• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Pengelolaan Sampah

N/A
N/A
Nasywa

Academic year: 2024

Membagikan " Manajemen Pengelolaan Sampah"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Nasywa Athifah

NIM : 10031282227045

Kelas : A

Prodi : Kesehatan Lingkungan

Tanggal : 22 Januari 2024

Mata Kuliah : Manajemen Pengelolaan Sampah Dosen Pengampu : Laura Dwi Pratiwi, S.K.M., M.KES.

PENANGANAN SAMPAH 1. Stakeholders Pengelola Sampah Kota

Stakeholder atau yang biasa dikenal pemangku kepentingan merupakan seorang individu, kelompok maupun organisasi yang memiliki kepentingan tertentu dan memiliki kemampuan untuk mempengaruhi atau dipengaruhi di dalam sebuah lingkungan internal maupun eksternal organisasi tersebut. Stakeholder biasanya memiliki hubungan keterkaitan dan kemampuan untuk mempengaruhi ataupun dipengaruhi baik dalam lingkup internal atau eksternal (Dwi Ariyanto & Marom, 2021).

Terdapat tiga jenis stakeholder, yaitu (Nugroho, 2019).

a. Stakeholder primer yaitu stakeholder yang menerima dampak langsung dari suatu rencana atau kegiatan tertentu, dampak tersebut dapat berupa dampak yang bersifat positif dan negatif, stakeholder ini biasanya banyak terlibat di dalam proses awal hingga akhir sebuah kegiatan.

b. Stakeholder kunci yaitu stakeholder yang memiliki kewenangan dan pengaruh yang besar terhadap proses pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi atau kegiatan karenanya merekalah yang biasanya bertanggung jawab atas kegiatan secara penuh c. Stakeholder sekunder, yaitu stakeholder pendukung biasanya mereka tidak terlibat

secara langsung di dalam sebuah organisasi atau kegiatan tertentu karena mereka tidak memiliki kepentingan dan pengaruh secara langsung dalam program tetapi mereka memiliki peran dalam mendukung dan memberi saran / masukan terhadap sebuah program

Peran stakeholders dalam pengelola sampah (Dwi Ariyanto & Marom, 2021).

a. Stakeholder primer a) Masyarakat

(2)

Masyarakat memiliki peran sebagai implementor. Masyarakat berperan sebagai pelaksana program yang artinya masyarakat adalah pihak yang bertanggung jawab untuk ikut dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan sampah di wilayahnya masing-masing bersama dengan KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) masing-masing RW dari mulai kegiatan pemilihan mandiri yang dilakukan oleh setiap KK dirumah masing-masing, kemudian pengangkutan sampah menuju bank sampah, penimbangan sampah, penyortiran, pengiriman sampah ke pengepul atau produksi kerajinan tangan dari sampah (khusus sampah yang masih dapat digunakan).

b. Stakeholder Kunci a) Bank sampah

Bank sampah memiliki peran sebagai koordinator dan implementor dalam program pengelolaan sampah. Bank sampah merupakan induk dari KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat). Tanggung jawab bank sampah adalah menjadi organisasi yang mengkoordinir pelaksanaan pilah sampah melalui KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) yang tersebar di setiap RW.

b) Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)

KSM berperan sebagai akselator, koordinator, dan implementor. KSM atau Kelompok Swadaya Masyarakat merupakan organisasi swadaya masyarakat yang terbentuk dengantujuan mendukung kegiatan-kegiatan pengembangan masyarakat sekitar.

c. Stakeholders Sekunder a) Pemerintah Kota

Pemerintah kota atau yang disingkat Pemkot berperan sebagai policy creator dan fasilitator. Pemerintah kota membuat sebuah kebijakan terkait penanganan sampah di kota yang bertujuan mengatur dan menjadi pedoman penanganan sampah yang baik yang mana memiliki legalitas hukum yang memaksa pihak- pihak terkait agar patuh dan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.

b) Dinas Lingkungan Hidup (DLH)

Dinas Lingkungan Hidup atau yang disingkat DLH berperan sebagai policy creator, koordinator, dan fasilitator. DLH berperan dalam merumuskan kebijakan dan rencana strategis bidang lingkungan, penanganan sampah, pengendalian pencemaran dan konservasi lingkungan di kota sesuai dengan visi misi walikota, mengkoordinasi program melalui sosialisasi dan pelatihan atau workshop dalam

(3)

rangka pelaksanaan program pengelolaan sampah, monitoring evaluasi kegiatan bidang pengelolaan sampah, memfasilitasi pelaksanaan program.

c) Kecamatan atau Camat

Camat berperan sebagai koordinator kecamatan yang mengkoordinasi lembaga pengelola sampah tingkat kelurahan, mengawasi pelaksanaan tertib pengelolaan sampah mulai dari lingkup rukun warga dan kelurahan, mengusulkan kebutuhan TPS dan TPST ke lembaga pengelola sampah.

d) Kelurahan atau Lurah

Lurah berperan sebagai koordinator program yang mengkoordinasi program penanganan sampah bersama dengan Bank sampah di kelurahan, mengawasi pelaksanaan program penanganan sampah di kelurahan, mengusulkan kebutuhan TPS dan TPST ke lembaga pengelola sampah.

2. Tingkat Pengelolaan

Tingkat pengelolaan sampah diatur berdasarkan jumlah penduduk yang terlayani dan luas daerah yang terlayani dan jumlah sampah yang terangkat ke TPA (BSN, 2002).

a. Frekuensi pengelolaan (BSN, 2002).

Berdasarkan hasil penentuan skala kepentuungan daerah pengelolaan, frekuensi pengelolaan dapat dibagi dalam beberapa kondisi sebagai berikut.

1) Pengelolaan intensif yaitu untuk jalan protokol, pusat kota, dan daerah komersial.

2) Pengelolaan menengah yaitu untuk Kawasan permukiman teratur.

3) Pengelolaan rendah yaitu untuk daerah pinggiran kota.

b. Faktor penentu kualitas operasional pengelolaan (BSN, 2002).

Faktor penentu operasional pengelolaan antara lain sebagai berikut:

1) Tipe kota

2) Sampah terangkut dari lingkungan 3) Frekuensi pengelolaan

4) Jenis dan jumlah peralatan 5) Peran aktif masyarakat 6) Retribusi

7) Timbunan sampah

(4)

3. Daerah Pelayanan

a. Penentuan daerah pelayanan (BSN, 2002)

Penentuan skala kepentingan daerah pelayanan dapat dilihat berdasarkan parameter fungsi dan nilai daerah, kepadatan penduduk, daerah pelayanan, kondisi lingkungan, tingkay kepadatan penduduk, dan topografi.

b. Perencanaan kegiatan operasi daerah pelayanan(BSN, 2002).

Hasil dari perencanaan daerah pelayanan berupa identifikasi masalah dan potensi yang tergambar dalam peta-peta sebagai berikut.

1) Peta kerawanan sampah minimal menggambarkan a) Besaran timbulan sampah

b) Jumlah penduduk

c) Kepadatan rumah/ bangunan

2) Peta pemecahan masalah menggambarkan a) Pola yang digunakan

b) Kapasitas perencanaan (meliputi alat dan personil) c) Jenis sarana dan prasarana

d) Potensi pendapatan jasa pelayanan e) Rute dan penugasan

4. Teknik Operasional Pengelolaan Sampah

Teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan terdiri dari kegiatan pewadahan sampah dengan kegiatan pembuangan akhir sampah yang harus bersifat terpadu dengan melakukan pemilihan sejak dari sumbernya (BSN, 2002).

1) Pewadahan sampah

Pewadahan sampah dilakukan sesuai dengan jenis sampah yang telah dipilih yaitu sampah organic, sampah anorganik, dan sampah bahan berbahaya beracun rumah tangga. Adapun persyaratan bahan untuk wadah sampah yaitu tidak mudah rusak dan kedap air, ekonomis (mudah diperoleh ataupun dibuat oleh masyarakat), dan mudah dikosongkan (BSN, 2002).

2) Pengumpulan sampah

Pola pengumpulan sampah terdiri dari pola individual langsung, pola individual tidak langsung, pola komunal langsung, pola komunal tidak langsung, dan pola penyapuan jalan. Perencanaan operasial pengumpulan sampah dilakukan dengan

(5)

rotasi antara 1-4/hari dan periodisasi (1 hari, 2 hari, atau maksimal 3 hari sekali, tergantung dari kondisi dan komposisi sampah) (BSN, 2002).

