2 and competence X3 significantly influence the