YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (254-260)
MANAJEMEN RESIKO PONDOK PESANTREN TERHADAP KASUS PENCABULAN YANG DILAKUKAN SEORANG ANAK KIYAI
(Studi Kasus Pondok Pesantren Shiddiqiyyah Jombang Jawa Timur)
--- Saiful Romadon, Ade Budi Santoso, Isha Wijayanti
Universitas Bina Sarana Informatika
(Naskah diterima: 1 juni 2022, disetujui: 28 Juli 2022) Abstract
This Study discusses the Risk Management Of Islamic Boarding Schools Against the Case of Obscenity Perpetrated by a Kiyai’s Child (Case Study of the Shiddiqiyyah Islamic Boarding School Jombang, East Java). This research uses a case study approach. The result of this study is that a child must be instilled with awareness to stand on his own feet so as not to take advantage of the big name of his parents and family to fulfill personal interest. This study also examines that the mistakes made do not forget the background and labels attached to the guilty person. Views must be viewed with the eyes of the applicable law.
Keywords : Risk Management, Obscenity, Islamic Boarding School Abstrak
Penelitian ini membahas tentang Manajemen Resiko Pondok Pesantren Terhadap Kasus Pencabulan Yang dilakukan Seorang Anak Kiyai (Studi Kasus Pondok Pesantren Shiddiqiyyah Jombang Jawa Timur). Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Hasil dari penelitian ini bahwa seorang anak harus ditanamkan kesadaran untuk berdiri diatas kakinya sendiri agar tidak memanfaatkan nama besar orang tua dan keluarga untuk memenuhi kepentingan pribadi. Penelitian ini juga menekankan bahwa kesalahan yang dilakukan seseorang jangan dikaitkan dengan latar belakang maupun label-label yang melekat di diri orang yang bersalah. Kesalahan harus dipandang dengan kacamata hukum yang berlaku.
Kata Kunci : Manajemen Resiko, Pencabulan, Pondok Pesantren .
I. PENDAHULUAN
unia pendidikan berbasis agama kembali menjadi sorotan publik terkait kasus pencabulan yang dilakukan oleh seorang anak dari pimpinan Pondok Pesantren Shiddiqiyyah Jombang
D
Ploso Jawa Timur. Hal ini tentunya akanmerusak citra Pondok Pesantren. Pasalnya, pondok pesantren adalah tempat orang-orang menimba ilmu agama. Terlebih lagi, pondok pesantren adalah wadah bagi orang-orang yang senantiasa ingin dan siap di sucikan dari
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (254-260)
hal-hal keburukan. Maka dari itu pondok pesantren tidak akan mungkin mengajarkan atau melakukan praktek yang dilarang oleh agama. Pemberitaan pelecehan seksual yang dilakukan oleh seorang anak dari pimpinan Pondok pesantren Shiddiqiyyah jombang Ploso Jawa Timur harus segera di respon dan segera dilakukan manajemen resiko guna meminimalisir atau menepis pemikiran liar masyarakat umum tentang Pondok Pesantren akibat kasus pencabulan yang dilakukan oleh oknum seorang anak kiyai.
Manajemen resiko merupakan bagian integral dari proses manajemen yang berjalan dalam perusahaan atau lembaga suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan resiko dalam setiap kegiatan perusahaan maupun lembaga dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang tinggi dan melakukan langkah pengambilan resiko yang rasional dalam keseluruhan proses penanggulangan resiko termasuk rist asessement, sebagaimana tindakan-tindkan untuk membangun dan menerapkan pilihan-pilihan dan kontrol resiko (Ramli, 2010). Maka dari itu manajemen resiko terkait kasus pencabulan yang dilakukan oleh seorang anak dari pimpinan
Pondok Pesantren harus dilakukan oleh berbagai macam pihak guna meminimalisir pemikiran liar masyarakat umum terhadap Pondok Pesantren.
Pesantren secara etimologi berasal dari kata Santri yang mendapat awalan Pe- dan akhiran –an sehingga menjadi Pe-santri-an yang bermakna kata Shastri yang dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku- buku suci agama Hindu, atau seorang sarjana ahli kitab-kitab suci agama Hindu. Kata Shastri berasal dari kata Sastra yang berarti buku-buku suci agama atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan. Pendapat lain mengatakan kata santri berasal dari kata Cantrik (bahasa sangsekerta atau mungkin bahasa Jawa) yang berarti orang yang selalu mengikuti guru, yang kemudian di kembangkan oleh Perguruan Taman Siswa dalam sistem asrama yang di sebut Pawiyatan. Istilah santri juga ada dalam bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji.
Terkadang juga dianggap sebagai gabungan kata saint (manusia baik) dengan suku kata tra (suka menolong), sehingga kata pesantren berarti tempat pendidikan orang-orang baik (Majid, 1977).
Berdasarkan definisi diatas dapat dipahami esensi pesantren adalah tempat
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (254-260)
orang-orang yang belajar dan memahami kitab-kitab keagamaan serta tempat bagi orang-orang yang berusaha memperbaiki dirinya. Jadi tidak mungkin Pondok Pesantren mengajarkan apalagi melakukan praktek hal- hal yang dilarang oleh agama.
II. KAJIAN TEORI
a. Manajemen Risiko Reputasi Pondok Pesantren Terhadap Pemberitaan Pelecehan Seksual (Studi Kasus Pada Yayasan Madani Boarding School Cibiru Kota Bandung)
Hasil penelitian, Pondok Pesantren dan Boarding School berbeda dalam prinsip kebudayaan perilaku dan ilmu yang ditanamkan kepada para murid-muridnya.
Pondok Pesantren menerapkan pendidikan segala apapun yang dilakukan semata-mata untuk pengabdian diri kepada Tuhan. Jadi tidak mungkin segala bentuk pengabdian kepada Tuhan dilakukan dengan cara yang tidak benar.
b. Analisis Manajemen Risiko Pada Perusahaan Perbankan Yang Go Public Hasil penelitian, implementasi resiko pada bank mempunyai sasaran agar setiap potensi kerugian mendatang dapat diidentifikasi oleh manajemen sebelum
transaksi atau pemberian kredit dilakukan.
Keputusan bank untuk melakukan suatu transaksi harus benar-benar sudah mempertimbangkan berbagai potensi kerugian yang mungkin timbul serta rencana pengendalian dan mitigasi atas resikonya.
c. Analisis Manajemen Risiko Dalam Mewujudkan Good Governance Pada Pemerintah Kabupaten Bandung Barat Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa penerapan Manajemen Risiko di Pemerintah Kabupaten Bandung Barat belum efektif karena beberapa faktor seperti pemahaman yang kurang, kesadaran akan pentingnya Manajemen Risiko yang kurang, dan sumber daya yang tidak memadai.
III. METODE PENELITIAN
Objek penelitian ini adalah pelecehan seksual yang dilakukan seorang anak pimpinan Pondok Pesantren Shiddiqiyyah Ploso Jombang Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian studi kasus berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai subjek yang diteliti. Observasi yang dilakukan ialah mengamati dan mencermati serta merekam perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Observasi
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (254-260)
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif dan rasional mengenai berbagai fenomena.
Pada dasarnya tujuan observasi adalah untuk mendeskripsikan lingkungan yang diamati, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, individu- individu yang terlibat dalam lingkungan tersebut dan perilaku yang dimunculkan serta makna kejadian berdasarkan perspektif individu yang terlibat tersebut. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan dalam pengamatan dan pencatatan mengenai manajemen resiko pondok pesantren dan lembaga-lembaga terkait terhadap kasus pencabulan yang dilakukan oleh seorang anak pimpinan Pondok Pesantren. Selain itu, dilakukan pula wawancara mendalam pada salah satu pengurus Pondok Pesantren dibilangan kabupaten Bogor dan aktivis Pondok Pesantren dalam upaya meminta tanggapan dan antisipasi terhadap kejadian miris terkait pencabulan dalam dunia pendidikan yang dilakukan oleh oknum.
Analisis data dilakukan dengan pertama mereduksi data, yakni merangkum, memilih hal-hal yang pokok serta memfokuskan pada hal-hal yang penting dan membuang yang
tidak perlu. Hal ini bertujuan agar memberikan gambaran yang jelas sehingga akan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat yang bersifat naratif.
IV. HASIL PENELITIAN
Manajemen resiko merupakan metode logis dan sistematik dalam identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta melakukan monitor dan pelaporan resiko yang berlangsung pada setiap aktifitas atau proses (Idroes, 2008). Manajemen resiko adalah pengambian resiko yang rasional dalam keseluruh proses penanggulangan resiko termasuk risk asessement, sebagaimana tindakan-tindakan untuk membangun dan menerapkan pilihan-pilihan dan kontrol resiko (Arifin, 2005).
Berdasarkan definisi manajemen resiko diatas dapat dipahami bahwa manajemen resiko adalah upaya atau cara menangani, memutuskan, mengendalikan segala bentuk resiko yang akan diterima oleh lembaga, perusahaan maupun organisasi.
Lebih dari itu, manajemen resiko juga dapat dipahami sebagai upaya mengelola resiko dengan tujuan agar terhindar dari hal-hal yang
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (254-260)
tidak diinginkan. Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “ Manajemen Resiko Pondok Pondok Pesantren Terhadap Kasus Pencabulan yang dilakukan Seorang Anak Kiyai”.
Ada beberapa manajemen resiko yang dilakukan oleh beberapa tokoh dari berbagai lembaga yang menanggapi kasus pencabulan yang dilakukan oleh anak seorang pimpinan Pondok Pesantren.
1. Sekretaris umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti meminta kasus Moch Subchi Azal Tsani alias Mas Bechi pelaku pencabulan agar jangan di kait-kaitkan dengan istilah “Anak Kiyai”. Khawatir istilah tersebut akan membangun image yang tidak baik kepada Kiyai dan keturunan nya. Ketika ada orang yang melakukan kesalahan, maka orang tersebut harus dilepaskan dari atribut-atribut atau label-label yang melekat di dirinya. Jangan kemudian yang melakukan kesalahan adalah anak kiyai atau tokoh maka yang di gaung-gaungkan oleh media adalah kiyai dan tokoh tersebut. Hal ini berpotensi membuat masyarakat non pesantren atau masyarakat modern berfikir liar terhadap
Pondok Pesantren terlebih kepada Kiyai (Ramadan, 2022)
2. Anwar Abbas selaku Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) menegaskan kepada Pondok Pesantren Shiddiqiyyah harus melakukan pembenahan yang serius sehingga peristiwa semacam itu tidak terulang kembali sehingga Pondok Pesantren Shiddiqiyyah dapat kembali memperoleh kepercayaan penuh dari masyarakat sebagai suatu lembaga pendidikan (Cahyo, 2022).
3. Taufik Damas selaku pengurus Nahdlatul Ulama wilayah Jakarta menjelaskan budaya pesantren bahwa santri harus taat kepada Kiyai namun tidak harus melahirkan fanatisme. RMI (Rabithah Ma’had Islamiyah) ikatan pesantren Nahdlatul Ulama se Indonesia menyatakan bahwa Pondok Pesantren Shiddiqiyyah tidak masuk ke dalam bagian dari Pondok Pesantren Nahdlatul Ulama. Taufik Damas memiliki ke khawatiran terkait kasus pencabulan yang dilakukan oknum yang memiliki latar belakang orang pesantren, karena ada dua lembaga yang dipertaruhkan yaitu lembaga kepolisian
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (254-260)
dan lembaga pesantren. Taufik Damas juga menghimbau agar tidak ada stigmasisasi kepada pesantren karena kasus demikian bisa dihitung dengan jari ketimbang jumlah Pondok Pesantren yang ada di Indonesia (Anggia, 2022).
Dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara kepada Gus Alviyan Badro Kamali selaku pengurus Pondok Pesantren Darut Tafsir Ciampea Kabupaten Bogor untuk dimintai tanggapan terkait bagaimana strategi Pondok Pesantren dalam melakukan manajemen resiko terkait kasus pencabulan yang dilakukan seorang anak pimpinan Pondok Pesantren Shiddiqiyyah Ploso Jombang. Gus Alviyan Badro Kamali menanggapi kasus terkait bahwa apabila telah usia baligh (beranjak dewasa) seorang anak Kiyai yang memiliki Pondok Pesantren harus keluar dari Pondok Pesantren yang di pimpin oleh ayahnya (belajar di Pondok Pesantren lain) dalam upaya menghindari terciptanya rasa kesewenang-wenangan perilaku dengan memanfaatkan gelar Gus (sebutan bagi seorang anak Kiyai). Gus Alviyan Badro Kamali juga menegaskan terkait pola didik kepada anak. Bahwa seorang anak harus ditanamkan kesadaran berdiri diatas kaki nya
sendiri, tidak memanfaatkan nama besar ayah dan keluarganya apalagi sampai melakukan hal-hal yang melanggar ajaran kebudayaan dan Agama dengan memanfaatkan nama besar ayah dan keluarganya.
Peneliti juga melakukan wawancara kepada Irwansyah selaku aktivis pesantren untuk dimintai tanggapan manajemen resiko Pondok Pesantren terkait kasus pencabulan di Pondok Pesantren Shiddiqiyyah Jombang Ploso. Menurut Irwansyah, dalam hal kelembagaan, organisasi, maupun institusi, terlebih dalam Pondok Pesantren segala hal harus terintegrasi tujuannya agar apapun yang terjadi dilembaga tersebut dapat segera diketahui.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka kesimpulan penelitian Manajemen Resiko Pondok Pesantren Terhadap Kasus Pencabulan Yang dilakukan Seorang Anak Kiyai (Studi Kasus Pondok Pesantren Shiddiqiyyah Jombang Jawa Timur). Seorang anak harus ditanamkan kesadaran berdiri di atas kakinya sendiri agar tidak memanfaatkan nama besar keluarganya untuk melakukan tindakan sewenang-wenang dalam upaya memenuhi kepentingan hawa nafsu pribadi.
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (254-260)
Pondok Pesantren adalah lembaga terhormat, dampak dari kejadian ini memunculkan kekhawatiran stigmasisasi dari masyarakan non pesantren dan masyarakat lainnya. Kesalahan yang dilakukan seseorang harus dilihat berdasarkan kacamata hukum yang berlaku jangan mengkaitkan kesalahan yang dilakukan seseorang dengan latar belakang atau label-label yang dimiliki orang tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anggia, D. (2022, Juni ). Santri Pesantren Jadi Garda Depan . (T. Damas, Interviewer) Arifin, Z. (2005). Dasar-Dasar Manajemen
Bank Syariah . Jakarta: Pustaka Alfabet .
Cahyo, A. N. (2022, Juli 09). Shiddiqiyyah Atas Kasus Pencabulan. Retrieved Agustus 03, 2022, from fin.co.id:
https://fin.co.id/read/102010/ini-pesan- serius-mui-untuk-pesantren-
shiddiqqiyah-atas-kasus-pencabulan Idroes, F. N. (2008). Manajemen Risko
Perbankan (Vol. 5). Jakarta: Rajawali Pers.
Majid, N. (1977). Bilik-Bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan (Vol. 20).
Jakarta: Paramadina.
Ramadan, A. A. (2022, Juli 9).
Muhammadiyah Minta Kasus Mas
Bechi Jangan dikaitkan dengan Istilah Anak Kiyai. Retrieved Agustus 2, 2022, from jatim.suara.com:
https://jatim.suara.com/read/2022/07/0 9/170331/muhammadiyah-minta- kasus-mas-bechi-jangan-dikaitkan- dengan-istilah-anak-kiai
Ramli, S. (2010). Pedoman Praktis
Manajemen Resiko (Vol. 16). Jakarta:
PT. Dian Rakyat.