PENGARUH EFEKTIVITAS KOMITE AUDIT TERHADAP AUDIT DELAY
Lalu Priya Ajinugraha Wardi Nurul Fachriyah, SE., MSA., Ak.
Universitas Brawijaya Abstract
This study aims to examine the influence of audit committee effectiveness on audit delay and focusing on manufacturing companies registred on the Indonesia Stock Exchange in 2017. There are about 69 data were collected using purposive sampling method and were assessed using the multiple regression analysis method an application named SPSS. The results of thise study show that the effectiveness of audit committees proxied by the size of the audit committee, the skill of the audit committee members, and the frequency of audit committee meetings has been proved to have an influence on audit delay. The adjusted R-squared value (coefficient of determination) is 0.443 which means that 44.3% of Audit Delay variables will be influenced by the independent variables and they are, Number of Members (X1), Meeting Frequency (X2), and Skill (X3). Meanwhile the remainder is explained by other variables.
Keywords: Audit delay, effectiveness of audit committee, Indonesia Stock Exchange 1. PENDAHULUAN
Keberadaan pasar modal memberikan kontribusi penting terhadap pembangunan di bidang ekonomi suatu Negara. Pasar modal memberikan kesempatan kepada pihak yang mempunyai kelebihan dana (investor) untuk menginvestasikan dana tersebut, sebaliknya pasar modal juga memberikan kemudahan bagi pihak-pihak yang membutuhkan dana (dalam hal ini adalah perusahaan) untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan.
Sejalan dengan perkembangan pasar modal menyebabkan permintaan akan transparansi kondisi keuangan suatu perusahaan semakin meningkat. Kondisi keuangan suatu perusahaan tercermin pada laporan keuangan perusahaan tersebut. PSAK No 1 Tentang Penyajian Laporan Keuangan tahun 2015 menjelaskan bahwa laporan keuangan merupakan suatu bentuk pertanggung jawaban manajemen atas kinerja perusahaan pada suatu periode akuntansi yang di dalamnya terdapat informasi penting bagi pengguna laporan keuangan dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi.
Laporan keuangan adalah sebagai bentuk pertanggung jawaban pihak manajemen kepada pihak internal dan eksternal. Laporan keuangan dibutuhkan investor untuk mendukung keputusannya dalam ber-investasi, laporan keuangan yang handal sebagai dasar pengambilan keputusan memiliki informasi yang berkualitas. Kualitas yang harus dimiliki oleh suatu informasi adalah relevansi dan realibilitas..
Audit delay merupakan keterlambatan penyampaian laporan audit yang dihitung melalui selisih antara tanggal ditanda tanganinya laporan auditor independen dengan
tanggal tutup buku laporan keuangan tahunan. Audit delay yang melewati batas waktu ketentuan BAPEPAM akan berakibat pada keterlambatan publikasi laporan keuangan.
Di Indonesia, Komite Audit adalah salah satu bagian yang penting dalam penerapan Good Corporate Governance. Sesuai dengan adanya keputusan Ketua BAPEPAM nomor KEP-29/PM/2004 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit yang selanjutnya diatur dalam Peraturan Nomor IX.I.5 tentang Ketentuan Mengenai Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Konsep good corporate governance menurut KNKG memiliki prinsip dasar seperti: fairness, responsibility, accountability, dan transparency. Sehingga perusahaan diharuskan untuk memberikan laporan bukan hanya kepada pemegang saham, kreditur, calon investor dan pemerintah saja, tetapi juga untuk stakeholder lain seperti masyarakat umum dan karyawan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hastuti dan Meiranto (2017), menyatakan bahwa ukuran komite audit berpengaruh negatif terhadap audit delay. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak anggota komite audit maka audit delay akan semakin pendek. Dengan keputusan ketua Bapepam Nomor Kep-24/PM/2004 dalam peraturan Nomor IX.I.5 disebutkan bahwa komite audit mengadakan rapat sekurang- kurangnya minimal empat kali dalam setahun. Penelitian yang dilakukan oleh Noor, dkk (2010) yang menyatakan bahwa pertemuan komite audit berpengaruh negatif terhadap audit delay. Peraturan OJK Nomor 55/POJK.04/2015 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite audit yang menyatakan bahwa komite audit suatu perusahaan harus memiliki paling sedikit satu orang anggota yang berlatar belakang pendidikan dan keahlian dibidang akuntansi dan keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh Purwati (2006) yang menyatakan keahlian komite audit berpengaruh negatif terhadap audit delay
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka penulis tertarik untuk meneliti Pengaruh Efektivitas Komite Audit Terhadap Audit Delay. Efektivitas komite audit di proksikan dengan jumlah anggota komite audit, keahlian komite audit, dan jumlah pertemuan komite audit.
2. TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Telaah Literatur
2.1.1 Teori Agensi
Teori agensi adalah teori dasar yang menjelaskan hubungan antara pricipals dan agents. Teori yang dikembangkan oleh Jensen dan Meckling (1976) menerangkan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agents) dengan pemilik atau investor (principals). Jensen dan Meckling (1976) menerangkan, hubungan agensi terjadi ketika satu orang atau lebih (principals) memperkerjakan orang lain (agents) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Pemilik perusahaan yang menyebar tidak memiliki pilihan selain memperkerjakan orang lain atau manajer untuk mengelola perusahaan.
Sebagai agen, manajer bertanggung jawab secara moral untuk mengoptimalkan keuntungan, tetapi manajer juga menginginkan untuk selalu memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Oleh sebab itu, terdapat dua kepentingan yang berbeda dalam perusahaan yaitu masing-masing pihak berupaya untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki. Perbedaan kepentingan antara principal dan agent dapat menimbulkan masalah yang disebut dengan asimetri informasi. Keadaan
asimetri informasi terjadi ketika adanya distribusi informasi yang tidak sama antara principal dan agent. Akibat adanya informasi yang tidak seimbang (asimetri informasi), dapat menimbulkan permasalahan yang disebabkan karena adanya kesulitan principal memonitor dan melakukan kontrol terhadap tindakan-tindakan agent.
Sehingga, teori agensi digunakan untuk memahami kepentingan yang muncul antara pemilik dan agen serta dampaknya. Teori ini menjadi dasar dalam menjelaskan peran komite audit sebagai upaya pemilik untuk mambantu melakukan pengawasan terhadap agen terutama dalam proses penyusunan laporan keuangan. Komite audit dapat menjadi penengah kepentingan antara pemilik dan manajer serta berperan dalam membantu proses audit eksternal. Sehingga pada akhirnya proses penyusunan laporan keuangan dapat berjalan lebih efisien dan tepat waktu
2.1.2 Audit Delay
Audit Delay adalah interval waktu antara tahun tutup buku laporan keuangan sampai opini pada laporan keuangan audit ditandatangani (Angruningrum dan Wirakusuma, 2013). Sedangkan menurut Sari, Setiawan, dan Ilham (2014) audit delay didefinisikan sebagai lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku sampai tanggal diterbitkannya laporan audit. Audit delay adalah rentang waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan audit. Panjangnya waktu audit delay berbanding lurus dengan lamanya waktu pekerjaan lapangan diselesaikan auditor sehingga semakin lama proses pengujian audit maka semakin lama audit delay yang terjadi. Audit delay inilah yang dapat mempengaruhi ketepatan informasi yang dipublikasikan, sehingga akan berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulakan bahwa audit delay merupakan lamanya waktu yang dibutuhkan oleh auditor independen dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya diukur dari tanggal penutupan tahun buku sampai dengan tanggal yang tercantum dalam laporan auditor independen. Proses audit sangat membutuhkan waktu, sehingga hal tersebut menyebabkan terjadinya audit delay yang nantinya akan sangat berpengaruh pada ketepatan waktu laporan keuangan.
2.1.3 Komite Audit
Definisi komite audit sesuai dengan Keputusan Ketua BAPEPAM No. Kep- 29/PM/2004 menyatakan komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsinya. Pada tahun 2015 Otoritas Jasa Keuangan mengeluarkan Peraturan Nomor 55/POJK.04/2015 Tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit.
Di Indonesia, keberadaan komite audit yang efektif dalam rangka meningkatkan kualitas pengelolaan perusahaan sangatlah penting. Sehingga adanya ketentuan mengenai komite audit telah diterbitkan, antara lain sebagai berikut:
a. Pedoman Good Corporate Governance (Maret, 2001) yang menganjurkan semua perusahaan di Indonesia memiliki komite audit;
b. Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-103/MBU/2002 yang menyatakan Komite Audit adalah suatu badan yang dibentuk oleh komisaris/ dewan pengawas, yang bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu komisaris dalam melaksanakan tugasnya;
c. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55/POJK.04/2015 Tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit.
2.1.4 Keahlian Komite Audit
Keperluan utnuk memiliki minimal satu orang ahli keuangan dalam komite audit diasumsikan akan bisa meningkatkan efektivitas komite audit dalam melaksanakan tugas pengawasan (OJK, 2015). Seperti penelitian yang dilakukan Ika dan ghazali (2012) latar belakang pendidikan merupakan hal yang penting untuk memastikan efektivitas komite audit.
