JCEBT, Vol 7 (No 2) September 2023 ISSN 2549-6379 (Print) ISSN 2549-6387 (Online)
JCEBT
(Journal of Civil Engineering, Building and Transportation)
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/jcebt
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PEMBANGUNAN SKYBRIDGE STASIUN KIARACONDONG
Nisrina Abrar1)*, Rizal Z. Tamin2)
Institut Teknologi Bandung1,2
Koresponden*, Email: nisrinabrar@gmail.com
Abstract
The Skybridge construction of Kiaracondong Station is part of the Construction of the Double Track Railroad Between Kiaracondong - Cicalengka which was announced as a form of the Government's responsibility for the needs of passenger and goods transportation and ensuring safe and secure train travel. Railroad construction is a sector that has a high level of risk, so it requires efforts to manage occupational safety and health risks to prevent accidents. Risk management starts with identifying hazards, assessing the level of risk and controlling risk. This research started with brainstorming and interviews, and then analyzed based on applicable regulations. The results of risk identification obtained as many as 109 variables with high risk category (28.33%), medium risk category (53.33%), low risk category (18.33%). Risks in the high risk category are vehicles and heavy equipment overturned, crushed by material, falling from a height and being hit by a train. Risk control measures are carried out by Elimination, Substitution, Technical Engineering, Administrative to PPE, namely by ensuring stable soil conditions, ensuring proper safety procedures, ensuring permits and proper operation of tools, materials and labor traffic management and window time, installation of signs warning and work safety, coordinating and using communication tools during work processes and operations, monitoring and supervising work, and ensuring health facilities for workers.
Keywords: risk management; occupational safety and health (k3); accidents; skybridge construction;
hirarc; train station.
Abstrak
Pembangunan Skybridge Stasiun Kiaracondong merupakan bagian dari Pembangunan Jalur Ganda Kereta Api Antara Kiaracondong – Cicalengka yang dicanangkan sebagai bentuk tanggung jawab Pemerintah terhadap kebutuhan angkutan penumpang dan barang serta menjamin perjalanan kereta api yang aman dan berkeselamatan. Konstruksi jalur kereta api merupakan salah satu sektor yang memiliki tingkat risiko yang tinggi sehingga memerlukan upaya untuk mengelola risiko keselamatan dan kesehatan kerja untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Manajemen risiko dimulai dari kegiatan mengidentifikasi bahaya, menilai tingkat risiko dan mengendalikan risiko. Penelitian ini dimulai dengan brainstorming dan wawancara, dan kemudian dianalisis berdasarkan peraturan yang berlaku.
Hasil identifikasi risiko diperoleh sebanyak 109 variabel dengan kategori high risk (28,33%), kategori medium risk (53,33%), kategori low risk (18,33%). Resiko dengan kategori high risk yaitu kendaraan dan alat berat terguling, tertimpa material, jatuh dari ketinggian dan tertemper kereta api. Tindakan pengendalian risiko dilakukan dengan Eliminasi, Subtitusi, Rekayasa Teknis, Administratif hingga APD, adalah dengan memastikan kondisi tanah stabil, memastikan prosedur keselamatan berjalan dengan baik, memastikan izin dan kelayakan operasi alat, material dan tenaga kerja manajemen lalu lintas dan window time, pemasangan rambu peringatan dan pengaman kerja, koordinasi dan penggunaan alat komunikasi saat proses dan operasi kerja, monitoring dan pengawasan pekerjaan, serta memastikan fasilitas kesehatan untuk tenaga kerja.
Kata Kunci: manajemen risiko; keselamatan dan kesehatan kerja (k3); kecelakaan kerja; hirarc;
8 PENDAHULUAN
Salah satu bagian dari sektor konstruksi yang sedang berkembang pesat adalah infrastruktur jalur kereta api. Dalam kurun waktu beberapa tahun kedepan Indonesia mulai memprioritaskan pembangunan infrastruktur kereta api, dikutip dari data
“ASEAN in quality of railroads”
berdasarkan rencana pengembangan perkeretaapian sampai tahun 2030 Indonesia berencana membangun 10,524 km jalur kereta api. Konstruksi jalur kereta api merupakan salah satu sektor yang memiliki tingkat risiko kecelakaan kerja yang tinggi, hal ini berkaitan erat dengan karakteristik proyek yang unik, kondisi lokasi kerja, kondisi cuaca, waktu pelaksanaan, penggunaan alat - alat berat, dan tenaga kerja yang cukup banyak.
