MAKALAH
MANAJEMEN LALULINTAS
Disusun Oleh
INDRI MEISY VITA MANGUKI 220213037 ALFONS SEPRIANTO 220213089 RICHARD PATABANG 220213090 NOLDI KADANG 220213116 YONATHAN TODING 220213141
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TORAJA 2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia- Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “pembongkaran pada gedung konstruksi” dengan baik. Kami berharap makalah ini dapat menambah wawasan akan pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Dan kami bersyukur atas Kesehatan yang Tuhan karuniakan kepada kami sehingga makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian Pustaka maupun melalui media internet.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kami motivasi dalam pembuatan tugas jurnal ini, terutama kepadaBapak Marinus Linggi Kala’ Lino,ST.,MT.selaku dosen pengampuh Mata Kuliah “Pengantar metode dan pelaksanaan pembongkaran” dan kepada teman-teman seperjuangan yang membantu dan mendukung kami dalam menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami menyadari, bahwa jurnal yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi penyusunan, bahasa maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat menghargai kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Di Indonesia, pada kondisi simpang dengan kelas ruas jalan (kaki simpang) yang sama, semestinya prioritas diberikan bagi kendaraan yang datang dari sebelah kiri. Namun demikian dalam kenyataannya, aturan ini tidak berjalan karena ketidaktahuan aturan ataupun karena budaya berlalu lintas yang masih kurang. Sementara itu pada kondisi pertemuan jalan mayor dan jalan minor, prioritas memberi hak yang lebih kepada suatu jalan utama atau volume lalu lintas lebih banyak. Bentuk operasi ini dilakukan pada simpang yang mempunyai volume/arus lalu lintas yang lebih rendah, yaitu pada pendekat dipasang tanda stop atau yield. Pengaturan simpang juga dapat dilakukan dengan memberikan kanalisasi yang bisa berupa marka ataupun pulau-pulau lalu lintas sehingga arah pergerakan kendaraan dapat dipertegas. Pulau-pulau lalu lintas juga bisa dipakai sebagai tempat perlindungan bagi pejalan kaki. Simpang bersinyal (signalised intersection) Pada simpang dengan menggunakan sinyal, arus kendaraan memasuki simpang secara bergantian yang diatur dengan menggunakan lampu lalu lintas. Arus lalu lintas yang melaluinya cukup tinggi, sehingga penggunaan simpang tak bersinyal sudah tidak memadai lagi. Lampu lalu lintas mempunyai fungsi utama sebagai pengatur hak jalan bagi pergerakan lalu lintas termasuk pejalan kaki.
Pengaturan arus lalu lintas di persimpangan digunakan traffi c control signal, yang terdiri dari tiga buah warna, yaitu hijau, kuning, dan merah. Dari ketiga warna sinyal ini, sinyal hijau mengisyaratkan bahwa kendaraan boleh berjalan selama waktu tersebut, sinyal kuning mengisyaratkan agar pengemudi berhati-hati dan bersiap untuk berhenti, dan sinyal merah mengisyaratkan agar kendaraan berhenti. Urutan warna sinyal di Indonesia yaitu merah – hijau – kuning – merah, di mana urutan tersebut mengikuti urutan warna sinyal yang berlaku di Amerika, sedangkan di Inggris urutan warna sinyalnya adalah merah – merah + kuning – hijau – kuning – merah.
BAB II
PEMBAHASAN 2.1 Simpang Bersinyal
Simpang bersinyal adalah suatu persimpangan yang terdiri dari beberapa lengan dan dilengkapi dengan pengaturan sinyal lampu lalu lintas (traffic light). Berdasarkan MKJI 1997, adapun tujuan penggunaan sinyal lampu lalu lintas (traffic light) pada persimpangan antara lain:
a. Untuk menghindari kemacetan simpang akibat adanya konflik arus lalu-lintas, sehingga terjamin bahwa suatu kapasitas tertentu dapat dipertahankan, bahkan selama kondisi lalu- lintas jam puncak.
b. Untuk memberi kesempatan kepada kendaraan dan/atau pejalan kaki dari jalan simpang (kecil) untuk memotong jalan utama.
c. Untuk mengurangi jumlah kecelakaan Ialu-lintas akibat tabrakan antara kendaraan dari arah yang bertentangan.