Kecurangan pelaporan keuangan berhubungan negatif dengan keahlian keuangan pada komite audit. Hal ini membuktikan bahwa keberadaan seseorang yang ahli di bidang akuntansi maupun manajemen keuangan dapat memberikan perbaedaan besar pada efektivitas kinerja komite audit (dalam Abbott, dkk. 2004).
2.1.5 Ukuran Komite Audit
Komite audit harus memiliki anggota yang memadai untuk melaksanakan tugasnya agar efektif (DeZoort, dkk. 2002). Di Indonesia pedoman pembentukan komite audit yang dimiliki oleh perusahaan sedikitnya terdiri dari tiga orang, diketuai oleh komisaris independen perusahaan dengan dua orang eksternal yang independen terhadap perusahaan, serta memiliki dan menguasai latar belakang akuntansi dan keuangan (KNKG, 2002). Selain itu Blue Ribbon Committee (BRC, 1999) dan Sarbanes-Oxeley Act (2002), dan Otoritas Jasa Keuangan (2015) menyatakan komite audit setidaknya terdiri dari tiga orang. Sehingga, jumlah minimal yang harus dimilki oleh komite audit pada suatu prusahaan yang terdaftar sebanyak tiga orang.
2.1.6 Pertemuan Komite Audit
Keahlian, independensi, kewenangan, dan sumber daya, tidak akan meningkatkan efektivitas kecuali komite audit mempunyai peran yang aktif (Ika dan Ghazali, 2012).
Bapepam (2004) tidak menyatakan minimal pertemuan komite audit harus bertemu, tetapi Bursa Efek Indonesia (2004) menetapkan bahwa komite audit harus mengisi laporan atas aktivitas BOC secara periodik minimal sekali dalam tiga bulan. Setelah dikeluarkannya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 55/POJK.04/2015 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit, ada peraturan yang jelas bahwa komite audit harus mengadakan rapat minimal satu kali dalam tiga bulan dengan kehadiran anggota paling sedikit satu per dua dari jumlah anggota. Sehingga setidaknya komite audit harus melakukan pertemuan minimal empat kali pertemuan dalam setahun.
Frekuensi dan isi pertemuan tergantung pada tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada komite audit. Jumalah pertemuan dapat ditentukan berdasarkan ukuran perusahaan dan besarnya tugas yang diberikan kepada komite audit. Tetapi, pada umumnya komite audit melakukan pertemuan tiga sampai empat kali dalam setahun yaitu sebelum laporan keuangan dikeluarkan, sesudah pelaksanaan audit dan sesudah laporan keuangan dikeluarkan, serta sebelum RUPS tahunan (Atania 2000).
2.2 Pengembangan Hipotesis
2.2.1 Pengaruh Ukuran Komite Audit Terhadap Audit Delay
Di Indonesia, pedoman pmbentukan komite audit yang efektif menjelaskan bahwa anggota komite audit yang dimiliki oleh perusahaan setidaknya terdiri dari tiga orang, diketuai oleh komisaris independen perusahaan dengan dua orang ekstenal yang independen terhadap perusahaan dan menguasai serta memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan (KNKG, 2002). Jumlah anggota komite audit yang lebih dari satu orang dimaksudkan agar komite audit dapat mengadakan pertemuan dan bertukar pendapat satu sama lain.
Penelitian yang dilakukan oleh Hastuti dan Meiranto (2017), menunjukkan bahwa ukuran komite audit berpengaruh negatif terhadap audit delay. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak anggota komite audit maka audit delay akan semaikn pendek. Dengan penambahan anggota komite audit cenderung akan meningkatkan proses pengawasan dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan sehingga laporan keuangan yang dihasilkan menjadi lebih sesuai dengan standar yang berlaku umum, hal ini berarti waktu yang dibutuhkan oleh auditor untuk melaksanakan audit menjadi lebih pendek.
Efektivitas komite audit akan meningkat apabila ukuran komite audit meningkat, hal ini dikarenakan komite audit yang memiliki sumber daya yang lebih untuk menangani berbagai permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan. Sehingga keefektifan komite audit dapat mempengaruhi ketepatan waktu (timelines) pelaporan keuangan dan menghindari terjadinya permasalahan keuangan. Maka hipotesis dirumuskan sebagai berikut:
H1: Jumlah anggota komite audit berpengaruh negatif terhadap audit delay 2.2.2 Pengaruh Pertmuan Komite Audit Terhadap Audit Delay
Komite audit diharapkan dapat mengadakan pertemuan tiga sampai emapat kali dalam setahun untuk menjalankan kewajiban dan tanggung jawabnya (FCGI, 2002).
Persons (2009) menunjukkan adanya hubungan antara frekuensi rapat komite audit dengan adanya penyimpangan dalam melakukan pembuatan laporan keuangan. Tetapi Bedard dan Gendron (2009) tidak menemukan adanya hubungan antara frekuensi rapat komite audit pada berkurangnya penyimpangan dalam laporan keuangan.
