• Tidak ada hasil yang ditemukan

MARTINUS MA’DIKA 4515060035

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "MARTINUS MA’DIKA 4515060035 "

Copied!
95
0
0

Teks penuh

Saya juga selaku ketua Program Studi Ilmu Hukum yang telah memberikan waktu dan dorongan moril serta bimbingan selama penulisan makalah ini. Tn. dr. Baso Madiong, S.H., M.H selaku Penguji I dan Ibu Juliati, S.H., M.H selaku Penguji II, yang telah banyak terlibat dalam memberikan saran dan masukan untuk perbaikan dan upaya penyempurnaan skripsi selama penulisan skripsi ini. Semoga segala bantuan, dorongan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis dirahmati oleh Yang Maha Esa pencipta dan alam semesta.

Latar Belakang Masalah

Sengketa tanah yang berkepanjangan dan tidak adanya penyelesaian yang baik dapat menyebabkan pihak yang dirugikan mengajukan gugatan ke pengadilan. Jika harus mencari siapa yang benar atau salah, hal ini tidak akan menghasilkan keputusan yang menguntungkan para pihak yang bersengketa. Seiring berjalannya waktu, untuk mendapatkan jaminan kepemilikan atas tanah yang mereka tempati, pihak yang menempati tanah tersebut bermaksud untuk membuat sertifikat tanah.

Rumusan Masalah

Tanah tersebut sebelumnya dihuni oleh orang tua ahli waris yang pergi merantau, namun saat ini telah dihuni oleh orang lain. Karena tanah tersebut tidak berpenghuni dan tidak terurus lagi, maka dalam UUPA dikenal tanah terlantar, dan ketua adat berdasarkan kewenangannya memerintahkan salah satu anggota masyarakatnya untuk menempati tanah tersebut dan mendirikan rumah di atasnya. Pemuka adat dalam hal ini berjanji akan memberikan perlindungan kepada orang yang ditunjuknya jika ada gangguan atau tuntutan dari orang lain mengenai penguasaan tanah tersebut.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Jadi pengertian tanah menurut hukum adat adalah tanah milik masyarakat adat yang dikuasai terlebih dahulu. Hak ulayat adalah hak atas tanah yang dikuasai oleh masyarakat hukum adat yang merupakan satu kesatuan. Sumardjono berpendapat ada atau tidaknya hak masyarakat adat dilihat dari 3 (tiga) hal, yaitu: 19.

TINJAUAN PUSTAKA

Kedudukan Tanah Menurut Hukum Adat

  • Pengertian Tanah Adat
  • Sejarah Kepemilikan Tanah
  • Masyarakat Hukum Adat
  • Hak Tradisional Masyarakat Hukum Adat

Ter Haar sebagai mahasiswa Cornelius Van Vollenhoven menggali lebih dalam tentang masyarakat hukum adat. Masyarakat hukum adat genealogis adalah masyarakat hukum yang didasarkan atas pertalian darah, misalnya masyarakat hukum adat Toraja. Sedangkan masyarakat hukum adat teritorial, yaitu masyarakat hukum berdasarkan kedekatan tempat tinggal atau wilayah, misalnya memiliki masyarakat tersebut.

Hak Perorangan Atas Tanah Adat

  • Hak Milik
  • Hak Menikmati Hasil
  • Hak Wewenang Pilih/Hak Terdahulu
  • Hak Wewenang Beli

Masyarakat hukum adat adalah kelompok masyarakat yang mendiami dan menguasai beberapa wilayah berdaulat sebelum negara berdaulat, jadi masyarakat hukum adat adalah masyarakat yang kedaulatannya diambil secara paksa menjadi satu dengan kekuasaan yang dipimpin oleh negara, dengan mengambil kedaulatan tersebut merupakan suatu kewajiban dan kepedulian pemerintah untuk menyadari hak-hak masyarakat adat. Hak kepemilikan tanah dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut: 1) Pembukaan lahan hutan atau semak belukar; Hak untuk menikmati hasil (genotrecht) adalah hak yang diperoleh anggota masyarakat hukum atau orang lain (selain anggota masyarakat) yang dengan persetujuan pimpinan masyarakat hukum, mengolah suatu tanah untuk satu kali panen atau lebih.

