MASA KELEMAHAN SAMPAI RUNTUHNYA BANI UMAYYAH I DAMASKUS
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Daulah Bani Umayyah mempunyai peranan penting dalam perkembangan masyarakat di bidang politik, ekonomi dan sosial.hal ini didukung oleh pengalaman politik Mu`awiyah sebagai Bapak pendiri daulah tersebut yang telah mampu mengendalikan situasi dan menepis berbagai anggapan miring tentang pemerintahannya.
Kekuasaan Daulah Umayyah dapat bertahan karena ditopang oleh paham kesukuan yang muncul sejak terjadinya tragedy terbunuhnya Utsman. Kekuasaaan Daulah Umayyah ini selalu membawa bendera suku Quraisy yang tidak dapat dilepaskan.Dan didukung pula adanya pribadi yang tangguh dalam menghadapi berbagai kekacauan yang terjadi dan dapat mengontorol wilayah yang jauh dari pusat kekuasaan.Pemerintahan ini juga mampu memposisikan paham kekuasaan absolute dalam batas yang masih terkontrol.. Walau pada awalnya Daulah Umayyah tidak mempunyai arah politik khilafah yang jelas, namun kelompok ini memiliki elatisitas dalam menghadapi perkembangan sosial. Hal ini dibuktikan dengan kemampuan mereka bekoalisi dengan 3 kelompok lain, yaitu kekuatan kesukuan, gerakan oposan dan paham keislaman secara umum, yang tercermin dalam segala aspek, meliputi aspek pemerintahan, aspek ekonomi dan sosial kemasyarakatan.
BAB II
PEMBAHASAN A. Kemunduran
Mu`awiyah mendirikan Daulah Umayyah pada tahun 41 H di Damaskus, dengan berdirinya pusat pemerintahan Islam yang baru tersebut berarti bergeserlah pusat pemerintahan Islam dari Madinah ke Damascus. Perpindahan ibu kota tersebut terjadi melalui proses yang panjang didukung oleh strategi politik yang dibangun oleh Mu`awiyah.
Dan Mu`awiyah memperoleh pengalaman politik dalam masa yang cukup lama, yakni mulai masa Rasulullah SAW sampai masa khalifah yang terakhir.1[1] Dengan berdirinya Daulah Umayyah, maka sistem politik dan pemerintahan berubah. Pemerintahan khalifah tidak lagi dilakukan secara musyawarah sebagaimana proses pergantian khalifah-khalifah sebelumnya..Kalau ditelusuri lebih jauh daulah tersebut berkuasa hampir satu abad, tepatnya selama 90 tahun, dengan 14 orang khalifah. Yang dimulai oleh Mu`awiyah Ibn Abi Sufyan dan ditutup oleh Marwan Ibn Muhammad.Diantara mereka ada pemimpin-pemimpin besar yang berjasa di dalam berbagai bidang sesuai dengan kehendak zamannya, sebaliknya ada pula khalifah yang tidak patut dan lemah. Adapun urutan khalifah Daulah Umayyah adalah sebagai berikut:2[3]
1. Mu`awiyah Bin Abu Sufyan
2. Yazid Bin Mu`awiyah (Abu Khalid al-Umawi) 3. Mu`awiyah Bin Yazid
4. Abdullah Bin Zubair 5. Abdul Malik Bin Marwan
1 2
6. Al-Walid Bin Abdul Malik 7. Sulaiman Bin Abdul Malik 8. Umar Bin Abdul Malik
9. Yazid Bin Abdul Malik Bin Marwan 10.Hisyam Bin Abdul malik
11. Al-Walid Bin Yazid Bin Abdul Malik
12.Yazid An-Naqish, Abu Khalid Bin Al-Walid 13.Ibrahim Bin Al-Walid Bin Abdul Malik 14.Marwan Bin Muhammad, Al-Himar
Empat orang khalifah memegang kekuasaan sepanjang 70 tahun, yaitu: Mu`awiyah, Abdul Malik, Al-Walid I dan Hisyam. Sedangkan sepuluh khalifah sisanya hanya memerintah dalam jangka waktu 20 tahun saja. Dan para pencatat sejarah umumnya sependapat bahwa khalifah-khalifah terbesar mereka ialah: Mu`awiyah, Abdul Malik dan Umar Ibn Abdul Aziz.3[4] Untuk memelihara keutuhan dan mencegah perpecahan umat Islam karena suksesi kepemimpinan, sebagaimana yang pernah ia saksikan pada masa beberapa khalifah sebelumnya, Mu`awiyah mencalonkan putranya, Yazid sebagai putra mahkota yang akan menggantikan kedudukanya jika ia meninggal, pencalonan tersebut dilakukannya pada tahun 679. untuk mengamankan pencalonann itu, Mu`awiyah melakukan bebagai pendekatan kepada para pemuka masyarakat hingga seluruh lapisan masyarakat.4[5]
Namun rencana tersebut mendapat tantangan dari beberapa pihak, terutama pemuka-pemuka masyarakat hijaz, sepeerti Abdullah bin
3 4
Umar, Abdul Rahmn bin Abi Bakar, Husein bin Ali, Abdullah bin Zubair dan Abdullah bin Abbas. Penolakan mereka didasari atas suatu keinginan agar khalifah yang diangkat tidak melalui penunjukan, melainkan dengan musyawarah sebagaimana yang pernah diperaktekkan oleh khalifah-khalifah sebelumnya. Setelah Mu`awiyah wafat, Daulah ini harus berusaha keras mempertahankan posisinya yang goyah, kondisi politik tidak stabil, banyak kelompok masyarakat yang tidak puas dengan raja baru yang sebelumnya telah dinobatkan sebagai putera mahkota. Pengangkatan putera mahkota ini mengakibatkan munculnya gerakan-gerakan oposisi dari kalangan sipil yang menyebabkan terjadinya perang saudara beberapa kali dan berkepanjangan.
