• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN KONFLIK PASANGAN DALAM HUBUNGAN JARAK JAUH

N/A
N/A
Random Banget

Academic year: 2023

Membagikan "MANAJEMEN KONFLIK PASANGAN DALAM HUBUNGAN JARAK JAUH"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN KONFLIK PASANGAN DALAM HUBUNGAN JARAK JAUH (LONG DISTANCE RELATIONSHIP) SEMENJAK PANDEMI COVID-19

(STUDI KUALITATIF PADA MAHASISWA UNIVERSITAS BRAWIJAYA)

DISUSUN OLEH:

FARHANA (195120200111059)

SARI NASTITI GIRIANTO (195120200111062) LUTFI HALIM SURYOLAKSONO (195120200111064)

AFIE AULIA RACHMA (195120200111066) KIRANA ANGGIA SALSABILA (195120201111056)

PRODI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA

(2)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Konflik Pasangan Long Distance Relationship 2.1.1 Definisi Manajemen Konflik

Manajemen didefinisikan sebagai suatu ilmu dan seni dalam melakukan perencanaan, menyusun, hingga mengarahkan sumber daya manusia dengan efektif, dalam rangka sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan tertentu (KBBI, Liang Lee, dalam Sucahyowati (2017). Sedangkan menurut Puspita (2018), konflik merupakan suatu situasi atau kondisi saat terjadi permasalahan yang menimbulkan perselisihan ataupun pertengkaran yang mengganggu antar individu maupun kelompok. Selain itu, Stragner dalam Puspita (2018) menyebutkan bahwa konflik adalah situasi di saat dua orang atau lebih berusaha untuk mewujudkan tujuan tertentu dengan perspektifnya masing-masing namun kenyataannya hanya dapat dicapai oleh salah satu dari mereka. Sehingga dari sini dapat kita lihat konflik sendiri memiliki dua sisi, negatif dan positif.

Menurut Puspita (2018), manajemen konflik berarti suatu upaya dalam mengatasi perselisihan yang terjadi, agar menciptakan situasi terbaik yang bisa memberikan keuntungan kepada kedua belah pihak terhadap pencapaian tujuan bersama. Manajemen konflik juga dapat diartikan sebagai kemampuan dalam mencapai solusi yang saling menguntungkan dalam kondisi konflik (frymier & Houser, 1999).

Konflik kerap dilihat sebagai tindakan yang destruktif. Tindakan destruktif dimaksudkan menjadikan sebuah hubungan akan meregang dikarenakan konflik yang terjadi sebelumnya. Ditinjau dari beberapa riset yang telah dilakukan, konflik seringkali dinyatakan sebagai tindakan yang destruktif. Namun, sebenarnya konflik bisa menjadi tindakan yang konstruktif jika penyelesaian konfliknya dilakukan dengan baik, menggunakan emotional expression dan self disclosure. Dengan bahasa tubuh yang tidak menambah runyamnya keadaan. Konflik juga bisa memberikan dampak konstruktif jika yang terlibat dalam konflik dapat mengambil hal positif yang bisa digunakan untuk ke memperbaiki kedepannya. Prinsip konflik ada beberapa. Konflik adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari. Konflik menjadi bagian dari komunikasi tiap-tiap manusia karena kembali lagi bagaimana kultur, tujuan, dan kebiasaan serta cara berpikir yang berbeda. Konflik juga pasti akan menimbulkan dampak, yang dihasilkan berupa dampak negatif maupun positif.

Dianggap memberikan dampak negatif jika tidak menguntungkan kedua belah pihak, Hal tersebut juga akan menambah bagaimana pemikiran negatif terhadap lawan bicara yang berada dalam konflik tersebut. Dianggap positif jika terdapat keuntungan bagi kedua belah pihak. Konflik bisa berfokus pada konten dan isu hubungan. Konflik konten akan terpaku

(3)

pada objek, event, dan melibatkan orang-orang yang berada di eksternal kedua belah pihak.