Rosnidar Sembiring12, mengutip pendapat Supomo, menyatakan bahwa hak usaha atas sebidang tanah adalah hak yang dimiliki oleh seseorang untuk menganggap sebidang tanah tertentu sebagai miliknya, dengan ketentuan bahwa ia memenuhi kewajiban dan menghormati pembatasan yang melekat pada hak itu. . Van Vollenhoven menyebutnya hak guna usaha (bouwen bewerkingsrecht), menurutnya pemilik hak usaha adalah tuan tanah yang mempunyai hak-hak melawan hukum atas tanah perseorangan sebagai berikut. Bagi anggota masyarakat hukum adat dimungkinkan untuk mengembangkan hak menikmati hak milik, sehingga mereka diperbolehkan mengolah tanahnya untuk beberapa kali panen berturut-turut, tanpa mengganggu “hak pilih”.

Sedangkan orang asing atau orang asing tidak diberi kesempatan untuk meningkatkan haknya atas hak milik. Hak memilih (voorkeursrecht) adalah hak yang diberikan kepada seseorang untuk menggarap tanah yang orang itu diutamakan dari pada orang lain, selama ia mempunyai hubungan dengan orang yang akan menggarapnya. Soerjono Soekanto,13 hak pilih/hak mendahului memungkinkan penduduk yang telah membuka lahan dan yang telah menggarap lahan tersebut untuk menggarap lahan terlebih dahulu (yaitu sebelum yang lain) untuk kembali menggarap lahan tersebut. , jika karena suatu sebab tertentu maka tanah itu ditinggal untuk sementara waktu.

Hak beli (naasting recht) adalah hak yang diberikan kepada seseorang untuk membeli tanah dengan mengesampingkan orang lain.

Hak Milik Bersama Menurut Hukum Adat

  • Pengertian Hak Milik Bersama (Hak Ulayat)
  • Unsur-unsur Hak Ulayat
  • Dasar Hukum Hak Milik Bersama
  • Penguasaan Tanah Ulayat Menurut Hukum Adat
  • Penguasaan Hak Ulayat Menurut Hukum Tanah Nasional

Inilah sifat religius dari hubungan hukum antara anggota masyarakat hukum adat dengan tanah adatnya. Jika dilihat dari bentuk masyarakat hukum adat, maka lingkungan darat dapat dikuasai oleh satu masyarakat hukum adat atau oleh beberapa masyarakat. Misalnya, masyarakat adat di satu desa di Jawa.

1 Masih adanya sekelompok orang sebagai anggota masyarakat hukum adat tertentu yang merupakan masyarakat hukum adat; 2 Masih adanya wilayah-wilayah yang merupakan ulayat bagi masyarakat hukum adat yang didasarkan pada tanah milik ulayat warganya sebagai labensraum. 3 Masih adanya penguasaan adat yang nyata-nyata diakui oleh anggota masyarakat hukum adat yang bersangkutan yang melakukan kegiatan sehari-hari sebagai pelaksana hak ulayat.

Negara Indonesia mengakui adanya masyarakat hukum adat yang berada di wilayah geografis Indonesia, sebagaimana tertuang dalam Pasal 18 B UUD 1945 yang menyebutkan bahwa. Undang-undang nomor 39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia juga mengakui keberadaan masyarakat hukum adat dalam pasal 5 dan pasal 6 menyebutkan, UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan mendefinisikan hutan adat sebagai hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat.

Lebih lanjut dinyatakan bahwa hak ulayat masyarakat hukum adat atas sumber daya air tetap diakui sepanjang benar-benar ada dan dikukuhkan dengan peraturan daerah. Masyarakat hukum adat sebagai masyarakat yang memiliki kedaulatan dan kekuasaan secara harfiah, terutama atas tanah dan batas-batas wilayah. Hak ulayat diberikan oleh negara kepada masyarakat hukum adat tertentu yang telah memenuhi persyaratan sebagai masyarakat hukum adat yang berdaulat sepanjang masih ada.

Lembaga Hukum Adat “Indona Sesenapadang”

  • Pengertian Indona Sesenapadang
  • Struktur Lembaga Adat Indona Sesenapadang
  • Kewenangan Fungsional Indona Sesenapadang

Pangulu Bassi bertindak sebagai panglima atau penjaga keamanan dan ketertiban dalam semua bidang masyarakat adat Sesenapadang Indonesia. Dengan tradisi dan adat tradisi yang masih hidup dan diiktiraf oleh masyarakat tradisional, adat Indona Sesenapadang masih wujud sehingga kini. Orang asli Indonesia Sesenapadang masih berpegang teguh pada prinsip adat Indonesia Sesenapang atau peraturan adat yang dipanggil (Pemali Appa Randanna).

Peraturan adat yang mendominasi masyarakat adat Indonesia dikenali sebagai Pemali Appa Randanna (Empat Macam Adat). Jika hendak digunakan oleh masyarakat tradisional, ia mesti mendapat kelulusan wakil tradisional (toekada') dan tidak boleh dijual. Dalam tradisi masyarakat orang asli Sesenapadang, peraturan adat mengenai tanah Ulayat adalah di bawah perintah wakil adat.

Tanah umum secara khusus dikenali sebagai istilah Litak anak muane dalam masyarakat pribumi Indona Sesenapadang. Mana-mana tanah masyarakat tradisional yang telah diiktiraf oleh wakil adat tidak boleh menjadi tanah hak milik mutlak kerana semua tanah yang ditadbir oleh masyarakat tradisional adalah tanah adat masyarakat Indona Sesenapadang. Pengiktirafan tanah adat di wilayah hukum adat Indona Sesenapadang diakui wujud dalam masyarakat adat Sesenapadang.

Proses pemilikan hak atas tanah menurut hukum adat di Kabupaten Mamasa dilakukan melalui jual beli tanah di antara masyarakat adat. Proses kepemilikan hak ulayat di Kabupaten Mamasa dapat digunakan/dimiliki oleh masyarakat hukum adat atas persetujuan pemangku adat (tokeada') dan tidak dapat diperjualbelikan. Lahan umum yang tidak dapat dimiliki secara individual oleh masyarakat adat adalah litak anak muane (tanah yang tidak digarap), pasang surut (padang rumput), pannggala' ombo (hutan) dan situs sejarah (lenong, tanete).

METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Tipe Penelitian

Jenis Dan Sumber Data

Populasi dan Sampel

Teknik Pengumpulan Data

Analisis Data

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Proses Pengakuan Kepemilikan Hak Atas Tanah Secara Adat di

Dalam tradisi adat Sesenapadang, tanah ulayat dipahami sebagai tanah yang dilindungi dan dikuasai oleh pemangku adat yang peruntukannya diatur sepenuhnya oleh pemangku adat. Dalam pengelolaan tanah, hanya anggota masyarakat adat Indona Senapadang yang berhak mengelola tanah, orang di luar itu tidak diperbolehkan dengan cara apa pun. Tanah masyarakat adat adalah tanah milik pribadi masyarakat adat, yang berarti tanah tersebut dapat dimiliki oleh perorangan.

Berdasarkan temuan wawancara peneliti dengan masyarakat adat Indona Sesenapadang, mekanisme pengakuan tanah ulayat sebagai tanah milik pribadi dapat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:34. Setelah masyarakat adat yang akan mengelola lahan berhadapan dengan pemangku kepentingan biasa, diberikan tanda. Dulu, jual beli tanah hanya terbatas pada masyarakat adat setempat.

Masyarakat adat lainnya tidak diperbolehkan dalam tradisi jual beli tanah bersama, kecuali yang masih ada hubungan darah dengan penduduk asli Sesenapadang. Tanah yang diakui secara perorangan tidak dapat dijual kepada orang lain dan tidak dapat disertifikatkan, dan apabila tanah tersebut ditelantarkan akan kembali menjadi tanah ulayat masyarakat adat Indona sesenapadang. Bahwa penting untuk menegakkan tradisi kepemilikan hak atas tanah ulayat bagi masyarakat adat sebagai bentuk perlindungan hukum dan keadilan bagi masyarakat adat.

Bantuan untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembinaan dan pengembangan masyarakat, khususnya dalam pemanfaatan hak dan kekayaan ulayat lembaga adat dengan memperhatikan kepentingan masyarakat hukum adat setempat;

PENUTUP

Kesimpulan

Lembaga adat adalah organisasi kemasyarakatan yang dibentuk di tingkat kecamatan sebagai perpanjangan tangan pemerintah dalam melaksanakan tugas pengurusan Lisuan Ada' dan lembaga adat di setiap wilayah adat dan/atau lembaga adat tingkat kecamatan dan/atau desa/kelurahan yang tidak memiliki Lisuan Ada' dan mengatur, mengurus dan menyelesaikan berbagai masalah dalam kehidupan masyarakat sesuai dengan adat dan hukum adat yang berlaku. Pembinaan adalah upaya, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terarah agar adat dan lembaga adat dapat mendukung pembangunan. berkembang dan berguna bagi masyarakat yang bersangkutan sesuai dengan tingkat kemajuan dan perkembangan zaman. Pembangunan adalah usaha yang terencana, terpadu, dan terarah untuk mengubah adat istiadat, kebiasaan masyarakat, dan pranata adat agar dapat meningkatkan peranannya dalam pembangunan sesuai dengan perubahan sosial budaya dan ekonomi yang berlaku.

Pemberdayaan dan pelestarian serta pengembangan Adat Adat, Adat Adat Masyarakat dikelola oleh lembaga adat tingkat Kabupaten, Kabupaten, Kota/Kelurahan dan/atau Kecamatan Lisuan Ada' atau Kota/Kelurahan yang secara bersama-sama. Lembaga Adat Kecamatan dibentuk dan diresmikan oleh Bupati, kemudian Lembaga Adat Lisuan Ada' dan/atau Lembaga Adat Kecamatan dibentuk dan diresmikan secara bertahap oleh Lembaga Adat Kecamatan, kemudian dibentuk Lembaga Adat Lisuan Ada' dan/atau Desa dan diresmikan oleh Badan Adat Kecamatan Lembaga atau Lisuan Ada'. Dalam pemberdayaan dan pelestarian serta pengembangan adat, adat masyarakat dan Lisuan Ada' melalui Lembaga Adat harus mendorong terciptanya Ada' Tapanallangan Sangka' Tasusubatuan yaitu pelaku harus jujur ​​dan tegas dalam menjaga kebenaran melalui sikap. .

Pemberdayaan dan pengembangan kelembagaan adat bertujuan untuk meningkatkan peran nilai-nilai adat, adat masyarakat dan kelembagaan adat dalam mendukung kelancaran pemerintahan, melanjutkan pembangunan dan meningkatkan ketahanan nasional serta partisipasi dalam mendorong kesejahteraan anggota masyarakat setempat. . Melestarikan adat istiadat yang ada di kota untuk mendukung kelancaran pembangunan dan ketahanan nasional; dan D. Meningkatkan sikap positif terhadap lembaga adat. untuk mencapai taraf hidup masyarakat yang lebih baik. STATUS, TUGAS DAN FUNGSI LEMBAGA ADAT Pasal 9. 1) Lembaga adat berfungsi sebagai wadah musyawarah/musyawarah mufakat bagi para ketua adat/pemangku adat/tokoh adat dan tokoh adat lainnya yang berada di luar struktur organisasi Pemerintah. ;

Selanjutnya lembaga adat atau Lisuan Ada' di tingkat desa ditetapkan oleh Lisuan Ada'/lembaga adat kabupaten bekerja sama dengan kepala desa.

Saran

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan PTSL di Kabupaten Alor telah disesuaikan dengan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2018 tentang