Pembangunan Jalur Ganda Kereta Api Antara Kiaracondong – Cicalengka dimaksudkam untuk memenuhi kebutuhan angkutan penumpang dan barang serta menjamin perjalanan kereta api yang aman dan berkeselamatan. Untuk meningkatkan keamanan pelayanan penumpang yang melintas di area stasiun, maka di stasiun - stasiun yang berada pada lintas ini di lakukan disain penataan dan pembangunan ulang dengan konsep overtrack station dan juga termasuk peniadaan passanger crossing. Pada Stasiun Kiaracondong direncanakan pembangunan fasilitas pendukung stasiun yaitu skybridge dan ramp penumpang yang terhubung ke tiap – tiap peron. Dengan adanya fasilitas skybridge ini, akses naik dan turun penumpang kereta api menuju peron akan semakin mudah dan lebih aman. Pembangunan ini dianggap memerlukan perhatian khusus dan diperkirakan akan mengandung tingginya potensi risiko dan kecelakaan kerja sehingga perlu untuk di analisis.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah kondisi dan faktor yang mempengaruhi keselamatan dan
kesehatan kerja serta orang lain yang berada di tempat kerja. (OHSAS 18001:2007). Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK) adalah bagian dari sistem manajemen pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi untuk menjamin terwujudnya Keselamatan Konstruksi. (Permen PUPR No.10 Tahun 2021). Manajemen risiko dimulai dari kegiatan mengidentifikasi bahaya, menilai tingkat risiko dan mengendalikan risiko.
(PERMEN PU No. 05/PRT/2014).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada pembangunan Skybridge Stasiun Kiaracondong dengan melakukan perencanaan keselamatan konstruksi dengan cara mengidentifikasi bahaya, menilai tingkat risiko serta menentukan pengendalain risikonya.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Tahap analisis dimulai dengan melakukan pengumpulan data dengan wawancara dengan beberapa responden dan melakukan observasi lapangan pada proyek pembangunan skybridge Stasiun Kiaracondong. Dari data dan informasi yang diperoleh kemudian dilakukan penyusunan work breakdown structure (WBS) untuk kemudian ditentukan variabel - variabel potensi kecelakaan dan dampaknya. Analisis dilakukan dengan metode Hazard Identification Risk Assesment Risk Control (HIRARC) yaitu diawali dengan menganalisis bahaya (hazard identification) berdasarkan uraian pekerjaan WBS, data teknis proyek, metode kerja, dan hasil wawancara kepada narasumber untuk kemudian disusun daftar identifikasi bahayanya dan dilakukan pengelompokan jenis bahayanya. Setelah itu dilakukan penilaian risiko (risk assessment) yang merupakah
hasil perkalian dari tingkat kekerapan dan keparahan : R (risiko) = L (Kemungkinan) x C (Keparahan) kemudian didapatkan nilai tingkat risikonya baik tingkat risiko rendah (low risk), risiko sedang (medium risk) dan risiko tinggi (high risk) sesuai dengan peraturan AS/NZS 4360 dan Permen PUPR No. 10 Tahun 2021. Setelah mendapatkan daftar identifikasi dan hasil dari tingkat risiko, maka langkah selanjutnya adalah menentukan bentuk pengendalian risiko untuk setiap kondisinya pekerjaan yang telah dijabarkan. Matriks pengendalian risiko disusun berdasarkan hierarki pengendalian risiko sesuai ISO 45001 : 2018 yaitu dengan cara eliminasi, subtitusi, penendalian teknis, pengendalian administrasi dan penggunaan alat pelindung diri (APD).
Selain itu penulis juga memberikan rekomendasi terkait pelaksaan SMK3 berdasarkan hasil wawancara.