Sedangkan konflik hubungan akan bertumpu pada hubungan yang terjadi antara individu tersebut. Konflik memiliki konsekuensi dan konflik juga bisa dipengaruhi oleh budaya.

2.1.2 Jenis Konflik

Jenis konflik sendiri dibagi menjadi lima menurut Stoner & Wankel (dalam Muspawi, 2014), yaitu:

1. Konflik intrapersonal

Konflik interpersonal diartikan sebagai konflik yang terjadi terhadap dan dengan dirinya sendiri (Abda dkk, 2018). Konflik jenis ini biasanya terjadi karena seseorang memiliki dua keinginan atau tujuan sekaligus, namun tidak mungkin diwujudkan secara bersamaan (Muspawi, 2014).

2. Konflik interpersonal

Konflik interpersonal merupakan kondisi saat antara dua atau beberapa individu yang terkoneksi memiliki suatu ketidaksetujuan mengenai bagaimana tujuan atau perspektif lawannya dianggap tidak sesuai (DeVito, 2013). Konflik ini biasanya terjadi pada ranah pertemanan, pasangan, atau keluarga.

3. Konflik antar individu dan kelompok

Konflik ini biasanya berhubungan dengan bagaimana seorang individu mengalami tekanan oleh kelompok kerja ataupun sebaliknya (Muspawi, 2014).

4. Konflik antar kelompok

Sedangkan pada konflik antar kelompok merupakan konflik yang terjadi antar kelompok pada suatu organisasi yang sama (Abda dkk, 2018).

5. Konflik antar organisasi

Terakhir, konflik antar organisasi adalah konflik yang biasa juga disebut sebagai persaingan. Karena konflik ini dilihat dapat memunculkan pengembangan teknologi baru dengan harga yang lebih murah ataupun penggunaan sumber daya yang lebih efisien dari konflik yang terjadi antar organisasi (Muspawi, 2014).

2.1.3 Penyebab Terjadinya Konflik Interpersonal

Menurut Lawrence A. Kurdek (dalam Devito, 2013), terdapat enam masalah atau isu utama dalam konflik interpersonal, diantaranya:

1. Masalah keintiman, seperti afeksi dan seks.

2. Masalah kekuasaan, seperti adanya tuntutan berlebihan dan perilaku posesif, kurangnya kesetaraan dalam hubungan (satu pihak terlalu dominan).

3. Masalah kekurangan pribadi, terdapat kebiasaan-kebiasaan buruk seperti merokok,

(4)

minum alkohol, cara merawat diri, dan gaya menyetir.

4. Masalah jarak pribadi, seperti seringnya absen, kondisi sekolah yang berat, atau komitmen pekerjaan.

5. Masalah sosial, seperti pilihan politik dan kebijakan sosial, keputusan orang tua, dan nilai-nilai pribadi.

6. Masalah ketidakpercayaan, seperti berbohong dan mantan kekasih.

Selain itu dalam literasi lainnya, Devito (2011, dalam Azhari, 2017) menyebutkan beberapa penyebab perusak suatu hubungan, yaitu:

1. Adanya sifat hubungan yang berubah, perubahan yang dimaksud adalah perubahan psikologis yang mempengaruhi minat kepada pasangan yang berkurang.

2. Masalah keuangan yang juga bisa mengancam keeratan hubungan pada suatu pasangan.

3. Pekerjaan yang dilakukan oleh pasangan disebutkan menimbulkan kerenggangan dalam hubungan.

Di sisi lain Rafael (2008, dalam Azhari, 2017) menambahkan, adanya perilaku menyalahkan pasangan juga dapat meregangkan suatu hubungan. Hal ini dikarenakan adanya kegagalan dalam ketidakmampuan memahami permasalahan yang terjadi dan menyalahkan pasangannya karena hal tersebut. Lainnya, gossip atau kabar angin yang tidak mengenakkan atau bersifat negatif disebutkan juga biasanya dapat menimbulkan konflik.

