• Tidak ada hasil yang ditemukan

makna simbolik acara mappacci pernikahan adat

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "makna simbolik acara mappacci pernikahan adat"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

Penelitian Relevan

Persamaan dan perbedaan dalam penelitian ini adalah: kesamaan sama-sama mengkaji makna simbol menggunakan kajian semiotika, dan perbedaannya terletak pada objeknya, dan penulis lebih fokus mengkaji makna yang terkandung dalam simbol-simbol yang digunakan dalam program mappacci. Persamaan dan perbedaan dalam penelitian ini adalah: kesamaan sama-sama mengkaji secara simbolik menggunakan kajian semiotika dan perbedaannya terletak pada objeknya, sedangkan penulis lebih fokus mengkaji makna yang terkandung dalam simbol-simbol yang digunakan dalam program mappacci.

Kebudayaan

Cara makanan dipilih, disiapkan, disajikan, dan dimakan seringkali berbeda dari satu budaya ke budaya lainnya. Identitas diri dan rasa hormat dapat diwujudkan dengan sikap sederhana pada satu budaya, sedangkan pada budaya lain ditunjukkan dengan perilaku agresif. i) Proses mental dan pembelajaran.

Sejarah Terbentuknya Wajo

Kedudukan Batara Wajo yang monarki absolut diubah menjadi Arung Matowa yang monarki konstitusional. Wajo yang dulunya adalah sebuah kerajaan, kemudian menjadi divisi Ondera, kemudian Swapraja dan akhirnya menjadi sebuah distrik.

Pernikahan

Saat ini mapessek-pessek belum terlalu banyak, karena calon pengantin pria mayoritas sudah ditentukan oleh orang tua mempelai pria yang sudah terkenal. Mappada atau mattampa dilakukan oleh pihak laki-laki dan perempuan untuk memberikan informasi kepada seluruh keluarga tentang upacara pernikahan.

Ritual Mappacci dalam Adat Masyarakat Bugis Wajo

Perkembangan Najamuddin selanjutnya, istilah mappacci paling sering dikaitkan dengan salah satu rangkaian kegiatan dalam proses perkawinan masyarakat Bugis Bone. Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa mappacci merupakan ritual adat pernikahan yang telah diwariskan secara turun temurun oleh masyarakat Bugis sebelum akad nikah dilaksanakan keesokan harinya dengan tujuan membersihkan kedua mempelai dari hal-hal yang tidak baik. dan ritual mappacci ini biasanya diadakan pada malam hari atau lebih dikenal dengan Wenni Tudang Penni.

Makna

Makna dapat diartikan sebagai kata yang dilingkupi oleh kata atau benda, jadi makna pada hakekatnya lebih dari sekedar makna. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, yang dimaksud dengan makna adalah kata yang dilingkupi oleh tanda atau simbol dan hasil interpretasi dan interpretasi yang erat kaitannya dengan objek atau hal tertentu, yang hasilnya relatif terhadap penafsir.

Folklor

Berbeda dengan Brunvand (dalam cerita rakyat Danandjaja dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama yaitu cerita rakyat lisan, cerita rakyat sebagian lisan dan cerita rakyat non-verbal. Menurut Brunvand (dalam cerita rakyat Danandjaja dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu cerita rakyat lisan, sebagian lisan) .folklore, dan nonverbal folklore.) 1) Oral folklor Menurut Danandjaja, folklor sebagian lisan didefinisikan sebagai folklor yang bentuknya merupakan campuran antara unsur lisan dan unsur nonverbal.

Sejalan dengan pernyataan di atas, cerita rakyat lisan sebagian merupakan campuran unsur lisan dan bukan lisan. Bentuk lisan dapat diartikan sebagai cerita rakyat yang dituturkan langsung oleh pelakunya dan non verbal dapat diartikan sebagai cerita rakyat yang bentuknya selain tuturan atau percakapan, misalnya berupa gerak-gerak, melalui kegiatan dan upacara. Danandjaja berpendapat bahwa cerita rakyat bukan lisan diartikan sebagai cerita rakyat yang bentuknya tidak diucapkan, meskipun cara pembuatannya diajarkan secara lisan.

Berdasarkan jenis cerita rakyat yang telah disebutkan, penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti ini adalah cerita rakyat non lisan.

Simbolik

Ia selalu memiliki arti atau makna yang lebih kecil, lebih miskin dari sesuatu yang dilambangkan (Suharianto dalam Budiman. Badrun (dalam Maran menyatakan bahwa lambang adalah suatu benda atau peristiwa yang mengacu pada sesuatu yang lain. Dalam Harper Collins Dictionary of Religions, Jonathan Z Smith mengatakan bahwa penggunaan simbol digunakan untuk mewakili sesuatu atau peristiwa dalam arti lain, misalnya patung, pohon, arsitektur, warna, doa mitos, ritual dan segala sesuatu yang dapat memberi makna lain pada sesuatu.