Gambar 1. Tahapan dan output pengolahan data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analilis yang dilakukan adalah dengan Menyusun perencanaan keselamatan konstruksi dengan tahap sebagai berikut : 1. Identifikasi risiko
tahapan yang dilakukan adalah dengan cara :
a) Menentukan Pekerjaan b) Menguraikan Pekerjaan c) Mengidentifikasi Bahaya
Berdasarkan hasil dari identifikasi bahaya yang diteliti, terdapat sebanyak 120 variabel bahaya. Lalu dilakukan pengelompokan terhadap sumber bahaya yang memiliki kesamaan pada kegiatan yang berbeda. Dapat diketahui sebegai berikut, Jatuh dari Ketinggian sebanyak 15 variabel (12,85 %), kendaraan dan alat berat terguling sebanyak 19 variabel (16,24 %), Terjepit, Tergores dan Tertusuk Material sebanyak 20 variabel (17,09 %), Material Jatuh atau Tertimpa Material sebanyak 26 variabel (22,22 %), Tertabrak atau Terkena Peralatan sebanyak 15 variabel (12,82 %), Tertemper Kereta Api sebanyak 10 variabel (8,55 %), Tersetrum, Terpapar Panas, Debu dan Pencahayaan sebanyak 12 variabel (10,26 %), dan Gangguan Lingkungan sebanyak 3 Variabel (2,50
%). Selain itu dapat juga dilihat besaran persentase dari setiap jenis potensi bahaya secara keseluruhan seperti gambar dibawah ini:
Jatuh Dari Ketinggian, 12%
Kendaraan dan Alat Berat Terguling , 16%
Terjepit, Tergores, Tertusuk Material , 17%
Material Jatuh atau Tertimpa Material, 22%
Tertabrak atau Terkena Peralatan , 12%
Tertemper Kereta Api, 8%
Tersetrum , Terpapar Panas,
debu dan pencahayaan,
10%
Gangguan Lingkungan, 3%
Gambar 2. Diagram Pengelompokan Identifikasi Bahaya
INPUT PROSES OUTPUT
Data teknis dan dokumen pendukung
WAWANCARA DAN PENGAMATAN
LAPANGAN Pertanyaan terkait metode kerja, elemen
SMKK, tugas dan fungsi sesuai daftar
pertanyaan dalam pedoman wawancara
Variabel risiko kecelakaan dan dampak dari masing – masing
item pekerjaan IDENTIFIKASI
RISIKO Wawancara dengan pertanyaan mengenai
probabilitas dan dampak dari variabel
risiko
Work Breakdown Structure (WBS) Daftar bahaya dan konsekuensi
Work Breakdown Structure (WBS) Daftar bahaya dan konsekuensi
PENILAIAN RISIKO Menyusun matriks R
= C x L dan mengelompokkan tingkat resikonya Variabel risiko
kecelakaan dan dampak dari masing – masing
item pekerjaan
Tingkat risiko low risk, medium risk,
high risk
Tingkat risiko low risk, medium risk,
high risk
PENGENDALIAN RISIKO Menyusun matriks pengendalian risiko sesuai hierarki pengendalian ISO
45001:2018
Matriks pengendalian risiko untuk tiap –
tiap risiko, dan rekomendasi pelaksanaan penerapan SMK3
10 2. Penilaian risiko
Dalam melakukan penilaian risiko parameter yang digunakan adalah Kemungkinan (L) dan Keparahan (C).
Berdasarkan hasil wawancara dengan
bantuan program excel, diperoleh nilai Nilai Risiko (R) beserta penentuan akhir yaitu Tingkat Risiko yang masuk ke dalam kategori kecil, sedang, atau besar.
Tabel 1. Penilaian risiko pekerjaan mobilisasi dan perakitan skybridge
Gambar 3. Diagram Tingkat Kemungkinan
Berdasarkan tingkat kemungkinan didapatkan hasil sebagai berikut, Hampir Tidak Pernah Terjadi (0,83 %), Kecil Kemungkinan Terjadi (12,50 %), Mungkin Terjadi (68,33 %), Sangat Mungkin Terjadi (18,33%), Hampir Pasti Terjadi (0 %).
Berdasarkan tingkat keparahan didapatkan hasil sebagai berikut, Sangat Kecil (16,67 %),
Kecil (2,50 %), Sedang (37,50 %), Besar (9,17
%), dan Sangat Besar (34,17 %).
