i
i
MANAJEMEN MADRASAH
Penulis
HUFRON, S.Pd., M.Pd.I
INSTITUT AGAMA ISLAM SUNAN KALIJOGO MALANG
2020
ii
MANAJEMEN MADRASAH
Penulis HUFRON, S.Pd., M.Pd.I
ISBN
978-623-94254-3-2
Editor
KHOIRUL ANWAR, M.Pd.
Layout dan Desain GATUT SETIADI, M.Pd.
Tahun Terbit:
2020
Penerbit:
Institut Agama Islam Sunan Kalijogo Malang
Redaksi:
Jl. Keramat, Dusun Gandon Barat, Desa Sukolilo, Jabung, Malang, Jawa Timur 65155
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
iii
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji kita panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi, yang telah melimpahkan Rahmat dan Anugerah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan buku "Manajemen Madrasah".
Shalawat serta salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang senantiasa istiqomah dijalan beliau, amin.
Buku ini disusun sebagai panduan dalam mata kuliah Kepemimpinan Pendidikan Islam Program Studi Manajemen Pendidikan Islam IAI Sunan Kalijogo Malang.
Materi yang tersaji dalam buku ini masih bersifat rangkuman dari berbagai sumber dalam menjelaskan konsep kepempimpinan khususnya dalam lembaga pendidikan Islam.
Buku ini kami persembahkan bagi civitas akademika yang diantaranya semua fakultas dan program studi dan semua angkatan, para dosen pengampu mata kuliah, dosen pembimbing akademik, unit-unit kerja dan para pejabat struktural yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing,
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan buku ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan buku ini.
Jazakumullah ahsanal jaza’ kami ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu proses penyelesaian buku ini, terutama para pimpinan, yang telah membimbing penyusun dalam pembuatan buku ini.
Semoga modul ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya para mahasiswa Instiut Agama Islam Sunan Kalijogo Malang. mudah-mudahan buku ini dapat berfungsi secara efektif sebagaimana mestinya.
Malang, 30 April 2020 Tim Penulis
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
BAB 1 KONSEP DASAR MANAJEMEN MADRASAH ... 1
BAB 2 GARAPAN ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN MADRASAH3 BAB 3 KEBIJAKAN MADRASAH ... 11
BAB 4 MANAJEMEN BERBASIS MADRASAH... 14
BAB 5 PENYUSUNAN RENCANA MADRASAH ... 18
BAB 6 SUPERVISING DAN MONITORING ... 20
BAB 7 MANAJEMEN KONFLIK DI MADRASAH ... 26
BAB 8 MANAJEMEN RAPAT DI MADRASAH ... 30
BAB 9 KONSEP MADRASAH IDEAL ... 32
BAB 10 KONSEP MANAJEMEN MADRASAH YANG BERMUTU DAN EFEKTIF ... 38
BAB 11 JASA PENDIDIKAN ... 45
DAFTAR PUSTAKA ... 49
1 BAB 1
KONSEP DASAR MANAJEMEN MADRASAH
Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah pada hakikatnya adalah penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua kelompok kepentingan (stakeholder) yang terkait dengan madrasah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan mutu madrasah atau untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Menurut Agus Dharma Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah adalah upaya serius yang rumit, yang memunculkan berbagai isu kebijakan dan melibatkan banyak lini kewenangan dalam pengambilan keputusan serta tanggung jawab dan akuntabilitas atas konsekuensi keputusan yang diambil. Oleh sebab itu, semua pihak yang terlibat perlu memahami benar pengertian MBS, manfaat, masalah-masalah dalam penerapannya, dan yang terpenting adalah pengaruhnya terhadap prestasi belajar murid.
Depdiknas merumuskan pengertian Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipasif yang melibatkan secara langsung warga madrasah ( Guru, siswa, Kepala Madrasah, karyawan, orang tua, dan masyaraka) untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakna pemerintah nasional. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Manajemen Berbasis Madrasah merupakan proses pengintegrasian, pengkoordinasian dan pemanfaatan dengan melibatkan secara menyeluruh elemen-elemen yang ada pada madrasah untuk mencapai tujuan (mutu pendidikan) yang diharapkan secara efisien.
2
Karakteristik Manajemen Berbasis Madrasah a. Input Pendidikan
Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses.
Sesuatu yang dimaksud berupa sumberdaya dan perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi berlangsunnya proses. Input sumber daya meliputi sumberdaya manusia (Kepala Madrasah, guru termasuk guru BP, karyawan, siswa) dan sumberdaya lainnya (peralatan, perlengkapan, uang, dan bahan).
Input perangkat lunak meliputi struktur organisasi madrasah, peraturan perundang-undangan, deskripsi tugas, rencana, program, dsb. Input harapan-harapan berupa visi, misi, tujuan, dan sasaran- sasaran yang ingin dicapai oleh sekolah.
3 BAB 2
GARAPAN ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN MADRASAH
Administrasi dalam Dunia Pendidikan (Sekolah/Madrasah/Pesantren) yang tertib dan teratur, sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan pendidikan bagi Kepala Sekolah, Tata Usaha (TU) dan Guru.
Peningkatan kemampuan tersebut akan berakibat positif, yaitu makin meningkatnya efisiensi, mutu dan perluasan pada kinerja di dunia pendidikan tersebut. Untuk memperlancar kegiatan di atas agar lebih efektif dan efisien perlu informasi yang memadai.
Administrasi Sekolah/Madrasah merupakan suatu sumber utama manajemen dalam mengatur proses belajar mengajar dengan tertib sehingga tercapainya suatu tujuan terpenting pada lembaga pendidikan tersebut. Yang sangat diperlukan oleh para pelaku pendidikan untuk melakukan tugas dan profesinya.
Kepala Sekolah, TU dan Guru di Sekolah/Madrasah sangat memerlukan data-data tentang siswa, kurikulum, sarana dan sebagainya untuk pengelolaan sekolah/madrasah sehari-hari.
Pengawas pendidikan di semua tingkat memerlukan data-data tersebut sebagai bahan sarana supervisi. Untuk tingkat yang lebih tinggi misalnya Dinas Penididikan/Kementerian Agama mulai tingkat kecamatan sampai propinsi memerlukan data untuk pelaporan yang lebih tinggi, untuk melakukan pembinaan, serta untuk menyusun rencana atau program pendidikan pada masa mendatang. Di tingkat pusat (nasional) data pendidikan diperlukan untuk perencanaan yang lebih makro, melakukan
4
pembinaan, pengawasan, penilaian (evaluasi) dan keperluan administrasi lainnya.
Data pendidikan yang terdapat di sekolah/madrasah sangat banyak macam dan jenisnya. Ada yang bersifat relatif tetap dan ada yang selalu berubah. Untuk mendapatkan gambaran perubahan data dari waktu ke waktu, perlu dilakukan pencatatan yang teratur dan berkelanjutan dengan menggunakan sistem yang baku dalam satu sistem. Agar pencatatan data lebih akurat dan benar sesuai yang diharapkan tenaga administrasi yang terampil dan mengetahui apa yang menjadi tugasnya.
Administrasi sekolah adalah suatu proses keseluruhan kegiatan yang berupa merencanakan, mengatur (mengurus), melaksanakan dan mengendalikan semua urusan sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Administrasi sekolah merupakan suatu proses pemanfaatan segala sumber (potensi) yang ada di sekolah baik personil (Kepala Sekolah dan stafnya serta guru-guru dan karyawan sekolah lainnya) maupun material (kurikulum, alat/media) dan fasilitas (sarana dan prasarana) serta dana yang ada di sekolah secara efektif.
Penataan administrasi bagi sekolah menjadi begitu penting sebagai sumber data utama manajemen sekolah dalam mengatur proses belajar mengajar dengan tertib sehingga tercapainya tujuan sekolah.
Secara lebih spesifik, administrasi sekolah berfungsi :
• Memberi arah dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah
• Memberikan umpan balik bagi perbaikan proses dan hasil pendidikan di sekolah
• Meningkatkan mutu penyelenggaraan administrasi sekolah
• Menunjang tercapainya tujuan/program sekolah secara efektif dan efisien
5
Saat ini penataan administrasi sekolah lebih mengacu pada 8 Standar Nasional Pendidikan. Akan tetapi yang sering timbul di lapangan, kita terkadang bingung mengenai jenis-jenis administrasi yang mengacu kepada 8 standar tersebut. Oleh karena itu berikut ini kami sajikan beberapa contoh jenis administrasi yang sesuai dengan 8 standar nasional pendidikan tersebut.