Dengan keputusan ketua Bapepam Nomor Kep-24/PM/2004 dalam peraturan Nomor IX.I.5 disebutkan bahwa komite audit mengadakan rapat sekurang-kurangnya minimal empat kali dalam setahun. Penelitian yang dilakukan oleh Collier dan Gregory (1999) menyebutkan bahwa frekuensi pertemuan komite audit yang lebih sering memberikan suatu mekanisme pengawasan dan pemantauan kegiatan keuangan yang lebih efektif, meliputi persiapan dan pelaporan informasi keuangan perusahaan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Abbot dkk (2002) menemukan bahwa pertemuan rutin minimal tiga kali dalam satu tahun memiliki pengaruh yang negatif terhadap financial reporting restatement. Dari penjelasan tersebut, pertemuan komite audit secara umum disimpulkan dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan melalui fungsi pengawasan dan pemberian saran khususnya agar dapat meningkatkan ketepatan waktu pelaporan keuangan. Maka hipotesis dirumuskan sebagai berikut:
H2: Pertemuan komite audit berpengaruh negatif terhadap audit delay.
2.2.3 Pengaruh Keahlian Komite Audit Terhadap Audit Delay
Komite audit yang anggotanya memiliki keahlian dalam bidang akuntansi atau keuangan sangat penting dalam rangka membantu kinerja auditor eksternal. Hal ini dikarenakan tugas komite audit sebagai mediator antara pihak manajemen dengan auditor eksternal (Hashim dan Rahman, 2011). DeZoort et all (2002) mengatakan bahwa komite audit yang anggotanya memiliki keahlian keuangan, terutama mereka yang telah memiliki gelar CPA akan memahami tugas auditor dan tanggung jawab auditor, akan menjadi lebih mendukung auditor dan lebih mudah dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja auditor eksternal.
Abbot., dkk, (2004) menemukan bahwa ahli keuangan dalam komite audit berpengaruh secara negatif terhadap pelaporan kembali laporan keuangan atau kecurangan. Komite audit dengan anggota yang memiliki keahlian dibidang akuntansi dan keuangan diharapkan akan menjadi lebih efektif. Hal itu dikarenakan dengan adanya keberadaan seseorang yang memenuhi syarat sebagai anggota komite audit diharapkan dapat mengadopsi standar-standar akuntansi yang sesuai, dapat menyediakan bantuan dalam peran mengontrol dan melakukan pengawasan serta berusaha untuk membangun citra dan kinerja perusahaan yang lebih baik sehingga komite audit dengan kompetensi yang baik dapat mengurangi jumlah perusuhaan yang menunda pelaporan keuangannya. Berdasarkan penjelasan tersebut, dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H3: Keahlian komite audit berpengaruh negatif terhadap audit delay 3. METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yaitu perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017. Pemilihan populasi perusahaan manufaktur didasarkan pada data di BEI (www.idx.com) yang menunjukkan bahwa sektor manufaktur memiliki berbagai sub sektor industri dan jumlahnya relatif banyak sehingga cukup untuk mencerminkan pasar modal secara keseluruhan. Sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Penentuan sampel ini menggunakan purposive smpling, dimana sampel yang memiliki karakteristik kesesuaian sampel dengan pemilihan kriteria sampel yang sudah ditentukan. Kriterianya adalah:
1.Perusahaan manufaktur yang laporan keuangan dan tahunannya tersedia di bursa efek Indonesia www.idx.com
2. Perusahaan manufaktur yang menyajikan laporan keuangan audit serta tahunan secara lengkap.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang tidak langsung diperoleh peneliti dari subjek penelitiannya atau melalui pihak lain. Data berupa laporan keuangan dan tahunan serta laporan auditor independen perusahaan masing-masing perusahaan publik tahun 2017. Data diperoleh dari Pojok Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id).
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode dokumentasi yaitu laporan keuangan tahunan perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini serta data mengenai tanggal laporan auditor independen.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan segala sesuatu berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi mengenai hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun variabel dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu:
1. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2009). Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah audit delay.
2. Variabel Independen (X)
Variabel independen atau variabel bebas merupakan variabel yang akan mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah keahlian komite audit, ukuran komite audit, dan pertemuan komite audit.
3.4 Definisi Operasional Variabel
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah audit delay, dimana Bapepam menetapkan bahwa perusahaan wajib menyampaikan laporan keuangan yang telah diaudit selambat-lambatnya 90 hari setelah tahun buku berakhir. Audit delay dalam penelitian ini diukur dari tanggal penutupan tahun buku 31 Desember samapai dengan tanggal yang tercantum dalam laporan auditor independen. Pengukurannya dilakukan secara kuantitatif dalam jumlah hari.