2.2 Prinsip Pengaturan Pada Simpang Bersinyal
Prinsip-prinsip berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaturan simpang bersinyal:
a. Sinkronisasi Lampu Lalu Lintas: Sistem simpang bersinyal harus dirancang untuk menjaga sinkronisasi antara lampu lalu lintas di semua simpang yang terlibat. Hal ini memungkinkan aliran lalu lintas yang lebih lancar dan mengurangi waktu tunggu kendaraan.
b. Deteksi Kendaraan: Sistem simpang bersinyal harus dilengkapi dengan deteksi kendaraan, seperti sensor lalu lintas atau kamera, untuk mendeteksi keberadaan kendaraan di setiap jalur. Informasi ini digunakan untuk mengatur lampu lalu lintas sesuai dengan kebutuhan lalu lintas yang sedang berlangsung.
c. Prioritas Utama: Prinsip dasar dalam pengaturan simpang bersinyal adalah memberikan prioritas pada aliran lalu lintas yang memiliki volume lebih tinggi atau kepentingan lebih besar. Ini dapat mencakup memberikan prioritas pada kendaraan di jalan arteri utama dibandingkan dengan jalan lokal atau memberikan waktu lebih lama untuk pejalan kaki selama waktu tertentu.
d. Waktu Siklus Lampu: Setiap simpang bersinyal memiliki siklus lampu tertentu yang menentukan seberapa lama setiap fase lampu lalu lintas akan aktif. Siklus lampu ini harus dirancang dengan cermat, dengan mempertimbangkan volume lalu lintas yang berubah sepanjang hari. Siklus lampu yang tidak tepat dapat menyebabkan kemacetan.
e. Fase Lampu yang Efisien: Sistem simpang bersinyal harus mengatur fase lampu yang efisien, mengizinkan perpindahan yang lancar antara berbagai aliran lalu lintas. Ini dapat mencakup fase khusus untuk kendaraan berat, pejalan kaki, atau sepeda, tergantung pada kebutuhan lokasi simpang.
f. Koordinasi Antar-Simpang: Ketika simpang bersinyal berdekatan, mereka harus dikoordinasikan untuk mencegah konflik lalu lintas yang tidak perlu. Ini bisa berarti mengatur fase lampu untuk menghindari kendaraan yang terjebak di antara dua simpang bersinyal.
g. Fase Pelindung: Sistem simpang bersinyal juga harus mencakup fase pelindung untuk memungkinkan pejalan kaki untuk menyeberang dengan aman tanpa bertabrakan dengan kendaraan.
h. Pemeliharaan Rutin: Sistem simpang bersinyal memerlukan pemeliharaan rutin untuk memastikan bahwa lampu lalu lintas, sensor, dan perangkat lainnya berfungsi dengan baik. Pemeliharaan yang buruk dapat mengganggu aliran lalu lintas dan mengakibatkan masalah keamanan.
i. Evaluasi dan Perbaikan Terus-Menerus: Pengaturan simpang bersinyal harus dievaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa mereka berfungsi sebagaimana mestinya. Jika ada masalah lalu lintas atau keamanan yang muncul, perbaikan harus segera dilakukan.
j. Kepatuhan Hukum dan Peraturan: Pengaturan simpang bersinyal harus mematuhi hukum dan peraturan lalu lintas yang berlaku. Ini termasuk kepatuhan terhadap batasan kecepatan, peraturan parkir, dan aturan lain yang berlaku di wilayah tersebut.