ADMINISTRASI STANDAR ISI : 1. Dokumen KTSP (Buku 1, 2, 3)
2. Dokumen Penyusunan Kurikulum (termasuk kurikulum mulok)
3. SK Tim Pengembang Kurikulum 4. Dokumen Penetapan KKM
5. Kumpulan acuan/referensi/peraturan
6. Program dan laporan pengembangan diri (BK, Ekstrakurikuler)
7. Kalender Pendidikan
8. Pemetaan SK – KD – Indikator
9. Program PT dan KMTT semua mapel 10. dll.
ADMINISTRASI STANDAR PROSES :
1. Administrasi Guru (silabus, program tahunan, program semester, rincian minggu/hari efektif, RPP, jadwal mengajar, dokumen penilaian, lembar penilaian sikap, program & pelaksanaan remedial dan pengayaan, analisis penilaian, daya serap, agenda guru, dll.) 2. Daftar buku teks, panduan guru, referensi
3. Program dan pelaksanaan supervisi, serta tindak lanjut 4. Buku kemajuan kelas
6
5. Dll.
ADMINISTRASI STANDAR KOMPETENSI LULUSAN : 1. Dokumen hasil tugas-tugas terstruktur 2. Dokumen / kumpulan karya siswa:
3. Kliping
4. laporan kegiatan 5. laporan diskusi
6. foto – foto kegiatan, dll.
7. Dokumen Prestasi
ADMINISTRASI STANDAR PTK : 1. File PTK
2. Buku induk pegawai
3. Kumpulan SK pembagian tugas dan uraian tugas 4. Presensi PTK dan rekapitulasinya
5. Notulen rapat-rapat
6. Program dan laporan pelaksanaan pengelolaan perpustakaan
7. Program dan laporan pelaksanaan pengelolaan laboratorium
8. Dokumen Keikutsertaan PTK dalam forum ilmiah 9. Dokumen kewirausahaan
10. Buku Pembinaan dan penanganan kasus 11. Dokumen Program, pelaksanaan, dan hasil PKB 12. Daftar Nominatif pegawai
13. DUPAK
14. SKP / PKP/DP-3 15. Laporan hasil PKG 16. DUK
17. Buku cuti PNS
7 18. Dokumen penerimaan gaji 19. Daftar tunggu pensiun 20. Data Statistik Kepegawaian 21. Dll
ADMINISTRASI STANDAR SARANA DAN PRASARANA : 1. Dokumen analisis luas lahan dan bangunan 2. Dokumen analisis kebutuhan sarana prasarana 3. Dokumen master plan/peta sekolah, foto–foto
sarana prasarana
4. Dokumen kepemilikan lahan
5. Dokumen IMB/peruntukan bangunan 6. Dokumen kepemilikan daya listrik
7. Dokumen program dan pelaksanaan pemeliharaan sarana dan prasarana
8. Buku teks / BSE/Buku guru/Buku siswa 9. Dokumen administrasi inventaris laboratorium 10. Dokumen administrasi inventaris perpustakaan 11. Buku inventaris sekolah
12. Daftar inventaris tiap ruang (KIR) 13. Administrasi perlengkapan/barang : - Buku penerimaan barang - Buku pengeluaran barang
- Buku pemeriksaan perlengkapan/barang - Kartu pemeliharaan barang
- Dokumen penghapusan barang - Dokumen usulan pengadaan barang
ADMINISTRASI STANDAR PENGELOLAAN 1. Dokumen penetapan visi, misi sekolah 2. Dokumen RKJM/RKS, RKT/RKAS, RAPBS
8
3. Dokumen KTSP, Kalender Pendidikan, Struktur Organisasi, program pengembangan SDM, peraturan akademik.
4. Dokumen evaluasi pelaksanaan program dan tindak lanjut
5. Dokumen administrasi kesiswaan : a) dokumen PPDB/MOPD
b) dokumen Pelaksanaan pengembangan diri/konseling
c) daftar dan rekapitulasi prestasi siswa d) buku induk siswa
e) Data base sekolah f) Buku klaper
g) Data keadaan siswa
h) Dokumen rekapitulasi presensi siswa i) Buku mutasi siswa
j) Data statistik kesiswaan k) Daftar Nominatif Peserta UN
6. Dokumen pendayagunaan PTK (Pembagian tugas, dokumen sistem penghargaan,
7. pengembangan profesi, mutasi dan promosi) 8. Dokumen sarana prasarana (perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, inventarisasi) 9. Dokumen hasil supervisi dan tindak lanjut 10. Dokumen evaluasi kinerja guru dan karyawan 11. Dokumen akreditasi sekolah
12. Dokumen pemilihan wakil kepala sekolah 13. Sistem Informasi Manajemen Sekolah (SIM)
14. Dokumentasi administrasi persuratan/ perkantoran - Buku agenda
- Buku ekspedisi
9
- Kartu kendali dan lembar disposisi - Arsip surat masuk dan surat keluar - Kumpulan peraturan
ADMINISTRASI STANDAR PEMBIAYAAN 1. Dokumen investasi sarana prasarana
2. Dokumen Program dan realisasi (pengembangan PTK, gaji, kesiswaan, ATK, penggandaan, biaya daya dan jasa, biaya operasional tidak langsung, dll.) 3. Dokumen pedoman pengelolaan sekolah
4. Dokumen penerimaan beasiswa 5. Dokumen pembukuan keuangan:
− BKU
− Buku kas pembantu
− Buku pembantu pajak
− Buku laporan keuangan (APBN, APBD, dll.)
− Dokumen pemeriksaan atasan langsung
ADMINISTRASI STANDAR PENILAIAN
1. Dokumen rancangan dan kriteria penilaian 2. Dokumen pengembangan instrumen penilaian 3. Dokumen penilaian sesuai IPK
4. Dokumen analisis hasil evaluasi/KKM dan daya serap 5. Dokumen hasil remedial dan pengayaan
6. Buku legger nilai
7. Buku Raport/laporan Pencapaian Kompetensi Peserta Didik
8. Dokumen penilaian sikap dan kepribadian
9. Dokumen pelaporan ulangan, UTS, kenaikan kelas, UAS, UN
10
10. Dokumen fotokopi SKHUN, ijazah, dan penyerahannya
ADMINISTRASI BUDAYA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH 1. SOP
2. Tata Tertib Pendidik, Tenaga Kependidik, Peserta Didik
3. Tata Tertib penggunaan sarana prasarana/fasilitas sekolah
4. Petunjuk, peringatan dan larangan , sangsi berperilaku di sekolah
5. Kode etik sekolah 6. Buku tamu
7. Program dan pelaksanaan 7K
ADMINISTRASI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN KEMITRAAN SEKOLAH
1. Dokumen keterlibatan warga dan masyarakat dalam pengelolaan sekolah:
2. Notulen rapat, 3. Daftar hadir,
4. Foto-foto kegiatan, dll.
5. Dokumen kemitraan dengan lembaga yang relevan (MoU)
11 BAB 3
KEBIJAKAN MADRASAH
Sistem Pendidikan Inovasi merupakan suatu ide, gagasan, praktik atau obyek/benda yang disadari dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi. Inovasi pada dasarnya merupakan hasil pemikiran cemerlang yang bercirikan hal baru bisa berupa praktik-praktik tertentu ataupun berupa produk dari suatu hasil olah pikir dan olah teknologi yang diterapkan melalui tahapan tertentu, yang diyakini dan dimaksudkan untuk memecahkan persoalan yang timbul dan memperbaiki suatu keadaan tertentu ataupun proses tertentu yang terjadi di masyarakat. Dengan demikian yang dimaksud inovasi pendidikan adalah inovasi dalam pendidikan untuk memecahkan masalahmasalah pendidikan.
Inovasi ini dapat berupa ide, barang, metode yang dirasakan atau diamati sebagai hal baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan. Telah banyak usaha yang dilakukan untuk kegiatan yang sifatnya pembaruan atau inovasi dalam pendidikan. Pada dasarnya inovasi pendidikan itu sendiri telah melalui berbagai tahap sebagaimana diidentifikasi oleh Ashby sebagai berikut:
Tahap pertama terjadi ketika pendidikan anak dilakukan secara langsung oleh orang tua. Pada tahap ini lembaga pendidikan sekolah belum ada dan media yang digunakan juga masih sangat primitif.