Gambar 4. Diagram Tingkat Keparahan
Berdasarkan tingkat Risiko didapatkan sebagai berikut, Kecil (18,33 %), Sedang (53,33 %), dan Besar (28,33 %).
3. Pengendalian risiko
Pengendalian Risiko direncanakan dengan klasifikasi sebagai berikut, Eliminasi (5,86
No Aktivitas Potensi Bahaya Dampak L C R Tingkat
1
Mobilisasi material skybridge ke lokasi pekerjaan
Alat berat menemper
Kereta Api Perjalanan Kereta Api
terganggu 3 5 15 High
Alat berat atau material
menabrak penumpang Meninggal dunia 2 5 10 Mid
Triler terguling Alat / material rusak 3 5 15 High Alat berat menabrak
pekerja Meninggal dunia 2 5 10 Mid
Material yang di angkut
terjatuh Material rusak,
mengganggu akses 3 3 9 Mid
Material terjatuh dan
menimpa Kereta Api Perjalanan Kereta Api
terganggu 2 4 8 Mid
Tertimpa material Cidera 3 3 9 Mid
- Material yang di angkut
terjatuh Alat / material rusak 3 3 9 Mid
2 Perakitan rangka skybridge
Terpapar api las Cidera 2 4 8 Mid
Jatuh dari ketinggian Cacat tetap 3 5 15 High
Tergores besi tulangan Luka ringan 4 1 4 Low
Tertimpa material Cidera 3 3 9 Mid
Alat berat terguling Alat / material rusak 3 5 15 High Material terjatuh dan
menimpa Kereta Api Perjalanan Kereta Api
terganggu 2 4 8 Mid
%), Substitusi (4,60 %), Rekayasa Teknis
(17,15 %), Administrasi (57,74 %), Alat Pelindung Diri (25,10 %).
Gambar 5. Diagram Tingkat Risiko
Tabel 2. Pengendalian risiko pekerjaan mobilisasi dan perakitan skybridge
No Aktivitas Potensi Bahaya Pengendalian Tindakan Pencegahan
1 Mobilisasi material skybridge ke lokasi pekerjaan
Alat berat menemper Kereta Api
1. Eng 2. Eng 3. Adm 4. Adm 5. Adm 6. Adm 7. Adm 8. Adm 9. Adm 10. APD 11. APD
1. Memastikan akses jalan rata, stabil dan padat
2. Membersihkan lokasi stock pile siap untuk menampung material
3. Pastikan triler yang
digunakan dalamn keadaan layak jalan dengan surat jalan 4. Safety induction, toolbox
meeting sebelum memulai pekerjaan
5. Memasang safety line sebagai batas aman
6. Memastikan driver dan operator memiliki SIO dan 7. SIM Memastikan ada train
watcher berjaga saat alat berat berada sekitar lintas 8. Memastikan flagman untuk
berjaga saat proses pengiriman
9. Memastikan ada petugas yang mengecek aagar tidak ada material tercecer
10. Gunakan APD standar (helm, rompi, sepatu)
11. Gunakan sarung tangan Alat berat atau
material menabrak penumpang Triler terguling Alat berat menabrak pekerja
Material yang di angkut terjatuh Material terjatuh dan menimpa Kereta Api Tertimpa material
Material yang di angkut terjatuh
2 Perakitan rangka skybridge
Terpapar api las 1. Eliminasi 2. Substitusi 3. Eng 4. Eng 5. Adm 6. Adm 7. Adm 8. Adm
1. Menyingkirkan peralatan dan sisa material dari lokasi perakitan
2. Mengganti peralatan yang sudah tidak layak
3. Memastikan kondisi tanah padat, rata dan stabil 4. Pastikan alat berat crane Jatuh dari ketinggian
Tergores besi tulangan
Tertimpa material Alat berat terguling Material terjatuh dan
12 1. Administrasi
a) Prosedur keselamatan kerja b) Eksternal
1) Melakukan koordinasi kepada instansi terkait, seperti Pemerintah Daerah, Pihak Kepolisian, PT. KAI dan stakeholder lainnya.
2) Melakukan sosialisasi dengan pengguna transportasi untuk melakukan pengalihan dan pembatasan arus lalu lintas.
