• Tidak ada hasil yang ditemukan

masyarakat indonesia

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "masyarakat indonesia"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

Colonialism was a preliminary thesis that can be addressed in the degradation of Indonesian maritime culture. The purpose of this study is to assess how close East Kalimantan's economy is to achieving an inclusive green economy over the period.

THE UNBROKEN LEGACY

AGRARIAN REFORM OF YUDHOYONO’S ERA 1

In fact, the period was also referred to as the "oil boom" period as the government relied heavily on oil for its state revenue; with seemingly balanced attention to the agricultural sector. From this process, "as the state sees it," poor people will benefit from state revenues and taxes used for the financial development process (Scott 1998).

Legal and Political Background

This was seen as a countermeasure to the Agrarian Reform program, as President Yudho Yono agreed to a higher form of law (undang-undang) for the policy that takes people's land for development. There has been little information on how Soepanji will undertake the agrarian reform policy in.

Key Actors and Institutions

According to Perkaban 2007, to be managed by the Implementing Agency of Agrarian Reform Program (BPP RA). Indonesia's Land Policy: www.landpolicy.org The Consortium of Agrarian Reform: www.kpa.or.id.

Table 1. Comparison Between Landreform in Soekarno and SBY Era
Table 1. Comparison Between Landreform in Soekarno and SBY Era

GENEALOGI KONFLIK AGRARIA DI POLONGBANGKENG TAKALAR

Tingginya angka konflik pertanian merupakan wujud mandeknya implementasi agenda reformasi pertanian. Studi-studi tersebut di atas bermanfaat untuk mempertajam analisis genealogi konflik pertanian di desa Polongbangkeng, Takalar.

Polarisasi Tanah, Politik, dan Ekonomi Desa

Oleh karena itu, penyelesaian konflik pertanian yang selama ini cenderung cepat dengan menggunakan kekerasan fisik perlu ditinjau kembali. Keadaan ini berarti bahwa tanah sebagai sumber produksi bagi petani juga menjadi sumber polarisasi ekonomi yang dapat berujung pada munculnya konflik pertanian antara petani dan Karaeng.

Pabrik Gula Takalar: Membangun Warisan Konfl ik

Namun, penyelidikan yang dilakukan PPIG hanya menyelidiki kelayakan tanah, luas tanah dan besaran ganti rugi pembebasan tanah. Pembangunan Pabrik Gula Takalar di tengah ketimpangan ekonomi di kota, kepemilikan lahan yang timpang, penguasaan lahan oleh karaeng, menambah persoalan petani di Polongbankeng.

Pagar Makan Tanaman: Pembebasan Lahan dan Permainan Aktor

Pada hari yang sama, Mando Daeng Maling dipukuli oleh Daeng Sikki, Kepala Desa Bontomarannu, karena mengadu tidak pernah menerima ganti rugi dari PT Madu Baru. Buddhi Daeng Sembang adalah warga Polengbangkeng yang aktif menuntut ganti rugi atas tanahnya (Sulistyo 2011).

PT PN XXIV: Manajemen Baru dan Upaya Meredam Konfl ik

Pembukaan pabrik gula Takalar misalnya, telah menimbulkan perpecahan tajam antara petani dan perusahaan perkebunan. Aktor yang berperan dalam konflik agraria di Polengbangkeng sejak awal adalah kareang (elit desa) sebagai kelompok penerima manfaat (selain perusahaan) pada pembukaan Pabrik Gula Takalar.

DEGRADASI KEBUDAYAAN MARITIM

SEJARAH, IDENTITAS, DAN PRAKTIK SOSIAL MELAUT DI BANTEN

Degradasi budaya bahari yang berhasil digali dalam kajian ini dapat dilihat dari dinamika praktik sosial bahari yang berlangsung di tingkat masyarakat. Penelitian ini menemukan tiga hal penting ketika membahas posisi identitas dalam praktik sosial melaut.