Variabel independen merupakan variabel bebas yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah keahlian komite audit, ukuran komite audit, dan pertemuan komite audit.
1. Keahlian komite audit adalah keahlian atau mampu menguasai dibidang keuangan atau akuntansi yang harus dimiliki oleh minimal satu orang dalam sebuah komite audit. Keahlian komite audit berguna untuk membantu komite audit melakukan pengawasan terhadap pihak manajemen. Keahlian komite audit diukur dengan cara menghitung jumlah anggota komite audit yang memiliki kompetensi keuangan atau akuntansi dari latar belakang pendidikan atau kursus yang pernah diikuti.
2. Ukuran komite audit adalah jumlah anggota komite audit dalam suatu perusahaan. Bapepam (2004) menyebutkan bahwa komite audit setidaknya terdiri dari tiga orang. Ukuran komite audit dalam penelitian ini diukur dari jumlah anggota komite audit yang dibentuk perusahaan.
3. Pertemuan komite audit yaitu rapat atau pertemuan yang dilakukan oleh komite audit dalam waktu satu tahun, pedoman FCGI (2002) menyatakan bahwa komite audit harus mengadakan pertemuan minimal tiga bulan atau minimal empat kali dalam satu tahun. Pertemuan komite audit dalam penelitian ini diukur dari jumlah pertemuan atau rapat yang dilaksankan oleh komite audit dalam satu tahun.
3.5 Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan regresi linear berganda untuk menguji pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan SPSS. Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda.
4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Statistik Deskriptif
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
Variabel N Minimum Maksimum Rata-rata Std. Deviasi
AC Size 69 2 4 3 0.1715
AC MEET 69 1 22 6.4493 4.12145
AC ABILITY 69 1 3 2.3333 0.67881
AD 69 43 113 78.2609 11.44765
Sumber : data yang diolah, 2018
1. AD
Hasil analisis deskriptif diatas menunjukkan bahwa dari jumlah sampel penelitian sebanyak 69 sampel, variabel audit delay memiliki rata-rata 78,2609, yang berarti perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI rata-rata membutuhkan waktu 78 hari untuk menyelesaikan laporan keuangan yang telah diaudit. Waktu yang tercepat dibutuhkan adalah 43 hari yaitu Wijaya Karya Beton Tbk dan terlama adalah 113 hari yaitu Holcim Indonesia Tbk. Standar deviasi dari variabel AD menunjukkan nilai 11.44765 yang lebih rendah dari nilai rata-rata variabel tersebut (11.44765 <
78.2609) yang artinya waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan sampel untuk menyelesaikan laporan keuangan auditan adalah homogen (normal).
2. AC SIZE
Dari hasil pengujian statistik deskriptif, variabel AC Size yang merupakan ukuran komite audit, menunjukkan nilai rata-rata sebesar 3.00. Artinya perusahaan sampel rata-rata memiliki jumlah anggota komite audit sebanyak tiga orang, nilai minimum adalah 2 orang sedangkan nilai maksimum adalah empat orang yang berarti terdapat perusahaan dengan jumlah anggota empat orang anggota di dalam komite auditnya. Standar deviasi dari AC Size sebesar 0.1715. Angka tersebut lebih kecil dari nilai rata-rata variabel. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah anggota komite audit di perusahaan- perusahaan sampel adalah homogen (normal).
3. AC MEET
Hasil statistik deskriptif terhadap variabel AC Meet, yang merupakan jumlah rapat komite audit dalam satu tahun, untuk nilai minimum sebesar 1 dan nilai maksimum sebesar 22. Hal ini menunjukkan terdapat perusahaan yang mengadakan rapat komite audit sebayak satu kali dalam setahun tetapi ada juga perusahaan yang mengadakan 22 kali rapat dalam setahun. Nilai rata- rata variabel ini adalah 6.4493, artinya rata-rata perusahaan sampel mengadakan rapat komite audit sebanyak enam kali dalam setahun. Standar deviasi dari AC Size menunjukkan angka 4.12145, nilai tersebut lebih kecil dari rata-rata variabel. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah rapat komite audit di perusahaan-perusahaan sampel adalah homogen (normal).
4. AC ABILITY
Keahlian komite audit menunjukkan nilai rata-rata 2.3333, artinya perusahaan-perusahaan sampel memiliki keahlian bidang keuangan atau akuntansi sebanyak dua orang dari jumlah anggota komite audit yang ada.