3) Melakukan sosialisasi kepada warga sekitar.
c) Internal
1) Melakukan prosedur keselamatan kepada setiap orang yang berada di lingkungan kerja, seperti Safety induction, Toolbox Meeting, dll.
2) Memasitikan setiap tenaga kerja telah memiliki surat keterangan atau izin yang telah berpengalaman seperti memiliki SIO.
d) Manajemen Lalu Lintas
1) Pengalihan arus untuk kendaraan penumpang bermuatan kecil-sedang.
2) Melakukan buka tutup untuk kendaraan bermuatan berat.
e) Proses Kerja
1) Setiap pekerjaan yang bersinggungan dengan jalur KA agar dilengkapi dengan petugas train watcher.
2) Setiap petugas wajib berkomunikasi dengan menggunakan HT.
3) Petugas memberi signal untuk setiap tahapan pekerjaannya.
f) Rotasi kerja
Menjaga stamina pekerja karena untuk pekerjaan erection girder skybridge dilakukan pada tengah malam pada tengah malam.
g) Pengawasan
Melakukan pengawasan pada setiap proses langkah kerjanya.
h) Kesehatan
Memastikan seluruh tenaga kerja berada pada kondisi yang sehat, dengan melakukan pengecekan kesehatan sebelum memulai pekerjaan.
i) Alat Pelindung Diri
Dengan penggunaan APD standar, seperti helm, rompi, masker, sepatu, kaca mata, pelindung wajah dan
10. Adm 11. Adm 12. APD 13. APD 14. APD
sebagai dudukan 5. Safety induction, toolbox
meeting sebelum memulai pekerjaan
6. Memasang safety line sebagai batas aman
7. Memastikan driver dan operator memiliki SIO dan 8. SIM Siapkan akses tangga dengan
hand rail
9. Gunakan jaring pengaman 10. Memastikan ada train
watcher berjaga saat alat berat berada sekitar lintas 11. Memastikan flagman untuk
berjaga saat proses perakitan 12. Gunakan APD standar (helm,
rompi, sepatu)
13. Gunakan full body hardnes 14. Gunakan sarung tangan dan
helm las
telinga, sarung tangan, dan Full Body Hardnes (khusus untuk bekerja di ketinggian).
Rekomendasi terkait sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang mungkin dilakukan untuk meningkatkan penerapan K3 diantaranya :
1. Kontraktor pelaksana perlu memperhatikan penerapan K3 yang baik bagi pekerjanya agar tidak terjadi hal-hal yang dapat menimbulkan risiko yang sangat tinggi (High Risk).
2. Perlu adanya kesinambungan antar tiap tingkatan organisasi dan perannya masing-masing dalam mewujudkan sistem keselamatan konstruksi, dimulai dari pihak pemilik proyek, konsultan pengawas, dan kontraktor pelaksana dalam melakukan pembinaan dan pengawasan agar seluruh tenaga kerja dapat menerapkan budaya K3 secara disiplin sehingga menghasilkan pekerjaan yang berkeselamatan dan zero accident dapat tercapai.
3. Pelaksana dapat menerapkan sistem reward and punishment secara ketat sehingga seluruh tenaga kerja yang terlibat pada pekerjaan ini menjadi lebih hati-hati dan bersemangat dalam bekerja.
4. Perlu dilakukan evaluasi terhadap program keselamatan secara berkala, baik oleh tingkat pelaksana, pengawas dan pemilik proyek sehingga dapat menutupi celah kecelakaan kerja menjadi sekecil mungkin.
5. Pengendalian risiko harus diterapkan secara ketat dari awal penentuan persyaratan tender oleh pemilik proyek, perencanaan, pelaksanaan dan juga pengawasan oleh kontraktor dan konsultan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis risiko
pada pembangunan skybridge stasiun kiaracondong dapat disimpulkan :
1. Dari 120 variabel bahaya yang teridentifikasi dan dilakukan pengelompokkan didominasi oleh risiko : Jatuh dari Ketinggian sebanyak 15 variabel (12,85 %), kendaraan dan alat berat terguling sebanyak 19 variabel (16,24 %), Terjepit, Tergores dan Tertusuk Material sebanyak 20 variabel (17,09 %), Material Jatuh atau Tertimpa Material sebanyak 26 variabel (22,22 %), Tertabrak atau Terkena Peralatan sebanyak 15 variabel (12,82 %), Tertemper Kereta Api sebanyak 10 variabel (8,55 %), Tersetrum, Terpapar Panas, Debu dan Pencahayaan sebanyak 12 variabel (10,26 %), dan Gangguan Lingkungan sebanyak 3 Variabel (2,5 %).