Dapat dikatakan bahwa simbol adalah tanda yang menceritakan sesuatu kepada orang lain, yang mengacu pada objek tertentu di luar tanda itu sendiri, yang bersifat konvensional. Simbol adalah tanda yang memiliki hubungan konvensional dengan apa yang dilambangkannya, dengan apa yang dilambangkannya, dan seterusnya. Diketahui pula bahwa kesatuan simbol dan makna ini akan menghasilkan suatu bentuk yang mengandung maksud, sehingga dapat disimpulkan pula bahwa makna simbolik adalah makna yang terkandung dalam suatu benda atau situasi yang merupakan pengantar untuk memahami suatu objek.

Konsep Umum Semiotika

Kajian semiotik sastra adalah upaya untuk menganalisis sastra sebagai sistem tanda dan untuk menentukan konvensi mana yang memberi makna pada karya sastra. Diagram, lukisan, gambar, sketsa, kaligrafi, dan ukiran yang muncul sebagai fitur wajah adalah contoh tanda ikonik. Teori semiotik terdiri dari seperangkat teori tentang bagaimana tanda-tanda merepresentasikan objek, gagasan, keadaan, situasi, perasaan, dan keadaan di luar tanda itu sendiri.

Hartako (dalam Sudjiman memberikan batasan bahwa semiotika adalah cara dimana karya diinterpretasikan oleh pengamat dan publik melalui tanda atau simbol. Sedangkan Luxemburg (dalam Sudjiman) menyatakan bahwa semiotika adalah ilmu yang secara sistematis mempelajari tanda dan simbol sistemnya. dan proses simbolisme Aart van Zoest (dalam Sudjiman mendefinisikan semiotika sebagai studi tentang tanda dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya, cara kerjanya, hubungannya dengan tanda lain, penyampaiannya dan penerimaannya oleh mereka yang menggunakannya.

Semiotika mempelajari sistem, aturan, konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut memiliki makna.

Semiotika Charles Sanders Piercer

Menurut Pierce (dalam Jabrohim mengatakan bahwa ikon adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dan petanda. Berdasarkan pemikiran tersebut dapat disimpulkan bahwa ikon adalah tanda yang menyerupai bentuk objek aslinya. Jadi sebuah indeks adalah tanda yang menunjukkan hubungan sebab akibat (sebab akibat) antara penanda dan petanda, misalnya asap menunjukkan api, penanda angin menunjukkan arah mata angin dan sebagainya, (Jabrohim, 2003: 68).

Berdasarkan pandangan tersebut dapat disimpulkan bahwa indeks adalah indeks adalah tanda yang memiliki hubungan fenomenal atau eksistensial antara representasi dengan objeknya atau tanda yang menunjukkan hubungan sebab akibat antara yang ditandakan. Lambang jabrohim adalah tanda yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan alamiah antara penanda dan petanda, hubungan itu bersifat arbitrer. Sedangkan menurut Pierce (dalam Jabrohim, simbol adalah tanda yang berkaitan dengan penanda dan juga petanda.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa simbol adalah tanda yang berkaitan dengan penanda dan juga petanda, dan bersifat arbitrer atau sewenang-wenang atau tanda yang disepakati oleh penanda sebagai acuan umum.

Kerangka Pikir

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Fokus Penelitian

Definisi Istilah

Data dan Sumber Data

Sumber data primer adalah data yang diambil dari penelitian lapangan yang diperoleh dari prosesi ritual acara mappacci pernikahan Bugis Wajo di Kabupaten Wajo dan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat Wajo di Kabupaten Wajo. Informan yang akan dipilih adalah orang yang memiliki pengetahuan mappacci (orang tua) sebanyak 2 (dua) orang (seperti melakukan wawancara dan dokumentasi dengan informan). Sumber data sekunder adalah data pendukung berupa data primer yang diperoleh dari perpustakaan berupa buku (karya ilmiah) dan referensi yang relevan yang berkaitan dengan penelitian ini.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik dokumentasi yaitu memperoleh data secara langsung dari tempat penelitian dengan mengambil gambar (gambar) dan peneliti menggunakan gambar dengan maksud agar data yang terkumpul lebih erat kaitannya dengan makna yang terkandung dalam simbol-simbol yang digunakan dalam prosesi mappacci- pada pernikahan adat Bugis. Wajo di Kabupaten Wajo. Teknik pencatatan, dimana peneliti mencatat segala hal yang berkaitan dengan makna simbol-simbol yang digunakan dalam prosesi mappacci pada pernikahan adat Bugis Wajo yang diperoleh dari narasumber, dalam buku catatan yang telah disiapkan.