2.1.4 Penyelesaian Konflik Interpersonal

Dalam menyelesaikan konflik diperlukan strategi untuk membantu kita dalam menyelesaikannya. Joseph. A. Devito (2013) mengemukakan, strategi manajemen konflik dapat berujung konstruktif maupun destruktif. Berikut beberapa jenis strategi manajemen konflik:

1. Strategi menang-kalah dan menang-menang

Strategi menang-kalah, berarti salah satu pihak menang dan pihak lain kalah.

Disisi lain, strategi menang-menang berarti kedua pihak memperoleh kemenangan.

Sebenarnya, dalam menghadapi konflik lebih disarankan menggunakan strategi menang-menang dibandingkan menang-kalah. Umumnya strategi menang-menang akan berujung pada terciptanya kepuasan bersama dan mencegah timbulnya kebencian yang seringkali muncul pada strategi menang-kalah. Strategi menang- menang melihat konflik sebagai “pemecahan masalah” daripada sebagai

“pertarungan”.

2. Strategi menghindari konflik dan perlawanan aktif

Menghindari konflik merupakan salah satu pendekatan yang tidak produktif.

Strategi ini dapat dilakukan baik secara fisik maupun emosional dan intelektual.

(5)

Menghindari konflik secara fisik dapat berupa meninggalkan ruangan, tidur, atau mengeraskan suara musik. Sedangkan, menghindari konflik secara emosional atau intelektual dapat berupa non-negosiasi, yakni tidak berusaha menghadapi isu yang sedang dialami atau menolak mendengar argumen lawan bicara; dan menghentikan ucapan lawan bicara dengan menangis, berteriak, bahkan menjerit. Strategi seperti ini biasanya tidak menyelesaikan konflik.

Dibandingkan berusaha menghindari konflik, pihak yang berkonflik lebih disarankan untuk terlibat aktif dalam konflik interpersonal mereka. Untuk dapat menyelesaikan konflik, anda harus terlibat langsung dengan melakukan perlawanan, aktif menyuarakan pikiran dan perasaan anda serta mendengar secara seksama argumen lawan.

3. Strategi memaksa dan berbicara

Strategi memaksa, maksudnya saat menghadapi konflik salah satu pihak tidak berusaha menyelesaikan masalah dan malah memaksakan posisi atau kehendaknya pada lawannya. Umumnya orang yang “menang” merupakan orang yang mengerahkan kekuatan paling besar. Strategi ini tentunya dapat berujung destruktif bagi hubungan. Alternatif strategi yang dapat dilakukan yakni berbicara.

Dalam menghadapi konflik, lebih disarankan untuk mendengar dan memahami betul apa yang diucapkan lawan bicara, memberi dukungan dan empati pada perkataan dan perasaan orang lain, serta lebih terbuka dengan mengungkapkan perasaan dan pemikiran anda sendiri.

4. Strategi Face-Attacking dan Face-Enhancing

Strategi Face-Attacking, yakni strategi yang dilakukan salah satu pihak dengan menyerang wajah lawannya, seperti mengkritik kontribusi atau kemampuan lawannya, menuntut waktu atau sumber daya seseorang atau komentar yang menyerang otonomi orang tersebut. Pihak yang menggunakan strategi ini akan merasa bahwa sikap atau tindakan lawannya salah. Sedangkan strategi Face- Enhancing, yakni strategi yang mendukung dan menegaskan sikap positif seseorang, seperti memuji, menepuk punggung, tersenyum, memberi ruang dan lebih memilih meminta ketimbang menuntut. Pihak yang menggunakan strategi ini akan cenderung merasa bahwa apa yang dilakukan lawannya tidak sepenuhnya salah. Pihak yang berkonflik lebih disarankan untuk menggunakan strategi Face-Enhancing, strategi ini dinilai lebih efektif dan mengurangi kemungkinan munculnya konflik di masa depan.