Nilai terendah untuk variabel ini adalah 1, yang berarti terdapat perusahaan yang hanya memiliki satu orang yang ahli di bidang keuangan atau akuntansi di perusahan sampel dan yang terbanyak adalah tiga orang yang merupakan ahli dibidang keuangan atau akuntansi pada anggota komite audit. Standar deviasi dari AC Ability sebesar 0.67881, yang lebih kecil dari nilai rata- ratanya. Sehingga tingkat keahlian komite audit di perusahan-perusahaan sampel tergolong homogen (normal).
4.1.2 Hasil Regresi
Tabel 4.2 Hasil Regresi
Variabel Bebas
Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 157,172 18,413 8,536 0,000
AC SIZE -20,395 6,384 -0,306 -3,195 0,002
AC MEET -1,084 0,263 -0,390 -4,121 0,000
AC ABILITY -4,600 1,599 -0,273 -2,877 0,005
1. Nilai koefisien sebesar 157,172 dapat diartikan tanpa adanya pengaruh Ukuran komite audit, Rapat komite audit, dan keahlian komite audit akan terjadi kenaikan AD sebesar 157,172.
2. Nilai koefisien regresi untuk ukuran komite audit (AC Size) sebesar -20,395. Hal ini menjelaskan bahwa variabel AC Size dapat mengurangi audit delay (AD) sebesar 20,395 apabila variabel AC Size meningkat sebesar 1 satuan, dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan.
3. Nilai koefisien regresi untuk pertemuan komite audit (AC Meet) sebesar -1,084.
Hal ini menjelaskan bahwa variabel AC Meet dapat mengurangi audit delay (AD) sebesar 1,084 apabila variabel AC Meet meningkat sebesar 1 satuan, dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan.
4. Nilai koefisien regresi untuk keahlian komite audit (AC Ability) sebesar -4,600.
Hal ini menjelaskan bahwa variabel AC Ability dapat mengurangi audit delay (AD) sebesar 4,600 apabila variabel AC Ability meningkat sebesar 1 satuan, dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan.
4.1.3 Asumsi Klasik 4.1.3.1 Normalitas
Gambar 4.1
Hasil Pengujan Normalitas Metode Grafik
Sumber: data yang diolah, 2018
Berdasarkan uji P-P Plot didapatkan bahwa titik – titik data sudah menyebar mengikuti garis diagonal, sehingga dikatakan bahwa residual sudah menyebar secara distribusi normal.
4.1.3.2 Multikolinearitas
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinieritas
Varaibel Bebas
Collinearity Statistics Tolerance VIF
AC Size 0.896 1.116
AC Meet 0.913 1.095
AC Ability 0.912 1.097
Hasil pengujian multikolinearitas dengan ditampilkan dalam Tabel 4.3. Tabel 4.3 menjelaskan bahwa untuk semua variabel independen memiliki nilai tolerance berada di atas 0,1 dan nilai VIF berada dibawah 10, yang berarti bahwa pada penelitian ini tidak terjadi masalah multikolinearitas.
4.1.3.3 Heteroskedastisitas
Gambar 4.3 Scatterplot
Berdasarkan Gambar 4.3 di atas, terlihat bahwa titik-titik menyebar dan tidak membentuk pola tertentu yang jelas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
4.1.3.4 Autokorelasi
Dari tabel Durbin-Watson untuk n = 69 dan k = 3 (adalah banyaknya variabel bebas) diketahui nilai du sebesar 1.701 dan 4-du sebesar 2.299. Dari Tabel 4.2 diketahui nilai uji Durbin Watson sebesar 2,262 yang terletak antara 1.701 dan 2.299, maka dapat disimpulkan bahwa asumsi tidak terdapat autokorelasi telah terpenuhi.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengaruh Jumlah Komite Audit terhadap Audit Delay
Hipotesis pertama dari hasil penelitian ini menyatakan bahwa jumlah komite audit berpengaruh terhadap audit delay. Berdasarkan hasl uji signifikansi yang dilakukan peneliti, diperoleh hasil bahwa variabel AC Size (jumlah komite audit) berpengaruh signifikan terhadap audit delay pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2017, dan arahnya negatif. Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin banyak anggota komite audit, maka akan semakin singkat tenggang waktu audit delay perusahaan. Sebalaiknya, semakin sedikit anggota komite audit perusahaan, maka semakin panjang audit delay-nya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jumuratul dan Wiratmaja (2014) semakin banyak jumlah anggota komite audit maka audit delay akan semakin singkat. Penelitian yang dilakukan oleh Apriyani (2015) juga menemukan ukuran komite audit berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap audit delay.
