MANAJEMEN KURIKULUM DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN PADA JENJANG PAKET C
Lisdawaty Abas, S.Sos
Prodi Pendidikan Dasar Universitas Gorontalo
Abstrak: Masalah dalam peneitian ini adalah bagaimana pelaksanaan mananjemen kurikulum dalam meningkatkan mutu pendidikan khususnya pada jenjang paket C. Penelitian ini termasuk kedalam penelitian kualitatif yang berlandaskan pada filsaat paradigm interpretive, suatu realitas atau objek tidak dapat dilihat secara parsial dan dipecah ke dalam beberapa variable. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyelenggaraan program pendidikan kesetaraan paket C dimaksudkan untuk memberikan layanan pendidikan kepada warga Negara Indonesia yang karena berbagai factor dan sebab tidak dapat memperoleh layanan tersebut. Berdasarkan analisis data diatas maka dapat disimpulkan bahwa Melalui pemberdayaan masyarakat melalui program- program yang diadakan oleh PKBM, hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas SDM tersebut. Dimana kita tahu pendidikan kesetaraan biasanya dianggap remeh dibeberapa kalangan masyarakat, namun pada kenyataannya di kedua PKBM ini mempunyai beberapa prestasi. Hal ini, sebagai wujud bahwa pendidikan kesetaraan juga mampu dalam mengelola pendidikan serta mencetak generasi yang lebih baik lagi.
Kata Kunci: Manajemen, Pendidikan, Paket C
Abstract: The problem in this study is how the implementation of curriculum management in improving the quality of education, especially at the package C level. This research is included in qualitative research based on the philosophy of interpretive paradigm, a reality or object cannot be seen partially and broken down into several variables. The results showed that the implementation of the equality education program package C is intended to provide educational services to Indonesian citizens who due to various factors and reasons cannot obtain these services. Based on the analysis of the data above, it can be concluded that through community empowerment through programs held by PKBM, This is done to improve the quality of these human resources. Where we know equality education is usually underestimated in some circles of society, but in fact in both PKBM these have several achievements. This is a manifestation that equality education is also able to manage education and produce a better generation.
Keywords: Management, Education, Package C
Pendahuluan
Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas pasal 2 ayat 3). Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia, melalui proses yang panjang dan berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan terjadi melalui interaksi insani, tanpa ada batasan ruang dan waktu. Pendidikan tidak dimulai dan diakhiri di sekolah. Pendidikan dimulai dari lingkungan keluarga, dilanjutkan pada lingkungan sekolah, diperkaya dengan lingkungan masyarakat dan hasilnya digunakan dalam membangun kehidupan pribadi, agama, keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara.
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 disebutkan
adanya konsep tentang pendidikan berbasis masyarakat. Dalam Undang-Undang tersebut disebutkan bahwa masyarakat memiliki hak untuk menyelenggarakan pendidikan dengan konsep yang disusun sendiri oleh masyarakat berdasarkan kekhasan agama, lingkungan sosial, dan budaya. Penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat mengembangkan dan melaksanakan kurikulum dan evaluasi pendidikan, serta managemen dan pandangannya sesuai dengan standar Nasional pendidikan.4 Oleh karena itu, pendidikan berbasis masyarakat dapat juga mengambil jalur formal, informal, dan nonformal.
Pendidikan nonformal sebagaimana tercantum dalam pasal 26 ayat 4, diuraikan bahwa: “satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim dan satuan pendidikan yang sejenis”. Visi pendidikan Nasional merupakan terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berakhlak, berkeahlian, berdaya saing, maju dan sejahtera dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia. Indonesia yang
sehat, mandiri, beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berdasarkan hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi serta berdisiplin. Untuk mewujudkan visi seperti itu, beberapa di antara misi pendidikan Nasional adalah: (1) mewujudkan sistem dan iklim pendidikan Nasional yang demokratis dan berkualitas guna mewujudkan bangsa yang berakhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, disiplin, bertanggung jawab, terampil, serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi:
dan (2) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang produktif, mandiri, maju, berdaya saing, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan dalam rangka memberdayakan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi Nasional terutama pengusaha kecil, menengah, dan koperasi.
Kurikulum sifatnya dinamis dalam menyikapi perubahan dan mutlak harus mudah menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan mengarah pada masa depan.
Kelemahan yang terjadi dalam desain kurikulum karena kurang respon terhadap perubahan sosial sehingga berkonsekuensi Perubahan kurikulum bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan Nasional. Hal tersebut dilakukan
untuk menilai relevansi kurikulum dengan perkembangan zaman yang terus berubah secara dinamis. Kehidupan di era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang bersifat mendasar, antara lain:
perubahan dari pandangan kehidupan masyarakat lokal ke masyarakat global, perubahan dari kohesi sosial menjadi partisipasi demokratis, dan perubahan dari pertumbuhan ekonomi ke perkembangan kemanusiaankepada kualitas output pendidikan yang “gagap” dalam beradaptasi dengan kondisi sosial.
Perlunya perubahan Kurikulum 2006 (KTSP) menjadi Kurikulum 2013 berdasarkan dua argumentatif pokok, yakni:
(1) Internal, diantaranya: (a) konten kurikulum yang masih terlalu padat, ini ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak; (b) belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan Nasional; (c) kompetensi belum menggambarkan secara holistic domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan;
beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills
dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum; (d) belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, Nasional dan global; (e) standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru; (f) standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara berkala; dan (g) dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multi tafsir.
(2) Eksternal, arus globalisasi dan perkembangan pendidikan pada tingkat interNasional.
Pada prinsipnya pelaksanaan pembelajaran di PKBM tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan pembelajaran pada sistem persekolahan, namun di dalam PKBM kegiatan pembelajaran lebih berorientasi pada kebutuhan masyarakat setempat disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan serta tuntutan pasar, di samping itu warga belajar yang ada di dalam PKBM tidak dibatasi oleh usia sebagaimana dalam pendidikan persekolahan. Menurut Tilaar yang dikutip oleh Toto, pendidikan
yang ideal adalah pendidikan yang hidup dari dan untuk masyarakat. Pendidikan yang berdasar pada masyarakat merupakan bentuk pendidikan yang sebenarnya. Pendidikan akan menjadi terasing dari konteks tujuannya apabila partisipasi masyarakatdiabaikan, karena pendidikan tidak mampu menjawab kebutuhan dan kebudayaan yang nyata. Pendidikan yang terlepas dari masyarakat dan budaya yang ada di dalamnya adalah pendidikan yang tidak memiliki tanggungjawab.
Pendidikan kesetaraan adalah pendidikan nonformal yang mencakup program Paket A setara SD/MI, Paket B setara SMP/IMTs, dan Paket C setara SMA/MA dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan fungsional, serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional peserta didik. Setiap peserta didik yang lulus ujian kesetaraan Paket A, Paket B, atau Paket C mempunyai hak eligibilitas yang sama dan setara dengan pemegang ijazah SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA untuk dapat mendaftar pada satuan pendidikan yang lebih tinggi. Status kelulusan Paket C mempunyai hak eligibilitas yang setara dengan pendidikan formal dalam memasuki lapangan kerja.
hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan
formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar Nasional pendidikan.
Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk menambah dan memerikan ontribusi yang signifikan terhadap dunia pendidikan, dalam perkembangannya. Khususnya yang berkaitan dengan manajemen kurikulum dalam meningkatkan mutu pendidikan pada PKBM. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian bagaimanakah manajemen kurikulum dalam meningkatkan mutu pendidikan pada jenjang paket C.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini mendiskripsikan dan mengkaji permasalahan yang berkaitan dengan “Manajemen Kurikulum Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Pada Jenjang Paket C di PKBM”. Penelitian ini termasuk kedalam penelitian kualitatif yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme atau paradigma interpretive, suatu realitas atau obyek tidak dapat dilihat secara parsial dan dipecah ke dalam beberapa variabel.
Penelitian kualitatif memandang obyek sebagai sesuatu yang dinamis, hasil konstruksi pemikiran dan interprestasi
terhadap gejala yang diamati, serta utuh (holistic) karena setiap aspek dari obyek itu mempunyai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Sehingga peneliti kualitatif tidak akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor) dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengertian Manajemen
Manajemen dapat dikatakan sebagai profesi karena diperlukan keahlian khusus yang harus dimiliki oleh manajer dan dituntut untuk bekerja secara profesional
serta mampu meningkatkan
profesionalitasnya baik melalui pendidikan maupun pelatihan agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik.
Oleh karena itu, seorang manajer harus membekali diri dengan kemampuan konseptual yang berkaitan dengan planning, organizing, actuating, dan controlling serta kemampuan sosial yang mengatur tentang hubungan manusiawi sehingga mampu menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat dalam berbagai situasi dan kondisi, dan kemampuan teknis yang dapat mendukung dalam pelaksanaan program-program
sekolah atau madrasah yang telah direncanakan sebelumnya.
Dalam buku lainnya, George. R.
Terry menyatakan bahwa manajemen adalah mencakup kegiatan untuk mencapai tujuan, dilakukan oleh individu-individu yang
menyumbangkan upayanya yang
terbaikmelalui tindakan-tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal tersebut meliputi pengetahuan tentang apa yang harus mereka lakukan, menetapkan cara bagaimana melakukannya, memahami bagaimana mereka harus melakukannya dan mengukur efektivitas dari usaha-usaha mereka.
Pengertian Kurikulum
` Secara etimologis istilah kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. Istilah kurikulum berasal dari dunia olahraga, terutama dalam bidang atletik pada zaman romawi kuno di Yunani. Dalam bahasa Prancis, istilah kurikulum berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run).
Kurikulum berarti suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis start sampai dengan garis finish untuk memperoleh medali atau penghargaan.
Jarak yang harus ditempuh tersebut
kemudian diubah menjadi program sekolah dan semua orang yang terlibat di dalamnya.
Dalam konteks pendidikan kurikulum berarti jalan terang yang dilalui oleh pendidik dengan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta nilai-nilai.
Dalam pengertian sempit, kurikulum merupakan seperangkat rencana, pengaturan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar- mengajar di sekolah. Pengertian ini menggaris bawahi adanya empat komponen dalam kurikulum yaitu: tujuan, isi, organisasi, serta strategi.31 Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Berdasarkan definisi kurikulum di atas maka dapat disimpulkan bahwasanya kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan baik pendidikan formal
maupun nonformal untuk peserta didik agar memperoleh hasil belajar yang efektif dan efisien serta hasil yang sesuai dengan tujuan lembaga pendidikan.
Fungsi Manajemen Kurikulum
Dalam fungsi manajemen kurikulum juga terdapat perencanaan kurikulum, pengorganisasian kurikulum, implementasi kurikulum, dan evaluasi kurikulum sebagai alat program dalam pelaksaan kurikulum untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Bentuk-Bentuk Kuikulum
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan yang berkaitan dengan tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan pada setiap jenis, jenjang, dan jalur pendidikan.
Kurikulum disusun dan dirancang berdasarkan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta harapan masyarakat, pemerintah, dan stakeholders pendidikan. Rancangan dan pengembangan kurikulum yang ada di sekolah/madrasah merupakan inti dari bidang garapan
pendidikan. Oleh karena itu, kurikulum memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah.
Kurikulum mempunyai peran yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan untuk memenuhi tuntutan kehidupan dan peradaban manusia yang selalu berkembang, maka penyusunan dan perumusan kurikulum tidak dapat dilaksanakan secara sembarangan tanpa adanya landasan dalam penyusunanya.
Perumusan dan penyusunan kurikulum pada setiap jenis dan jenjang pendidikan membutuhkan landasan-landasan pengembangan kurikulum yang tepat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran, pengkajian, dan penelitian yang mendalam serta melalui uji coba dalam pengembangannya.
Pendekatan Manajemen Kurikulum Manajemen kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik, dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum. Manajemen kurikulum berupaya untuk mengurus, mengatur, dan mengelola perangkat mata pelajaran yang akan diajarkan pada lembaga pendidikan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Keterlibatan masyarakat dalam manajemen kurikulum dimaksudkan agar dapat memahami, membantu, dan mengontrol implementasi kurikulum, sehingga lembaga pendidikan atau sekolah selain dituntut kooperatif juga
mampu mandiri dalam
mengidentifikasikan kebutuhan kurikulum, mendesain kurikulum, menentukan prioritas kurikulum, melaksanakan pembelajaran, menilai kurikulum, mengendalikan serta melaporkan sumber dan hasil kurikulum, baik kepada masyarakat maupun kepada pemerintah.
Manajemen kurikulum adalah bagian dari studi kurikulum. Para ahli pendidikan pada umumnya telah mengenal bahwa kurikulum suatu cabang dari disiplin ilmu pendidikan yang mempunyai ruang lingkup sagat luas.
Studi ini tidak hanya membahas tentang dasar- dasarnya, tetapi juga mempelajari kurikulum secara keseluruhan yang dilaksanakan dalam pendidikan.
Prinsip Manajemen Kurikulum
Selain prinsip-prinsip tersebut juga perlu dipertimbangkan kebijakan pemerintah, seperti USPN No. 20 tahun 2003, kurikulum pola Nasional, pedoman penyelenggaraan program, kebijaksanaan
penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), kebijaksanaan penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, keputusan dan peraturan pemerintah yang berhubungan dengan lembaga pendidikan atau jenjang/jenis sekolah yang bersangkutan.
Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan manajemen kurikulum untuk memberikan hasil kurikulum yang lebih efektif, efesien dan optimal dalam memberdayakan berbagai sumber maupun komponen kurikulum.
KESIMPULAN
Melalui pemberdayaan masyarakat melalui program-program yang diadakan oleh PKBM, hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas SDM tersebut.
Dimana kita tahu pendidikan kesetaraan biasanya dianggap remeh dibeberapa kalangan masyarakat, namun pada kenyataannya di kedua PKBM ini mempunyai beberapa prestasi. Hal ini, sebagai wujud bahwa pendidikan kesetaraan juga mampu dalam mengelola pendidikan serta mencetak generasi yang lebih baik lagi.
Pernyataan diatas senada dengan PKBM juga terdapat hidden curriculum berupa menerapan sholat berjama’ah bagi warga belajar yang beragama Islam. Meskipun terdapat perbedaan kurikulum di kedua PKBM tersebut, hal ini tidak menyurutkan
beberapa prestasi yang diperoleh pada masing-masing PKBM yaitu di kedua lembaga kesetaraan tersebut terdapat beberapa prestasi baik prestasi yang diperoleh pengelola PKBM, prestasi tutor, maupun prestasi jabatan dari output peserta didik PKBM.
DAFTAR RUJUKAN
Achmedi. Cbolid Narbuko & Abu. 2010.
Metodelogi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Admodiwirjo. Soebagio. 2002. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Ardadizya Jaya.
Alwasilah. Chaedar. A. 2003. Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta : Pustaka Jaya.
Aminatul. Zahroh. 2014. Total Quality Management; Teori & Praktek Manajemen Dalam Mendongkrak Mutu Pendidikan, (Yogyakarta; AR- RUZZ MEDIA.
Anonim. 2012. Dokumentasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Aprilia Senja. Em Zul Fajri dan Ratu. 1984.
Kamus Lengkap bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Arifin. Zainal. 2012. Pengembangan Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Arikunto. Suharsimi. 1986. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara.
. Suharsimi. 2004. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Bungin. Burhan. 2005. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Burhanuddin. 1994. Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan.
Bumi Aksara: Jakarta.
Danim. Sudarwan. 2003. Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan.
Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Fadhli. Muhammad. Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan, (TADBIR:
Jurnal Studi Manajemen Pendidikan, 2017) Vol. 1, No 02.