Materi pelajarannya pun sebatas pengetahuan orang tua berdasarkan pengalaman yang mereka miliki. Tahap Kedua terjadi ketika masyarakat/orang tua mulai sibuk dengan peran di luar rumah sehingga tugas pendidikan anak sebagian digeser dari orang tua pindah ke guru atau dari rumah ke sekolah. Pada tahap ini mulai muncul profesi guru. Tahap Ketiga ditandai dengan adanya penemuan alat untuk keperluan percetakan yang
12
mengakibatkan lebih luasnya ketersediaan buku. Tahap keempat terjadi sebagai akibat ditemukannya bermacammacam alat elektronika yang bisa menunjang proses belajar siswa seperti radio, telepon, TV, computer, LCD proyektor, perekan internet, LAN, dan sebagainya. Berdasarkan tahapan-tahapan di atas dapat dikatakan bahwa pada saat ini telah terjadi tahap keempat inovasi pendidikan yang ditandai dengan adanya pemanfaatan teknologi canggih baik perangkat lunak (software) maupun perangkat keras (hardware) dalam proses pembelajaran. Tujuan utama aplikasi teknologi baru itu adalah untuk mewujudkan proses pembelajaran yang berkualitas sehingga dapat meningkatkan kompetensi, kemampuan, ketrampilan dan daya saing perserta didik dalam suatu program pendidikan pada jenjang, jenis maupun jalur tertentu. Inovasi pada tahap ini tentu saja bukan merupakan tahapan terakhir pembaharuan pendidikan, sebab pembaruan itu harus terus– menerus dilakukan tanpa memiliki ujung akhir.
Persoalan pendidikan senantiasa ada selama peradaban dan kehidupan manusia itu ada sehingga pembaharuan pendidikan tidak akan pernah diakhiri. Terlebih lagi dalam abad informasi seperti saat ini tingkat obsolescence dari program pendidikan di Indonesia menjadi sangat tinggi. Hal ini dapat terjadi karena perkembangan teknologi yang digunakan oleh masyarakat dalam sistem produksi barang dan jasa yang begitu cepat. Dunia produksi dapat mengembangkan teknologi dengan kecepatan yang amat tinggi karena harus bersaing dengan pasar ekonomi secara global, sehingga perhitungan efektivitas dan efesiensi harus menjadi pilihan utama. Sebaliknya dunia pendidikan tidak dapat dengan mudah mengikuti perkembangan teknologi yang terjadi di masyarakat, disebabkan sangat sulit diterapkannya perhitungan-perhitungan ekonomi yang mendasarkan pada prinsip efektivitas dan efesiensi terhadap semua unsurnya. Tidak semua pembaharuan pendidikan dapat dihitung atas dasar efesiensi dan untung rugi karena pendidikan
13
memiliki misi penting yang sulit dinilai secara ekonomi, yakni misi kemanusiaan. Perlu ditekankan bahwa pendidikan adalah ilmu normatif, maka fungsi institusi pendidikan adalah menumbuh kembangkan subyek didik ke tingkat normatif yang lebih baik, dengan cara/jalan yang baik, serta dalam konteks yang positif. Oleh karena itu, inovasi apa pun yang dilakukan dalam pendidikan tidak semata-mata atas pertimbangan efektivitas dan efesiensi, tetapi harus tetap mengacu pada upaya pembentukan manusia sejati yang memiliki kesadaran terhadap realitas dan mampu bertindak mengatasi dunia serta realitas yang dihadapinya. Sehingga dapat dihasilkan manusia yang mampu menggeluti dunia dan realitas dengan penuh sikap kritis dan daya cipta, dan itu berarti manusia mampu memahami keberadaan dirinya. Dengan kata lain inovasi dalam pendidikan masih sangat diperlukan dalam upaya menghasilkan sistem pendidikan yang mampu menghasilkan generasi yang memiliki kecerdasan nalar, emosional, dan spiritual, bukan manusia yang kerdil, pasif, dan tidak mampu mengatasi persoalan yang dihadapi.
14
BAB 4
MANAJEMEN BERBASIS MADRASAH
Seperti digambarkan sebelumnya, paradigma manajemen berbasis sekolah/madrasah yang ditawarkan pemerintah sesungguhnya merupakan salah satu bentuk operasional desentralisasi pendidikan dalam kontek otonomi daerah.
Tujuannya adalah agar diperoleh dan diciptakan peningkatan efesiensi dan efektivitas kinerja sekolah/madrasah, dengan penyediaan layanan pendidikan yang komprehensif dan tangggap terhadap kebutuhan masyarakat. Hal ini juga di dasarkan pada suatu kenyataan bahwa peserta di sekolah di setiap daerah memiliki kemampuan dan keadaan latar belakan ekonomi, sosial budaya, yang berbeda-beda yang harus di salurkan dan dikembangkan dengan bijaksana. Dalam hal ini sekolah/madrasah dalam penyelenggaraan pendidikan pertimbangan eksistensi peserta didik yang sangat hetrogen tersebut menjadi amat urgen.
Berkaitan dengan karakteristik sekolah/madrasah E.
Mulyasa telah mengidentifikasi beberapa karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah sebagai berikut:
”pemberian otonomi luas kepada madrasah, tingginya partisipasi pada masyarakat dan orang tua, kepemimpinan yang demokratis dan profesional, dan team work yang kompak dan transparan”
1. Pemberian Otonomi Luas kepada Madrasah
Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah memberikan otonomi luas kepada madrasah, disertai seperangkat tanggung jawab untuk mengelola sumber daya dan pengembangan strategi sesuai dengan kondisi setempat. Madrasah juga diberi kewenangan dan kekuasaan yang luas untuk mengembangkan
15
program-program kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik serta tuntutan masyarakat.
Selain itu, madrasah juga diberikan kewenagan untuk menggali dan mengelola sumber dana sesuai dengan prioritas kebutuhan.
Melalui otonomi yang luas, madrasah dapat meningkatkan kinerja tenaga pendidikan dengan menawarkan partisipasi aktif mereka dalam pengambilan keputusan dan bertanggung jawab bersama dalam pelaksanaan keputusan yang diambil secara proporsional dan profesional.
2. Tingginya Partisipasi Masyarakat
Dalam MBM, pelaksanaan program-program madrasah didukung oleh tingginya partisipasi masyarakat dan orang tua peserta didik. Orang tua peserta didik dan masyarakat tidak hanya mendukung sekolah/madrasah melalui bantuan keuangan, tetapi melalui komite madrasah dan dewan pendidikan merumuskan serta mengembangkan program-program yang dapat meningkatkan kualitas madrasah. Madrasah dan orang tua menjalin kerjasama untuk memberikan bantuan dan pemikiran serta menjadi narasumber pada berbagai kegiatan peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah/madrasah.
3. Kepemimpinan yang Demokratis dan Profesional Dalam MBM, pelaksanaan program- program madrasah di dukung oleh adanya kepemimpinan madrasah yang demokratis dan profesional. Kepala madrasah dan guru-guru sebagai aktor utama program madrasah merupakan figur yang memiliki kemampuan dan integritas profesaional. Kepala madrasah merupakan menejer pendidikan profesional yang dirtekrut komite sekolah/madrasah untuk mengelola segala kegiatan madrasah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan. Guru-guru
16
yang direkrut oleh madrasah adalah pendidik profesional dalam bidangnya masing- masing, sehingga mereka bekerja berdasarkan pola kinerja profesional yang di sepakati bersama untuk memberi kemudahan dan mendukung keberhasilan pembelajaran peserta didik. Dalam proses pengambilan keputusan, kepala madrasah mengimplementasikan proses Bottom up secara demokratis, sehingga semua pihak memiliki tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil beserta pelaksanaannya.