4.2.2 Pengaruh Jumlah Rapat Komite Audit terhadap Audit Delay
Hipotesis kedua menyatakan bahwa rapat komite audit berpengaruh negatif terhadap audit delay. Berdasarkan hasil uji signifikansi yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh hasil bahwa AC MEET berpengaruh secara signifikan dengan arah negatif terhadap audit delay. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah rapat yang dilakukan oleh komite audit dalam satu tahun, dapat memperkecil rentang waktu audit delay, sehingga hasil tersebut mendukung hipotesis awal.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Noor, dkk (2010) yang menyatakan bahwa pertemuan komite audit berpengaruh negatif terhadap audit delay. Penelitian yang dilakukan oleh Hastuti dan Meiranto (2017) juga menemukan bahwa pertemuan komite audit yang sering akan membantu komite audit dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan terkait mengawasi proses penyusunan laporan keuangan dan mengawasi manajemen untuk tidak memanipulasi data-data yang berkaitan dengan keuangan yang berpotensi meningkatkan audit delay.
4.2.3 Pengaruh Keahlian Komite Audit terhadap Audit Delay
Hipotesis ketiga menyatakan bahwa keahlian komite audit berpengaruh negatif terhadap audit delay. Berdasarkan uji signifikansi yang dilakukan oleh peneliti, hasil yang diperoleh bahwa variabel AC Ability berpengaruh terhadap audit delay dan arahnya negatif. Hasil tersebut menunjukkan semakin banyak anggota komite audit yang memiliki keahlian dibidang akuntansi dan keuangan cenderung mampu meningkatkan kualitas laporan keuangan dan dapat memperkecil rentang waktu audit delay, sehingga hasil tersebut mendukung hipotesis awal.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Purwati (2006) yang menyatakan keahlian komite audit berpengaruh terhadap audit delay.
Kalbers (1992) menyebutkan terdapat tiga faktor yang mendukung keberhasilan tugas komite audit, yaitu kewenangan formal, kerjasama manajemen, dan kualitas/kompetensi anggota komite audit. Dengan kompetensi atau keahlian yang dimiliki anggota komite audit, fungsi dan peran dari komite audit lebih bisa berjalan efektif dan mempermudah proses audit dari auditor independen, sehingga laporan audit dapat selesai lebih cepat.
5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan apakah terdapat pengaruh antara efektivitas komite audit yang diproksikan dengan ukuran komite audit, keahlian komite audit dan frekuensi rapat komite audit terhadap audit delay. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 69 sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2017.
Hasil pengujian hipotesis dari tiga variabel yaitu ukuran komite audit, keahlian komite audit, dan frekuensi rapat komite audit terbukti berpengaruh terhadap audit delay. Nilai adjusted R (koefisien determinasi) sebesar 0,443. Artinya bahwa 44,3%
variabel Audit Delay akan dipengaruhi oleh variabel bebasnya, yaitu Jumlah Anggota (X1), Frekuensi Pertemuan (X2), dan Keahlian (X3), sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Berikut beberapa keterbatasan penelitian yang dapat dijadikan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya:
1. Beberapa perusahaan yang terdaftar di BEI data laporan keuangan dan tahunannya tidak bisa diakses.
2. Beberapa laporan tahunan perusahaan tidak lengkap atau tidak mengungkapkan data yang dibutuhkan oleh peneliti sehingga mengurangi jumlah sampel.
5.3 Saran
Saran yang dapat peneliti berikan untuk penelitian berikutnya antara lain:
1. Untuk laporan keuangan perusahaan yang tidak bisa diakses dan laporan keuangan dan tahunan yang tidak lengkap di BEI bisa membuka langsung laporan tahunan dan keuangan dari perusahaan.
2. Memperluas populasi, tidak hanya perusahaan manufaktur, sehingga apabila terdapat beberapa perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan atau tahunan, jumlah sampel masih banyak dan representative.
3. Menambah varibel lain yang mungkin dapat mempengaruhi audit delay.
DAFTAR PUSTAKA
Angruningrum, Made. 2013. Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Kompleksitas Operasi, Reputasi KAP Dan Komite Audit Pada Audit Delay. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 5.2 :251-270.
Apriyani, N. N., (2015). Pengaruh solvabilitas, opini auditor, ukuran KAP, dan komite audit terhadap audit delay. E-Jurnal Akuntansi Universitas Slamet Riyadi Surakarta Vol 11: 169-177.
BAPEPAM. 2004. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal No.Kep- 29/PM/2004 (Peraturan Nomor IX.I.5) tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kinerja Komite Audit
Bedard, J.,& Gendron, Y. (2010). Strengthening the financial reporting system: Can audit committees deliver. International Journal of Auditing, 14(2), 174-210.
DeZoort, F. T., Hermanson, D. R., Archambeault, D. S., & Reed, S. A. (2002). Audit committee effectiveness: A synthesis of the empirical audit committee literature.
Journal of Accounting Literature, 21, 38-75.
Farber, D. B. (2005). Restoring trust after fraud: Does corporate governance matter?.
The Accounting Review, 80(2), 539-561.
Forum for Corporate Governance in Indonesia. (2001). Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance. Jakarta: Pengarang.
Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Haryani, J. & Wiratmaja, I. D. N., (2014). Pengaruh ukuran perusahaan, komite audit, penerapan International financial reporting satndards, dan kepemilikan publik pada audit delay. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 6.1:63-78.
Hashim & Rahman. (2011). Audit Report Lag and the Effectiveness of Audit Committee Among Malaysian Listed Companies. International Bulletin of Business Administration ISSN: 1415-243X Issue 10 (2011). EuroJournals Inc.
Hastuti, J & Meiranto, W. (2017). Pengaruh efektivitas komite audit terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. E-Jurnal Akuntansi Universitas Diponegoro Vol. 6 hal. 1-5.
Ika, S. R., & Ghazali, N. A. M., (2012). Audit committee effectiveness and timeliness of reporting: Indonesian evidence. Managerial Auditing Journal, 27(4), 403-424.
Ikatan Akuntansi Indonesia. (2016). Standar Akuntansi Keuangan. Diakses dari https://iaiglobal.sharepoint.com/SitesPages/SAK_2017.aspx.
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of the firm: Managerial behavior, agency costs and ownership structure. Journal of Financial Economics, 3(4). 305- 360.
Kalbers. (1992). An Examination Relationship Between Audit Committees and External Auditors.The Ohio CPA Journal. Hal. 19-27.
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan nomor KEP- 346/BL/2011 tentang Penyampaian Laporan Keuangan Berkala Emiten atau
Perusahaan Publik. Diakses dari
http://www.martinaberto.co.id/download/Peraturan_Bapepam/X.K.2_Penyampaian _Laporan_Keuangan_Berkala_Emiten_atau_Perusahaan_Publik.pdf
Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara nomor KEP-103/MBU/2002 tentang Pembentukan Komite Audit bagi Badan Usaha Milik Negara. Diakses dari http://www.bphn.go.id/data/documents/02kmbumn103.pdf
Kieso, D.E., Weygandt, J.J., & Warfield, T.D. (2014). Intermediate accounting: IFRS edition, 2nd edition. New York: Wiley.
Komite Nasional Good Corporate Governance. (2002). Pedoman Pembentukan Komite
Audit yang Efektif. Diakses dari http://www.knkg-
indonesia.org/dokumen/Pedoman-Komite-Audit.pdf.
Kwayanti, Devy. (2013). Hubungan efektivitas komite audit terhadap penyampaian pelaporan keuangan tahunan perusahaan publik sektor manufaktur tahun 2011.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol. 2 No. 2.
Nor, M. N., Shafie, R., & Hussin, W. N. (2010). Corporate governance and audit report lag in Malaysia. Asian Academy of Management Journal of Accounting and Finance, 6(2), 57-84.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan nomor 33/ POJK.04/2014 tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik. Diakses dari eodb.ekon.go.id/download/peraturan/.../ojk/POJK_33_2014.pdf
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan nomor 55/POJK.04/2015 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Diakses dari https://www.ojk.go.id/id/kanal/pasar-modal/regulasi/peraturan-
ojk/Documents/Pages/POJK-Nomor-55.POJK.04.2015/SALINAN-
POJK%20%2055.%20Pembentukan%20dan%20Pedoman%20Pelaksanaan%20Ker ja%20Komite%20Audit.pdf
Persons, O. S. (2009). Audit committee characteristics and earlier voluntary ethics disclosure among fraud and no-fraud firms. International Journal of Disclosure and Governance, 6(4), 284–297.
Purwati, A. S., (2006). Pengaruh karakteristik komite audit terhadap ketetapan waktu pelaporan keuangan pada perusahaan publik yang tercatat di BEJ (Tesis Magister Sains Akuntansi, Universitas Diponegoro, Indonesia). Diakses dari http://eprints.undip.ac.id/16648/1/Atiek_Sri_Purwati.pdf
Putri, B. P., (2015). Pengaruh karakteristik komite audit, fee audit, ukuran KAP, dan internal auditor terhdap ketepatan waktu pelaporan keuangan. E-Jurnal Akuntansi Universitas Riau Vol. 2 No. 2.
Salleh, Z., Baatwah, S. B., & Ahmad, N. (2017).Audit Committee Financial Expertise and Audit Report Lag: Malaysia Further Insight. Asian Journal of Accounting and Governance 8: 137–150
Widyaswari, K. R. & Suardana, K. A. (2014). Pengaruh karakteristik komite audit terhadap timeliness pelaporan keuangan: Perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 6.1:154-166.