Gambar 1. Melaut Sebagai Praktik Sosial
Gambar 1. Melaut Sebagai Praktik Sosial

INTEGRASI OTONOMI DAERAH DENGAN KEARIFAN LOKAL SEBAGAI USULAN UPAYA PENCEGAHAN

PASCA-SBY

Studi Kasus: Harmonisasi Kehidupan Masyarakat di Kota Mataram

Kearifan lokal ini menggambarkan cara masyarakat berperilaku, termasuk ketika menghadapi konflik antar manusia. Kearifan lokal yang sudah ada dan mendarah daging harus dioptimalkan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan konflik. Jika pemerintah daerah memahami kearifan lokal yang ada di daerahnya, otomatis partisipasi masyarakat akan meningkat.

Namun, intensitas konflik yang terjadi secara tidak langsung menghambat integrasi antara otonomi daerah dan kearifan lokal di sana. Jika pemerintah daerah memahami kearifan lokal yang ada di daerahnya, otomatis partisipasi masyarakat akan meningkat.

MENATA ULANG

KEBIJAKAN PEMEKARAN DAERAH DI INDONESIA

Alur Pengusulan DOB

Pembinaan tersebut harus menjadi program kerja pemerintah pusat dan provinsi sebagai kelanjutan dari penyusunan perencanaan daerah yang telah disusun sebelumnya. Setiap usulan pemekaran atau penggabungan daerah yang bersifat bottom up harus memperhatikan dan sejalan dengan rencana besar pemerintahan daerah yang sedang disusun oleh provinsi. Sedangkan untuk daerah yang daya tampungnya menurun, jumlah tugas yang dibebankan ke daerah tersebut dapat dikurangi.

Dalam hal evaluasi daerah pemekaran, pemerintah menetapkan aturan berupa pedoman evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah yang diatur lebih lanjut dalam PP No. Perubahan pertama harus ditekankan pada paradigma hakikat perencanaan daerah yang dikaitkan dengan tujuan desentralisasi yang dianut oleh bangsa Indonesia.

TANTANGAN BAGI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI KALIMANTAN TIMUR

MENUJU INCLUSIVE GREEN ECONOMY

Meski angka kemiskinan mengalami penurunan, angka kemiskinan di Kaltim masih tergolong tinggi. Pada tahun 2011, angka kemiskinan Kaltim menduduki peringkat ketujuh dibandingkan 33 provinsi lain di Indonesia. Kebijakan penurunan emisi sangat penting untuk menciptakan ekonomi hijau yang inklusif di provinsi Kalimantan Timur.

Selama periode tersebut, indeks gini menggambarkan dinamika rasio ekuitas vertikal di wilayah Kalimantan Timur (Gambar 6). Perbedaan persentase kemiskinan antar daerah juga mempertegas masalah ketimpangan pendapatan antar daerah di provinsi Kalimantan Timur.

Gambar 1. Skema Inclusive Green Economy Merupakan Gabungan dari Per- Per-tumbuhan Inklusif dan PerPer-tumbuhan Hijau
Gambar 1. Skema Inclusive Green Economy Merupakan Gabungan dari Per- Per-tumbuhan Inklusif dan PerPer-tumbuhan Hijau

Kehijauan” Ekonomi Kalimantan Timur

Begitu pula dengan sektor industri yang cukup signifikan (menyumbang sekitar 23% sampai 25% terhadap PDB), hanya mampu menyerap sekitar 5% dari total angkatan kerja. Provinsi Kalimantan Timur merupakan penyumbang produksi batubara nasional yang signifikan, dan perekonomian daerah sangat bergantung pada komoditas ini. Namun, kegiatan produksi pertambangan batu bara merupakan penyumbang emisi karbon yang signifikan, selain dari perkebunan kelapa sawit, di sektor berbasis lahan.

Oleh karena itu, produksi batu bara akan dijadikan indikator dalam mengukur aspek “hijau” perekonomian Kaltim. Dalam laporan berjudul “Skenario Kebijakan Transformasi Ekonomi Pasca Minyak dan Batubara”, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (2013) menyebutkan cadangan batubara diperkirakan sekitar 28,93 miliar ton dan akan habis dikonsumsi dalam 43,3 tahun.