5. Strategi agresivitas verbal dan argumentatif

Strategi agresivitas verbal merupakan strategi yang tidak produktif, pihak

(6)

yang menggunakan strategi ini berusaha memenangkan pertengkaran dengan menyerang konsep diri orang lain. Tindakan tersebut termasuk menyerang latar belakang dan penampilan fisik orang tersebut; mengutuk; menggoda; mengejek;

mengancam; bersumpah; dan menggunakan berbagai lambang nonverbal .Bukannya menyelesaikan konflik, strategi ini biasanya malah berakibat pada hilangnya kredibilitas orang yang menggunakannya. Oleh karena itu, lebih disarankan untuk menggunakan strategi argumentatif, yakni kemampuan berdebat dan mengungkapkan pemikiran Anda.

2.2 Hubungan Romantis Jarak Jauh

Mietzner (dalam Kurniati, 2015) menyebut hubungan romantis masuk ke dalam kategori hubungan jarak jauh apabila pasangan saling terpisah 50 mil jauhnya dalam jangka waktu setidaknya tiga bulan karena pendidikan, karir, atau urusan lainnya, namun tetap berkomunikasi antara satu sama lain dengan menggunakan e-mail atau teknologi komunikasi lainnya . Walaupun psikolog ternama Amerika Serikat, Dr. Guldner, menyebutkan bahwa tidak ada definisi yang pasti mengenai hubungan romantis jarak jauh atau Long Distance Relationship (LDR) itu sendiri. Dr. Guldner menyatakan hal seperti itu karena interpretasi individu yang berbeda-beda dan belum ada definisi yang paten (Gayle

& Nugraheni, 2012).

Di sisi lain, Kalbfleisch mendefinisikan hubungan romantis jarak jauh atau Long Distance Relationship (LDR) sebagai sebuah hubungan dengan komitmen yang dijaga oleh dua orang yang menjalani hubungan tersebut walau secara fisik mereka terpisah (Kurniati, 2015). Dari definisi diatas, hubungan romantis jarak jauh atau LDR memenuhi tiga komponen cinta yang disebutkan Sternberg, yaitu intimacy, passion, dan commitment (Miller, 2012). Dalam komponen yang disebutkan Sternberg, intimacy merujuk pada perasaan terikat diantara pasangan. Kemudian passion berkaitan dengan dorongan percintaan, ketertarikan fisik dan ketertarikan seksual. Sedangkan commitment mengacu pada keputusan pasangan untuk mempertahankan cinta dan hubungan yang dimilikinya.

Dengan adanya intimacy, passion dan juga commitment diantara pasangan, hubungan yang mengharuskan kedua individu yang menjalin hubungan romantis bukan tidak mungkin tidak terjadi.

Dari penjelasan beberapa tokoh diatas, hubungan romantis jarak jauh atau Long Distance Relationship (LDR) dapat dikatakan sebagai sebuah hubungan romantis diantara dua individu yang berkomitmen untuk menjalani hubungan percintaan walaupun terhalang jarak dalam jangka waktu yang cukup lama. Saat ini, hubungan romantis jarak jauh atau Long Distance Relationship (LDR) merupakan hal lazim. Fenomena hubungan romantis jarak jauh dapat ditemui di kampus-kampus dan diantara pasangan karier yang belum menikah maupun yang telah menikah (Pistole, Roberts, & Mosko, 2010).