Maka setelah Yazid naik tahta, sejumlah tokoh terkemuka di Madinah tidak mau menyatakan setia terhadapnya meskipun pada akhirnya terpaksa tunduk juga, kecuali Husain Ibn Ali dan Abdullah Ibn Zubair.Bersamaan dengan itu, Syi`ah (pengikut Ali) melakukan konsilidasi (penggabungan) kekuatan kembali.Perlawanan terhadap Bani Umayyah dimulai oleh Husain Ibn Ali pada tahun 680 M. namun tentara Husain kalah dan dia sendiri terbunuh dalam pertempuran yang tidak seimbang, kepalanya dipenggal dan dikirim ke Damaskus, sedang tubuhnya di kubur di Karbala. Perlawanan kaum Syi`ah tidak padam dengan terbunuhnya Husain, bahkan mereka menjadi lebih keras, lebih gigih dan tersebar luas. Banyak pemberontakan yang dipelopori kaum Syi`ah terjadi, diantaranya terjadinya pemberontakan Mukhtar di Kufah yang mendapat dukungan dari kaum Mawali pada tahun 685-687 M. selain itu Bani Umayyah juga mendapat tantangan dari kaum Khawarij, dan meskipun gerakan-gerakan anarkis yang dilancarkan baik dari pihak syi`ah maupun dari khawarij dapat
dipatahakan oleh Yazid tetapi tidak berarti menghentikan gerakan oposisi dalam pemerintahan Bani Umayyah.
Dari berbagai kesuksesan dan kebesaran yang telah diraih oleh Bani Umayyah ternyata tidak mampu menahan kehancurannya, akibat kelemahan-kelemahan internal dan semakin kuatnya tekanan dari fihak luar. Adapun hal-hal yang membawa kemunduran yang akhirnya berujung pada kejatuhan Bani Umayyah dapat diidentifikasikan antar lain sebagai berikut:
1. Pertentangan keras antara suku-suku Arab yang sejak lama terbagi menjadi dua kelompok, yaitu Arab Utara yang disebut Mudariyah yang menempati Irak dan Arab Selatan Himyariyah yang berdiam di wilayah Suriah. Di zaman Umayyah persaingan antar etnis itu mencapai puncaknya, karena para khalifah cederung kepada satu fihak dan menafikan yang lainnya.
2. Ketidak puasan sejumlah pemeluk Islam non Arab. Mereka yang merupakan pendatang baru dari kalangan bangsa-bangsa yang dikalahkan mendapat sebutan “Mawali”, suatu stastus yang menggambarakan inferioritas di tengah-tengah keangkuhan orang- orang Arab yang mendapat fasilitas dari penguasa Umayyah. Mereka bersama-sama Arab mengalami beratnya peperangan dan bahkan atas rata-rata orang Arab, tetapi harapan mereka untuk mendapatkan tunjangan dan hak-hak bernegara tidak dikabulkan. Seperti tunjangan tahunan yang diberikan kepada Mawali ini jumlahnya jauh lebih kecil dibanding tunjangan yang dibayarkan kepada orang Arab.