2. Risiko kategorikan menjadi 3 jenis tingkat risiko, yaitu Kecil sebanyak 22 variabel (18,33 %), Sedang sebanyak 64 variabel (53,33 %), dan Resiko Besar sebanyak 34 variabel (28,33 %).
Terdapat 4 potensi bahaya terbesar antara lain : Kendaraan dan alat berat terguling, Material jatuh atau tertimpa material, Jatuh dari Ketinggian, dan Tertemper kereta api
3. Pekerjaan skybridge merupakan pekerjaan yang memiliki tingkat risiko sedang dan tinggi. Untuk itu dilakukan proses pengendalian dengan menggunakan hierarki pengendalian risiko. Bentuk pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan cara Eliminasi, Subtitusi, Rekayasa Teknis, Administratif, dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Pada penelitian ini pengendalian secara administratif menjadi bentuk pengendalian yang paling banyak digunakan untuk mengendalikan risiko, antara lain dengan :
a. Melaksanakan prosedur keselamatan kerja dengan baik internal maupun eksternal;
14 b. Memastikan kelayakan operasi alat,
material dan tenaga kerja;
c. Manajemen Lalu Lintas dan Window Time;
d. Pemasangan Rambu Peringatan dan Pengaman Kerja;
e. Koordinasi dan penggunaan alat komunikasi saat proses dan operasi kerja;
f. Monitoring dan Pengawasan pekerjaan;
g. Fasilitas kesehatan untuk tenaga kerja.
DAFTAR PUSTAKA
AS/NZS 4360. (2004). Risk Management Guidelines.
Sidney: Standards Australia /Standards New Zealend : 52 – 55
Darmawi, Herman. (2005) : Manajemen Risiko. Bumi Aksara, Jakarta.
Ervianto, I.W. (2005). Manajemen Proyek Konstruksi Edisi Revisi. Yogyakarta.
Department of Occupational Safety and Health Ministry of Human Resources (2008). Guidelines for Hazard Identification, Risk Assessment, and Risk Control (HIRARC). Malaysia.
Hidayat, Rahmat, (2018). Analisis Manajemen Risiko Terhadap Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Proyek Konstruksi (Studi : Kasus Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu Universitas Islam Negeri Sumatera Utara).
Husen, Abrar, (2008). Manajemen Proyek, Penerbit:
Andi Yogyakarta
ISO 45001. (2018). Occupation Health and Safety Management System.
Jaya, Nyoman Martha. Dharmayanti, G.A.P. Candra. Mesi, Dewa Ayu Retnoyasa Ulupie. (2021). Manajemen Risiko K3 (Keselamatan Dan Kesehatan Kerja) Padaproyek Pembangunan Rumah Sakit Bali Mandara. Jurnal Spektran. Vol. 9, No. 1, Januari 2021, Hal. 29- 37.
Kasidi. 2014. Manajemen Risiko. Bogor: Ghalia Indonesia Lubis, Siti Maisarah. (2017). Manajemen Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Proyek Konstruksi Gedung – (Studi Kasus:
Pembangunan Apartemen Grand Jati Junction).
Munang, Aswan. RM, Faisal, Mansur, Agus, (2018).
Manajemen Risiko Keselamatan Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Proyek Pembangunan Jalur Ganda Kereta Api.
OHSAS 18001:2007. Occupational Health and Safety Management System – Requirements.
Ramli, Soehatman. (2010). Petunjuk Praktis Manajemen Kebakaran (Fire Management). Jakarta: Dian Rakyat.
Wardhana, Hilman, (2018). Manajemen Risiko K3 Pada Proyek Tower Transmisi – (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Jaringan Transmisi Tegangan Ekstra Tinggi 275 Kv Galang - Simangkuk).
Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Indonesia No. 5 tahun 2014 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 21 tahun 2019 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 10 tahun 2021 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi.