• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN LABA: BUKTI EMPIRIS PADA

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "MANAJEMEN LABA: BUKTI EMPIRIS PADA "

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

MANAJEMEN LABA: BUKTI EMPIRIS PADA

PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Jasman

Dosen Perbanas Institute

Jl. Perbanas, Genteng Hijau, Karet Kuningan, Jakarta Selatan, 12940 Email: [email protected]

ABSTRACT

This research aims to investigate the effect of board commissioners effectiveness, audit committee effectiveness, institutional stock-ownership, and public stock-ownership on Earnings Management activities. The efectiveness of board comissioners and audit committee are measured based on their characteristics such as independence, activity, size, and competence. The research design is quantitative method. The Sample used in this study consisted of 31 Banking companies listed on Indonesian Stock Exchanges for the period of 2011 to 2013. The research hypothesis is tested using Ordinary Least Squares methods (OLS). The result shows that board of commissiors’ effectivenes and public stock ownership do not affect on the earnings management activites. Also, audit committee effectiveness do not give effect on earning management activites except audit committee’s competence which is found to impact on reduction of earnings Management. Other independent variables such as institutional stock ownership is proven to influence earnings management activities.

Keywords: Board Commissioners Effectiveness, Audit Committee Effectiveness, Institutional Stock- Ownership, Public Stock-Ownership, Earnings Management

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh efektivitas dewan komisaris, efektivitas komite audit, kepemilikan institusi, dan kepemilikan saham publik pada Manajemen Laba. Efektivitas dewan komisaris dan komite audit diukur berdasarkan kharakteristiknya seperti independensi, aktivitas, ukuran, dan kompetensi. Sample yang digunakan pada studi ini terdiri dari 31 Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2011 sampai dengan 2013. Hipotesis penelitian diuji menggunakan Ordinary Least Squares Methods (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas dewan komisaris dan kepemilikan saham publik tidak memberikan pengaruh pada aktivitas manajemen laba. Efektivitas komite juga tidak berpengaruh terhadap aktivitas manajemen laba kecuali untuk Kompetensi komite audit yang ternyata berpengaruh negatif terhadap aktivitas manajemen laba. Varibel lain seperti kepemilikan institusional juga terbukti berpengaruh negatif terhadap aktivitas manajemen laba.

Kata Kunci: Efektivitas Dewan Komisaris, Efektivitas Komite Audit, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Saham Publik, Manajemen Laba.

PENDAHULUAN

Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan transaksi-transaksi

keuangan yang terjadi selama satu periode akuntansi. Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertang- gungjawabkan tugas-tugas yang diberikan oleh

(2)

2

para pemilik perusahaan. Agar dapat memenuhi berbagai tuntutan informasi dari para pemakainya, laporan keuangan harus memenuhi karakteristik kualitatif yaitu: dapat dipahami yang berarti bahwa laporan keuangan memiliki informasi yang secara mudah digunakan oleh pemakainya, relevan yang berarti dapat memberikan umpan balik kepada stakeholder mengenai kondisi-kondisi di masa lalu dan secara memadai dapat digunakan untuk memberikan hasil prediksi di masa mendatang (dapat dibandingkan), serta andal, yaitu bebas dari pengertian yang menyesatkan serta bebas dari kesalahan material (Budihardjo et al, 2009).

Perilaku manajemen laba selalu diasosiasikan dengan perilaku yang negatif karena manajemen laba menyebabkan tam- pilan informasi keuangan tidak mencer- minkan keadaan yang sebenarnya.Banyak pihak mengecam perilaku manajemen yang melakukan manajemen laba. Putra (2009) menyatakan bahwa manajemen hanyalah korban yang terpaksa melakukan manajemen laba demi keberlangsungan perusahaan.

Dengan adanya kepemilikan saham perusa- haan di Indonesia yang kepemilikan sahamnya masih terpusat, dimana pemegang saham mayoritas memilik otoritas yang sangat tinggi dalam pengambilan keputusan pada peru- sahaan.

Cornett et al., (2006) menyimpulkan bahwa tindakan pengawasan perusahaan oleh pihak investor institusional dapat mendorong manajer untuk lebih memfokuskan perhatian- nya terhadap kinerja perusahaan sehingga akan mengurangi perilaku opportunistic atau me- mentingkan diri sendiri. Kepemilikan saham publik adalah persentase saham yang ditawarkan kepada publik saat IPO (initial public offering). IPO dilakukan manajemen dengan tujuan untuk menawarkan investasi kepada publik. Penawaran saham perdana (Initial Public Offering) dengan manajemen laba dilakukan oleh perusahaan yang akango public dengan harapan agar saham yang ditawarkan dapat diserap oleh pasar, sebab semakin tinggi harga yang ditawarkan dapat diserap oleh pasar semakin tinggi pula peneri- maan mereka. Tingginya tingkat keuntungan yang dicapai merupakan indikasi keberhasilan usaha suatu perusahaan dan menjadi faktor tingkat penting yang dipertimbangkan oleh

investor untuk memutuskan menanamkan investasinya atau tidak.

Terdapat dua motivasi utama para manajer melakukan manajemen laba, yaitu tujuan oportunis dan informasi (signaling) kepada investor (Beneish, 2001). Tujuan oportunis mungkin dapat merugikan pemakai laporan keuangan karena informasi yang disampaikan manajemen menjadi tidak akurat dan juga tidak menggambarkan nilai fundamental perusahaan. Sikap oportunis ini dinilai sebagai sikap curang manajemen perusahaan yang diimplikasikan dalam laporan keuangannya pada saat menghadapi inter- temporal choice (Kondisi yang memaksa eksekutif tersebut menggunakan keputusan tertentu dalam melaporkan kinerja yang menguntungkan bagi dirinya sendiri ketika menghadapi situasi tertentu). Tujuan informatif (signaling) kemungkinan besar membawa dampak yang baik bagi pemakai laporan keuangan. Manajer berusaha menginformasikan kesempatan yang dapat diraih oleh perusahaan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, manajer dapat mengestimasi secara baik laba masa datang dan diinformasikan kepada investor atau pemakai laporan keuangan lainya. Manajer menggunakan diskresi akrual untuk mereflek- sikan kinerja perusahaan tersebut melalui laporan laba. Sebagai pemegang saham atau pengguna laporan keuangan tentunya penting untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi praktik manajemen laba.

Penelitian mengenai manajemen laba telah banyak dilakukan diantaranya Farina dan Hermawan (2013), Tiswiyanti et al (2012), Raja et al (2014), Guna dan Herawaty (2010), Klein (2006), Bedard et al (2004), dan He et al (2009), dalam penelitiannya, mereka menggunakan variabel manajemen laba sebagai variabel dependen dan good corporate governance, free cash flow, leverage, dewan komisaris, komite audit, kepemilikan institusional, kepemilikan publik, dan leverage sebagai variabel independen. Subjek peneliti- an mereka adalah perusahaan manufaktur atau non perbankan.

Penelitian sebelumnya menguji corpo- rate governance yang dikharakteristikan dengan kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, keberadaan komite audit dan komisaris dengan manajemen laba, sedangkan

(3)

3 pada penelitian ini mengaitkan kepemilikan

publik dengan praktik manajemen laba.

Perbedaan lain adalah pada penelitian ini mengukur peran dewan komisaris dan komite audit berdasarkan efektivitasnya yaitu independensi, aktivitas, jumlah (size) anggota komite audit, dan kompetensi. Industri perbankan dipilih sebagai subjek penelitian karena masih kurangnya penelitian mana- jemen laba pada industri perbankan meng- gunakan model Beaver dan Engel (1996).

Beaver dan Engel (1996) mengajukan model untuk mendeteksi manajemen laba yang digunakan khusus untuk industri perbankan (Rahmawati, 2007). Dengan demikian tujuan penelitan ini adalah untuk menganalisis pengaruh efektivitas dewan komisaris dan efektivitas komite audit, kepemilikan institusional, dan kepemilikan saham publik terhadap aktivitas manajemen laba.

KAJIAN LITERTUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Keagenan

Jensen dan Meckling (1979) mendefinisikan agencty theory sebagai sebuah kontrak antara pemegang saham sebagai principal dan manajemen agent. Manajemen dikontrak untuk melakukan pekerjaan demi kepentingan manajemen. Dengan demikian, manajemen diberikan wewenang dalam pengambilan keputusan. Namun, jika kedua belah pihak memiliki kepentingan yang berbeda-beda, bukan hal yang tidak mungkin bahwa agen akan berperilaku tidak sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Pemegang saham dapat membatasi kegiatan menyim- pang yang dilakukan oleh agen dengan cara meningkatkan pemantauan terhadap aktivitas manajemen. Pemegang saham memper- cayakan uangnya dan kekayaan pribadinya kepada manajemen atas dasar seperangkat kompleks hubungan kontrak yang meng- gambarkan hak-hak pihak yang terlibat.

Teori agensi dapat dijelaskan melalui tiga bentuk asumsi sifat dasar manusia yaitu:

(1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded

rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk averse) (Eisenhardt, 1989). Dengan demikian, manajer sebagai manusia kemungkinan besar akan bertindak berdasarkan sifat opportunistic. Maksud dari sifat opportunistic adalah bahwa manajer akan lebih mengutamakan kepentingan pribadinya dibandingkan kepentingan orang lain (investor). Agent akan berusaha mencari keuntungannya sendiri dari perusahaan dengan berbagai cara seperti melakukan manajemen laba (earnings management). Agent dalam hal ini manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dila- kukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut penting bagi para pengguna eksternal terutama sekali karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya (Ujiyantho dan Pramuka, 2007).

Adanya asumsi bahwa individu- individu bertindak untuk memaksimalkan diri- nya sendiri, mengakibatkan agent memanfaat- kan adanya asimetri informasi yang dimiliki- nya untuk menyembunyikan beberapa infor- masi yang tidak diketahui principal. Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara principal dan agent mendorong agent untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada principal, terutama jikainformasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agent. Hal ini memacu agent untuk memikirkan bagaimana angka akuntansi tersebut dapat digunakan sebagai saranauntuk memaksimalkan kepentingannya.

Manajemen Laba

Manajemen laba (earnings management) merupakan pilihan yang diambil oleh manajemen dalam kebijakan akuntansi yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu (Scott 2003). Manajemen laba dilakukan dengan berbagai cara seperti taking a bath, income minimization, income maximization, dan income smoothing (Stolowy dan Breton, 2000). Healy dan Wahlen (1998), menyatakan

(4)

4

ada dua definisi mengenai manajemen laba yang mengandung beberapa aspek. Pertama, intervensi manajemen laba terhadap pelaporan keuangan dapat dilakukan dengan penggunaan judgment, misalnya judgment yang dibutuhkan dalam mengestimasi sejumlah peristiwa ekonomi di masa depan untuk ditunjukan dalam laporan keuangan, seperti perkiraan umur ekonomis dan nilai residu aktiva tetap, tanggungjawab untuk pensiun, pajak yang ditangguhkan, kerugian piutang dan penurunan nilai asset. Disamping itu manajer memiliki pilihan untuk metode akuntansi, seperti metode penyusutan dan metode biaya. Kedua, tujuan manajemen laba untuk menyesatkan stakeholders mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Hal ini muncul ketika manajemen memiliki akses terhadap informasi yang tidak dapat diakses oleh pihak luar.

Ada berbagai motivasi manajemen untuk melakukan manajemen laba, mulai dari alasan remunerasi, usaha untuk memenuhi ketentuan yang berlaku bagi industri tertentu, meminimalkan beban pajak, mempengaruhi keputusan pemerintah, dan untuk alasan penawaran saham perdana (Initial Public Offering, IPO) serta motivasi-motivasi lainnya (Stolowy dan Breton (2000). Terdapat dua motivasi utama para manajer melakukan manajemen laba, yaitu tujuan oportunis dan informasi (signaling) kepada investor. Tujuan oportunis mungkin dapat merugikan pemakai laporan keuangan karena informasi yang disampaikan manajemen menjadi tidak akurat dan juga tidak menggambarkan nilai fundamental perusahaan. Sikap oportunis ini dinilai sebagai sikap curang manajemen perusahaan yang diimplikasikan dalam laporan keuangannya pada saat menghadapi inter- temporal choice yaitu suatu kondisi yang memaksa eksekutif tersebut menggunakan keputusan tertentu dalam melaporkan kinerja yang menguntungkan bagi dirinya sendiri ketika menghadapi situasi tertentu (Beneish, 2001).

Tujuan informatif (signaling) kemungkinan besar membawa dampak yang baik bagi pemakai laporan keuangan. Manajer berusaha menginformasikan kesempatan yang dapat diraih oleh perusahaan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, manajer dapat mengesti-masi secara baik laba masa datang dan diinformasikan kepada investor atau

pemakai laporan keuangan lainya. Manajer dapat menggunakan diskresi akrual untuk merefleksikan kinerja perusahaan tersebut melalui laporan laba. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang memperngaruhi adanya manajemen laba.

Secara umum, praktek manajemen laba yang biasa dilakukan perusahaan terbagi dua yaitu manajamen laba melalui aktivitas riil dan manajemen laba melalui kebijakan akrual akuntansi. Manajemen laba melalui aktivitas riil terjadi melalui manipulasi kegiatan riil berangkat dari praktik operasi normal yang dimotivasi oleh keinginan manajemer untuk menyesatkan pemegang saham agar percaya bahwa tujuan pelaporan keuangan telah dipenuhi oleh operasi normal (Roychowdhury, 2006). Banyak literatur tentang manajemen laba umumnya berfokus pada manajemen laba akrual (Fields et al. 2001). Beberapa peneliti menguji kemungkinan manajer melakukan manipulasi transaksi riil untuk merubah atau memutar balikkan laba. Cohen et al (2010) melaporkan bahwa rata-rata manajer mengu- rangi pengeluaran iklan untuk menghindari kerugian dan penurunan laba. Bentuk lain manipulasi aktivitas riil yang telah diteliti termasuk pembelian kembali saham (Hibrar et al, 2006), penjualan profitable aset (Hermann et al, 2003; Bartov, 1993), dan pemotongan harga jual (Jakcson dan Wilcox 2000).

Efektivitas Dewan Komisaris Independensi Dewan Komisaris

Hasil penelitian He et al (2009) dan Klein (2006) pada perusahaan di U.S menyatakan bahwa dewan komisaris yang independen mengurangi terjadinya manajemen laba. Ini berarti bahwa semakin tinggi independensi dewan komisaris maka akan semakin kecil kemungkinan manajemen untuk melakukan manajemen laba sehingga lebih efektif komisaris melakukan fungsi pengawasannya.

Namun sebaliknya, bukti empiris pada perusahaan di Indonesia menunjukkan bahwa dewan komisaris yang efektif tidak mengurangi kemungkinan adanya praktik manajemen laba atas laporan keuangan (Farina dan Hermawan, 2013; Guna dan Herawaty, 2010). Pengangkatan komisaris independen mungkin hanya dilakukan untuk pemenuhan

(5)

5 regulasi saja tetapi tidak dimaksudkan untuk

menegakkan Good Corporate Governance.

Dengan demikian hipotesis pertama yang dikembangkan pada penelitian ini adalah:

H1: Independensi dewan komisaris memiliki pengaruh negatif terhadap Manajemen laba

Aktivitas Dewan Komisaris

Aktivitas dewan komisaris ditandai dengan pertemuan yang dilakukan secara berkala.

Dengan pertemuan berkala tersebut sehingga dewan komisaris dapat mengetahui permasa- lahan perusahaan dan melakukan pengawasan yang efektif. Penelitian Farina dan Hermawan (2013) menemukan bahwa dewan komisaris yang efektif tidak mengurangi kemungkinan adanya praktik manajemen laba atas laporan keuangan. Dengan demikian hipotesis penelitian ini adalah:

H2: Independensi dewan komisaris memi- liki pengaruh negatif terhadap Manajemen laba

Jumlah Anggota (Size) Dewan Komisaris Jumlah anggota komite audit disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan (Komite Nasional Kebijakan Corporate Gover- nance/KNKG, 2006). Penelitian ini didukung oleh penelitian (Farina dan Hermawan, 2013;

He et al, 2009) yang menemukan bahwa jumlah anggota dewan komisaris dapat mengurangi terjadinya aktivitas manajemen laba. Berdasarkan temuan empiris yang telah diteliti sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa jumlah anggota dewan komisaris memiliki pengaruh terhadap informasi laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan. Dengan demikian hipotesis kedua penelitian ini adalah:

H3: Jumlah anggota dewan komisaris memiliki pengaruh negatif terhadap Manajemen laba

Kompetensi Dewan Komisaris

Penelitian Farina dan Hermawan (2013) menyatakan bahwa kompetensi anggota dewan komisaris adalah unsur penting agar efektivitas dewan komisaris dapat tercapai. Dengan kata lain pendidikan yang relevan dengan keuangan dan akuntansi yang dimiliki oleh dewan

komisaris memberikan jaminan bahwa aktivitas manajejmen laba dapat diminimalisir.

Dengan demikian, hipotesis penelitian ini adalah:

H4 : Kompetensi dewan komisaris memiliki pengaruh negatif terhadap Manajemen laba

Efektivitas Komite Audit Independensi Komite Audit

Peraturan Bapepem mewajibkan peru- sahaan publik membentuk suatu komite audit yang beranggotakan paling sedikit tiga orang dan diketuai oleh komisaris independen.

Komite audit merupakan organ komisaris dalam melaksakan pengawasan terhadap kebijakan direksi. Klein (2006) menemukan terdapat pengaruh negatif dari independensi komite audit terhadap manajemen laba. Hasil penelitiannya didukung oleh Bedard et al (2004) dan He et al (2009) yang menemukan bahwa independensi komite audit dapat mencegah praktik manajemen laba.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu tersebut, dapat disimpulkan bahwa indepen- densi komite audit berpengaruh terhadap aktivitas manajemen laba. Dengan demikian hipotesis penelitian ini adalah:

H5: Kompetensi dewan komisaris memiliki pengaruh negatif terhadap Manajemen laba

Aktivitas Komite Audit

Price Waterhouse (1993) menyarankan bahwa komite audit harus mengadakan pertemuan paling sedikit empat kali dalam setahun. Bukti empiris telah menunjukkan bahwa aktivitas komite audit dapat mencegah terjadinya manajemen laba (He et al, 2009), meskipun Bedard et al (2004) mengatakan bahwa tingkat aktivitas pertemuan komite audit tidak berpengaruh pada manajemen laba. Dengan demikian, hipotesis penelitian ini adalah:

H6 : Aktivitas Komite Audit memiliki pengaruh negatif terhadap Manajemen laba

(6)

6

Jumlah Anggota (Size) Komite Audit Jumlah anggota komite audit dise- suaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektivitas dan pengambilan keputusan (Farina dan Hermawan 2013). Bedard et al (2004) sebaliknya melaporkan bahawa jumlah komite audit tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap potensi terjadinya manajemen laba yang agresif. Dengan demikian hipotesis penelitian ini adalah:

H7: Jumlah Anggota Komite Audit memiliki pengaruh negatif terhadap Manajemen laba

Kompetensi Komite Audit

Komite audit merupakan organ ko- misaris yang berperan mendukung fungsi pengawasan yang diemban oleh Komisaris.

Oleh karena itu, sangat dibutuhkan orang yang memiliki pendidikan dan pengalaman yang memadai. Beberapa penelitian telah dilakukan terkait pengaruh kompetensi terhadap aktivitas manajemen laba. Klein (2006) menguji pengaruh karakteristik dewan direktur dan komite audit terhadap manajemen laba di bank komersial di U.S yang menemukan bahwa expertise anggota komite audit memiliki pengaruh negatif terhadap manajemen laba.

Temuan ini dikuatkan dengan hasil penelitian Bedard et al (2004) dan He et al (2009) yang menemukan bahwa latar belakang kompetensi dalam bidang keuangan yang dimiliki oleh komite audit menurunkan aktivitas manajemen laba di perusahaan. Dari hasil penelitian terdahulu tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi komite audit memiliki pengaruh terhadap aktivitas manajemen laba.

Dengan demikian hipotesis penelitian ini adalah:

H8: Kompetensi Komite Audit memiliki pengaruh negatif terhadap Manajemen laba

Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah bagian dari saham perusahaaan yang dimiliki oleh investor institusi, seperti perusahaan asuransi, institusi keuangan (bank, perusahaan keuangan, kredit), dana pensiun, investment banking, dan

perusahaan lainnya yang terkait dengan kategori tersebut (Farina dan Hermawan, 2013). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Guna dan Herawaty (2010) terhadap kepemilikan institusional pada semua perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia untuk periodel tahun 2006 sampai dengan 2008 ternyata tidak mene- mukan pengaruh kepemilikan institusional terhadap manajemen laba. Temuan ini konsisten dengan hasil penelitian Tiswiyanti et al (2012) bahwa kepemilikan institusional tidak berpe-ngaruh terhadap manajemen laba.

Dengan demikian, hipotesis penelitian yang ke sembilan adalah:

H9: Kepemilikan institusional memiliki pengaruh negatif terhadap Manajemen laba

Kepemilikan Saham Publik

Kepemilikan saham publik adalah proposi saham yang ditawarkan kepada publik saat IPO (initial public offering). Proposi saham publik diindikasikan dengan menghitung besarnya persentase-persentase saham yang ditawarkan kepada masyarakat saat IPO.Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tiswiyanti et al (2012) menemukan bahwa tidak terdapat pengaruh kepemilikan institusional terhadap aktivitas manajemen laba. Namun demikian, penelitian yang dila- kukan oleh Raja et al (2014) terhadap perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 sampai dengan 2011 menyimpulkan bahwa persentase saham publik berpengaruh negatif terhadap laba. Hal ini berarti manajemen laba akan menurun se- bagai akibat meningkatnya pengawasan dari pihak publik terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen. Namun demikian, hipotesis penelitian yang kesepuluh adalah:

H10: Kepemilikan saham publik memiliki pengaruh negatif terhadap Manajemen laba

METODA PENELITIAN Pemilihan Sampel.

Objek penelitian yang digunakan adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa

(7)

7 Efek Indonesia selama periode 2011-2013.

Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling, yang dipilih berdasarkan kriteria (1) merupakan perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2011-2013. (2) Bank telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tahun 2010 atau sebelumnya. (3) Data tersedia secara lengkap, berupa laporan Keuangan dan laporan good corporate governance (GCG). (4) Perusahaan menerbitkan laporan Keuangan dalam mata uang rupiah.(5) Laporan Keuangan telah di audit dengan opini wajat tanpa pengecualian untuk tahun buku tahun 2011-2013.

Berdasarkan kriteria diatas, didapatkan sebagai berikut:

Populasi = 41

Tidak Terdaftar Sejak Tahun 2010 = 0 Tidak Memiliki Data yang Lengkap = (10)

Jumlah = 31

Operasional Variabel dan Pengukurannya Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang memiliki karakteristik yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Dengan kata lain pertumbuhan perbankan tergantung pada perubahan satu ataupun lebih faktor. Penelitian ini menggunakan manajemen laba sebagai variabel dependennya, yang diproksikan dengan discretionary accrual. Discretionary Accruals adalah tingkat akrual yang tidak normal yang berasal dari kebijakan manajemen untuk merekayasa laba sesuai dengan yang dinginkan oleh manaje dihitung dengan diselisihkan dengan total accrual (TACC).

Model yang digunakan adalah Beaver dan Engel (1996) yang dalam menghitung proksi manajemen laba ini menggunakan komponen penyisihan kerugian piutang (allowances for loan losses) dan provisi kerugian pinjaman sebagai komponen pembentukan total akrual dalam perusahaan

perbankan. Model tersebut dituliskan dengan rumus sebagai berikut :

NDAit = β0 + β1COit + β2LOANit + β3NPAit + β4ΔNPAit+1 + Ԑit

Dimana:

COit : loan charge offs (pinjaman yang dihapuskan)

LOANit: loans outstanding (pinjaman yang beredar)

NPAit : non performing assets (aktiva produktif yang bermasalah), terdiri dari aktiva produktif yang berdasarkan tingkat kolektibilitasnya digolongkan menjadi (a) dalam perhatian khusus, (b) kurang lancar (c) diragukan, dan (d) macet

ΔNPAit+1: selisih non performing assets t+1 dengan non performing assets t

NDAit : akrual non kelolaan Sesuai dengan definisinya bahwa:

TAit = NDAit + DAit

Dimana:

DAit adalah akrual kelolaan, TAit adalah total akrual, dan NDAit adalah akrual non kelolaan, maka:

TAit = β0 + β1COit + β2LOANit + β3NPAit + β4ΔNPAit + ᴢit

Dimana it = DAit + Ԑit

Untuk menentukan akrual total dengan model Beaver dan Engel (1996) ini digunakan total saldo penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP). Dalam penentuan koefisien manajemen laba maka semua variavel dideflasi terlebih dulu dengan nilai buku ekuitas

Definisi Operasional Variabel

Tabel 1 disajikan rangkuman definisi operasional untuk masing-masing variabel indepeden.