Gambar 8. Grafi  k Jumlah Tenaga Kerja dan Distribusi PDRB menurut Sektor  Tahun 2010 – 2012
Gambar 8. Grafi k Jumlah Tenaga Kerja dan Distribusi PDRB menurut Sektor Tahun 2010 – 2012

Ekonomi Hijau Sebagai Mesin Pendorong Pertumbuhan dan

Kalimantan Timur mengeksploitasi sumber dayanya secara tidak efisien untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi. Dalam aspek lingkungan, kegiatan ekonomi berbasis sumber daya alam menjadikan Kalimantan Timur sebagai salah satu provinsi penyumbang emisi karbon terbesar di Indonesia. Selain itu, model DEA menunjukkan bahwa perekonomian Kalimantan Timur semakin tidak efisien dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya energinya.

Oleh karena itu diperlukan transformasi ekonomi yang menuntut perubahan struktur ekonomi Kalimantan Timur. Dampak kebijakan pembangunan kehutanan terhadap pendapatan masyarakat miskin di Kalimantan Timur: pendekatan sistem neraca nasional.

Gambar 12. Grafi  k Skor Efi  siensi: Efi  siensi Pengelolaan Sumber daya Alam dan Lingkungan Tahun  2000 – 2012
Gambar 12. Grafi k Skor Efi siensi: Efi siensi Pengelolaan Sumber daya Alam dan Lingkungan Tahun 2000 – 2012

STOP KAM BAKU TIPU

PEMEKARAN DAERAH, ISU STRATEGIS PENGELOLAAN KONFLIK, DAN TRANSFORMASI SOSIAL DI PAPUA BARAT

Bagian selanjutnya menggali kisah masyarakat Kaimana dan Manokwari Selatan yang mengungkapkan berbagai strategi yang mereka tempuh untuk merespon dinamika program pemekaran dan pembangunan daerah yang terjadi di tanah air mereka. Semangat transformasi sosial dalam pemekaran wilayah di Papua juga sangat kental dengan sentimen politik identitas di berbagai sektor. Tantangan lainnya adalah mengatasi situasi perpecahan ini dan merumuskan langkah-langkah untuk memperbaharui identitas dan kebudayaan sebagai jawaban atas pemekaran dan pembangunan daerah yang akan terus berlangsung di negara Papua.

Orang Papua menunjukkan strategi mereka sendiri untuk memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh pemekaran daerah di tanah air mereka. Hadirnya begitu banyak pemekaran daerah dan program pembangunan dengan berbagai nama di satu sisi ditujukan untuk kesejahteraan rakyat.

BIROKRASI DAN PARTAI POLITIK DI INDONESIA

TRANSISI DARI ZAMAN ORDE BARU KE ORDE REFORMASI *

Dalam pemerintahan yang menganut sistem demokrasi, termasuk Indonesia, kehadiran partai politik menjadi hal yang penting. Setelah Wakil Presiden Mohammad Hatta mengeluarkan Deklarasi X pada 16 Oktober 1945, rakyat serentak mendirikan banyak partai politik. Presiden Soekarno sebagai kepala negara memilih seorang pemimpin dari partai politik tertentu untuk menjadi Perdana Menteri (PM) untuk memimpin kabinet.

Padahal menteri diangkat bukan karena mewakili partai politik tertentu, melainkan karena kemampuan dan kapabilitas masing-masing. Soeharto mengusulkan pengelompokan partai politik menjadi tiga, yakni Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Golongan Karya (Golkar) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI).

Partai Politik dan Birokrasi di Negara Maju

Pertama, Cole juga mengatakan bahwa intervensi partai politik dalam birokrasi di Italia akan dilemahkan oleh birokrasi yang semakin rasional. Studi menarik tentang interaksi antara birokrasi dan partai politik juga dilakukan oleh Lewis (2000) di Amerika Serikat (AS). Galvin menyatakan bahwa di Amerika Serikat sejak Presiden Andrew Jackson, keterlibatan partai politik dalam birokrasi mengakibatkan netralitas birokrasi tidak terwujud di negara ini.

Kajian Mizgala (2005), Cole (2006) dan Lewis (2000) tentang hubungan antara partai politik dan birokrasi di negara maju menunjukkan temuan yang berbeda. Berdasarkan fakta tersebut, muncul beberapa isu penting mengenai hubungan antara partai politik dan birokrasi di Indonesia.

Partai politik dan Birokrasi di Negara Berkembang

Akibatnya partai politik dan birokrasi dikuasai oleh para elit, sehingga basis partai politik dalam birokrasi pemerintahan bergantung pada para elit tersebut. Herbst (2008) juga mengkaji campur tangan militer partai politik dalam birokrasi Ghana. Kajian Herbst menarik untuk dicermati karena menunjukkan bagaimana partai politik yang berkuasa dapat memasukkan etnisitasnya ke dalam birokrasi pemerintahan.

Hal ini terjadi terus menerus dalam setiap periode kepemimpinan bagi partai politik yang menempatkan etnisitasnya dalam birokrasi pemerintahan. Secara umum, kajian sebelumnya tentang partai politik dan birokrasi di negara berkembang sangat berbeda.

Partai Politik dan Birokrasi di Indonesia

Ketika Indonesia merdeka, aktor yang mendorong birokrasi yang tidak netral adalah partai politik (demokrasi parlementer) dan presiden (demokrasi terpimpin). Selain itu, studi ini menemukan adanya perbedaan yang jelas antara partai politik dan birokrasi pada era Orde Baru dan Reformasi. Pertanyaan ketiga menyangkut pengaruh partai politik terhadap birokrasi pada masa Orde Baru dan Orde Reformasi.

Ini karena campur tangan partai politik yang terus-menerus membuat birokrasi bergerak sesuai perintah partai. Seperti halnya di tingkat nasional, campur tangan partai politik dalam kehidupan birokrasi juga terjadi di tingkat lokal.

TINJAUAN BUKU

PEREMPUAN DALAM BINGKAI SEJARAH

KEBANGKITAN ISLAM DAN PENGUATAN NILAI-NILAI TRADISI DI ASIA TENGGARA

Ini menekankan interpretasinya berdasarkan nilai-nilai kesetaraan dan kesetaraan hak dan kewajiban antara pria dan wanita. Kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam catatan sejarah tidak selalu berjalan sesuai dengan ajaran Al-Qur'an. Realitas ini menunjukkan bahwa masalah kesetaraan antara laki-laki dan perempuan didasarkan pada perbedaan cara menafsirkan ayat-ayat Alquran yang relevan.

Keempat, tujuan perkawinan adalah untuk mencapai kebahagiaan (sa'adah) dan kesejahteraan (sakinah), cinta dan kasih sayang (mawaddah wa rahmah) antara laki-laki dan perempuan (hlm. 116–117). Persaingan antara laki-laki dan perempuan yang menduduki jabatan tertentu mengacu pada kekuatan modal materi (kekayaan) atau garis keturunan (ras).

PERJUANGAN TAK PERNAH PADAM

BURUH DAN PEMBENTUKAN NEGARA BARU

Pada bagian pembukaan, Jafar mencoba membuka ruang diskusi tentang gerakan buruh sebagai entitas sosial politik yang berperan penting dalam pembentukan Republik. Jafar melihat bahwa revolusi telah memberikan pengaruh yang kuat kepada gerakan buruh untuk berperan aktif dalam pembentukan Republik. Namun bagi para penggiat buruh nasional, cara-cara gerakan buruh di daerah dipandang sebagai ancaman bagi stabilitas ekonomi dan politik nasional.

Sesuai dengan semangat komunisme, gerakan buruh menjadikan kekuatan perjuangannya (Muhammad Aiz 2011: 3). Ini hanyalah bagian dari adaptasi gerakan buruh berdasarkan semangat zaman, dengan mempertimbangkan realitas sosial-politik yang berkembang.

Gambar

Table 1. Comparison Between Landreform in Soekarno and SBY Era
Gambar 1. Melaut Sebagai Praktik Sosial
Gambar 2. Dimensi Sosiologis Praktik Sosial Melaut
Tabel 2. Perkembangan Pembentukan Provinsi, Ka- Ka-bupaten, dan Kota (1950 – 2013)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bachelor of Information Systems Honours Information Systems Engineering Faculty of Information and Communication Technology Kampar Campus, UTAR xiii LIST OF TABLES Table Number