Teknik Analisis Data

Berdasarkan tata cara pemberian pacci di atas, kebanyakan masyarakat memberikan pacci kepada calon pengantin khususnya di Kabupaten Wajo. Lilin memiliki arti sebagai penerangan (sulo kehidupan) dalam bahasa Bugis disebut sulo mattappa, sehingga diharapkan calon pengantin selalu mendapat hidayah dari Allah swt. Air ini digunakan sebagai tempat cuci tangan bagi orang yang telah memberikan pacci kepada kedua mempelai dan juga sebagai pelengkap acara mappacci.

Oleh karena itu, diharapkan calon pengantin selalu mendapat hidayah dari Allah SWT. Dan lambang yang terakhir adalah air, air ini digunakan sebagai tempat cuci tangan bagi orang yang telah memberikan pacci kepada kedua mempelai dan menjadi pelengkap acara mappacci. Kedua, banyaknya orang yang meletakkan pacci di tangan kedua mempelai biasanya disesuaikan dengan stratifikasi sosial kedua mempelai itu sendiri.

Sekaligus diundang sebagai pengajar Khatammal al-Quran (manre lebbe) bagi kedua mempelai sebelum memasuki acara Mappacci.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pembahasan

Mappacci merupakan salah satu tahapan prosesi pernikahan adat Sulawesi Selatan khususnya di Kabupaten Wajo yang mengandung simbol/niat baik untuk tujuan penyucian jiwa raga calon pengantin sebelum memasuki bahtera rumah tangga. Mappacci ini bertujuan untuk membersihkan jiwa dan raga kedua mempelai sebelum mengarungi kapal rumah tangga dengan cara membersihkan segala sesuatu yang meliputi pemetaan ati (hati yang suci), pemetaan nawa-nawa (pikiran yang suci), pemetaan pangkaukeng (perilaku yang baik/bersih). perbuatan), dan pemetaan ateka (centang bersih). Prosesi pelaksanaan mappacci pada pernikahan adat Bugis Wajo ini juga menggunakan pendamping dan bakkie (Paduppa) bagi orang yang akan memberikan pacci kepada kedua mempelai dengan tujuan sebagai simbol penghormatan kepada orang yang memberikan pacci tersebut. pacci kepada calon mempelai dan diiringi dengan suara musik gendang.

Oleh karena itu, diharapkan calon mempelai tumbuh dewasa dan memiliki anak yang dilandasi cinta, penuh kedamaian dan kesejahteraan setelah menikah. Perbedaan yang ditemukan dalam penelitian ini terlihat pada penggunaan perlengkapan dan banyaknya orang yang memasang pacci pada kedua mempelai, baik kalangan bangsawan maupun rakyat biasa. Acara mappacci diakhiri dengan peletakan pacha oleh orang tua kedua mempelai dan ditutup dengan doa yang dimaksudkan untuk memberkati kedua mempelai dan menitipkan anaknya dari perawan.

Upacara mappacci diartikan bersih dan suci, yang bertujuan membersihkan jiwa dan raga calon pengantin sebelum mereka mengarungi kapal rumah tangga dengan cara membersihkan segala sesuatu termasuk, mapaccing ati (bersih hati), mapping nawa -nawa (bersih pikiran), pemetaan pangkaukeng (perilaku/perbuatan baik yang bersih), dan pemetaan ateka (iikat yang bersih). Jawaban: Mappacci diartikan sebagai kesucian dan kebersihan yang bertujuan menyucikan jiwa dan raga calon pengantin sebelum mengarungi kapal rumah tangga. Sebelum memberikan daun pacci kepada kedua mempelai, terlebih dahulu kedua mempelai dihias dengan busana pengantin khas Bugis, kemudian dipersilakan duduk di atas kambing didampingi oleh dua orang wanita passappi yaitu kerabat dari keluarga calon mempelai sendiri. dan menghadap ke bantal.

Foto Bersama Pengantin dan Padduppa Mappacci
Foto Bersama Pengantin dan Padduppa Mappacci

Gambar

Foto Bersama Pengantin dan Padduppa Mappacci
Tabel  Korpus  Data

Referensi

Dokumen terkait

Tradisi adat mabbaca doang salama’, merupakan salah salah satu tradisi yang dihasilkan dari proses komunikasi antara budaya Islam dengan budaya lokal masyarakat Bugis