4. Teamwork yang Kompak dan Transparan
Dalam MBS/MBM, keberhasilan program-program sekolah/madrasah didukung oleh kinerja team yang kompak dan transparan dari berbagai pihak yang terlibat dalam pendidikan di madrasah. Dalam dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah misalnya, pihak-pihak yang terlibat bekerjasama secara harmonis sesuai dengan posisinya masing- masing untuk mewujudkan suatu sekolah/madrasah yang dapat dibanggakan oleh semua pihak. Mereka tidak saling menunjukkan kuasa atau paling berjasa, tetapi masing-masing berkontribusi terhadap upaya peningkatan mutu dan kinerja madrasah secara kaffah. Dalam pelaksanaan program misalnya, pihak-pihak terkait bekerjasama secara profesional untuk mencapai tujuan-tujuan atau target yang disepakati bersama. Dengan demikian keberhasilan MBS/MBM merupakan hasil sinergi dari kolaborasi team yang kompak dan transparan. Dalam konsep MBS/MBM yang utuh kekuasaan yang dimiliki sekolah/madrasah, diantaranya adalah pengembalian keputusan tentang manajemen kurikulum dan pembelajaran, rekrutmen dan manajemen tenaga kependidikan, serta manajemen keuangan sekolah/madrasah.
17
Dalam rangka menjawab harapan sekolah/madrasah meningkatkan mutu pendidikan maka dalam konteks MBS/MBM haruslah mengikuti empat prinsip MBS/MBM, yaitu:
1) Prinsip equifinalitas(equifinality) yang di dasarkan pada teori manajemen moderen yang berasumsi bahwa terdapat perbedaan cara untuk mencapai tujuan;
2) prinsip desentralisasi (decentralization);
3) prinsip sistem pengelolaan mandiri (self managing system);
4) prinsip inisiatif manusia (human initiative).
Berdasarkan pembahasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik manajemen berbasis sekolah/manajemen berbasis madrasah adalah segala hal yang menjadi kebutuhan dalam keadaan sekolah/madrasah yang kemudian keadaan tersebut di beri kewenangan melakukan pengelolaan sekolah/madrasah sendiri secara otonomi atau berdiri sendiri dengan segalakemungkinan yang dihadapinya serta mampu menjawab tantangan yang dihadapi dengan keluasan peran dan tanggung jawab yang dilimpahkan.
18
BAB 5
PENYUSUNAN RENCANA MADRASAH
Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) merupakan salah satu wujud dari salah satu fungsi manajemen sekolah yang amat penting, yang harus dimiliki sekolah untuk dijadikan sebagai panduan dalam menyelenggarakan pendidikan di sekolah, baik untuk jangka panjang (20 tahun), menengah (5 tahun) maupun pendek (satu tahun).
Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) memiliki fungsi amat penting guna memberi arah dan bimbingan bagi para pelaku sekolah dalam rangka pencapaian tujuan sekolah yang lebih baik (peningkatan, pengembangan) dengan resiko yang kecil dan untuk mengurangi ketidakpastian masa depan
Standar Nasional Pendidikan ( standar kelulusan, kurikulum, proses, pendidikan dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan, pengelolaan, dan penilaian pendidikan) merupakan substansi penting dalam sistem pengelolaan sekolah yang harus direncanakan sebaik-baiknya dan diakomodir dalam penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah.
Atas dasar itu, Depdiknas telah menyiapkan sebuah panduan teknis bagi sekolah dalam penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah, yang disampaikan oleh Prof. Slamet PH. MA, MEd, MA, MLHR, Ph.D, yang mengupas tentang:
1. Pentingnya Rencana Pengembangan Sekolah (RPS). RPS penting dimiliki untuk memberi arah dan bimbingan para pelaku sekolah dalam rangka menuju perubahan atau tujuan sekolah yang lebih baik (peningkatan, pengembangan) dengan resiko yang kecil dan untuk mengurangi ketidakpastian masa depan.
19
2. Arti Perencanaan Sekolah/RPS.Perencanaan sekolah adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan sekolah yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumberdaya yang tersedia.RPS adalah dokumen tentang gambaran kegiatan sekolah di masa depan dalam rangka untuk mencapai perubahan/tujuan sekolah yang telah ditetapkan.
3. Tujuan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS). RPS disusun dengan tujuan untuk: (1) menjamin agar perubahan/tujuan sekolah yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan tingkat kepastian yang tinggi dan resiko yang kecil; (2) mendukung koordinasi antar pelaku sekolah; (3) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar pelaku sekolah, antarsekolah dan dinas pendidikan kabupaten/kota, dan antarwaktu
4. Sistem Perencanaan Sekolah (SPS). Sistem Perencanaan Sekolahadalah satu kesatuan tata cara perencanaan sekolah untuk meng-hasilkan rencana-rencana sekolah (RPS) dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara sekolah dan masyarakat (diwakili oleh komite sekolah).
5. Tahap-tahap Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS), mencakup: (a) Melakukan analisis lingkungan strategis sekolah; (b) Melakukan analisis situasi untuk mengetahui status situasi pendidikan sekolah saat ini (IPS); (c) Memformulasikan pendidikan yang diharapkan di masa mendatang; (d) Mencari kesenjangan antara butir 2 & 3; (e) Menyusun rencana strategis; (f) Menyusun rencana tahunan;
(g) Melaksanakan rencana tahunan; dan (h) Memonitor dan mengevaluasi
20
BAB 6
SUPERVISING DAN MONITORING
A. Pengertian Supervisi Pendidikan
Ada bermacam-macam konsep supervise. Secara historis mula-mula diterapkan konsep supervisi yang tradisional, yaitu pekerjaan inspeksi, mengawasi dalam pengertian mencari kesalahan dan menemukan kesalahan dengan tujuan untuk diperbaiki. Perilaku supervisi yang tradisional ini disebut snooper vision, yaitu tugas memata-matai untuk menemukan kesalahan.
Konsep seperti ini menyebabkan guru-guru menjadi takut dan mereka bekerja dengan tidak baik karena takut dipersalahkan.
Kemudian berkembang supervisi yang bersifat ilmiah, ialah:
1) Sistematis, artinya dilaksanakan secara teratur, berencana dan kontinu.
2) Objektif dalam pengertian ada data yang didapat berdasarkan observasi nyata bukan berdasarkan tafsiran pribadi.
3) Menggunakan alat mencatat yang dapat memberikan informasi sebagai umpan balik untuk mengadakan penelitian terhadap proses pembelajaran di kelas.
Makin maju hasil-hasil penelitian di bidang pendidikan telah membantu berubahnya berbagai pendekatan dalam supervisi pendidikan. Penemuan-penemuan menyebabkan timbulnya berbagai pemahaman konsep terhadap apa sebenarnya supervisi pendidikan itu. Berikut ini disajikan berbagai pendapat para ahli dalam mendefinisikan supervisi itu. Dalam bukunya :Basic Principle of Supervision, Adams dan Dickey (1959:2) mendefinisikan supervisi adalah program yang berencana untuk memperbaiki pengajaran. Program itu pada hakikatnya adalah perbaikan hal mengajar dan mengajar.
21
Dalam Dictionary of Education Good Carter (1959) memberi pengertian bahwa supervisi adalah usaha petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode serta evaluasi pengajaran. Ada yang melihat supervisi pendidikan dari pandangan yang demokratis, sehingga rumusan supervisi dijelaskan sebagai berikut:
Supervises adalah suatu usaha menstimulasi, mengkoordinasi dan membimbing secara kontinu pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran. Dengan demikian mereka dapat menstimulasi dan membimbing pertumbuhan tiap murid secara kontinu serta mampu dan lebih cakap berpartisipasi dalam masyarakat demokratis modern (Boardman et al, 1953:5).
Berbeda dengan Mc Nerney (1951:1) yang melihat supervisi itu sebagai suatu prosedur memberi arah serta mengadakan penilaian secara kritis terhadap proses pengajaran.
Padahal ada pandangan lain yang melihat supervisi dari segi perubahan sosial yang berpengaruh terhadap peserta didik seperti yang dikemukakan Burton dan Bruckner (1951:1). Menurut mereka: Supervisi adalah suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama faktor-faktor yang mempengaruhi perumbuhan dan perkembangan anak. Lebih luas lagi pendangan Kimball Wiles yang menjelaskan bahwa supervisi adalah bantuan yang diberikan untuk memperbaiki situasi belajar-mengajar yang lebih baik.
Dijelaskan bahwa situasi belajar-mengajar di sekolah akan lebih baik tergantung kepada keterampilan supervisor sebagai
22
pemimpin. Seorang supervisor yang baik memiliki lima keterampilan dasar, yaitu:
1) Keterampilan dalam hubungan-hubungan kemanusiaan.
2) Keterampilan dalam proses kelompok.
3) Keterampilan dalam kepemimpinan pendidikan.
4) Keterampilan dalam mengatur pesonalia sekolah.
5) Keterampilan dalam evaluasi (Kimball Wiles, 1955).
Semua definisi yang diuraikan di depan bersifat umum.
Perkembangan konsep supervisi pendidikan selanjutnya sekolah menuju kepada sasaran yang khusus. Sudah ada yang membedakan supervisi pendidikan dalam pengertian yang luas da nada yang melihat supervise dalam batasan yang spesifik, yaitu pengajaran. Dalam bukunya Supervision of Today’s Scools, Peter F.
Olivia menitikberatkan pada supervisi pengajaran (1984:9), mengemukakan beberapa pandangan seperti berikut ini. Menurut Harris (dalam Olivia 1984). Supervisi pengajaran ialah sesuatu yang dilakukan personalia sekolah untuk memelihara atau mengubah apa yang dilakukan sekolah dengan cara yang langsung mempengaruhi proses belajar-mengajar dalam usaha meningkatkan proses belajar siswa. Menurut Alfonso R.J. et al (1981); dalam Olivia (1984): Supervisi pengajaran adalah tindak laku pejabat yang dirancangkan oleh lembaga yang langsung berpengaruh terhadap perilaku guru dalam berbagai cara untuk membantu cara belajar siswa dan untuk tujuan yang dilakukan oleh lembaga itu.
Dalam buku Kimball Wiles yang direvisi oleh John T. Lovel, dijelaskan supervisi pengajaran dianggap sebagai sistem tingkah laku formal, yang dipersiapkan oleh lembaga untuk mencapai interaksi dengan sistem perilaku mengajar dengan cara memelihara, mengubah dan memperbaiki rencana serta aktualisasi
23
kesempatan belajar siswa. Uraian tentang supervisi pengajaran yang disebutkan di atas berfokus pada:
1) Perilaku supervisor.
2) Dalam membantu guru-guru.
3) Dan tujuan akhirnya untuk mengangkat harapan belajar siswa.
Sehingga dapat dirumuskan supervisi tidak lain dari usaha memberi layanan kepada guru-guru baik secara individual maupun secra kelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran. Kata kunci dari pemberi supervisi pada akhirnya ialah memberikan layanan dan bantuan.
B. Tujuan Supervisi Pendidikan
Seperti telah dijelaskan, kata kunci dari supervisi ialah memberikan layanan dan bantuan kepada guru-guru, maka tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan untuk mengembangkan situasi belajar-mengajar yang dilakukan guru di kelas. Dengan demikian jelas bahwa tujuan supervisi ialah memberikan layanan dan bantuan untuk meningkatkan kualitas mengajar guru dan di kelas yang ada gilirannya untuk meningkatkan kualitas belajar siswa. Bukan saja memperbaiki kemampuan mengajar tapi juga untuk pengembangan potensi kualitas guru. Pendapat ini sesuai dengan apa yang dikemukakn oleh Olive bahwa sasaran (domain) supervisi pendidikan ialah:
1) Mengembangkan kurikulum yang sedang dilaksanakan di sekolah.
2) Meningkatkan proses belajar-mengajar di sekolah.
3) Mengembangkan seluruh staf di sekolah.
Ketiga sasaran ini dapat dijabarkan lebih terperinci lagi.
24
C. Prinsip Supervisi Pendidikan
Masalah yang dihadapi dalam melaksanakan supervisi di lingkungan pendidikan ialah bagaimana cara mengubah pola pikir yang bersifat otokrat dan korektif menjadi sikap yang konstruktif dan kreatif. Suatu sikap yang menciptakan situasi dan relasi di mana guru-guru merasa aman dan merasa diterima sebagai subjek yang dapat berkembang sendiri. Untuk itu supervisi harus dilaksanakan berdasarkan data, fakta yang objektif. Bila demikian, maka prinsip supervise yang dilaksanakan adalah:
1) Prinsip Ilmiah (Scientific)
Prinsip ilmiah mengandung ciri-ciri sebagai berikut:
a. Kegiatan supervisi dilaksanakan berdasarkan data objektif yang diperoleh dalam kenyataan pelaksanaan proses belajar mengajar.
b. Untuk memperoleh data perlu diterapkan alat perekam data, seperti angket, observasi, percakapan pribadi, dan seterusnya.
c. Setiap kegiatan supervisi dilaksanakan secara sistematis, berencana dan kontinu.
2) Prinsip Demokratis
Servis dan bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan hubungan kemanusiaan yang akrab dan kehangatan sehingga guru-guru merasa aman untuk mengembangkan tugasnya. Demokratis mengandung makna menjunjung tinggi harga diri dan martabat guru, bukan berdasarkan atasan dan bawahan, tapi berdasarkan rasa kesejawatan.
3) Prinsip kerjasama
Mengembangkan usaha bersama atau menurut istilah supervisi ‘sharing of idea, sharing of experience’, memberi support mendorong, menstimulasi guru, sehingga mereka merasa tumbuh bersama.
25 4) Prinsip konstruktif dan kreatif
Setiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan potensi kreativitas kalau supervisi mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, bukan melalui cara-cara menakutkan.
26
BAB 7
MANAJEMEN KONFLIK DI MADRASAH
Mengelola Konflik
Konflik dapat diresolusi atau diselesaikan bila sebab-sebab konflik dihilangkan.
Sebab-Sebab Konflik di Sekolah
Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan sebab-sebab konflik di sekolah adalah adanya :
1. Perbedaan interest (kepentingan)
2. Perbedaan interprestasi (mengartikan sesuatu)
3. Perbedaan senior-yunior (usia, masa kerja, tingkatan kelas).
Tingkatan Konflik
1. Konflik intra personal
terjadi karena dalam individu ada tekanan atau kekecewaan karena harapan tidak sesuai dengan kenyataan.Dapat terjadi pada diri setiap individu di sekolah, seperti: kepala seklah, guru, karyawan, atau siswa.
2. Konflik inter personal
dapat terjadi bila dua individu atau lebih yang satu merasa menjadi oposisi bagi yang lain. Adanya perbedaan tujuan yang diakibatkan karena adanya gesekan antar individu yang emosional yang diakibatkan karena perasaan marah, ketidakpercayaan, tidak suka, takut, kebencian, dan sejenisnya. Dapat terjadi atara individu: atara kepela sekolah dengan wakil kepsek, wakil kepsek dengan wakil kepsek,guru dengan guru,siswa denan guru, siswa dengan siswa, dll.
3. Konflik antar kelompok
terjadi diantar kelompok – kelompok dalam suatu organisasi. Konflik ini mempersulit koordinasi. Sehingga
27
menimbulkan ketidak efisienan dan menghambat munculnya kreativitas.
4. Konflik antar organisasi
dapat terjadi karena persaingan adanya persamaan pasar, persamaan pelanggan, dll.
Manfaat dan Dampak Konflik
1. Manfaat positif atau fungsional conflict,
individu semakin dewasa atau matang karena mampu menyelesaikan perbedaan. Selain kematangan individu adanya konflik mengakibatkan kepala sekolah menjadi mengerti adanya ketidakpuasan atau kesalahan kebijakan.
Kepala sekolah juga mengerti bahwa ada problem dalam seorang individu atau kelompok. Bila konflik terselesaikan maka konflik dapat bersifat konstruktive terhadap organisasi.
2. Dampak negative atau dysfungsional conflict,
adanya konflik membuat komunikasi tidak berjalan, tidak berkembangnya kreativitas dan sulit melakukan koordinasi. Terdapat ketegangan dan ketidaknyamanan di sekolah. Apalagi kepala sekolah tidak mampu menyelesaikan konflik tersebut. Hal tersebut membuat tidak tercapainya visi sekolah. Kepala sekolah tidak boleh menghindar dari problem sekolah atau problem antar individu. Kepala sekolah harus mencari akar masalahnya dan menyelesaikan. Boleh berkoordinasi dengan pengawas sekolah atau pihak luar tetapi bukan mencari pembenaran hal yang salah.
28
Pihak-Pihak yang Konflik 1. Konflik Vertikal,
terjadi antara atasan dan bawahan. Hal ini disebabkan karena target pekerjaan, kinerja, tujuan, atau deadline.
2. Konflik Horizontal,
terjadi antar individu atau kelompok yang sederajat. Hal ini terjadi karena adanya ketidakmampuan individu, kelangkaan sumber daya, atau faktor interpersonal murni.