3) Pemindahan sampah

Lokasi pemindahan sampah harus mudah keluar masuk bagi sarana pengumpul dan pengangkut sampah, tidak jauh dari sumber sampah, berdasarkan tipe (terpusat atau tersebar), dan jarak antara transfer depo untuk tipe T dan II (1,0-1,5) km.

Pemindahan sampah dapat dilakukan secara manual, mekanis, maupun gabungan antara manual dan mekanis (BSN, 2002).

4) Pengangkutan sampah

Pengangkutan sampah dapat dilakukan dengan sistem pengumpulan individual langsung (door to door) dan system pemindahan transfer depo type I dan II. Adapun persyaratan alat pengangkut sampah yaitu alat pengangkut sampah harus dilengkapi dengan penutup sampah (minimal dengan jaring), tinggi bak maksimum 1,6m, sebaiknya ada alat ungkit, kapasitas disesuaikan dengan kelas jalan yang akan dilalui, dan bak truk/dasar kontainer sebaiknya dilengkapi dengan pengaman air sampah.

Jenis peralatan yang dapat digunakan dalam pengangkutan sampah yaitu truk (ukuran besar atau kecil), dump truk/tipper truk, amroll truk, truk pemadat, truck dengan crane, mobil penyapu jalan, dan truk gandengan (BSN, 2002).

5) Pengolahan sampah

Teknik-teknik pengolahan sampah dapat berupa pengomposan, insinerasi yang berwawasan lingkungan, daur ulang, pengurangan volume sampah dengan pencacahan atau pemadatan, dan biogasifikasi (pemanfaatan energi hasil pengolahan sampah) (BSN, 2002).

6) Pembuangan akhir

Metode pembuangan akhir sampah kota dapat dilakukan dengan penimbunan terkendali termasuk pengolahan lindi dan gas, lahan urug saniter termasuk pengolahan lindi dan gas, dan metode penimbunan sampah untuk daerah pasang surut dengan sistem kolam (an acrob, fakultatif, maturasi). Peralatan dan perlengkapan yang digunakan di TPA sampah yaitu buldoser (untuk perataan, pengurungan, dan pemadatan), crawl/track dozer (untuk pemadatan tanah lunak), wheel dozer (untuk perataan, pengurungan), loader dan powershowel (untuk penggalian, perataan, pengurungan, dan pemadatan), dragline (untuk penggalian dan pengurugan), scraper (untuk pengurungan tanag dan perataan), dan kompaktor atau landfrill compactor (untuk pemadatan timbunan sampah pada lokasi dalam (BSN, 2002)

(6)

5. Pengelolaan Sampah Terpadu

Pengolahan sampah secara terpadu berbasis masyarakat dilaksanakan dengan melakukan reduksi sampah semaksimal mungkin dengan cara pengolahan sampah di lokasi sedekat mungkin dengan sumber sampah yaitu dapat dilakukan di Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS), transfer depo maupun di lokasi sekitar sumber sampah yang sesuai dengan kondisi setempat. Salah satu alternatif yang bisa dilakukan adalah melaksanakan program pengelolaan sampah berbasis masyarakat, seperti melaksanakan pengelolaan sampah dengan 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Program tersebut bisa dimulai dari sumber timbulan sampah hingga kelokasi TPA. Pengelolaan sampah berbasis masyarakat (Community Based Solid Waste Management atau CBSWM) adalah suatu pendekatan pengelolaan sampah yang didasarkan pada kebutuhan dan permintaan masyarakat, direncanakan, dilaksanakan, dikontrol, dan dievaluasi bersama masyarakat. Masyarakat harus bertanggung jawab terhadap sampah yang masyarakat produksi dan terlibat dalam penanganan sampah. Penerapan pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat bertujuan untuk mengurangi volume timbulan sampah yang harus dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (memperpanjang umur TPA), mengantisipasi penggunaan lahan tempat pembuangan akhir yang semakin terbatas, mengoptimalkan operasional sarana transportasi persampahan yang terbatas, mengurangi biaya pengangkutan sampah dari Tempat Pembuangan Sementara (TPS) ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), meningkatkan kemandirian masyarakat serta peran aktif masyarakat dalam mempertahankan kebersihan lingkungan melalui pengelolaan sampah yang ramah lingkungan. Diharapkan sampah sudah terolah dan terkurangi pada tingkat kawasan Kecamatan, sehingga hanya residu sampah (sisa sampah yang benar-benar tidak dapat diolah) yang akan dibawa ke TPA (Cahyo et al., 2012)