3. Latar belakang terbentuknya kedaulatan Bani Umayyah tidak dapat dilepaskan dari konflik-konflik politik. Kaum syi`ah dan khawarij terus berkembang menjadi gerakan oposisi yang kuat dan sewaktu-waktu
dapat mengancam keutuhan kekuasaan Umayyah. Disamping menguatnya kaum Abbasiyah pada masa akhir-akhir kekuasaan Bani Umayyah yang semula tidak berambisi untuk merebut kekuasaan, bahkan dapat menggeser kedudukan Bani Umayyah dalam memimpin umat.
B. Kehancuran
Secara Revolusioner, Daulah Abbasiyyah (750-1258) menggulingkan kekuasaan Daulah Umayyah, kejatuhan Daulah Umayyah disebabkan oleh beberapa factor, diantaranya meningkatnya kekecewaan kelompok Mawali terhadap Daulah Umayyah, pecahnya persatuan antarasuku bangsa Arab dan timbulnya kekecewaan masyarakat agamis dan keinginana mereka untuk memilki pemimpin karismatik.
Sebagai kelompok penganut islam baru, mawali diperlakukan sebagai masyarakat kelas dua, sementara bangsa Arab menduduki kelas bangsawan. Golongan agamis merasa kecewa terhadap pemerintahan bani Umayyah karena corak pemerintahannya yang sekuler.
Namun secara garis besar menurut Badri Yatim faktor yang menyebabkan Daulah Bani Umayyah lemah dan membawanya kepada kehancuran antara lain adalah :
1. Sistim pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah merupakan sesuatu yang baru bagi tradisi Arab yang lebih menekankan aspek senioritas. Pengaturannya tidak jelas.
Ketidakjelasan sistem pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat dikalangan anggota keluarga istana
2. Latar belakang terbentuknya Daulah Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan dari konflik-konflik politik yang terjadi di masa Ali. Sisa-sisa
kaum Syi`ah (pengikut Ali) dan Khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka seperti dimasa awal dan akhir maupun secara tersembunyi seperti dimasa pertengahan kekuasaan Bani Umayyah.
Penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah.
3. Pada masa kekuasaan bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam, makin meruncing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Disamping itu, sebagian besar golongan Mawali (non Arab), terutama di Irak dan wilayah bagian timur lainnya, merasa tidak puasa karena status Mawali itu menggambarkan suatu inferioritas, ditambah dengan keangkuhan bangsa Arab yang diperlihatkan pada masa Bani Umayyah
4. Lemahnya pemerintahan Daulat Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup mewah dilingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan, disamping itu, golongan agama yang kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang
5. Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan Daulah Bani Umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan al- Abbas Ibn Abd. Al-Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan golongan Syi`ah dan kaum Mawali yang merasa dikelas duakan oleh pemerintahan Bani Umayyah.5[6]
Faktor- faktor Pemicu Munculnya Pemberontakan
5
Pemberontakan yang terjadi terhadap pemerintahan yang sah adalah hal yang biasa dan sering terjadi pada masa Islam klasik, mulai bani Umaiyah 1 sampai runtuhnya khilafat Islam dari pemerintahan Turki Usmani tahun 1816-1818M, ketika terjadi perang terbuka melawan pasukan Nato di Skandinavia.
Penyebab terjadinya faktor pemicu pemberontakan masa bani Umaiyah1 bermacam- macam, di antaranya adalah ;
a..Perebutan kekusaan
Faktor perebutan kekusaan yang memicu adanya pemberontakan terhadap
pemerintahan yang sah merupakan factor dominan. Hal ini terjadi dikarenakan putra mahkota lebih dari satu pada satu periode, sehingga sering terjadi rebutan siapa yang akan lebih dahulu mejadi khalifah mengganti posisi khalifah sebelumnya. Kasus perebutan kekuasaan awalnya terjadi karena Muawiyah tidak suka dengan
pemerinthannya Ali pada pemerintahan khulafaurrasyidin ke empat. Perebutan yang dilakuan oleh Muawiyah terhadap Ali dilakukan dengan berbagai cara, yang pada ahirnya memfungsikan kelompok khawarij yang fundamental membunuh Ali dengan cara di tusuk pada saat sholat subuh.
b.Dendam,
Faktor dendam termasuk factor yang sering terjadi memicu pembrontakan terhadap pemerinthan yan sah. Contoh dalam kasus Muawiyah dengan Ali, karena Muawiyah yakin bawa terbunuh sudaranya Usman bin Afan, Ali ikut terlibat, makanya ia menaruh dendam terhadap Ali. Muawiyah melakukan berbagai cara untuk
menurunkan Ali dari pemerintahnnya.
c..Harta kekayaan yang melimpah,
Pemerintahan Islam abad klasik adalah pemerintahan yang kaya dengan harta. Hal ini disebabkan karena umat Islam pada masa itu selalu memenangkan perang sehingga pemerintahan yang kalah harus bayar Ghonimah kepada Islam. Karena di Baitul Maal tersimpan harta yang banyak, maka sering menjadi rebutan bagi umat Islam untuk berkuasa
Proses Runtuhnya Bani Umayyah I di Damaskus
1. Sikap tidak senangan masyarakat terhadap khalifah-khalifah bani Umaiyah I Ketidaksenangan masyarakat Islam terhadap pemerintahan bani Umaiyah I
disebabkan oleh praktek-praktek amoral dari para khalifah melalui acara-acara serimonial yang dilaksanakan di dalam istanah dengan alasan untuk menghibur para pembesar- pembesar istana. Acara tahunan tersebut dilakukan secara rutin. Acara serimonial tersebut di atas termasuk faktor internal yang banyak berpengaruh terhadap proses lemahnya bani Umaiyah I. Perebutan kekuasaan dalam istanah juga termasuk faktor internal penyebab lemahnya bani Umaiyah I seperti yang terjadi pada masa pemerintahan setelah khalifah yang ke-12 Walid bin Yazid yang wafat tahun 126 H. Pada tahun
tersebut masyarakat saling mengklaim mengangkat 2 putra mahkota dari Walid, yaitu Yazid bin Walid dan Ibrahim bin Walid. Selama 1 tahun berjalan masyarakat tidak dapat menetapkan siapa yang menjadi khalifah menggantikan bapaknya, akan tetapi yang
terjadi adalah bentrok dan pertikaian antar keluarga istana. Kondisi demikian menimbulkan preseden buruk masyarakat terhadap pemerintahan bani Umaiyah I.
2. Peperangan Melawan Keturunan Abasiyah
Lemahnya pemerintahan Bani Umaiyah I terjadi hampir disemua wilayah kekuasaan, sementara kekuatan baru yang baru muncul sebagai lawan politik yaitu Abasiya sedang berkembang pesat dengan mendapat sambutan dan dukungan dari masyarakat Islam. Abu Abbas pemimpin Abasiyah yang baru menguasai berbagai wilayah Umaiyah dibantu oleh tentara bayarannya Abu Muslim Al Khurasani. Bani Umaiyah I hanya bisa bertahan di daerah Al Zab, wilayah pesisir laut merah berseberangan dengan pesisir sungai nil.
Pertemuan kedua belah pihak tidak bisa dielakkan dan terjadilah pertempuran Al Zab tahun 132 H atau tahun 750 M. Dalam pertempuran itu Bani Umaiyah I kalah dan khalifah terakhir (ke-14) Marwan bin Muhammad melarikan diri ke Mesir. Marwan dikejar oleh pengikut Abu Abbas kemudian ditangkap dan dibunuh di Mesir. Mayatnya Marwan dikembalikan ke Madinah dan dikuburkan di Madinah. Kekalahan Bani Umayah I di Al Zab sekaligus mengakhiri masa pemerintahan Bani Umaiyah I dan sekaligus diproklamirkan berdiri kekuasaan baru yaitu
BAB III PENUTUP KESIMPULAN
1. Diantara faktor-faktor yang membawa Daulah Bani Umayyah mengalami kemunduran adalah sebagai berikut:
- Munculnya fanatisme kesukuan dalam suku-suku bangsa Arab - Kuatnya pengaruh fanatisme golongan (Arabisme) yang memicu munculnya kecemburuan sosial dikalangan non Arab (Mawali)
- Adanya perebutan kekuasaan di dalam keluarga besar Bani Umayyah
- Larutnya beberapa penguasa (khalifah) dalam limpahan harta dan kekuasaan
1. Adapun faktor-faktor yang membawa Daulah Bani Umayyah ke gerbang kehancuran adalah sebagai berikut:
- Tidak adanya sistem pergantian pemerintah (khalifah) yang baku yang bisa dijadikan patokan dalam pergantian khalifah
- Kuatnya gerakan oposisi dari kaum Syi`ah dan Khawarij
- Perselisihan dan pertentangan etnis antara suku Arab yang mengakibatkan para penguasa mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan
- Sikap hidup yang mewah dilingkungan keluarga Bani Umayyah - Perhatian penguasa Bani Umayyah terhadap perkembangan agama sangat kurang
- Munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas Ibn Abd. Al-Muthalib dan didukung oleh Bani Hasyim, kaum Syi`ah dan kaum Mawali.