Hal lain penyebab konflik horizontal adalah ketidaksepakatan terhadap suatu tanggung jawab pekerjaan.
Strategi Mengelola Konflik 1. Lose-lose ( kalah-kalah )
Strategi ini semua individu atau kelompok yang berkonflik tidak mendapatkan yang diinginkan. Adanya pembiaran karena dianggap tidak ada konflik. Menagemen tidak tegas menyelesaikan penyebab konflik berharap konflik tersebut segera hilang. Konflik akan selesai dengan sendirinya tetapi berpotensi muncul kembali pada masa yang akan datang.
2. Win-lose atau lose-win ( menang-kalah atau kalah-menang) Ada pihak yang menang dan disisi lain ada pihak yang kalah. Pihak yang menang melaui kekuatan atau keterampilan yang superior. Strategi menang kalah menimbulkan ketidakpuasan suatu pihak dan akan berpotensi muncul di masa yang akan datang.
3. Win-win ( menang – menang )
Semua pihak yang konflik mendapat apa yang diinginkan.
Strategi ini membutuhkan ketegasan dan kooperatif yang tinggi.
Negosiasi pihak-pihak yang konflik dibutuhkan. Negosiasi bermuara pada tujuan dan hasil yang diinginkan. Tidak ada pihak yang ditekan atau dilanggar. Adanya kompromi dan kolaborasi
29
menyebabkan munculnya solusi. Semua pihak merasa diperhatikan dan dapat menerima solusi yang dicapai. Strategi ini paling bijak dan menyelesaikan masalah sehingga tidak muncul konflik di kemudian hari.
Negosiasi
Negosiasi adalah proses membuat keputusan bersama ketika pihak-pihak yang terlibat konflik memiliki preferensi (lebih menyukai suatu alternatif) yang berbeda.
Kriteria Negosiasi yang Efektif : 1. Quality (Kualitas)
Hasil negosiasi menawarkan "perjanjian kepentingan berkualitas yang bijaksana dan memuaskan bagi semua pihak.
2. Harmony (Harmoni)
Negosiasi itu harmonis dan memupuk hubungan interpersonal yang baik.
3. Efficiency (Efisiensi)
Negosiasi "efisien" dan tidak memakan waktu atau lebih dari yang diperlukan.
30
BAB 8
MANAJEMEN RAPAT DI MADRASAH
1. Tidak mengganggu kegiatan pembelajaran
Bagaimanapun pentingnya rapat, hendaknya tidak dilaksanakan pada jam-jam efektif belajar. Rapat yang di selenggarakan pada jam efektif belajar merugikan peserta didik, baik dari segi waktu maupun materi. Oleh karena itu, kepala sekolah profesional tidak akan mengadakan rapat pada jam belajar efektif.
2. Memilih waktu rapat yang tepat
Penyelenggaraan rapat bisa dilakukan pada hari-hari libur (tanggal merah), selain hari Minggu dan hari raya.
mungkin kedengarannya sangat aneh dan luar biasa, tetapi itulah yang dilakukan oleh sekolah-sekolah unggul maju, dan berprestasi. Rapat juga bisa dilaksanakan ketika peserta didik usai belajar.
3. Menciptakan suasana terbuka dan menyenangkan Suasana rapat bersifat kekelkuargaan, tetapi tetap profesional, karena setiap tenaga kependidikan berbicara secara obyektif, jujur, serta tidak memiliki prasangka yang bersifat negatif dan merusak suasana rapat.Suasana seperti ini dapat mendorong suasana silaturrahmi dan membangkitkan rasa persahabatan, kerjasama yang kompak dan loyalitas yang tinggi antara peserta rapat.
4. Memanfaatkan waktu secara efektif
Kepala sekolah perlu mengatur waktu secara ketak dan disiplin, kapan rapat dimulai dan kapan diakhiri. Disiplin waktu perlu lebih ditekankan, karaena dalam era globalisasi kita akan berpacu dengan waktu.
31 5. Mengelolah Perdebatan
Perdebatan hendaknya dihindari dalam rapat sekolah, agar rapat berjalan dengan efektif dan tidak berkepanjangan tanpa arah, karena masing-masing bersikeras untuk mempertahankan pendiriannya.
Perdebatan dalam rapat sekolah dapat merusak suasana, karena tenaga kependidikan dapat tegang dan kaku.
6. Bicara singkat dan jelas
Kepala sekolah harus memberi contoh bicara singkat dan jelas, dan ini dapat ditunjukkan pada rapat sekolah.Pertanyaan yang diajukan hendaknya tidak bertele-tele, karena membuat tidak jelas apa yang ditanyakan.
7. Menghindari monopoli pembicaraan
Semua peserta rapat memiliki kesempatan, hak, dan kewajiban yang sama
32
BAB 9
KONSEP MADRASAH IDEAL
Konsep Pendidikan
Wilayah kajian pendidikan, awalnya didominasi oleh filsafat. Namun sejurus dengan perannya, psikologi menjadi arena bagi perkembangan disiplin pendidikan. Disiplin lain seperti antropologi, ekonomi, politik dan sosiologi belakangan ikut meramaikan kajian pendidikan. Namun, hal yang cukup menyulitkan adalah status pendidikan sebagai ilmu terapan yang membuat kesulitan pada metode dan wilayah konseptualnya. Bagi kalangan peneliti, study pendidikan dimasukan dalam kegiatan yang terkait dengan investigasi pada proses belajar dan dalam konteks sekolah.
Berbicara aspek pendidikan, semua orang tidak boleh melupakan istilah “intelektual”. Makna yang tersirat dari kata intelektual adalah “mereka yang secara serius terlibat dalam proses pewarisan dan penyebarluasan pengetahuan, serta mengartikulasikan nilai-nilai dalam sebuah masyarakat”. Oleh karenanya, setiap masyarakat memiliki cendekiawan atau intelektualis termasuk masyarakat primitif yang diperankan oleh kepala suku atau petinggi agama sebagai penjaga dan pewaris agama.
Pendidikan yang dijalani manusia sesugguhnya mencitrakan percepatan pencapaian kedewasaan. Kedewasaan memberi arti bahwa ada saat-saat tidak dewasa sebelumnya.
Masa kanak-kanak tumbuh secara gradual menjadi dewasa memungkinkan terjadi dalam sebuah proses. Namun sayangnya, penentuan kapan seseorang dipandang tidak tergantung dari derajad usia. Sehingga, secara umum makna dewasa disepakati para ahli psikologi sebagai datangnya sikap dari perilaku tertentu
33
pada masa antara pubertas dan tercapainya masa kematangan (maturity). Kedewasaan, yang sepntas mirip gagasan Aristoteles dan Plato lebih dari 2000 tahun silam, dengan meminjam istilah strum und drang (storm and stress) dari literatur Jerman dan menerapkannya untuk menyebut periodesasi kedewasaan.
Krisis identitas, dengan meminjam konsep psikoanalis, atau kesenjangan generasi antara pemuda-pemudi dengan kedua orang tuanya, adalah konsepsi lain yang dipakai untuk mengidentifikasi kedewasaan. Dua hal ini, krisis identitas dan kesenjangan generasi, selanjutnya semakin memperluas cakrawala bagi dipahaminya makna kedewasaan secara ilmiah.
Singkatnya, kedewasaan dianggap sebagai masa ketika seseorang atau tepatnya anak-anak memasuki masa di mana mereka berada dalam kondisi tekanan dan serba tidak menentu, yang berlanjut kepada kebingungan yang mengemuka sebagai krisis identitas dan menimbulkan kesenjangan mereka terhadap orang tuanya.
Jarak yang tajam ini dianggap sebagai pintu gerbang sebuah kedewasaan, ihwal mana sang anak dianggap dewasa bila mampu mengatasi masalahnya dengan baik. Dan sebaliknya, kedewasaan tidak kunjung datang ketika sang anak masih belum mampu melewati krisis identitas dan cenderung berada dalam tekanan psikologis yang memungkinkan mereka berada dalam tingkat kesenjangan yang makin jauh dengan orang tuanya.
Konsep Pendidikan Ideal
Pada mulanya menentukan kualitas di sekolah itu sulit, sesulit memperolah daftar yang sempurna dari penilai-penilai mutu program akademik di sekolah. Akan tetapi berdasarkan beberapa referensi serta pedoman yang digunakan oleh institusi resmi. Penilaian mutu itu dapat ditemukan dan ditetapkan. The Higher Education Council (HEC) Australia melihat mutu dalam
34
konteks sebagai berikut : the council sees the focus on outcome, the fitness for purpose, as fundamental to understanding how each of the processes within institutions are organized and evaluated in order to ensure the quality of outcome. Di sini, prinsip utama adalah bahwa mutu di lembaga pendidikan diukur dengan pendekatan fitness for purpose.
Pada umunya tujuan sekolah meliputi pengajaran, penelitian, dan pengabdian, atau yang dikenal sebagai tridarma sekolah. Sehubungan dengan hal ini, Porter (1994) mengindikasikan akan adanya kesulitan dalam mengukur mutu sekolah hanya dengan menggunakan pendekatan fitnessfor purpose. Selanjutnya, porter menambahkan pendekatan lain yang sifatnya interrelated dengan pendekatan fitness for purpose, yaitu konsep exeptional di mana mutu dapat dipandang sebagai passing a set of requirement or minimum standard.
Dalam konteks pendidikan internasional, glonal alliance for transnational education (GATE) mendefinisikan mutu sebagai as meeting or fulfilling requirement, often referred to as fitness for purpose (GATE) 1988., dan dalam hubungannya dengan pendekatan pemenuhan standar minimum, standar diartikan sebagai a level or grade of goodness of something, and in an education context may be defined as an explicit level of academic attainment. Jelaslah, bahwa fngsi standar antara lain as means of measurements of the criteria by which quality may be judged (GATE, 1998)
Dalam konteks nasional di Indonesia, kualitas dan idealisme sebuah madrasah diarahkan pada penyiapan dan pembekalan kompetensi akademis dan moral sebagai dua pilar penting pada sebuah lembaga pendidikan yang bernafaskan islami. Seluruh proses yang diselenggarakan pada sebuah lembaga seyogyanya diarahkan pada pembentukan pribadi siswa
35
yang memiliki kualitas sekaligus idealisme pada kedua dimensi kompetensi akademik dan moral itu.
Kongkritisasi Menggagas Madrasah Ideal
Menyiapkan madrasah ideal yang berkualitas sangatlah tidak mudah. Banyak sekali ukuran yang bisa dijadikan indikator.
Banyak yang terjadi pada penilaian kualitas sebuah madrasah hanya berdasarkan klaim semata. Madrasah yang berkualitas dan ideal tidak hanya ditentukan oleh megahnya gedung sarana dan prasarana. Madrasah yang baik juga belum boleh dikatakan baik jika hanya ditentukan oleh banyaknya jumlah siswa yang bersekolah. Madrasah yang baikpun belum layak dikatakan baik bila ditunjukan oleh lokasi di mana madrasah itu bertempat.
Untuk menilai sebuah madrasah berkualitas, sampai hari ini masih ada perdebatan. Untuk menyebut sebuah madarasah yang memiliki kualifikasi tinggi saja masih banyak perbedaan. Ada yang mengidentifikasi sebagai madrasah efektif, madrasah unggulan, madrasah terpadu, madrasah integral, dan berbagai sebutan lainnya.
Dengan demikian, dewasa ini sulit menentukan indikator madrasah unggul dan ideal. Untuk memudahkannya, madrasah unggul boleh saja disetarakan dengan pelaksanaan madrasah yang mengaplikasikan manajemen berbasis madrasah (MBS).
Tujuan utama penerapan implementasi visi, misi dan komitmen di madrasah pada intinya adalah untuk penyeimbangan struktur kewenangan antara madrasah, pemerintah daerah dan pusat, sehingga manajemen menjadi lebih efisien.
Kewenangan terhadap pembelajaran diserahkan kepada unit yang paling dekat dengan pelaksanaan proses pembelajaran itu sendiri, yaitu madrasah. Di samping itu, penyerahan kewenangan itu adalah untuk memberdayakan madrasah, agar
36
madrasah dapat melayani masyarakat secara maksimal sesuai dengan keinginan masyarakat.
Untuk menggagas madrasah ideal, sebagaimana kaidah lembaga yang memadai, maka sebuah lembaga harus menentukan visi, misi, dan program unggulan serta sejumlah perangkat kualitas lainnya. Dalam hal ini visi madrasah Amanatul Ummah adalah “terwujudnya manusia yang unggul, utuh dan berakhlaqul karimah untuk izzil Islam wal muslimin dan untuk keberhasilan cita-cita kemerdekaan”. Kemudian, misi madrasah Amanatul Ummah adalah “melaksanakan secara ketat sistem pengelolaan pendidikan yang diterapkan di madrasah” ini. Tujuan dan peruntukan kami menyelanggarakan madrasah adalah untuk membekali siswa menjadi insan yang siap terjun di tengah masyarakat kelak, di antaranya menyiapkan mereka menjadi :
1. Ulama-ulama besar yang bisa menerangi dunia dan Indonesia;
2. Konglomerat-konglomerat besar yang akan memberikan kontribusi maksimal terhadap terwujudnya kesejahteraan bangsa Indonesia;
3. Para pemimpin dunia dan pemimpin bangsanya yang akan mengupayakan terwujudnya kesejahteraan dan tegaknya keadilan; serta
4. Para profesionalitas yang berkualitas dan bertanggung jawab
Selanjutnya, yang paling menarik dari tiga ikhwal antara visi, misi atau penentuan itu, maka menelusuri peruntukan menjadi relevan, karena peruntukan ini menjadi kristalisasi visi dan misi madrasah. Peruntukan ini adalah dalam rangka membangun kader bangsa melalui empat pilar, yakni ulama, pemimpin bangsa, konglomerat serta profesionalis. Mempersiapkan kader menjadi empat profesi tersebut bukanlah upaya mudah. Keberhasilan ini
37
memang masih menunggu sepuluh sampai dua puluh tahun akan datang.
38
BAB 10
KONSEP MANAJEMEN MADRASAH YANG BERMUTU DAN EFEKTIF
1. Pengertian Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah/Madrasah
Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah atau MPMBS adalah sebutan lain dari Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Istilah ini pertama kali muncul di Amerika Serikat, MBS merupakan paradigma baru pengelolaan pendidikan, khususnya di Indonesia, yang memberikan otonomi luas kepada lembaga sekolah dalam kerangka kebijakan nasional. Di Indonesia, model baru pengelolaan sekolah ini diterapkan pada tahun 1999 di sejumlah sekolah dengan sebutan MPMBS. Sedangkan untuk negara-negara maju seperti Amerika, Inggris, dan Australia model pengelolaan ini sudah disosialisasikan dan diterapkan sekitar tahun 1980-an.
MPMBS dapat didefinisikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah, dan mendorong partisipasi secara langsung warga sekolah (guru, siswa kepala sekolah, karyawan) dan masyarakat (orang tua siswa, tokoh masyarakat, ilmuwan, pengusaha, dan sebagainya) untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
39
2. Tujuan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah/Madrasah
Implementasi MPMBS/M ini secara khusus mempunyai tujuan sebagai berikut1[3]:
a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kemandirian, fleksibilitas, partisipasi, keterbukaan, kerjasama, akuntabilitas, sustainabilitas, dan inisiatif madrasah dalam mengelola, memanfaatkan, dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
b. Meningkatkan kepedulian warga madrasah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.
c. Meningkatkan tanggung jawab madrasah kepada orangtua, masyarakat dan pemerintah untuk meningkatkan mutu madrasah.
d. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar-madrasah dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
3. Manfaat Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah/Madrasah
Manfaat model MPMBS/M adalah memberikan kebebasan dan kekuasaan yang besar kepada sekolah yang tentu saja disertai dengan seperangkat tanggung jawab. Pemberian otonomi kepada sekolah mengindikasikan sebuah tanggung jawab pengelolaan sumber daya pengembangan dan strategi peningkatan mutu yang sesuai dengan kondisi setempat. Dengan pola ini, sekolah/madrasah dapat lebih memperhatikan kesejahteraan
40
guru, sehingga ia lebih dapat berkonsentrasi pada tugas dan bertanggung jawab terhadap tugas yang dibebankan kepadanya.
4. Karakteristik Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah/Madrasah
Manajemen peningkatan mutu madrasah berkaitan erat dengan pembentukan madrasah yang efektif. Manajemen yang baik tentunya memiliki karakteristik tersendiri yang harus dipenuhi untuk mengoptimalkan peningkatan mutu madrasah.