6. Pengelolaan Sampah Regional

Pengelolaan Sampah Regional adalah Pengelolaan Sampah yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi Pengurangan dan Penanganan Sampah yang bersumber dari dua atau lebih kabupaten atau kota termasuk pulau-pulau kecil di dalamnya. Pengelolaan sampah regional ditunjukkan untuk pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga. Dalam rangka pengelolaan sampah

(7)

regional, pemerintah daerah menyediakan saran dan prasarana pengelolaan sampah regional yang meliputi TPST regional, TPA regional, bank sampah induk regional, serta sarana pengumpulan dan pengangkutan. Pemerintah daerah dapat menyediakan sarana pengumpulan dan pengangkutan dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan sampah regional lintas kabupaten atau kota berupa stasiun peralihan, kendaraan angkut darat, dan kapal angkut laut. Dalam rangka mendukung kegiatan pengelolaan sampah regional, pemerintah dapat melakukan penelitian dan pengembangan teknologi ramah lingkungan, penerapan teknologi ramah lingkungan, memfasilitasi pemerintah kabupaten atau kota dalam penelitian dan pengembangan teknologi ramah lingkungan, serta memfasilitasi pemerintah kabupaten atau kota dalam menerapkan teknologi ramah lingkungan (Gubernur, 2022).

REFERENSI

Nugroho, Y. A. (2019). Analisis Stakeholders Dalam Pengembangan Program Diklat Di Balai Diklat Aparatur Kementerian Kelautan Dan Perikanan. Manajemen dan Bisnis Kreatif, 5 , 6-8.

BSN. (2002). Standar Nasional Indonesia Badan Standardisasi Nasional Tata cara teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan.

Cahyo, Lestari, & Suryaningsih. (2012). Analisis Strategi Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat Di Kota Semarang. Artikel Administrasi Publik Universitas Diponegoro, 1–23.

Dwi Ariyanto, E., & Marom, A. (2021). Analisis Peran Stakeholder Dalam Program Pilah Sampah Di Kelurahan Mangkang Kulon, Kecamatan Tugu, Kota Semarang.

Gubernur. (2022). Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 6 Tahun 2022 Tentang Pengelolaan Sampah Regional.

Ide Judul Skripsi:

Analisis Kualitas Udara di Lingkungan Sekitar Pabrik Karet Di Gandus dan Pengaruhnya Terhadap Peningkatan Kasus ISPA

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesediaan masyarakat untuk membayar pengelolaan sampah dan bersedia atau tidaknya berperan aktif dalam upaya

Yang dimaksud dengan azas tanggung jawab adalah Pemerintah Daerah mempunyai tanggung jawab pengelolaan sampah dalam mcwujudkan hak masyarakat terhadap lingkungan hidup yang baik

Yang dimaksud dengan “asas tanggung jawab” adalah bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah mempunyai tanggung jawab pengelolaan sampah dalam mewujudkan hak masyarakat terhadap

Bila dikaitkan dengan pengelolaan sampah, maka partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah tidak hanya dilihat dari ikut sertanya masyarakat dalam proses

Sedangkan kelompok masyarakat yang ada dan masih aktif telah melaksanakan pengelolaan sampah dan pengolahan sampah dengan mengajak peran serta masyarakat sesuai dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesediaan masyarakat untuk membayar pengelolaan sampah dan bersedia atau tidaknya berperan aktif dalam upaya

masyarakat terkait Reduce, Reuse, dan Recycle (3R) tidak optimal terlaksana. Begitu juga dengan kegiatan peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah khususnya

Partisipasi masyarakat yang dimaksud adalah ikut sertanya masyarakat dalam hal pengelolaan sampah untuk menjaga kebersihan lingkungan, yaitu membuang sampah sesuai dengan waktu