(8)

8

Tabel 1

Operasioanalisasi Variabel

Variabel Sing-

katan Konsep Variabel Indikator Skala

Ukuran Dewan Komisaris

UDK

Ukuran dewan komisaris diukur dengan melihat jumlah anggota dewan

komisaris

Ʃ Anggota Dewan Komisaris Numeral

Aktivitas Dewan Komisaris

ADK

Aktivitas dewan komisaris diukur dengan melihat dari jumlah nominal pertemuan yang dilakukan oleh dewan

komisaris

Ʃ Pertemuan yang Dilakukan oleh

Dewan Komisaris Numeral

Keahlian Dewan Komisaris

KDK

Keahlian dewan komisaris diukur dengan variabel dummy yang memberikan skor 1 yaitu satu atau dua anggota yang mempunyai

keahlian dan skor 0 anggota yang tidak mempunyai keahlian

Skor 1 = satu atau dua anggota yang mempunyai keahlian

Skor 0 = tidak punya keahlian Dummy

Independensi Dewan Komisaris

IDK

Proporsi dewan komisaris independen diukur dengan

anggota komisaris independen dibandingakan

dengan jumlah total anggota dewan komisaris.

Rasio

Ukuran Komite Audit

UKA

Jumlah anggota komite audit sekurang-kurangnya 3

(tiga) orang. Diukur variabel dummy

Skor 1 = punya 3/ lebih anggota KA yang diketuai oleh 1 ketua yang menjabat sebagai komisaris independen

Skor 0 = dan sebaliknya, perusa- haan yang memiliki anggota komite audit kurang dari

Dummy

Aktivitas Komite

Audit

AKA

Komite audit mengadakan rapat secara berkala paling kurang 1x dalam 3 bulan.

Dan rapat ini pun hanya dapat dilaksanakan apabila

dihadiri oleh lebih dari ½ jumlah anggota komite

audit.

Aktivitas komite audit diukur variabel dummy

Skor 1 = pertemuan lebih dari 4 kali dalam 1 tahun dan dihadiri oleh ½ jumlah anggota komite audit

Skor 0 = pertemuan perusahaan yang memiliki anggota komite audit kurang dari 4 kali dalam 1 tahun

Dummy

(9)

9 Tabel 1 (Lanjutan)

Variabel Sing-

katan Konsep Variabel Indikator Skala

Keahlian Komite

Audit

KKA

Pendidikan yang dimiliki oleh komite audit diantara

nya adalah dalam bidang akuntansi dan juga keuangan. Pendidikan komite audit dapat di lihat

pada profile dari komite audit yang terdapat pada

laporan tahunan.

Keahlian komite audit diukur dengan variabel

dummy

Skor 1 = yang memiliki satu atau 2 anggota komite audit yang mempunyai latar belakang pendidikan akuntansi dan Keuangan

Skor 0 = tidak memiliki satu anggota komite audit yang mempunyai latar belakang pendidikan akuntansi dan keuangan

Dummy

Independensi Komite

Audit

IKA

Independensi komite audit diukur dari antara anggota yang independen terhadap jumlah seluruh anggota

komite audit

Rasio

Kepemilikan

Institusional INS

Kepemilikan saham olehinstitusikeuangansepert

iperusahaanasuransi, bank, dana pension dan investment banking

Ʃ total saham Institusi

x 100 Ʃ total saham yang beredar %

Rasio

Kepemilikan Publik

IPO Kepemilikan saham oleh Publik

Ʃ total saham yg dimiliki

Publik x 100

Ʃ total saham yang % beredar

Rasio

Manajemen

Laba MLB

suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan

eksternal, untuk memperoleh beberapa

keuntungan pribadi

NDAit = β0 + β1COit + β2LOANit + β3NPAit + β4 ΔNPAit+1 + Ԑit TAit = NDAit + DAit

Rasio

Metode Analisis Data.

Data diolah dengan menggunakan bantuan software statistik, yaitu Eviews 8.0. Kegiatan pengolahan data dengan Eviews 8.0 digunakan untuk melakukan pengujian signifikasi analisis regresi data panel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemililhan Model Regresi Data Panel

Regresi data panel merupakan pengembangan dari regresi linier dengan metode OLS yang memiliki kekhususan dari segi jenis data dan tujuan analisisnya. Dari segi jenis data, regresi data panel memiliki karakteristik (jenis) data cross section dan time series. Sifat cross section data ditunjukkan oleh data yang terdiri lebih dari satu entitas (individu), sedangkan sifat time series ditunjukkan oleh setiap indi- vidu memiliki lebih dari satu pengamatan waktu (periode). Tujuan analisis data panel yaitu untuk melihat dampak ekonomis yang tidak terpisahkan antar setiap individu dalam

(10)

10

beberapa periode, dan hal ini tidak bisa didapatkan dari penggunaan data cross section atau data time series secara terpisah. Ada 3 model regresi data panel yang digunakan yaitu Model Efek Random Ordinary Least Square (OLS), Model Fixed Effect (MET) dan Model Efek Random (MER). Dari ketiga model tersebut, uji pemilihan model regresi data panel ternyata menghasilkan bahwa model Random Effect lebih baik daripada model Fixed Effect dan Common Effect.

Uji Normalitas dan Multikolinearitas Uji normalitas menunjukkan nilai probabi- litasnya sebesar 0,000469 dimana nilai tersebut lebih besar dari derajat kesalahan yaitu 5% atau 0.05 sehingga daat disimpilkan bahwa data dalam penelitiaan ini berdistribusi

normal. Kemudian untuk uji multikolinearitas ditemukan bahwa nilai koefisien antar variabel ternyata berada dibawah 0,85 sehingga dapat disimpulkan bahwa rasio antar variabel terbebas dari masalah multi-kolinieritas atau dengan kata lain bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini terbebas dari masalah multikolinieritas.

Uji Hipotesis

Uji T atau uji signifikansi parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Suatu variabel independen dikatakan memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen jika nilai | t hitung | >

| t tabel |, atau jika nilai probabilitas masing- masing variabel bebas (p-value) <.

Tabel 2

Hasil Uji Parsial (Uji T)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -3.232456 4.867352 -0.664110 0.5085 UDK 0.023479 0.113014 0.207753 0.8359 IDK 1.329560 1.036137 1.283189 0.2030 ADK -0.037415 0.020173 -1.854748 0.0672 KDK -0.410145 0.474742 -0.863933 0.3901 UKA -0.154922 0.324215 -0.477838 0.6340 IKA 4.688098 4.161442 1.126556 0.2632 AKA 0.193572 0.316833 0.610959 0.5429 KKA 1.767934 0.659549 2.680522 0.0089 INS -8.253907 4.077962 -2.024028 0.0462 IPO -6.164502 4.143152 -1.487877 0.1406 Sumber: Hasil pengolahan dengan Eviews 8.0

Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris (UDK) terhadap Manajemen Laba

Berdasarkan hasil pengujian dapat dilihat bahwa UDK nilai probabilitasnya sebesar 0.8359 yaitu lebih besar dari tingkat alpha 0.05 yang berarti bahwa UDK tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Manajemen Laba. Hasil studi ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Farina dan Hermawan (2013) dan He et al (2009)

terhadap perusahaan non bank. Pengujian empirisnya membuktikan bahwa terdapat pengaruh negatif ukuran dewan komisaris terhadap manajemen laba.

Pengaruh Independensi Dewan Komisaris (IDK) terhadap Manajemen Laba

Dari hasil pengujian diketahui bahwa IDK nilai probabilitas sebesar 0.2030 yaitu lebih besar dari tingkat alpha 0.05. Hasil ini

(11)

11 menunjukkan bahwa IDK tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap Manajemen Laba.

Hasil penelitian ini konsisten dengan temuan Farina dan Hermawan (2013) dan Guna dan Herawaty (2010) yang mengatakan bahwa dewan komisaris yang independen mengurangi terjadinya manajemen laba. Pengangkatan komisaris independen mungkin hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tetapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan Good Corporate Governance. Dengan demikian hipotesis pertama yang dikembang- kan pada penelitian ini adalah:

Pengaruh Aktivitas Dewan Komisaris (ADK) terhadap Manajemen Laba

Berdasakan hasil pengujian untuk variabel ADK diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.0672 dimana hasil ini lebih besar dari alpha 5% yang berarti bahwa ADK tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba. Hasil studi ini konsisten dengan hasil penelitian Farina dan Hermawan (2013). Pengujian empirisnya membuktikan bahwa aktivitas dewan komisaris tidak mengurangi adanya praktik manajemen laba.

Pengaruh Kompetensi Dewan Komisaris (KDK) terhadap Manajemen Laba

Dari hasil penelitian unuk variabel KDK diperoleh nilai probabilitasnya sebesar 0.3901 dimana hasil ini lebih besar dibandingkan dengan alpha 5% yang berarti bahwa KDK tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba. Hasil penelitian ini berbeda dengan temuan Farina dan Hermawan (2013).

Hasil pengujiannya membuktikan bahwa kompetensi anggota dewan komisaris adalah unsur penting agar efektivitas dewan komisaris dapat tercapai.

Pengaruh Ukuran Komite Audit (UKA) terhadap Manajemen Laba

Berdasarkan hasil analisis data dapat dilihat bahwa UKA nilai probabilitasnya sebesar 0.6340 dimana hasil ini lebih besar jika dibandingkan dengan tingkat alpha sebesar 5%. Dapat disimpulkan bahwa UKA tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba.

Hasil penelitin ini mendukung penelitian yang

dilakukan oleh Bedard (2004) dan Farina dan Hermawan (2013). Hasil pengujian empirisnya membuktikan bahwa tingkat aktivitas pertemuan komite audit tidak berpengaruh pada manajemen laba.

Pengaruh Independensi Komite Audit (IKA) terhadap Manajemen Laba

Berdasakan hasil pengujian untuk variabel IKA diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.2632 dimana hasil ini lebih besar dibandingkan dengan alpha5%. Dapat disimpulkan bahwa pengujuan empiris terhadap Indepensi Komite Audit pada industri perbankan tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan temuan Farina dan Hermawan (2013) pada penelitian terhadap perusahaan non bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Namun demikian, bukti empiris pada perusahaan non bank di U.S menunjukkan bahwa independesi komite audit dapat mencegah dan mengurangi praktek manajemen laba (Klein, 2006; Bedard et al, 2004; dan He et al, 2009).

Pengaruh Aktivitas Komite Audit (AKA) terhadap Manajemen Laba

Hasil analisis untuk variabel AKA diperoleh nilai probabilitasnya sebesar 0.5429 dimana hasil ini lebih besar dibandingkan dengan alpha 5%. Hal ini berarti AKA tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan pengujian empiris yang dilakukan oleh Farina dan Hermawan (2013) dan Bedard et al (2004).

Pengaruh Kompetensi Komite Audit (KKA) terhadap Manajemen Laba

Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa variabel KKA nilai probabilitasnya sebesar 0.0089 yaitu lebih kecil dibandingkan dengan tingkat alpha 0,05. Hal ini berarti pengujian empiris telah membuktikan bahwa Kompetensi komite audit KKA berpengaruh secara signifikan terhadap Manajemen Laba.

Hasil penelitian in konsisten dengan temuan Farina dan Hermawan (2009). Namun demi- kian berbeda dengan temuan Klein (2006), Bedard et al (2004) yang melakukan penelitian

(12)

12

pada perusahaan non perbankan di U.S bahwa latar belakang kompetensi keuangan dari komite audit dapat mengurangi manajemen laba perusahaan.