Karakteristik manajemen peningkatan mutu madrasah antara lain:
Karakteristik Manajemen Pendidikan Mutu Sekolah/Madrasah
Organisasi
Madrasah Proses Belajar
Mengajar Sumber Daya Manusia
Sumber Daya dan Administrasi Menyediakan
manajemen organisasi, kepemimpinan transformasional dalam mencapai tujuan madrasah
Meningkatkan kualitas belajar siswa
Memberdayakan staf dan
menempatkan personel yang dapat melayani keperluan semua siswa
Mengidentifika si sumber daya yang
diperlukan dan mengalokasika n sumber daya tersebut sesuai dengan kebutuhan Menyusun rencana
madrasah dan merumuskan kebijakan untuk madrasahnya sendiri
Mengembangk an kurikulum yang cocok dan tanggap terhadap kebutuhan siswa dan masyarakat sekolah
Memilih staf yang memiliki wawasan manajemen berbasis madrasah
Mengelola dana madrasah
41
Mengelola kegiatan operasional madrasah
Menyelenggar akan
pengajaran yang efektif
Menyediakan kegiatan untuk pengembangan profesi pada semua staf
Menyediakan dukungan administrasi
Menjamin adanya komunikasi yang efektif antara madrasah dan masyarakat terkait (school community)
Menyediakan program pengembanga n yang diperlukan siswa
Menjamin kesejahteraan staf dan siswa
Mengelola dan memelihara gedung dan sarana lainnya
Menjamin akan terpeliharanya madrasah yang bertanggung jawab (akuntabel kepada masyarakat dan pemerintah)
Program pengembanga n yang diperlukan siswa
Kesejahteraan
staf dan siswa Memelihara gedung dan sarana lainnya
Keterangan : diadaptasi dari Focus on School : The Future Organization of Education Servces for Sudent, (Departement of Education, Australia, 1990)
5. Strategi Pelaksanaan di Tingkat Sekolah/Madrasah Langkah nyata dalam meningkatkan mutu lembaga pendidikan tersebut bisa diwujudkan melalui : pertama, pengembangan dan perbaikan kurikulum berbasis kompetensi.
Dua, memperhatikan kondisi kebutuhan-kebutuhan siswa dan masyarakat yang beragam. Tiga, sistem evaluasi yang ada hendaknya dirancang dengan berbasiskan keahlian peserta didik.
Ini berarti sistem pendidikan yng dijalankan lebih menitik beratkan kepada pengukuran kemampuan peserta didik pada ranah menjadi, daripada sekedar hanya memiliki dan mengetahui pengetahuan dan keahlian yang diajarkan pendidik. Empat, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, pengembangan dan
42
ketersediaan bahan ajar. Lima, menambah intensitas pelaksanaan pelatihan (training) bagi pendidik dan tenaga kependidikan.2
Strategi pelaksanaan atau implementasi Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah/Madrasah akan tercapai dengan baik jika didukung oleh sumber daya manusia yang cukup, sarana prasarana yang memadai dan dukungan masyarakat (orang tua) yang tinggi, tahapan-tahapan pelaksanaan MPMBS/M adalah sebagai berikut:
1. Mensosialisasikan konsep MPMBS
Sosialisasi konsep disampaikan kepada keseluruh steakholders sekolah (guru, konselor, wakil kepala sekolah, siswa, karyawan, dst) melalui pelatihan, diskusi, dan seterusnya.
2. Melakukan analisis situasi sasaran (output)
Hasil dari analisis ini berupa tantangan antara keadaan sekarang dengan sasaran yang diharapkan.
3. Merumuskan sasaran yang hendak dicapai
Dalam merumuskan sasaran harus tetap mengacu pada visi, misi, dan tujuan sekolah.
4. Menyusun rencana peningkatan mutu
Rencana peningkatan mutu yang dibuat harus menjelaskan secara detail dan lugas tentang: aspek-aspek mutu yang ingin dicapai, kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan, siapa yang harus melaksanakan, kapan dan dimana dilaksanakan, dan berapa biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut.
5. Melaksanakan rencana peningkatan mutu
43
Pelaksanaan rencana peningkatan mutu dengan mendayagunakan sumberdaya pendidikan yang tersedia semaksimal mungkin, menggunakan pengalaman- pengalaman masa lalu yang dianggap efektif, dan menggunakan teori yang terbukti mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. Kepala sekolah dan guru bebas mengambil inisiatif dan kreatif dalam menjalankan program-program yang telah diproyeksikan dapat mencapai sasaran –sasaran yang telah ditetapkan. Karena itu, sekolah harus dapat melepaskan ikatan-ikatan birokratis yang banyak menghambat laju penyelenggaraan pendidikan.
6. Melakukan evaluasi pelaksanaan
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan program, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Evaluasi jangka pendek dilakukan setiap akhir catur wulan, sedang evaluasi jangka panjang dilakukan setiap akhitr tahun, untuk mengetahui seberapa jauh program peningkatan mutu telah mencapai sasaran-sasaran mutu yang telah ditetapkan sebelumnya.
6. Efisiensi, Efektivitas dan Produktivitas Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah/Madrasah
Efisiensi dalam manajemen peningkatan mutu sekolah/madrasah merupakan aspek yang berkaitan dengan penggunaan sumber daya, baik itu dari segi manusia atau ekonomi. Efisiensi sendiri sangat berpengaruh terhadap seluruh kegiatan manajemen yang dilaksanakan di sekolah.
Depdikbud (1989) membedakan efisiensi pendidikan menjadi dua, yakni efisiensi internal dan efisiensi eksternal.
Efisiensi internal menunjukkan perbandingan antara prestasi
44
belajar (ukuran non-moneter hasil pendidikan) dan masukan biaya pendidikan. Sementara efisiensi eksternal dihubungkan dengan metode cost-benefit analysis, yaitu perbandingan keuntungan finansial pendidikan, biasanya diukur dari penghasilan lulusan dengan seluruh jumlah dana yang dikeluarkan untuk pendidikannya.
Kinerja tim yang kuat sangat dibutuhkan untuk mewujudkan keefektifan implementasi manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah. Efektivitas dalam bidang pendidikan itu sendiri berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, ketepatan waktu, partisipasi aktif setiap anggota organisasi, dan tercapainya tujuan pendidikan yanag telah ditentukan.
Produktivitas dalam dunia pendidikan berkaitan dengan keseluruhan proses penataan dan penggunaan sumber daya manusia dan nonmanusia untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien Thomas (1982) menjelaskan ada 3 dimensi peninjau produktivitas pendidikan :
1. Produktivitas sekolah dari dari segi keluaran administratif.
2. Produktivitas sekolah dari segi keluaran perubahan perilaku.
3. Produktivitas sekolah dari keluaran ekonomis.
45 BAB 11 JASA PENDIDIKAN
A. Pengertian dan Konsep Strategi Pemasaran
Strategi mempunyai dua definisi yang pertama yaitu rencana manajemen puncak untuk mencapai hasil yang konsisten dengan misi organisasi. Dan yang kedua yaitu merupakan pendekatan dasar untuk mendesain tidakan yang akan memcahkan suatu masalah atau menyelesaikan suatu saran.
Setiap strategi harus menjawab suatu pertanyaan “bagaimana”
yaitu, bagaimana kemajuan harus dilakukan untuk mencapai suatu sasaran (kamus manajemen Strategik, 1997:75).
Strategi adalah sebuah rencana yang komprehensif mengintegrasikan segala resources dan capabilities yang mempunyai tujuan jangka panjang untuk memenangkan kompetisi (Sagala, 2007:137). Dalam membahas perkataan strategik sulit untuk dibantah bahwa penggunaannya diawali dari dan popular di lingkungan militer (Akdon, 2006:3). Namun pada akhirnya strategi bekembang untuk semua organisasi termasuk keperluan ekonomi, social budaya dan agama. Strategi ini digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jadi strategi pada hakekatnya adalah suatu perencanaan (planning) dan mengatur (Management) untuk mencapai tujuan tertentu dalam praktek operasionalnya (Rusyadi Ruslan, 200:31).
Pemasaran adalah suatu system keseluruhan dari kegiatan- kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencakan, menentukan harga, mempromosikan dan untuk mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli yang potensial (Wlliam J. Stanton, Fundamentalis of Marketing, 1978:5).