2.3 Simpang Tak Bersinyal
Simpang tak bersinyal merupakan jenis simpang yang paling banyak dijumpai di daerah perkotaan. Jenis ini cocok diterapkan apabila arus lalu lintas dijalan minor dan
pergerakan membelok relatif kecil. Simpang tak bersinyal adalah perpotongan atau pertemuan pada suatu bidang antara dua atau lebih jalur jalan raya dengan simpnag masing- masing, dan pada titik-titik simpang tidak dilengkapi dengan lampu sebagai rambu- rambu simpang.
2.4 Prinsip Pengaturan Pada Simpang Tak Bersinyal
Berikut adalah prinsip-prinsip pengaturan simpang tak bersinyal:
a. Aturan Prioritas: Dalam simpang tak bersinyal, aturan prioritas sangat penting.
Aturan prioritas biasanya mengikuti aturan "first come, first served," yang berarti kendaraan yang tiba lebih awal di simpang memiliki prioritas. Namun, dalam beberapa kasus, jalan utama atau arteri besar mungkin memiliki prioritas lebih tinggi daripada jalan-jalan lokal atau akses kecil. Aturan prioritas ini harus jelas dan dapat dipahami oleh semua pengemudi.
b. Tanda-Tanda Lalu Lintas: Tanda-tanda lalu lintas seperti rambu lalu lintas, marka jalan, dan tanda peringatan harus dipasang dengan jelas di sekitar simpang tak bersinyal. Ini membantu pengemudi mengenali aturan prioritas, arah lalu lintas, dan peringatan penting lainnya.
c. Penglihatan dan Jarak Pandang: Penting untuk memastikan bahwa simpang tak bersinyal dirancang dengan baik untuk memberikan pengemudi pandangan yang memadai dan jarak pandang yang cukup untuk melihat kendaraan yang mendekat.
Vegetasi yang tumbuh terlalu tinggi atau gangguan visual lainnya harus dihindari.
d. Keamanan Pejalan Kaki dan Pengendara Sepeda: Selain mengatur aliran kendaraan bermotor, pengaturan simpang tak bersinyal juga harus memperhatikan keamanan pejalan kaki dan pengendara sepeda. Penyeberangan pejalan kaki dan jalur sepeda yang aman harus dipasang di dekat simpang, dan pengemudi harus diberi tahu tentang keberadaan mereka.
e. Edukasi Pengemudi: Edukasi pengemudi sangat penting dalam pengaturan simpang tak bersinyal. Pengemudi harus tahu dan memahami aturan prioritas, serta tanda- tanda lalu lintas di sekitar simpang. Kampanye kesadaran pengemudi dapat membantu mengurangi konflik lalu lintas dan kecelakaan.
f. Perencanaan Ruang Terbuka: Simpang tak bersinyal harus direncanakan dengan memperhatikan ruang terbuka di sekitarnya. Tempat parkir, trotoar, dan akses pejalan kaki harus dipasang sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu aliran lalu lintas.
g. Evaluasi dan Perbaikan Terus-Menerus: Seperti halnya pengaturan simpang bersinyal, simpang tak bersinyal juga harus dievaluasi secara berkala. Jika terjadi masalah lalu lintas atau keamanan, perbaikan harus segera dilakukan.
h. Perencanaan Lalu Lintas Masa Depan: Pertimbangan jangka panjang harus dimasukkan dalam perencanaan simpang tak bersinyal. Dengan mempertimbangkan pertumbuhan lalu lintas di masa depan, simpang dapat dirancang untuk mengakomodasi peningkatan volume lalu lintas.
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
1. Persimpangan tak bersinyal, dimana pengemudi kendaraan sendiri yang harus memutuskan apakah aman untuk memasuki persimpangan itu.
2. Persimpangan bersinyal, dimana persimpangan itu diatur sesuai sistem dengan tiga aspek lampu yaitu merah, kuning, dan hijau.