(7)

2.3 Pandemi COVID-19 di Indonesia

Pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana mendeklarasikan wabah COVID-19 sebagai status darurat pada tanggal 29 Februari 2020. (SK KA BNPB No 13 A Tahun 2020). Namun Presiden Joko Widodo baru menetapkan COVID-19 sebagai bencana nasional nonalam pada 13 April 2020. (Keppres RI No 12 Tahun 2020). Sementara pihak Universitas Brawijaya melalui surat edaran rektor lebih dulu mengumumkan perkuliahan daring pada tanggal 13 Maret 2020 yang dilatarbelakangi oleh penyebaran COVID-19 di lingkungan kampus. (SE Rektor No 2844, 2020) Kemudian diikuti oleh Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tahap pertama yang diberlakukan di Malang Raya mulai 17 Mei 2020 hingga 30 Mei 2020. (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.0 1.07/Menkes/305/2020)

Akibat dari pernyataan pemerintah dalam merespons pandemi, segala bentuk aktivitas dibatasi untuk mencegah meluasnya penyebaran. Aktivitas yang melibatkan banyak orang dan kontak fisik dibatasi. Mulai dari sekolah dan perkuliahan yang diberlakukan secara daring (School from Home) (SE Kemendikbud No 15 Tahun 2020).

Aktivitas perkantoran yang menerapkan Work From Home (WFH) (SE Kemenaker RI No M/2HM.1) hingga penutupan perbatasan wilayah. Saat penelitian ini ditulis, penerapan WFH dan SFH masih diberlakukan.

2.3 Kerangka Berpikir

Fenomena hubungan romantis di kalangan remaja bukanlah hal yang asing ditelinga masyarakat. Seseorang dapat dikatakan berada dalam hubungan romantis, apabila ia dan pasangannya sama-sama mengakui bahwa mereka sedang berada dalam hubungan tersebut.

Pandemi COVID-19

Pasangan LDR Pasangan Remaja

Manajemen Konflik

Konflik Pasangan LDR

(8)

Kebanyakan hubungan romantis yang dijalani oleh remaja berupa pacaran dan tunangan.

Dulunya memang tidak banyak remaja yang berani terlibat atau terang-terangan menyatakan dan menunjukkan sedang berada dalam hubungan romantis. Alasannya pun beragam, mulai dari tidak diperbolehkan orang tua, ingin fokus belajar atau karir, merasa belum siap, dilarang dalam agama tertentu, atau memang ingin langsung menikah. Namun seiring perkembangan zaman, semakin banyak pasangan yang mau terlibat dan menunjukkan bahwa mereka sedang berada dalam hubungan romantis. Bahkan di zaman modern ini, terdapat istilah Long Distance Relationship, yakni istilah yang digunakan pada pasangan yang menjalin hubungan romantis, namun tidak bisa bertemu dan menghabiskan waktu bersama secara tatap muka karena alasan jarak dan waktu.

Baru-baru ini fenomena hubungan romantis jarak jauh atau Long Distance Relationship (LDR) semakin santer di telinga, hal ini dikarenakan adanya pandemi COVID- 19 yang mengharuskan semua orang untuk berdiam diri dirumah. Akibatnya banyak pekerjaan dan aktivitas lain yang terpaksa harus dirumahkan, termasuk kegiatan belajar- mengajar. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mewajibkan penerapan belajar dari rumah pada semua jenjang pendidikan, mulai dari TK, SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. Aturan tersebut dimuat dalam Surat Edaran Nomor 15 Tahun 2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar Dari Rumah Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19.

Pedoman tersebut memperkuat Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (COVID-19).

Hal tersebut juga dialami oleh mahasiswa Universitas Brawijaya. Mahasiswa yang sebelumnya mengakses pendidikan (belajar) langsung di universitas, sekarang diwajibkan untuk mengakses pendidikan dari rumah. Sehingga kebanyakan mahasiswa yang merantau lebih memilih untuk kembali ke kampung halaman mereka. Dampak lebih lanjut mengakibatkan mahasiswa yang sedang berada dalam hubungan romantis terpaksa harus menjalani hubungan romantis jarak jauh atau Long Distance Relationship (LDR) dikarenakan salah satu atau keduanya sama-sama pulang ke kampung halaman. hal ini tentunya akan memberikan dampak dalam suatu hubungan, salah satunya adalah munculnya konflik yang mungkin belum pernah mereka alami sebelumnya karena perubahan jenis hubungan yang terjadi.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, menurut Lawrence A. Kurdek (dalam Devito, 2013) konflik yang terjadi dalam hubungan interpersonal seperti hubungan romantis disebabkan oleh enam isu utama, yakni masalah keintiman, masalah kekuasaan, masalah kekurangan pribadi, masalah jarak pribadi, masalah sosial, dan masalah ketidakpercayaan.