Pengaruh Kepemilikan Institusional (INS) terhadap Manajemen Laba

Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.0462 dimana hasil ini lebih kecil dibandingkan dengan tingkat alpha 5% yang berarti IINS berpengaruh secara signifikan terhadap Manajemen Laba.

Hasil penelitian ini mendukung dan konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Raja et al (2014) yang menyatakan bahwa persentasi kepemilikan institusional ternyata memberikan pengaruh pada pengurangan aktivitas manajemen laba. Namun sebaliknya bukti empiris pada perusahaan non perbankan ternyata menunjukkan bahwa kepemilikan institu-sional tidak berpengaruh terhadap manajemen laba (Farina dan Hermawan, 2013); Tiswiyanti et al, 2012; dan Guna dan Herawaty, 2010

.

Pengaruh Kepemilikan Saham Publiik (IPO) terhadap Manajemen Laba

Hasil pengujian yang telah dilakukan untuk variabel IPO diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.1406 dimana hasil ini lebih besar dari tingkat alpha 5%. Dapat disimpulkan bahwa IPO tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Manajemen Laba. Hasil pengujian empiris ini konsisten dengan hasil studi Raja et al (2014) dan Tiswiyanti et al (2012) pada perusahaan non perbankan.

KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

Efektivitias dewan komisaris yang dikharakteristikkan dengan ukuran, independensi, aktivitias, dan kompetensi terbukti tidak berpengaruh terhadap aktivitas manajemen laba pada perusahaan perbankan.

Demikian juga dengan efektivitas komite audit yang dikharakteristikkan dengan ukuran,

independensi, dan aktivitas juga tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil berbeda diperoleh dari pengujian empiris terhadap kharakteristik independensi komite audit yang membuktikan memiliki pengaruh positif dengan manajemen laba. Terkait dengan hipotesis yang telah diajukan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini gagal membuktikan efektivitas dewan komisaris dan efektivitas komite audit pada industri berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hal ini berarti bahwa efektivtas peran komisaris dan komite audit pada industri perbankan yang merupakan wujud dari penerapan GCG belum dapat meminimalisir manajemen laba dan walaupun terdapat keberadaan GCG baru sebatas memenuhi ketentuan yang disyaratkan pemerintah (Lande et al, 2014).

Kepemilikan publik ternyata tidak berpengaruh pada menajemen laba, seba- liknya kepemilikan institusional terbukti berperngaruh negatif terhadap manajemen laba. Hal ini berarti kepemilikan institusi dapat mencegah terjadinya manajemen laba, dengan kata lain semakin besar kepemilikan insitutsional, semakin rendah potensi terjadi- nya manajemen laba.

Terdapat beberapa keterbatasan yang kemungkinan dapat berpengaruh pa-da hasil penelitian. Keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut: (1) Penelitian ini hanya dilakukan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI bukan pada seluruh perusahaan perbankan yang ada di Indonesia.

(2)Periode pengumpulan data yang digunakan hanya 3 periode yaitu dari tahun 2011 – 2013.

Dari keterbatasan penelitian yang telah diungkapkan maka dapat diberikan rekomen- dasi yaitu sebagai berikut: (1) Sampel penelitian sebaiknya diperbanyak dengan memasukan seluruh perusahaan perbankan yang terdapat di Indonesia. (2) Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat mengukur efektivitas dewan komisaris dan komite audit dengan faktor-faktor kualitatif seperti kualitas diskusi dan budaya yang mungkin memiliki dampak terhadap kinerja dewan komisaris dan komite audit.

.

(13)

13 DAFTAR REFERENSI

Bartov.E., 1993. “The Timing of Asset Sales and Earnings Manipulation”.The Accounting Review 68: 840-855.

Beaver, W.H. and Engel., E.E. 1996.

“Discretionary Behaviour with Respect to Allowances For Loan Losses and The Behavior Of Security Prices”. Journal of Accounting and Economics, 22 (1):177-206

Bedard, J., Chtourou, S.M. and Courteau, L.

2004. The Effect of Audit Committee Expertise, Independence, and Activity on Aggressive Earnings Manage- ment.Auditing: A Journal of Practice

& Theory. 23 ( 2), 13-35..

Beneish, M. D. 2011. Earnings Management:

A Perspective. Indiana University, Kelley School of Business, Blooming- ton, Indiana 47401.

Budihardjo, O., Djamhuri, A., dan Susanto, H.

2009. “Mendeteksi Earnings Manage- ment dan Akun-Akun Yang Berpe- ngaruh (Studi Pada Perusahaan Yang Melakukan Aktivitas Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia)”. Wacana 12 (4)

Cohen, D., and Zarowin, P. 2010. “Accrual- based and Real Earnings Management Activities Around Seasoned Equity Offerings”. Journal of Accounting and Economics 50 (1): 2-19

Cornett, M. M., Marcus, A.J., Saunders, A.

and Tehranian, H. 2006. Earning Management, Coorporate Gover- nance, and True: Financial Perfor- mance. www.papers.ssrn.com

Farina, K. dan Hermawan, A. 2013. Pengaruh Efektivitas Dewan Komisaris dan Komite Audit, Struktur Kepemilikan Perusahaan, dan Kualitas Audit terhadap Perataan Laba. Prosiding. Simposium Nasional Akuntansi XVI, Manado 25-28 September 2013.

Fields, T.D., Lys, T.Z. and Vincent, L. 2001.

“Empirical Research on Accounting Choice”. Journal of Accounting and Economics 31, 255-307

Guna, W. I., dan Herawaty, A. 2010.

“Pengaruh Good Corporate Gover- nance, Independensi Auditor, Kualitas Audit, dan Faktor Lainnya”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. 1: 53-68.

He, L., Labelle, R. and Thornton, D. B. 2009.

“Board Monitoring, Audit Committee Effectiveness, and Financial Reporting Quality: Review and Synthesis of Empirical Evidence”. Journal of Forensic & Investigative Accounting.

1(2).

Hermann, D., T., Inoue, and Thomas, W.

2003. “The Sale of Assets To Manage Earnings in Japan”. Journal of Accounting Research 41 (1): 89-108 Healy, P., and Wahlen, J. M. 1998. “A

Review of the Earnings Manage- ment Literature and its Implications for Standard Setting”. Accounting Horizon 43, 365-383

Hibrar, P., Jenkins, M. and Johnson, W. 2006.

“Stock Repurchases As an Earnings Management Device”. Journal of Accounting and Economics 41 (1): 3- 27

Jackson, S., and Wilcox, W. 2000. “Do Managers Grant Sales Price Reductions to Avoid Losses and Declines in Earnings and Sales?”.

Quarterly Journal of Business and Economics 39 (4): 3-20

Jensen, M. C., and Meckling, W. H. 1976.

“Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Owner- ship Structure”. Journal of Financial Economics, 3(4): 305-360.

Klein, A. 2006. Audit Committee, Board of Director Characteristics, and Earnings Management. Working Paper.

(14)

14

www.papers.ssrn.com/

abstract=246674

Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance. 2006. Pedoman tentang Komisaris Independen. www.knkg- indonesia.com. Diakses 9 Oktober 2014.

Lande, A., Subekti, I. dan Endang, M. 2014.

Pengaruh Tata Kelola Perusahaan, Kecakapan Manajerial, dan Rasio Leverage terhadap Manajemen Laba.

Prosiding. Simposium Nasional Akuntansi XVII, Mataram, 24 – 27 September 2014

Putra, I Ny. W. A. 2009. Manajemen Laba:

Perilaku Manajemen Opportunistic atau Realistis?. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. 6 (1).

Price Waterhouse LLP. 1993. Improving Audit Committee Performace: What Works Best. Altamonte Springs. FL: Institute of Internal Auditors Research Foundation.

Rahmawati. 2007. “Model Pendeteksi Manajemen Laba pada Industri Perbankan Publik di Indonesia dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Per- bankan”. Jurnal Akuntansi & Mana- jemen. 18 (1): 23-34.

Raja, Dani Rahman. 2014. “Aktivitas Manajemen Laba: Analisis Peran Komite Audit, Kepemilikan Institu- sional, Persentasi Saham Publik dan Leverge”. Jurnal Universitas Riau.

Roychowdhury, S. 2006. Earnings

Management Thorugh Real Activities Manipulation. Working Papers.

http://ssrn.com/ abstract=477941 Scott, W. R. 2006. Financial Accounting

Theory. 4th Edition. Canada: Person Education.

Stolowy, H., dan Breton, G. 2000. A Framework For The Classification of Account Manipulations.

Tiswiyanti, W., Firiyani, D., dan Wiralestari.

2012. “Analisis Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit dan Kepemi- likan Institusional terhadap Manajemen Laba”. Jurnal Penelitian Universitas Jambi. 14 (1): 61-66.

Ujiyantho, M. dan Pramuka, B. A. 2007.

Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba, dan Kinerja Keuangan (Studi Pada Perusahaan go public sector Manufaktur). Prosiding.

Simposium Nasional Akuntansi X.

Unhas Makasar 26-28 Juli 2007.

(15)

45 DAFTAR REFERENSI

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. Deporte.

Bobbi. 2005.

Anggraini. 2012. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah dengan Perbangkan Konvensional (Periode 2002-2011)”. Makasar: Uni- versitas Hasanudin. http://etd.eprints.

ums.ac.id/id/eprint/28112.

Bank Indonesia. 2014. Booklet Perbankan Indonesia. Tersedia: http://www.

bi.go.id/id/publikasi/perbankan dan sta- bilitas/bookletbi (diakses tanggal 1 April 2015)

Cahyadi, A. T. 2010. Perbandingan Kinerja Keuangan Antara Bank Perkreditan Rakyat dengan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Surabaya.Surabaya:

STIE PERBANAS. http://ejournal.

unesa.ac.id/article/4027/57/article.pdf Faisol, A.2007.Analisis Kinerja Keuangan

Bank Pada PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. Jurnal Ilmiah Berkala Empat Bulanan. 3 (2): 129-170.

Hadi, A. et al., 2010. Studi Kelayakan Pendirian Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Kabupaten Tanah Bumbu Ditinjau dari Aspek Keuangan.Jurnal Manajemen dan Akuntansi.2(1).

Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi, Jakarta : Rajagrafindo Persada.

Kasmir.2010. Manajemen Perbankan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Kasmir. 2011. Manajemen Perbankan. Edisi Revisi, Jakarta : PT. Raja grafindo Persada.

Kasmir. 2012. Manajemen Perbankan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Machmud, A. dan Rukmana. 2009. Bank Syariah. Jakarta : Erlangga.

Muhammad. 2005. Manajemen Bank Syariah.

Yogyakarta : UPP AMP YKPN.

Nugroho, A. S. 2011. “Analisis Perban- dingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah dengan Perbankan Konven- sional”. Semarang: UNES.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/23/PBI/

2009 tentang Bank Pem-biayaan Rakyat Syariah.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/3/PBI/

2013 tentang Transaparansi Kondisi Keuangan Bank Perkreditan Rakyat.

Peraturan Bank Indonesia Nomor: 8/18/PBI/

2006 Tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Perkreditan Rakyat.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.

20/POJK.03/2014 tentang Bank Perkre- ditan Rakyat.

Pribadi, I. S. 2013.“Analisis Perbandingan Rasio Keuangan Bank Perkreditan Rak- yat Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah di Jawa Timur”.Jember : Universitas Jember.

Taswan. 2006. Manajemen Perbankan.

Yogyakarta : UPP STIM YKPN.

Taswan. 2010. Manajemen Perbankan : Konsep, Teknik, dan Aplikasi. Yogya- karta : UPP STIM YKPN.

Umam, K. 2012. “Legislasi Fikih Ekonomi Perbankan: Sinkronisasi Peran Dewan Syariah Nasional dan Komite Per- bankan Syariah”. Buletin Mimbar Hukum no.2 vol. 24.Juni 2012.hal. 358.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

Referensi

Dokumen terkait

Ikatan Komite Audit Indonesia (2006) mendefinisikan Komite Audit sebagai suatu komite yang bekerja menggunakan cara yang profesional serta independen yang dibentuk