Maka dari itu, untuk dapat mengantisipasi terjadinya konflik maupun meminimalisir konflik agar tidak menjadi semakin besar, diperlukannya manajemen konflik.

Untuk melakukan manajemen konflik, pasangan harus mempertimbangkan banyak

(9)

aspek seperti bagaimana situasi konflik yang berlangsung, konsekuensi apa yang sekiranya akan ditimbulkan bila menggunakan strategi manajemen konflik tertentu. Sehingga manajemen konflik yang dilakukan tidak menimbulkan kerenggangan yang lebih parah daripada sebelumnya atau dapat memunculkan solusi yang tepat dan menguntungkan untuk kedua belah pihak. Beberapa strategi manajemen konflik yang dapat digunakan diantaranya seperti yang sebutkan oleh Blake & Mouton (1984, dalam DeVito, 2013), yaitu: Kompetisi (Saya menang - Anda kalah), Penghindaran (Saya kalah - Anda kalah), Akomodasi (Saya kalah - Anda menang), Berkompromi (Saya menang dan kalah - Anda menang dan kalah), dan Kolaborasi (Saya menang - Anda menang).

(10)

Daftar Pustaka

Morissan. (2013). Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Prenada Media Group.

Abda, Muttaqin., Suhadi, Jumino., Suhendi, Andang. (2018). Aspects of Interpersonal Conflicts in Benni Setiawan’s Film Scripts Toba Dreams. The 1st Annual International Conference on Language and Literature, KnE Social Sciences (hal.

623–634). DOI 10.18502/kss.v3i4.1971.

Azhari, Muhammad Reza. (2017). Manajemen Konflik pada Pasangan Lansia di Kecamatan Tenggilis Mejoyo Kota Surabaya. (Skripsi, Universitas Brawijaya, 2017).

Diakses dari Manajemen Konflik Pada Pasangan Lansia Kecamatan Tenggilis Mejoyo Kota Surabaya - bkg (ub.ac.id).

Canary, Daniel. J. (2003). Maintaining Relationship Through Communication: Relational, Contextual, and Cultural Variation. New York: Psychology Press.

DeVito, J.A. (2013). The interpersonal communication book: 13th Edition. New Jersey:

Pearson Education.

Frymier, A.B. & Houser, M.L. (1999). The Teacher‐Student Relationship As An Interpersonal Relationship. Communication education, 49(3): 207-219.

Gayle, T.N. & Nugraheni, Y. (2012). Komunikasi Antar-Pribadi: Strategi Manajemen Konflik Pacaran Jarak Jauh. Komunikatif Jurnal Ilmiah Komunikasi, 1, 18-25.

Keppres RI No 12 Tahun 2020. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 Tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid- 19) Sebagai Bencana Nasional. Jakarta.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.0 1.07/Menkes/305/2020.

(2020). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.0 1.07/Menkes/305/2020 Tentang Penetapan Pembatasan Sosial Berskala Besar Di Wilayah Kota Malang, Kabupaten Malang, Dan Kota Batu, Provinsi Jawa Timur Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus. Jakarta.

Kurniati, G. (2015). Pengelolaan Hubungan Romantis Jarak Jauh: Studi Penetrasi Sosial Pasangan yang Terpisah Jarak Geografis . JURNAL KOMUNIKASI INDONESIA, 27- 37.

Miller, R. S. (2012). Intimate Relationship. New York: McGraw-Hill Education.

(11)

Muspawi, Mohamad. (2014). Manajemen Konflik (Upaya Penyelesaian Konflik dalam Organisasi). Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora, 16(2): 41-46.

Neustaedter, C., & Greenberg, S. (2012). Intimacy in Long-Distance Relationships over Video Chat. CHI'12: Proceedings of the SIGCHI Conference on Human Factors in Computing Systems (hal. 753-762). Texas: ACM.

Oktafiani, N. L., Ramli, A. H., & Kurniawati, Y. (2014). Manajemen Konflik Pada Pasangan Suami Istri Yang Menjalani Perkawinan Campuran. Diakses dari JURNAL_- _NUR_LAILI_OKTAFIANI.pdf (d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net).

Puspita, W. (2018). Manajemen Konflik: Suatu Pendekatan Psikologi, Komunikasi, dan Pendidikan. Deepublish.

Pistole, M. C., Roberts, A., & Mosko, J. E. (2010). Commitment Predictors: Long-Distance Versus Geographically Close Relationships. Journal of Counseling & Development, 146-153.

Ruben, Brent D., Ibnu Hamad, & Stewart, Lea P. (2013). Komunikasi dan perilaku manusia.

Jakarta: Rajawali Pers.

SE Kemenaker RI No M/2HM.1. (t.thn.). Surat Edaran Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor M/2/Hm.01/Iii/2020 Tahun 2020 Tentang Panduan Tindak Lanjut Terkait Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Di Lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan. Jakarta.

SE Kemendikbud No 15 Tahun 2020. (t.thn.). Surat Edaran Nomor 15 Tahun 2020 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar Dari Rumah Dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19). Jakarta.

SE REKTOR No 2844. (2020). Surat Edaran Nomor 2844/UN10/TU/2020 Tentang Pencegahan Penyebaran Corona Birus Disease (COVID-19) di Lingkungan Universitas Brawijaya. Malang.

SK KA BNPB No 13 A Tahun 2020. (2020). Keputusan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 13 A Tahun 2020 Tentang Perpanjangan Status Keadaan Tertentu Darurat Bencana Wabah Penyakit Akibat Virus Corona Di Indonesia.

Jakarta.

Sucahyowati, Hari. (2017). Manajemen Sebuah Pengantar. Malang: Wilis.

Todorov, Emily-Helen., Paradis, A., Godbout, N. (2020). Teen Dating Relationships: How

(12)

Daily Disagreements are Associated with Relationship Satisfaction. Journal of Youth and Adolescence, https://doi.org/10.1007/s10964-020-01371-2.

Referensi

Dokumen terkait

MANAJEMEN KONFLIK PASANGAN LONG DISTANCE RELATIONSHIP STUDI KASUS TERHADAP PASANGAN LDR BERBEDA KOTA ABSTRAK Oleh: Cindy Febriani Rukmana Penggunaan strategi komunikasi yang tepat

Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa/i Universitas Sumatera Utara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang sedang menjalin hubungan pacaran jarak jauh atau long

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Pola Komunikasi Dalam Menjalani Hubungan Pernikahan Long Distance

Peneliti juga menyarankan bagi peneliti lain yang ingin mengambil tema penelitian mengenai perkawinan jarak jauh lebih dapat mempertimbangkan profesi suami atau istri,

Berdasarkan rumusan masalah yakni bagaimana strategi manajemen konflik antara anak dan orang tua yang menjalani hubungan jarak jauh (anak bekerja atau menempuh

antarpribadi pada individu yang menjalani hubungan romantis

Makna Cinta pada Istri yang Menjalani Pernikahan Jarak Jauh (long distance marriage) .... Pertanyaan

Gambaran pernikahan jarak jauh (long distance marriage) pada ketiga informan penelitian menunjukkan bahwa pada awalnya ketiga informan sama-sama tidak menyangka